Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah : PWG 2 Nama Mahasiswa : Rio Firmansyah

Dosen Pengampu : Dr. Purim Marbun NIM : 20112010

"Peran Gereja Dan Keluarga Dalam Pembinaan Rohani Jemaat"


Dalam buku ini, dibahas tentang konsep Pendidikan Rohani yang holistik, yang mencakup
aspek intelektual, emosional, sosial dan spiritual individu, gereja dan keluarga dapat bekerja
sama untuk menyediakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dalam semua
perkembangan dalam pelayanan jemaat, selain itu buku ini juga menyoroti pentingnya
mendukung keberagaman dalam pembinaan rohani jemaat. Setiap individu memiliki
kebutuhan dan bakat yang unik dalam perjalanan rohani mereka, dan gereja dan keluarga dapat
memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan dan keunikan masing-masing individu.

Buku ini juga mungkin membahas peran teknologi dalam pembinaan rohani, dengan
memanfaatkan media sosial, aplikasi rohani, dan platform online untuk memperluas jangkauan
dan memfasilitasi koneksi dan pertumbuhan spiritual. terakhir, buku ini mungkin menekankan
pentingnya mempersiapkan generasi muda untuk menjadi pemimpin rohani di masa depan.
Gereja dan keluarga dapat bekerja sama untuk membina dan melatih generasi muda dalam
kepemimpinan, pelayanan, dan pemahaman yang kokoh akan iman mereka.

A. PEMBINAAN KELUARGA & GEREJA


Gereja dan keluarga dilihat sebagai institusi-institusi yang diberikan oleh Tuhan untuk
melakukan tugas-tugas pembinaan rohani dengan cara yang unik. Gereja, sebagai tubuh
Kristus, memiliki tanggung jawab untuk menjadi tempat di mana orang-orang dapat mencari
pertumbuhan spiritual, mendapatkan pengajaran yang benar, dan merasakan kasih dan
dukungan komunitas iman. Ini bisa mencakup berbagai aktivitas, mulai dari ibadah mingguan
hingga kelompok kecil, dari kelas alkitab hingga pelayanan sosiall, di sisi lain, keluarga adalah
lingkungan pertama di mana individu belajar tentang iman dan membangun fondasi spiritual
mereka. Orang tua memainkan peran kunci dalam membimbing anak-anak mereka dalam iman,
moralitas, dan nilai-nilai keagamaan. Ini melibatkan doa bersama, diskusi Rohani.

Kerjasama antara gereja dan keluarga sangat penting dalam memastikan bahwa individu
menerima pembinaan rohani yang komprehensif dan berkelanjutan. Ini menciptakan jaringan
dukungan yang kuat di mana orang-orang dapat tumbuh dalam iman mereka, mengatasi
tantangan rohani, dan merayakan kemenangan bersama. Dengan menghormati peran masing-
masing institusi ini, gereja dan keluarga dapat menjadi alat yang efektif dalam membawa
transformasi rohani dalam kehidupan orang-orang dan masyarakat secara keseluruhan.
Gereja dan keluarga adalah dua lembaga yang diberi tugas-tugas pembinaan rohani dengan
tujuan mendewasakan umat. Pembinaan rohani adalah hal yang esensi bagi umat manusia
mengingat kecenderungan hidup manusia yang semakin mengalami degradasi iman, moral, dan
karakter. Dosa membuat manusia jauh dari kehendak Tuhan dan manusia melakukan apa yang
benar menurut pandangannya sendiri, bahkan cenderung mendukakan hati Tuhan. Dalam Kitab
Kejadian, dikisahkan dosa terjadi akibat pelanggaran manusia terhadap perintah Tuhan.
Manusia memiliki kehendak bebas untuk melakukan dan atau menolak perintah Tuhan.
Kejadian 3:15 menjelaskan manusia lebih memilih kehendaknya sendiri dan tidak
menghiraukan perintah Tuhan sehingga sejak saat itu terjadilah dosa. Dosa kemudian
diturunkan kepada manusia.

generasi berikutnya dalam berbagai dimensi yang bervariasi sehingga mengakibatkan manusia
menjadi semakin bobrok, hidupnya semakin tidak terkendali. Dapat dikatakan bahwa dosa
melahirkan dosa. Perjanjian Lama secara khusus dalam Kitab Kejadian menceritakan
bagaimana dosa berkembang. Kejadian 3:15 menyebutkan awal mula dosa, tetapi kemudian
berturut turut disebutkan dalam Kejadian 4:1-16, yaitu dosa pembunuhan yang dilakukan Kain
kepada Habel dan Kejadian 6:1-8 menyebutkan awal pemberontakan manusia dan akhirnya
mengalami hukuman air bah. Teks-teks ini menjelaskan berkembangnya dosa dalam berbagai
bentuk, yang intinya manusia hidup dengan kemauannya sendiri.

