Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik) tahun 2000, mengamanatkan komunitas basis

sebagai suatu cara baru hidup menggereja. Komunitas basis Gerejawi didefinisikan sbb :

“satuan umat yang relatif kecil dan mudah berkumpul untuk mendengarkan firman Allah,

berbagi masalah sehari-hari, baik masalah pribadi, kelompok maupun masalah sosial, dan

mencari pemecahannya dalam terang Kitab Suci”. Komunitas basis seperti itu terbuka untuk

membangun suatu komunitas yang juga merangkul suadara-saudari beriman lain. Komunitas

basis itu di inspirasikan oleh teladan hidup umat perdana seperti dituliskan dalam Kitab suci.

Dengan demikian , komunitas basis bukan sekedar tampak sebagai bentuk atau wadah , dan

bukan pula sekedar istilah atau nama, melainkan Gereja yang hidup bergerak dinamis dalam

pergumulan iman (Seran Yanuarius, 2007: 20).

Gereja adalah persekutuan orang-orang beriman yang percaya kepada Yesus dari

Nasaret sebagai Tuhan dan Kristus, begitu rupa sehingga dalam persekutuan itu semua orang

beriman bersatu sebagai saudara-saudari seiman. Dalam mengembangkan pokok-pokok

kehidupan menggereja, Gereja Keuskupan Jayapura memakai Komunitas Basis sebagai basis

pengembangan kebijakan pastoral dan mengutamakan Orang muda sebagai pelaku dan

sasaran pelayanan pastoral. Dalam pengembangan komunitas basis yang di tekankan adalah :

Pembentukan basis yang solid dan hidup ke dalam (basis hidup), Dan pada saat

yang sama ia menjadikannya tempat untuk mengolah dan mengambil sikap iman

atas kehidupan nyata dan sekaligus menjadi basis karya atau basis pelayan.

1
Dengan mengutip isi buku tentang membangun Gereja Mandiri Yang Misioner,

dimana dasar teologis menyatakan bahwa Gereja Mandiri yang misioner mau mewujudkan

persekutuan Gereja menurut rencana Bapa, yaitu menyelamatkan semua orang dengan

mengikutsertakan dalam persekutuan kasih Bapa, Putera dan Roh Kudus. Gereja melanjutkan

tugas Yesus untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia, sehingga akhirnya segenap umat

manusia mewujudkan satu umat Allah (Ad Gentes art. 7). Gereja ada untuk mewujudkan

persekutuan umat manusia. Yang paling tampak dan paling semarak ketika Gereja

mengambil bentuk komunitas basis adalah keterlibatan kaum awam dalam kepemimpinan

serta partisipasi yang semakin penuh segenap anggota dalam seluruh gerak komunitas kecil

itu. Mimpi-mimpi tentang Gereja yang sungguh menjadi tanda kehadiran Allah di tengah

dunia serta angan-angan tentang tegaknya Kerajaan Allah di tengah masyarakat mendekati

kenyataan. Gereja Katolik Indonesia telah memproklamasikan dalam SAGKI 2000 Gereja

indonesia dalam pencarian jati dirinya sebagai komunitas basis gerejawi.

Dasar biblis Gereja yaitu Gereja merupakan Umat Allah Yang paling menonjol dalam

sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah (lih. 1Ptr 2:9). Gereja sebagai tubuh

Kristus “Sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak – segala anggota itu,

sekalipun banyak, merupakan satu tubuh – demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita

semua, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah

dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1Kor 12:12-13).

Gambaran Gereja yang paling penting barangkali Gereja sebagai Bait Roh Kudus. Paulus

berkata, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di

dalam kamu?” (1Kor 3:16; lih. 2Kor 6:16; Ef 2:21). Gereja sebagai Bait Allah : Bait Allah

berarti tempat pertemuan dengan Allah, dan menurut ajaran Perjanjian Baru itu adalah

Kristus (lih. Yoh 2:21; Rm 3:25).

2
Melihat hal itu kita dapat meninjau kembali Gereja dalam keuskupan Jayapura, di

mana mau menunjukkan bahwa perkembangan yang ada di keuskupan Jayapura adanya

perubahan-perubahan yaitu berkurangnya tenaga pastoral, pola kerja yang tidak saling

mendukung kerja sendiri-sendiri, dll. Tetapi bagaimana agar Gereja di Keusukupan Jayapura

ini dapat membangun persekutuan dan saling berpartisipasi. Dengan adanya kalimat yang

mengatakan bahwa Gereja mandiri yang misioner berarti persekutuan umat beriman yang

kokoh imannya, anggotanya saling mendukung dan aktif berperan dan bertanggungjawab atas

perbagai aspek kehidupan persekutuan dan untuk mewujudkan kerajaan Allah di dunia. Maka

dengan itu dibentuklah komunitas basis gerejawi agar dapat membangun persekutuan dan

lebih akrab , serta adanya penggerak-penggerak untuk lebih mengatur, memimpin serta

bijaksana dalam membangun persekutuan yang rukun, sehati-sejiwa dan saling membantu.

Komunitas Basis Gerejawi (KBG) adalah suatu persekutuan umat yang relatif kecil,

saling mengenal, tinggal berdekatan atau memiliki kepentingan bersama, yang secara berkala

mengadakan pertemuan. Mereka berdoa, membaca dan mengadakan sharing Kitab Suci.

Dengan kata lain komunitas Gerejawi sesungguhnya adalah “Gereja dalam wujud nyata, di

tingkat akar rumput yang terbuka dan senantiasa membantu masyarakat, terutama yang

miskin dan terpinggirkan dan mempedulikan alam lingkungan sekitarnya komunitas yang

terdiri dari kelompok kecil”. Komunitas ini terdiri dari orang-orang beriman atau orang-orang

yang sudah dibaptis.1 Umumnya terkelompok dalam jumlah lima belas sampai dua puluh

kepala keluarga, di suatu wilayah, biasanya di satu paroki.

Komunitas Basis juga merupakan satu kesatuan umat, hidup bertetangga, saling

melibatkan diri (berpartisipasi) dalam kehidupan bersama, berkumpul untuk mendengarkan

firman Allah, untuk berbagi masalah sehari-hari, baik masalah pribadi, kelompok maupun

masalah sosial, kesatuan umat yang mencari pemecahan atas masalah yang dihadapinya

1
A. Margana, Komunitas Basis: Gerak Menggereja Kontekstual, Yogyakarta: Kanisius, 2008, cet 5, hlm.12-13

3
dalam terang Kitab Suci dan mengambil keputusan bersama untuk melakukan aksi atau

tindakan.

Terkait dengan kalimat yang mengutarakan bahwa komunitas basis gerejawi

sesungguhnya adalah gereja dalam wujud nyata, untuk meninjau secara mendalam maka kita

perlu mengetahui konsep tentang gereja itu sendiri. Pada umumnya, komunitas basis gerejawi

bisa bertahan karena ia mampu menciptakan persekutuan di antara anggotanya, dengan

anggota tetap, saling terbuka, memiliki aksi ke dalam dan keluar, tidak bergantung pada

instruktur dari atas atau luar, dan bersifat partisipasif.

Penggerak komunitas basis gerejawi adalah orang yang

menggerakan/mengkoordinsikan jalannya suatu kegiatan ataupun yang bertanggungjawab

atas tugas dalam suatu komunitas basis gerejawi tertentu. Peran penggerak sangat penting dan

menentukan, karena mereka dipanggil secara khusus untuk mengambil bagian dalam

perutusan Yesus Kristus dan mewujudkan dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat.

Serta menyadarkan umat, serta menciptakan dan mengembangkn suasana kekhatolikan,

khususnya dalam hidup saling melayani.

Tugas penggerak komunitas basis gerejawi adalah mengenali dan mempelajari

kebutuhan dan masalah yang ada di dalam umat, membuat skala prioritas penanganan

kebutuhan dan pemecahan masalah, mana yang harus dilayani lebih dahulu, menjawab

dengan jujur apakah umat dan penggerak komunitas basis gerejawi sanggup memenuhi

kebutuhan dan menangani masalah yang ada. Dengan begitu penggerak komunitas basis

gerejawi harus mampu untuk merangkul umat, serta memberikan motivasi agar komunitas

basis gerejawi-Nya dapat hidup dan aktif dengan baik (Denny 2004:35-36).

Untuk memperjelas makna komunitas basis gerejawi, pada umumnya, ada empat

tanda atau ciri pokok. Empat ciri itu menjadi penting karena itulah syaratnya sehingga

4
persekutuan, paguyuban, perkumpulan, atau gerakan bisa di sebut sebagai perwujudan dari

Gereja di tingkat paling dasar, tataran akar rumput. Tanpa memiliki empat ciri secara

lengkap, sebuah perkumpulan atau persekutuan kiranya tidak sepantasnya disebut sebagai

komunitas basis.

Pertama, suatu persekutuan atau perkumpulan orang-orang dengan jumlah yang

relatif kecil (10-30 orang). Anggotanya terdiri dari orang-orang yang tinggal berdekatan alias

bertetangga, kerukunan tetangga, saling mengenal satu sama lain, atau memiliki kepentingan

dan masalah bersama. Mereka terdiri dari orang-orang yang kaya dan miskin, tua-muda,

bujangan atau sudah menikah, majikan atau pembantu, dan lain-lain. Bisa saja anggotanya

berbeda suku, ras, bahasa, dan bangsa.

Kedua, agenda utama pertemuan adalah bersama-sama membaca kitab suci,

mengadakan sharing atau berbagi pemikiran dan pengalaman iman yang bersumberkan dari

sabda Tuhan yang di bacanya. Lewat sharing injil, mereka akan menghadirkan Kristus di

tengah-tengah mereka.

Ketiga, mereka bertindak dan melakukan sesuatu bersama-sama karena imannya.

Gereja di seluruh dunia bertanggungjawab untuk meneruskan misi pewartaan Kristus untuk

masa kini. Suatu Komunitas Basis Gerejawi harus merasakan tanggung jawab bersama untuk

melanjutkan misi pewartaan di tengah lingkungan kehidupan sekitarnya. Misalnya ,

melakukan doa pujian dan syukur kepada Tuhan, saling memaafkan, mewujudkan kesatuan

dan perdamaian, membantu ibadat mingguan, mempersiapkan anak-anak untuk menyambut

komuni pertama dan sakramen krisma, membantu mereka yang mau mempelajari agama

katolik, dan lain-lain.

Keempat, Komunitas Basis Geerejawi harus memiliki jalinan dengan Gereja

universal. Yang paling penting dari tanda keempat adalah kesatuan dengan orang beriman

5
lain. Anggota Komunitas Basis Gerejawi tidak bisa memiliki Kristus apabila mereka menolak

persekutuan dengan saudara-saudari Kristus.2

Dalam komunitas basis gerejawi di paroki Kristus Terang Dunia Waena terdapat 19

komunitas basis gerejawi yaitu diurutukan berdasarkan tanggal lahir kombas:

1. Santa Reinha Rosari (25/01/2008) 11. Santo Yosep (6/06/2008)

2. Santo Emanuel (5/02/2008) 12. Santa Lusia (6/06/2008)

3. Santa Ursula (13/02/2008) 13. Santa Clara (2/07/2008)

4. Santa Monika (16/03/2008) 14. Santo Petrus (5/07/2008)

5. Santo Antonius (6/04/2008) 15. Santo Lukas (5/07/2008)

6. Santa Bernadetha (6/04/2008) 16. Santa Maria (10/09/2008)

7. Santo Vincentius 22/04/2008) 17. Santo Mater dei (18/08/2008)

8. Santo Ignatius (22/04/2008) 18. Santo Mikael (29/09/2008

9. Santo Yohanes Pembaptis (11/05/2008) 19. Santo Yohanes Paulus II

(17/06/2015)

10. Santo Pangkrasius (12/05/2008)

(Sumber data : Diakon Okto M)

Sembilan belas (19) komunitas basis gerejawi ini secara aktif dan begitu antusias

untuk mengikuti kegiatan di Gereja dan komunitas basis gerejawi, tetapi tidak semua

komunitas basis gerejawi begitu semangat dan mau bertanggungjawab dengan apa yang

diberikan. Contohnya dalam hari raya paska, natal, pekan suci dan hari raya biasa. Banyak

komunitas basis gerejawi Paroki Kristus Terang Dunia Waena yang diberikan tugas untuk

menanggung koor, kerja bakti dan lain sebagainya. Banyak komunitas basis gerejawi yang

dengan senang hati dan aktif bertanggungjawab dengan hal itu, tetapi ada juga umat

2
A. Margana, Komunitas basis Gerak menggereja Kontekstual, Yogyakarta, Kanisius, 2004, hal. 41-44.

6
komunitas basis gerejawi yang tidak bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan. Banyak

faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi seperti demikian. Dimana peran penggerak

komunitas basis gerejawi untuk memberdayakan umat komunitas basis gerejawi , harus

adanya usaha-usaha yang dilakukan.

Situasi real yang terjadi dalam komunitas basis gerejawi Paroki Kristus Terang Dunia

Waena dimana umat banyak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan baik doa dan kegiatan-

kegiatan lain yang dilakukan. Di mana ada komunitas basis gerejawi yang ikut serta dan

berpartisipasi mengikuti kegiatan secara aktif, tetapi di mana ada umat komunitas basis

gerejawi yang tidak aktif dan tidak berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan tersebut. Entah

adanya kesibukan yang membuat mereka tidak ikut hadir dan karena alasan satu dan lain hal.

Di mana peran penggerak komunitas basis gerejawi mau menunjukkan dan mau merangkul

umat untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam komunitas basis gerejawi

tersebut. Peran penggerak komunitas basis gerejawi sangat penting untuk dapat mendekatkan

diri dengan umat dan mau menanyakan alasan mengapa tidak hadir ataupun tidak mengikuti

kegiatan, harus mengadakan suatu pertemuan atau kunjungan.

Bagaimana supaya seorang penggerak komunitas basis gerejawi berperan untuk

mengajak umat, berpartisipasi, komunikasi dengan umat agar mereka juga dapat menjalankan

kegiatan ataupun tugas yang diberikan. Mungkin karena ada kesibukan tersendiri sehingga

mereka tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut. Dalam hal ini juga seorang peran penggerak

komunitas basis gerejawi serta pengurus komunitas basis gerejawi mereka menjadi contoh,

pembina, penggerak dan menuntun domba-dombanya, namun kenyataan yang sedang terjadi

yaitu dimana keterlibatan umat begitu jarang untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dengan itu

peran penggerak komunitas basis gerejawi sangatlah penting untuk dapat mempersatukan dan

memberdayakan umat agar tetap setia dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugas-

tugasnya.

7
1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan masalah tersebut maka dibuatlah rumusan masalah rumusan masalah

sebagai berikut.

1) Sejauhmana peran penggerak komunitas basis gerejawi dalam memberdayakan

komunitas basis gerejawi (KBG) di Paroki Kristus Terang Dunia Waena?