Tuhan memberikan hukuman bagi dosa. Namun, tidak selamanya Dia menghukum, melainkan
memberikan jalan keluar untuk manusia Kembali ke jalan yang benar. Dalam Yesaya 9:1-6,
nabi menubuatkan lahirnya sang Juruselamat yang menebus dosa manusia. Dalam Injil Matius
1:18-25; Lukas 2:8-14; Yohanes 3:16, kelahiran Sang Juruselamat ke dunia merupakan
pertanda bahwa sang penebus dosa hadir di bumi ini. Melalui Dia, setiap orang yang percaya
akan menerima hidup yang kekal. Istilah yang sering disebut dengan keselamatan (soteria)
menjelaskan karya Kristus menebus dosa manusia sehingga manusia diberi anugerah
keselamatan.

B. MEMAHAMI TENTANG GEREJA


Kata "gereja" dalam teks bahasa Indonesia atau "church" dalam bahasa Inggris diambil dari
bahasa Portugis "Igreja" atau bahasa Jerman "Kirche". Dalam Bahasa Yunani dipakai kata
"kuriake" yang artinya kepunyaan Tuhan. Gereja bukan milik manusia, tetapi milik Tuhan.
Istilah lain dalam bahasa Yunani sering dipakai kata "ekklesia" yang artinya jemaat, sama
dengan pemakaian bahasa Ibrani "qahal". Kedua kata ini memiliki makna yang sama yakni
orang yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang yang berasal dari Tuhan.

Dalam berbagai dimensi, pemahaman tentang gereja dapat dilihat dari berbagai aspek,
misalnya denominasi, bangunan, sinodal, atau jemaat lokal. Secara denominasi, gereja
menggambarkan aliran yang dianut oleh gereja, misalnya lutheran, calvinis, pentakosta, injili,
dan lain-lain. Di Indonesia, denominasi gereja ini cenderung menggambarkan teologi dan
doktrin yang dianut, dan ini biasanya juga menyangkut liturgi ibadah yang dilakukan. Gereja
secara bangunan hanya mau menunjuk kepada gedung atau fisik gereja. Dalam konteks ini,
umumnya pemahaman terhadap bangunan atau fisik gereja berkaitan dengan sarana
peribadahan.

C. SIFAT-SIFAT GEREJA

Gereja memiliki 4 sifat yang khas, yakni gereja yang esa, kudus, rasuli, dan am. Keempat sifat
ini menjelaskan bahwa gereja memiliki kekhasan dan tidak sama dengan perkumpulan apa pun
yang ada di bumi ini. Gereja tidak sama dengan organisasi mana pun karena meskipun gereja
dikelola dengan unsur dan manajeman organisasi, tetapi pada hakekatnya gereja adalah tubuh
Kristus yang ditempatkan Tuhan di dunia ini melakukan misi-Nya. Sifat gereja yang esa
menjelaskan bahwa semua gereja yang ada di dunia ini satu (esa) sama seperti yang dijelaskan
dalam Yohanes 17:21, "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di
dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita.

Dalam 1 Korintus 3:1-9, Rasul Paulus menegur jemaat yang ada di Korintus karena mereka
membangun pemahaman yang terkotak-kotak, bahkan mereka mengidentifikasi diri sebagai
golongan Apolos, Paulus, dan lain-lain. Paulus menyebutkan mereka adalah mereka satu
dalam Tuhan. Penjelasan dalam 1 Korintus 3 ini pada dasarnya melandasi bahwa gereja
seharusnya tidak terpecah-pecah. Memang dalam realitasnya di lapangan, ada kelompok-
kelompok gereja denganberbagai warna liturgi, teologi, dan doktrin, tetapi

seharusnya satu dalam pengakuan kepada Kristus sebagai Juruselamat. Salah satu hal negatif
dalam konteks hidup bergereja adalah rentannya terjadi perpecahan dengan penyebab yang
memang sangat beragam. Di antaranya menyangkut hal kepemilikan (aset). Gereja lokal sering
memisahkan diri dari satu sinode hanya karena permasalahan aset. Jika gereja memiliki aset
yang banyak, tentu mereka ingin berdiri sendiri. Selain itu, ada juga persoalan kepemimpinan,
perebutan kursi kepemimpinan sering menjadi pemandangan yang umum sebagai penyebab
pecahnya gereja. Dalam 1 Korintus 3:1-9, salah satu isu yang timbul sebagai alasan terjadi,

D. TUGAS GEREJA DAN PEMBINAAN ROHANI

Pembinaan rohani adalah salah satu tugas Lembaga gereja dengan tujuan mendewasakan
jemaat. Gereja dipanggil dan diutus untuk tugas membina, mengajar, dan menuntun umat
kepada rencana Tuhan. Panggilan gereja dalam tugas pembinaan rohani harus dihubungkan
dengan Amanat Agung dalam Matius 28:19-20, secara khusus panggilan untuk memuridkan.
Dalam teks Matius 28:19-20 disebutkan "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-
Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuat yang telah Kuperintahkan kepadamu.