2) Apa saja faktor yang mempengaruhi penggerak komunitas basis gerejawi (KBG)

dalam memberdayakan umat komunitas basis gerejawi?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan ini adalah :

1) Agar dapat mengetahui sejauh mana peran penggerak komunitas basis gerejawi dalam

pemberdayaan umat komunitas basis gerejawi.

2) Agar dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi usaha penggerak dalam

pemberdayakan umat komunitas basis gerejawi baik faktor pendukung maupun faktor

penghambatnya.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Agar dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa STPK yang

mau bertindak meneliti tentang komunitas basis gerejawi

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini kiranya boleh menjadi acuan bagi para mahasiswa STPK yang

melakukan Praktek Pastoral di Paroki.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. DEFINISI OPERASIONAL


2.1.1. Pengertian Peran

Secara umum

Peran adalah Pemain sandiwara, tukang lawak, sesuatu yang menjadi bagian atau
yang memegang pimpinan yang terutama terjadinya hal atau peristiwa. Para ahli menyatakan
bahwa secara umum pengertian Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau
status. Menurut Kozier Barbaraperan adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk
dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.3

Secara khusus

Peran yaitu suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu
dalam masyarakat sebagai organisasi. Menurut Abu Ahmadi (1982) peran adalah suatu
kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat
suatuasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Menurut Soerjono Soekanto
(2004:243), peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status) , apabila seseorang
melakasanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan
suatu peranan.

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu
yang ditimbulkan oleh suuatu jabatan tertentu. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Peran
juga adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam
masyarakat sebagai organisasi. Dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah suatu
kepercayaan yang diberikan kepada seseorang untuk dilaksanakan, di mana diharapkan oleh

3
Diambil dan disadur dari http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-peran-secara-
umum.html, pada hari selasa, 06 Maret 2018, pukul 21.43.

9
banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau
kedudukan tertentu. Dalam proposal penelitian ini kata peran berarti aspek kedudukan yang
diberikan kepada seseorang untuk melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya sebagai penggerak komunitas basis gerejawi, maka ia menjalankan suatu
peranan serta suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh umat komunitas basis gerejawi
terhadapNya yang memiliki status atau kedudukan sebagai penggerak komunitas basis
gerejawi tersebut.

2.1.2. Pengertian penggerak

Secara umum

Penggerak adalah orang yang menggerakkan dan memimpin suatu pertemuan atau
kegiatan yang terjadi. Penggerak adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. Penggerak adalah Orang yang
menggerakan, alat untuk menggerakan.

Secara khusus

Penggerak adalah orang yang mendorong atau pemberi motivasi. Dalam komunitas
basis gerejawi penggerak yang dimaksud adalah orang yang memimpin dan mendorong umat
agar dapat bersatu dalam persekutuan iman. Di mana saling berkumpul, saling mengenal,
berdoa bersama, sharing bersama, saling peduli, komunikasi antar sesama. Dalam kelompok
komunitas, istilah penggerak ditujukan ketua komunitas basis gerejawi.

Pemahaman tentang penggerak dalam konteks penulisan proposal penelitian ini


berarti orang yang menggerakan dan memimpin suatu pertemuan maupun kegiatan serta
mendorong umat untuk dapat bersatu dalam persekutuan iman dengan saling mengenal,
berkumpul, berdoa bersama, sharing kitab suci, dan komunikasi antar sesama.

2.1.3. Pengertian pemberdayaan

Secara umum

Pemberdayaan adalah proses pembangunan masyarakat untuk dapat memberikan daya


juang, semangat dan peluang.

10
Secara khusus

Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan
bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata
“empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada
pihak yang kurang berdaya. Selain itu, Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada
hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan
untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri
klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan..
Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya,
bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan
akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan
tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal4.

Dalam proposal penelitian ini pemberdayaan berarti proses untuk dapat memberikan
suatu dorongan ataupun daya juang, semangat untuk melakukan suatu tugas pelayanan dalam
persekutuan maupun persaudaraan antar umat yang bersatu dalam iman.

2.1.4. Pengertian umat

Secara umum

Umat adalah para penganut suatu agama, atau pemeluk/pengikut agama.

Secara khusus

Umat dalam pengertian Gereja Katolik adalah Gereja sebagai Umat Allah merupakan
istilah dari Perjanjian Lama (terutama dalam kutipan dari PL). Yang paling menonjol dalam
sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah (lih. 1Ptr 2:9). Oleh konsili Vatikan II
(LG9) sebutan “Umat Allah” amat dipentingkan , khususnya untuk menekankan bahwa
Gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiwai melainkan perwujudan karya
Allah yang konkret.

Dalam penelitian ini umat adalah komunitas berbasis dalam perkumpulan dalam satu
kesatuan Gereja Katolik. Gereja itulah adalah umat Allah, di mana saling mengenal, bersatu
dan mendapat ajaran-ajaran Agama Katolik, Doa, Kitab Suci maupun ajaran Gereja. Disitulah

4
Diambil dan disadur dari http://www.sarjanaku.com/2011/09/pemberdayaan-masyarakat-pengertian.html,
pada hari selasa, 06 Maret 2018, pukul 22.04 WIT.

11
persekutuan iman dan persaudaraan antar umat beragama saling mengenal, berkomunikasi
dam menjadi umat yang terpilih dalam Kristus.

2.2. KOMUNITAS BASIS GEREJAWI


2.2.1. Komunitas

Pengertian umum

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi
lingkunga, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Komunitas juga berarti
publik, dibagi oleh semua atau banyak. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari
beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat
yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah
kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti
"kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi
oleh semua atau banyak". (Wenger, 2002: 4)
Komunitas berarti suatu relasi vital antar anggota , yang mengungkapkan adanya
solidaritas dan sikap saling tolong menolong antaranggota, suatu bentuk yang mendalam,
stabil, terencana, dan menggairahkan dalam kehidupan bersama. Untuk memahami dengan
lebih baik luasnya arti kata komunitas, mesti membandingkan sekaligus membedakan antara
anggota komunitas dan kelompok :
1) Komunitas adalah satu ekspresi permanen , konstan dari sebuah kehidupan sosial ;
Kelompok lebih bersifat sementara, kelompok akan hilang ketika alasan berdirinya
tidak lagi dibutuhkan.
2) Komunitas adalah sebuah jawaban yang bersifat global pada totalitas kehidupan, yang
mengitengrasikan semua dimensi sosial yang fundamental dari umat manusia
(keluarga, pendidikan, kesehatan, politik, agama dan sebagainya) dalam usaha-
usahanya untuk mencapai tujuan bersama.
3) Komunitas selalu bersifat pluratistis, mempersatukan pribadi-pribadi yang berbeda-
beda dalam umur, status sosial, jenis kelamin, kebudayaan dan suku bangsa ataupun
tingkat kesadaran serta ungkapan kepercayaannya. Kelompok biasanya bersifat
homogen, yang terdiri dari orang-orang yang hampir sama dalam umur, jenis kelamin
ataupun keahlian yang dimilikinya, kelompok selalu mengacu pada kesatuan (bukan
kebersamaan) baik ide, bahasa, simbol atau bahkan pakaian.
4) Komunitas cenderung membangun sebuah relasi persaudaraan yang tidak pernah
berakhir, sehingga selalu berusaha menghindari godaan yang mengarahkan pada

12
mentalitas getho atau membentuk suatu kelompok yang elitis. Di dalam komunitas
kita akan menemukan persahabatan, serta keterbukaan terhadap siapa saja. (Renwarin,
Berlinda: 2017:11)

Pengertian khusus

Menurut George Hillery Jr komunitaas adalah sekumpulan orang yang hidup di


suuatu wilayah dan memiliki ikatan untuk melakukan interaksi satu sama lain. Menurut
Kertajaya Hermawan komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relaasi pribadi yang erat
antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest dan values.5

Dalam proposal penelitian ini komunitas adalah persekutuan umat beriman Katolik
yang tinggal berdekatan dan saling mengenal yang berkumpul untuk berdoa bersama, sharing
Kitab Suci atau sharing pengalaman, saling berkomunikasi, saling mengikat persaudaraan
sehingga dapat tumbuh suatu persekutuan yang beriman Katolik.

2.2.2. Basis

Pengertian umum

Kata “basis” itu sendiri memiliki arti yang berbeda-beda. Empat di antaranya adalah
yang paling sesuai dengan perbincangan kita sekarang ini. Secara sosiologis, basis dapat
popular, tingkat bawah, dan dekat dengan masyarakat. Dalam arti tingkat bawah yaitu orang
miskin dan mereka yang tersingkirkan.

Secara teologis, basis berarti apa yang mendasar pada prinsip kristiani, tingkatan
dimana Gereja sungguh-sungguh merupakan kehadiran keselamatan bagi masyarakat sebagai
individu-individu dalam dunia sekarang ini. Basis dalam pengertian ini menunjukkan kepada
kelompok Kristiani yang menjadi pusat untuk darinya dapat mewartakan Injil Yesus ke
tempat lainnya. Secara deskriptif, basis berarti sesuatu yang bergerak dari bawah ke atas. Hal
itu melukiskan jaringan kerja vital bagi Gereja secara aktif hadir di tengah dunia sebagai ragi,
garam atau terang, sel inti dari masyarakat yang lebih luas. Secara strategis, basis senantiasa
mengacu pada kenyataan bahwa setiap lembaga memiliki vital untuk menciptakan sebuah

5
Diambil dari http://www.dosenpendidikan.com/6-pengertian-komunitas-menurut-para-ahli/, pada hari rabu,
07 Maret 2018, pukul 15.06.

13
jaringan kerja sama pada tingkat akar rumput untuk dapat secara konstan terlibat dalam
proses kehidupan yang sedang berlangsung tanpa hentinya (Diktat KBG 1:12).

Pengertian khusus

Basis adalah asas, dasar. Dalam proposal penelitian ini yang dimaksudkan dengan
basis adalah persekutuan umat (Gereja) di tingkat yang paling kecil atau dasar yang terdiri
dari 15-30 kepala keluarga.

2.2.3. Gerejawi / Kristiani

Pengertian umum

Kata ini mengungkapkan motivasi dasariah KBG, yakni anggota Gereja Katolik yang
dipersatukan karena baptisan atas dasar iman kepada Yesus Kristus, keinginan untuk selalu
hidup sesuai dengan perintahNya, dan melaksanakan seluruh tugas perutusannya dengan
kekuatan Roh Kudus di dalam kesatuan dengan Gereja lokal, diosesan, maupun universal.
Dengan melaksanakan semua itu, KBG senantiasa memanisfestasikan dan memperjuangkan
keselamatan yang integral (LG 1). Hal itu merupakan satu proses sosialisasi “misteri” Allah
Tritunggal dan kehadiran benih peziaraan dari umat Allah dalam perjalanan menuju
kepenuhannya (Diktat KBG 1: 13).

Pengertian khusus

Gerejawi secara khusus yaitu kristiani bersifat kristen yaitu agama yang disampaikan
oleh Kristus. Dalam proposal penelitian ini yang dimaksudkan dengan Gerejawi yaitu
komunitas basis dalam lingkungan umat beriman Katolik sebagai warga Gereja Katolik.
Dalam hal ini dibedakan dengan kelompok-kelompok basis lain dalam kemasyarakatan.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Komunitas Basis Gerejawi adalah
persekutuan umat yang tinggal berdekatan, saling mengenal, memiliki kepentingan bersama,
mengadakan pertemuan dan dapat menyelesaikan persoalan hidup bersama serta membagikan
pengalaman atau pergumulan hidup melalui sharing Kitab Suci sebuah cara baru gereja dalam
kehidupan menggereja.

Dalam dasar biblis komunitas basis gerejawi berinspirasi dari Kitab Suci Perjanjian
baru terutama dari Kisah Para Rasul 2:42-47 yang berbunyi. “Mereka bertekun dalam
persekutuan , tetap bersatu hati, berkumpul bersama (bidang persekutuan), bertekun dalam

14
pengajaran rasul-rasul (bidang pewartaan), selalu berkumpul untuk memecahan roti dan
berdoa, memuji Allah (bidang liturgi), membagi-bagi sesuai dengan keperluan masing-
masing (bidang pelayanan), mereka disukai semua orang (kesaksian). Misi komunitas basis
gerejawi yaitu : satu kesatuan dalam Roh yang terarah kepada Bapa, dimana semua anggota
menjadi kawanan orang-orang kudus, keluarga Allah dengan dasar ajaran Para Rasul dan
para nabi, di dalam Kristus sebagai pemimpin di mana tubuh seluruh bangunan menjadi bait
Allah yang kudus.

Ini berarti bahwa komunitas basis gerejawi adalah dasar persekutuan orang-orang
beriman yang berkumpul untuk saling menolong, saling mengenal, dapat mempersatukan
umat yang tidak saling mengenal, beda usia dan beda status. Dengan begitu dikatakan cara
baru komunitas basis gerejawi pada awalnya lahir dari suatu keprihatinan akan kurangnya
pelayanan para imam di daerah-daerah terpencil dan kurangnya keberpihakan gereja kepada
mereka yang miskin dan tertindas. Dalam perkembangan lebih lanjut. Selain itu SAGKI 2000
telah menggagas komunitas basis sebagai strategi baru hidup menggereja pada abad ke 21
(Diktat KBG 1:1).

Menurut rumusan SAGKI 2000 komunitas basis sebagai salah satu cara baru hidup
menggereja sebagai satuan umat yang relatif kecil dan yang mudah berkumpul untuk
mendengarkan firman Allah, berbagi masalah sehari-hari baik masalah pribadi, kelompok
maupun masalah sosial dan mencari pemecahannya dalam terang Kitab Suci. Komunitas
basis seperti ini terbuka untuk membangun suatu komunitas yang juga merangkul saudara-
saudari beriman lain. Komunitas basis diinspirasikan oleh teladan hidup umat perdana seperti
dituliskan dalam Kitab Suci. Maka dapat dikatakan bahwa komunitas basis lebih mengakar,
lebih kontekstual, dan mampu menjalankan perannya dalam menggarami dunia yang lebih
baik. Komunitas basis akan memberikan wajah baru dalam hidup menggereja bagi umatnya
yang mampu berbela rasa dengan saudara-saudara yang miskin dan tertindas. SAGKI 2000
menerangkan mengenai komunitas basis gerejawi dimana komunitas basis perlu diperhatikan
dari pihak gereja dengan tujuan untuk menumbuhkembangkan iman umat dewasa ini. Dengan
demikian kehidupan berkomunitas sangat membutuhkan sosok seorang pemimpin yang
mampu merangkul dan memimpin warga kombas sedemikian sehingga semua umat terlibat
dengan gembira dalam membangun persekutuan dalam memberi kesaksian tentang cinta
kasih Allah kepada sesama.