Pembinaan rohani sebagai tanggung jawab gereja dan keluarga harus dilakukan secara
konsisten dan terus menerus. Jika gereja melakukan dalam berbagai program pembinaan
(ibadah, komsel, bible study, retret, pendampingan, dan lain-lain), keluarga melakukan dengan
menerapkan nilai-nilai iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga dapat
melakukannya dengan menghidupi gaya hidup Kristus melalui doa, dialog, dan komunikasi
nilai-nilai kebenaran firmanTuhan. Di sini dituntut orang tua (ayah, ibu) menjadi pelaksana
pembinaan kepada anggota keluarga. Bagaimana pembinaan rohani dapat dijadikan sebagai
tanggung jawab gereja dan keluarga? Pokok ini sudah dibahas dalam bab terdahulu, tetapi hal
yang mendasar menjadikan pembinaan rohani sebagai tugas dan tanggung jawab gereja dan
kelurga adalah , Adanya perintah dari Tuhan yang dimandatkan kepada gereja dan keluarga,
Allah melibatkan gereja dan keluarga dalam tugas pembinaan iman, Adanya tantangan
bersama yang dihadapai oleh gereja dan keluarga dalam konteks perkembangan zaman, (Gereja
dan keluarga ada untuk menggenapkan tugas dan misi Amanat Agung.

Dalam kesimpulannya, buku "Peran Gereja Dan Keluarga Dalam Pembinaan Rohani Jemaat"
menegaskan bahwa gereja dan keluarga merupakan lembaga-lembaga yang diberikan oleh
Tuhan untuk melakukan tugas-tugas pembinaan rohani yang penting dalam kehidupan umat.
Keduanya memiliki peran yang unik dan saling melengkapi dalam membentuk karakter, iman,
dan pertumbuhan spiritual individu maupun komunitas, Pertama-tama, buku ini menyoroti
peran sentral gereja sebagai wadah utama dalam pembinaan rohani. Gereja memberikan
lingkungan yang mendukung pertumbuhan iman melalui berbagai pelayanan, pengajaran
Alkitab, ibadah, dan komunitas yang memberi kesempatan untuk berbagi dan memperkaya
iman. Dalam konteks gereja, pemimpin rohani dan mentor memberikan bimbingan yang sangat
diperlukan bagi individu yang sedang mencari arah rohani.

Di sisi lain, keluarga juga diakui sebagai basis penting pembinaan rohani. Keluarga
memberikan fondasi pertama dalam iman, di mana nilai-nilai keagamaan, moral, dan etika
diperkenalkan dan diperkuat. Orang tua, sebagai pemimpin spiritual dalam keluarga, memiliki
tanggung jawab besar dalam membentuk karakter anak-anak dan mendorong pertumbuhan
iman mereka melalui ibadah keluarga, doa bersama, dan teladan iman yang konsisten,
kerjasama antara gereja dan keluarga sangat penting dalam memaksimalkan potensi pembinaan
rohani. Gereja dapat memberikan sumber daya, pelatihan, dan dukungan kepada keluarga
dalam peran mereka sebagai pembimbing rohani, sementara keluarga dapat menjadi mitra aktif
dalam kegiatan gereja dan mendukung visi dan misi gereja dalam membina umat.

Tantangan dalam pembinaan rohani juga diperhatikan dalam buku ini. Gaya hidup modern,
tantangan kultural, dan pergumulan individu dalam iman seringkali menjadi halangan yang
harus diatasi. Namun, buku ini menawarkan solusi praktis dan inspiratif untuk mengatasi
tantangan tersebut, termasuk strategi konkret dalam membina rohani. pentingnya komunitas
dalam pembinaan rohani juga disoroti dalam buku ini. Melalui pertemuan kelompok kecil,
persekutuan, dan pelayanan bersama, umat dapat tumbuh dalam iman dan saling memperkaya
satu sama lain. dengan menggabungkan berbagai perspektif dan strategi yang dibahas dalam
buku ini, gereja dan keluarga dapat menjadi kekuatan yang kuat dalam membina rohani jemaat
dan membawa perubahan yang positif dalam komunitas dan masyarakat secara luas. Mereka
memiliki potensi untuk menjadi agen pembaharuan rohani yang berdampak luas, membawa
terang dan harapan dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan pergumulan.

Anda mungkin juga menyukai