15
Suatu komunitas yang hidup mesti membutuhkan seorang pemimpin. Seorang
pemimpin dalam komunitas basis harus mampu mengumpulkan umat untuk saling mengenal
dan memahami cara hidup kombas dan menumbuhkembangkan iman mereka sesuai dengan
tujuan hidup bersama. Dengan demikian kepemimpinan dalam suatu komunitas basis harus
mampu mendekatkan kepada Kristus. Membantu umat untuk memahami bagaimana
menjalani hidup Kristiani serta memberanikan umat untuk lebih setia kepada Kristus dan
mendampingi umat untuk lebih bertanggung jawab akan hidup bersama dalam komunitas
persekutuan hidup bersama.

Ensiklik Redemptoris Missio (RM) dari Yohanes Paulus II Yohanes Paulus dengan
jelas mendefinikan KBG sebagai berikut. ”Komunitas-komunitas Basis Gerejawi merupakan
tanda adanya daya di dalam kehidupan Gereja, suatu sarana pembinaan dan penginjilan, dan
suatu titik pangkal yang kokoh bagi suatu masyarakat baru yang dilandaskan pada
”peradaban cinta”. Komunitas-komunitas ini mendesentralisasikan dan mengatur komunitas
paroki; pada paroki itulah mereka senantiasa menyatukan diri. Di dalam komunitas-
komunitas basis, orang kristen secara pribadi mengalami kebersamaan dan karena itu
merasakan bahwa ia sedang memainkan suatu peranan yang aktif dan didorong untuk ikut
ambil bagian dalam tugas bersama. Pada saat yang sama, karena dilengkapi dengan cinta
Kristus, mereka juga memperlihatkan bagaimana perpecahan-perpecahan, masalah kesukuan,
dan rasialisme yang dapat diatasi.”

Komunitas Basis Gerejani (KBG) adalah suatu komunitas yang terdiri dari kelompok
kecil, umumnya terkelompok dalam jumlah limabelas sampai dua puluh kepala keluarga, di
suatu wilayah, biasanya di satu paroki. Kelompok kecil ini memiliki nama yang berbeda
bahkan menghidupi aspek-aspek hidup menggereja yang berbeda pula, entah kelompok
evangelisasi, kajian Kitab Suci, doa, renungan.

Komunitas Basis Gerejawi (KBG) adalah suatu persekutuan umat yang relatif kecil,
saling mengenal, tinggal berdekatan atau memiliki kepentingan bersama, yang secara berkala
mengadakan pertemuan. Mereka berdoa, membaca dan mengadakan sharing Kitab Suci.
Dengan kata lain komunitas Gerejawi sesungguhnya adalah “Gereja dalam wujud nyata, di
tingkat akar rumput yang terbuka dan senantiasa membantu masyarakat, terutama yang
miskin dan terpinggirkan dan mempedulikan alam lingkungan sekitarnya. komunitas yang
terdiri dari kelompok kecil. Komunitas ini terdiri dari orang-orang beriman atau orang-orang

16
yang sudah dibaptis. Umumnya terkelompok dalam jumlah lima belas sampai dua puluh
kepala keluarga, di suatu wilayah, biasanya di satu paroki.

Komunitas basis juga merupakan satu kesatuan umat, hidup bertetangga, saling
melibatkan diri (berpartisipasi) dalam kehidupan bersama, berkumpul untuk mendengarkan
firman Allah, untuk berbagi masalah sehari-hari, baik masalah pribadi, kelompok maupun
masalah sosial, kesatuan umat yang mencari pemecahan atas masalah yang dihadapinya
dalam terang Kitab Suci dan mengambil keputusan bersama untuk melakukan aksi atau
tindakan.

Dimana sudah di uraikan diatas pengertian penggerak dan komunitas basis gerejawi
maka disimpilkan bahwa penggerak komunitas basis geejawi yaitu orang yang menggerakkan
atau memimpin jalannya suatu pertemuan maupun kegiatan yang mana saling memberi
masukan, memberikan kenyaanan, tanggung jawab, optimis, bertanggung jawab dalam
memimpin ataupun menggerakkan umat dalam mengikuti suat kegiatan maupun pertemuan.
Agar terciptanya persaudaraan, dimana saling membantu, mengenal satu dengan yang lain
dan semakin akrab.

Dengan demikian dapat dilihat beberapa karakteristisk komunitas kecil Gerejawi


antara lain :

1. Suatu komunitas yang berusaha untuk sadar akan kondisi kehidupan yang menyeluruh
dari anggota-anggotanya serta harapan, kekuatan, perjuangan kegembiraan dan
impian.
2. Komunitas yang terorganisir.
3. Komunitas yang berdoa dan merayakan.
4. Komunitas yang berpusat pada Kristus.
5. Komunitas yang terbuka bagi masyarakat luas dan dunia.
6. Komunitas yang berkaitan dengan hidup seutuhnya.

Melihat karakteristisk tersebut dimana umat komunitas basis gerejawi dapat


menjalankan dan menghayati artinya persekutuan dalam iman yang berpusat pada Kristus
(Diktat KBG 1:9). Ada 5 berbagai bidang yang menguraikan mengenai komunitas basis
gerejawi :

a. Liturgi

17
Komunitas basis gerejawi sebagai wadah perayaan iman yang bertitik tolak pada
realita hidup harian, liturgi komunitas basis gerejawi menyatukan liturgi hati, liturgi
kehidupan dan liturgi Gereja.
b. Koinonia
Komunitas basis gerejawi sebagai sebuah persekutuan dengan pola partisipasi
demokratis , keterbukaan terhadap semua orang , dan kesetaraan dalam menjalankan
amanat injil. Komunitas yang menekankan hubungan pribadi antar umat yang
mengarah pada persaudaraan injil.
c. Kerygma dan Martyria
Komunitas basis gerejawi menawarkan pada Gereja kesatuan permenungan biblis-
teologis dengan analisa sosial dalam terang sabda Tuhan dan memberi kesaksian dan
memerjuangkan yang benar, baik dan adil di tengah masayarakat.
d. Diakonia
Komunitas basis gerejawi sebagai wadah yang mewujudnyatakan solidaritas terhadap
kecemasan dan kegembiraan dunia.

2.3. PEMBERDAYAAN UMAT KOMUNITAS BASIS GEREJAWI

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat


berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri
sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.

Mengutip definisi pemberdayaan dari Ifz (1995 : 182) : “pemberdayaan berarti


menyiapkan kepada masyarakat sumber daya, kesempatan/peluang, pengetahuan dan
keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat itu dalam menentukan masa depan
mereka, serta untuk berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas
masyarakat itu sendiri”.

Dalam memberdayakan umat harus adanya komunikasi di antara sesama, di mana


membicarakan mengenai tujuan-tujuan, misi, rencana, strategi, hasil yang dicapai dalam
umat, alasan-alasan pengadaan bagi umat, keinginan-keinginan yang ada dalam umat
termasuk keinginan saudara. Komunikasi yang baik yaitu sebanyak mungkin komunikasi
tatap muka, memilih orang yang benar-benar dapat diajak berbicara mengenai rencana-
rencana bersama, bertanyalah kepada umat apakah umat ada yang mau menceritakan
kebutuhan, minat, persoalan yang ada. Tetapkan waktu untuk tukar menukar informasi.

18
Peran penggerak komunitas basis gerejawi harus tetap semangat untuk berbagai jenis
kegiatan serta partisipasi untuk hadir, dimana banyak yang tidak menjalankan tugasnya
sehingga baik di Gereja maupun dimanapun mereka berada. Dalam hal ini bagaimana peran
penggerak komunitas basis gerejawi untuk mau berjuang merangkul umat serta mendorong
mereka untuk dapat aktif dan bertangung jawab dengan tugas-tugas. Bagi para penggerak
atau pengurus perlu dilakukan pemberdayaan dengan :

a) Menata struktur kepemimpinan dalam komunitas secara tepat dan benar.


b) Membangun komitmen bersama sebagai tali pengikut kesatuan yang sekaligus
merupakan kekuatan motivasi untuk setia melayani kebutuhan komunitas.
c) Menyusun progam-progam kegiatan strategis komunitas bersama anggota komunitas
didampingi oleh pendamping.
d) Menggerakkan dan memotivir setiap anggota komunitas melalui progam pertemuan
rutin seperti ibadat, ret-ret, temu bakat, rekreasi,latihan koor, kerja bakti, kunjungan
sosial orang-orang sakit di LP.
e) Setia mengadakan evaluasi dan berani membuat perubahan-perubahan sesuai
kebutuhan yang urgen. (diktat pastoral orang muda:25).

Tujuan pemberdayaan umat adalah memberi iklim agar umat dapat bertumbuh dan
berkembang. Agar tujuan ini berhasil, penggerak komunitas basis gerejawi perlu menyadari
bahwa dalam proses itu ada dinamika pertumbuhan umat memakan waktu, usaha, kesabaran,
dan daya juang. Dengan demikian mengutip dari 5W + 1H , apa yang harus di berdayakan,
siapa yang di berdayakan, mengapa perlu adanya pemberdayaan, kapan di adakan
pemberdayaan, bagaimana cara pemberdayaan.

Melihat itu dengan adanya peran penggerak komunitas basis gerejawi harus
memberikan pengetahuan, daya juang, peluang kepada umat agar mereka dapat menjalankan
perseketuan dengan hati yang tulus ikhlas. Caranya dengan mendekatkan diri kepada umat
agar mereka dapat meluangkan perasaan umat, bisa mensharingkan pengalaman dan masalah
serta situasi yang ada. Pemberdayaan bagi umat komunitas basis gerejawi sangat penting
karena dengan begitu umat semakin menyadari artinya persekutuan, kerja sama, daya juang,
peluang untuk dapat mengenal satu dengan yang lain dan dapat berkumpul dalam
memuliakan nama Tuhan. Dilakukan dengan melihat situasi yang ada, dapat dilakukan
pendekatan ataupun kunjungan dalam seminggu sekali, atau dalam ibadah komunitas basis
gerejawi.

19
Komunitas Basis Gerejawi sebagai basis pemberdayaan umat awam bergerak di basis
atau akar Gereja, di antara kaum awam. Berbicara tentang pemberdayaan umat awam
mengandaikan pula penyadaran awam akan peranannya, termasuk pembenahan struktur ,
yang terkait langsung dengan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah suatu kepercayaan,
tugas dan tanggungjawab yang diberikan oleh seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mengarahkan dan memberi semangat serta menyatukan seluruh anggota kelompok atau
komunitasnya menuju tujuan tertentu. Komunitas basis gerejawi merupakan suatu
persekutuan umat Allah yang dibentuk dalam satu kelompok kecil saling mengenal, tinggal
berdekatan dan memiliki kepentingan bersama. Dalam komunitas basis gerejawi sangat
dibutuhkan oleh seorang pemimpin yang mampu mengatur, mengkoordinasikan, dan
menggerakan umat dalam membangun persekutuhan hidup komunitaas basis gerejawi.
Pemimpin komunitas basis gerejawi perlu menjalankan tugas dan tanggungjawab yang
dipercayakan kepadanya sehingga program kegiatan dalam komunitas basis gerejawi dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan arah tujuan hidup komunitas basis gerejawi.

Fokus penelitian ini ialah bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggungjawab


kepemimpinan dalam komunitas basis gerejawi. Apa saja kesulitan yang dihadapi oleh
pemimpin komunitas basis gerejawi dalam melaksanakan program kegiatan bersama umat.
Untuk mengetahui semuanya itu penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
artinya situasi yang terjadi dilapangan dapat digambarkan secara nyata dengan menggunakan
wawancara semi terstruktur. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa pemimpin
komunitas basis gerejawi belum melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
maksimal dalam komunitas basis gerejawi. Hal ini dikarenakan adanya dualisme kepercayaan
antara pemimpin komunitas basis gerejawi dan Ketua Stasi. Adanya kekurangpercayaan ini
mengakibatkan pemimpin komunitas basis gerejawi dan pengurus komunitas basis gerejawi
lainnya pun kurang aktif melibatkan diri dalam menjalankan kegiatan komunitas basis
gerejawi. Sehingga kegiatan dalam komunitas basis gerejawi pun tidak dijalankan sesuai arah
persekutuhan hidup komunitas basis gerejawi. Selain kurangnya kepercayaan adapun masalah
kesehatan yang mengganggu aktivitas pemimpin komunitas basis gerejawi.

Dalam hal ini membuat pemimpin komunitas basis gerejawi kurang aktif mengikuti
program kegiatan yang dilakukan. Maka hal utama yang perlu dilakukan adalah adanya
pendekataan khusus dari pihak gereja yaitu tim pastoral memberi perhatian kepada para
pengurus terutama pemimpin komunitas basis gerejawi untuk saling bekerja sama mengatur,
mengarahkan dan menggerakan umat dalam menjalankan program kegiatan komunitas basis

20
gerejawi. Supaya umat semakin berkembang dengan menumbuh kembangkan iman mereka
dalam terang iman akan Yesus Kristus. Tugas Pemimpin komunitas basis gerejawi menyusun
program kerja tahunan dengan melibatkan pengurus komunitas basis gerejawi lainya,
penyusunan program selalu melibatkan umat, penyusunan program kerja tahunan komunitas
basis gerejawi berdasarkan situasi dan kebutuhan umat.

Peran sebagai pelayanan penggerak komunitas basis gerejawi yaitu karena iman,
karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati, karena kesetiaan, karena pilihan
mau ambil bagian, karena kerendahan hati, karena partisipasi dalam keprihatinan Allah.

2.3.1. Usaha-Usaha Pemberdayaan Komunitas Basis Gerejawi

Saat berada dalam situasi berhubungan dengan umat yang suka bikin ribut dan
merusak hubungan baiknya , penggerak komunitas basis gerejawi perlu :

1. Memberikan contoh yang benar


2. Menghentikan masalah pada permulaan jika masalah itu potensial menjadi masalah
serius.
3. Mencoba sesuatu yang positif.
4. Menghindarkan bias-bias emosi pribadi.
5. Mendisiplinkan diri untuk menghindarkan cemoohan dan hilangnya rasa hormat.
6. Betindak segera terhadap keluhan yang ada.
7. Biarlah bola menggelinding di lapangannya sendiri.
8. Menjaga kepala tetap dingin.

Dengan adanya usaha-usaha yang ada kita melihat daya juang, peluang untuk
memberi pengetahuan dan pembawaan yang baik untuk dapat melanjutkan dan membangun
persekutuan komunitas basis gerejawi. Dan dapat menghayati adanya suatu persekutuan yang
kuat.

2.4. Fungsi penggerak dalam pemberdayaan komunitas basis gerejawi

Fungsi penggerak Komunitas Basis Gerejawi adalah sebagai pemimpin, pembina,


pendamping dan penasehat yang baik dalam membangun dan memimpin persekutuan umat
beriman dalam komunitas basis gerejawi.Dilihat dari fungsi yang ada akan di uraikan fungsi-
fungsi penggerak komunitas basis gerejawi :

a. Pemimpin

21
Pemimpin komunitas basis gerejawi yang tepat adalah kepemimpinan partisipasif
sebagai pemersatu yang menciptakan suasana dan peluang untuk melibatkan anggota-
anggotanya. Ciri yang lain yaitu mengambil keputusan, penyampaian ide serta menekankan
proses kebersamaan, menekankan relasi dari pada keahlian dan rela berkorban mengandalkan
wibawanya. Kepemimpinan adalah suatu kepercayaan , tugas dan tanggung jawab yang
diberikan oleh seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan memberi
semangat serta menyatukan seluruh anggota kelompok atau komunitasnya menuju tujuan
tertentu. Penggerak komunitas basis gerejawi juga menjadi seorang pemimpin di mana fungsi
kewibawaan pimpinan atau Gembala Umat. Dimana ada kerja sama antara sekian banyak
orang di situ pun selalu tumbuh secara wajar pimpinan.

Ada dua pokok yang ingin dikembangkan, yang sangat terkait dengan komunitas basis
gerejawi. Yang pertama berkaitan dengan kepemimpinan pastisipasif dan yang kedua
berkaitan dengan kewibawaan pimpinan.

1. Kepemimpinan Pastisipasif
Kepemimpinan partisipasif menjabarkan model Gereja partisipasif. Gereja
partisipasif berarti Gereja yang di bangun berdasarkan partisipasi umat atau oleh
semua komponen. Pada saat semua umat memberikan pastisipasinya, pada saat
itulah Gereja sedang terjadi dan terbentuk. Kepemimpinan pastisipasif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
- Pemimpin sebagai fasilitator, yang memberikan iklim atau peluang agar
semakin banyak orang terlibat dan mengambil keputusan, sedangkan anggota
mengemukakan ide atau pendapat.
- Menekankan proses dan kebersamaan
- Menekankan relasi daripada keahlian
- Kepemimpinan yang rela berkorban dan mengandalkan wibawanya pada cinta
dan keterlibatannya.
- Pemimpin tertarik pada masing-masing anggota apabila ada yang berbicara
dan mendengarkan setiap anggota, sementara anggota menghormati setiap
pendapat termasuk yang berlainan pendapat.
- Membagi-bagi tanggungjawab pada anggota, dan anggota siap menerima
keputusan kelompok.
- Pemimpin yang mengakui kesalahan tanpa takut, dan anggota tidak
mempersalahkan pemimpin jika gagal.

22
2. Kewibawaan yang dicintai
Pokok kedua dari kepemimpinan adalah soal penghayatan akan wibawa
(Mangunwijaya : 27-39).
- Pancaran kewibawaan Tuhan dalam seorang pemimpin.
Kewibawaan dalam umat gerejawi sewajarnya adalah kewibawaan yang
dicintai. Di sini ibarat keluarga muncul kembali. Kewibawaan ayah dan ibu di
mata anak-anak haruslah kewibawaan yang dicintai dan disayangi, bukan
ditakuti. Kewibawaan yang sekaligus sumber cinta itu pada hakikatnya adalah
citra bayangan dari kewibawaan cinta dari dan oleh Tuhan yang tertuju pada
manusia.
- Muncul dari rasa cinta pemimpin kepada umat
Seorang gembala umat sekali ia dipilih oleh umat, maka seluruh umat harus
bersedia ikhlas untuk menjunjung tinggi kewibawaannya dan mencintainyam
kendatipun ia tetap punya kekurangan. Maka dengan mencintai itu, dengan
sendirinya ia akan berwibawa.
- Siap tanpa pamrih, rendah hati, tahu menempatkan wibawa pada tempat dan
waktunya.
Tetapi dilain pihak, kecenderungan orang-orang justru ingin mudahnya saja,
tidak berani bertindak wibawa pada saat-saat dia harus berwibawa. Orang-
orang kita lebih cenderung untuk merendahkan diri dan diam daripada
bergerak sebagai pemimpin.
b. Pembina
Menjadi orang yang dapat membangun dan mendorong umat agar dapat
menjalankan tugas serta tanggung jawab yang diberikan.
c. Pendamping
Menjadi pendamping yaitu menjadi teman, karib, sobat yang solid untuk hidup
dalam persaudaraan membangun dan menjalankan tugas dengan baik. Saling
memberi motivasi dan masukan dan melihat situasi yang sedang berjalan.
d. Motivator
Menjadi pemberi motivasi, dorongan , naseghat bagi umat yang lemah dan tidak
bertanggungjawab atas tugas yang diberikan, serta menjadi penolong dan
penerang bagi umat.
e. Pelayan

23
Pelayan yang rendah hati, penuh perhatian memiliki kasih, melayani dengan
penuh kasih, yang taat kepada Allah, bertanggung jawab, membutuhkan suatu tim
dalam berbagai kegiatan, mengakui kesalahan, memegang sikap kritis yang
positif, memiliki ketabahan dan ketahanan diri yang baik dalam menghadapi dan
mengalami pelbagai kesulitan atau hambatan baik dari hidup pribadi maupun dari
luar (Diktat pastoral orang muda:17).

2.4.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha pemberdayaan Komunitas Basis


Gerejawi

Adapun faktor penghambat yang mempengaruhi usaha dalam memberdayakan


Komunitas Basis Gerejawi ialah sebagai berikut:

1. Kurangnya hubungan dengan umat


Maksudnya ialah bahwa harus melakukan hubungan komunikasi antara masyarakat
atau umat. Dan juga mengenai pola-pola pemikiran yang sempit dan lama.
2. Sikap umat yang tradisional
Umat yang masih mempertahankan tradisi dan menganggap tradisi tak dapat diubah
secara mutlak, dapat mengakibatkan terhambatnya perubahan sosial dan komunikasi
dalam umat tersebut.
3. Prasangka terhadap Hal-hal yang baru atau asing
Rasa curiga terhadap hal-hal baru yang datang dari luar dapat menghambat terjadinya
perubahan sosial dalam masyarakat.
4. Ketergantungan (depedence).
Ketergantungan suatu komunitas terhadap orang lain (misalnya terhadap pendamping
sosial) menyebabkan proses “pemandirian” masyarakat membutuhkan waktu yang
cenderung lebih lama.
5. Superego
Superego yang terlalu kuat dalam diri seseorang cenderung membuat ia tidak mau
atau sulit menerima perubahan atau pembaharuan. Dorongan superego yang
berlebihan dapat menimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula.
6. Rasa tidak percaya diri (self distrust)
Rasa tidak percaya diri membuat seseorang tidak yakin dengan kemampuannya
sehingga sulit untuk menggali dan memunculkan potensi yang ada pada dirinya. Hal
ini membuat orang menjadi sulit berkembang karena ia sendiri tidak mau berkembang

24
sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Yang dapat menundukkan seseorang dalam
status adalah :
1. Kemampuan fisik, mental dan sosial berbeda yang biasanya timbul karena
perbedaan pendidikan, latihan dan pengalaman.
2. Tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan pekerjaan
3. Tingkat pentingnya pekerjaan.
Sedangkan faktor pendukung mempengaruhi usaha pemberdayaan Komunitas Basis
Gerejawi adalah sebagai berikut.

1. Faktor kerja sama


Di mana dalam memberdayakan umat dalam komunitas basis gerejawi umat sangat
penting untuk di berdayakan dan di bina untuk bertanggungjawab atas tugas yang
diberikan.
2. Faktor kewibawaan
Dilihat dari faktor kewibawaan dimana faktor ini sangat baik dan sangat memperkaya
kepekaan antar umat. Agar dapat menjalani suatu hubungan dengan baik.
3. Faktor komunikasi
Adanya faktor komunikasi sehingga adanya saling mengenal dan saling mengingatkan
satu dengan yang lain. Sehingga dimana tugas yang diberikan dapat bertanya dan
dapat bekerja sama sehingga tidak merasa asing.
4. Faktor sosial
Faktor sosial berpengaruh karena dimana umat tinggal saling berdekatan
bagaimanapun caranya mereka sudah mengenal secara dalam dan luas mengenai
lingkungan, kebersamaan agar dapat memperkaya kesatuan. Baik dalam komunitas
basis gerejawi maupun dalam masyarakat lain.

25
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah cara dan prosedur dan sistematis dan terorganisir untuk
menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan
sebagai solusi atau masalah tersebut. Cara tersebut dilakukan dengan menggunakan metode
ilmiah yang terdiri dari berbagai tahapan atau langkah-langkah yang membantu penulis
memahami permasalahan yang hendak diteliti.

3.1. Metode atau Alasan Menggunakan Metode

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan alasan bahwa
metode ini sangat memberikan gambaran kenyataan atau situasi yang terjadi di lapangan.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang
ucapan, tulisan atau perilaku yang dapat di amati dari suatu individu, kelompok,
masyarakatatai organisasi tertentu dalam suatu seting konteks tertentu yang dikaji dari sudut
pandang yang utuh, komperensif dan holistik. Jadi perlu analisa dan uraian atau penjelasan
yang mendalam, sehingga melalui metode kualitatif ini penulis ingin mengetahui akar
penyebab masalahnya secara mendalam dan menemukan pola baru dengan menggunakan alat
bantu penelitian yaitu melalui pertanyaan-pertanyaan wawancara semiterstruktur.

Alasan menggunakan metode ini adalah untuk menemukan dan memhami apa yang
tersembunyi di balik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk
dipahami secara tuntas dan perlu analisa. Dalam hal ini adalah persoalan dalam kelompok
Komunitas Basis Gerejawi. Sejauh mana para penggerak Komunitas Basis Gerejawi (KBG)
ini memainkan peranannya sehingga dapat membawa umat kepada suatu komunitas yang
aktif serta berkembang dalam dimensi iman.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Tempat atau lokasi penelitian yang penulis pilih yakni Paroki Kristus Terang Dunia
Waena, di mana fokusnya pada tiga kombas. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan
pertengahan bulan Maret sampai pada pertengahan Mei 2018.

3.3. Sumber data penelitian

26
Sampel sumber data dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi
sebagai narasumber atau informan, teman atau guru. Sampel sumber data dalam penelitian ini
adalah sebagian induvidu yang akan diselidiki dari keseluruhan objek penelitian yang terdiri
dari pengurus kombas, dewan paroki dan beberapa umat. Jumlahnya sekitar 4 orang yang
mau diselidiki.

3.4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
semi terstruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview.
Dalam wawancara ini pelaksanaanya bebas dalam arti bahwa wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan lebih terbuka di mana pihak yang di ajak wawancara
diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara penulis perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang di kemukakan oleh informan. Adanya observasi,
wawancara dan dokumentasi.

Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka. Wawancara dibuat dengan menggunakan pedoman wawancara yang disiapkan
secara semi terstruktur. Orang-orang yang diwawancarai adalah mereka yang disebut dalam
sampel data.

3.5. Teknik analisis data

Menurut Bogdan dalam buku Sugiyono (2011): Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah difahami,dan temuanya dapat diinformasikan
kepada orang lain.

Berdasarkan hal tersebut di atas ini dapat dikemukakan disini bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori dan memilih mana yang
penting yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh
penulis maupun orang lain.

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis selama di
lapangan Model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (1984): mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

27
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Analisis data dalam penelitian
ini ada dua komponen analisis data yaitu komponen analisis data (flow model) dan komponen
analisis data (interactive model). Dalam hal ini penulis memilih menggunakan komponen
analisis data(interactive model).

Adapun kompenen dalam analisis data(interactive model) meliputi langkah-langkah


sebagai berikut :

 Data Reduction ( Reduksi Data)

Data reduction( Reduksi Data) adalah data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu maka perlu dicacat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

 Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui
penyajian data ini maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.

Maksudnya adalah, data yang ada, yang merupakan hasil dari penelitian yang
dilakukan, kemudian akan disajikan dalam tulisan ini, sehingga memudahkan untuk
dipahami, terutama tentang situasi yang terjadi dalam komunitas basis dan bagaimana para
penggerak kombas memainkan peranannya untuk menghidupi Komunitas Basis Gerejawi
tersebut (KBG).

 Conclusion Drawing/verification

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

28
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan interaktif, hipotesis atau teori.

Jadi, proses analisis data lebih ditekankan dalam dua tahap analsis data dalam
penelitian kualitatif yaitu : pertama pada tahap pengumpulan data dan oleh sebab itu analisis
data dilakukan di lapangan; kedua dilakukan ketika penulisan laporan dilakukan. Dengan
demikian analisis data dilakukan mulai dari tahap pengumpulan data sampai tahap penulisan
laporan. Oleh sebab itulah, analisis data dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai
analisis berkelanjutan.

3.6. Rencana Pengujian Keabsahan data

Uji kedibilitas dilakukan dengan perpanjangan waktu pengamatan, meningkatkan


ketekunan.

3.7. Uji Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data terhadap hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi diskusi
dengan teman sejawat, dan lain sebagainya. Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan uji
kredibilitas data dengan perpanjangan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat.

a) perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan


pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan sumber data akan semakin
akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang di
sembunyikan lagi.

Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas dan penelitian ini,


sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah data yang
diperoleh itu steelah di cek kembali ke lapangan benar atau berubah atau tidak dibuktikan
dengan surat keterangan perpanjangan.

b) meningkatkan ketekunan

29
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lelih cermat dan
keseimbangan. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Dengan membaca
ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk
memeriksa data yang ditemukan itu benar dipercayakan atau tidak.

3.8. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara
mendalam yang disusun semi terstruktur, serta daftar pokok-pokok yang di observasi.
Dengan judul “Peran Penggerak Komunitas Basis Gerejawi dalam Pemberdayaan Umat di
Paroki Kristus Terang Dunia Waena” ini disusun berdasarkan kisi-kisi penelitian yang di
susun terlebih dahulu, seperti dalam tabel berikut :

TABEL KISI-KISI PENELITIAN

No Dimensi Sub Dimensi Indikator Jumlah Soal


1. Peran Penggerak 1. Pemimpin 1. Menjadi fasilitator dalam 1-5
Komunitas Basis 2. Pelayan kegiatan-kegiatan umat di
Gerejawi 3. Pendamping komunitas basis gerejawi
seperti latihan koor, kerja
bakti, rekoleksi dan kegiatan-
kegiatan sosial.
2. Mengenal seluruh umat.
3. Melayani dengan penuh
kasih, rela berkorban, penuh
perhatian kepada umat
komunitas basis gerejawi.
4. Dapat mendengarkan keluhan
umat dan dapat memberikan
motivasi dan asupan.
2. Pemberdayaan Tugas-tugas 1. Menata struktur 1-8
Umat penggerak kepemimpinan dalam
komunitas basis komunitas secara tepat dan

30
gerejawi benar.
2. Membangun komitmen
bersama sebagai tali pengikut
kesatuan yang sekaligus
merupakan kekuatan motivasi
untuk setia melayani
kebutuhan komunitas.
3. Menyusun progam-progam
kegiatan strategis komunitas
bersama anggota komunitas.
4. Menggerakan dan memotivir
setiap anggota komunitas
melalui progam pertemuan
rutin seperti ibadat, ret-ret,
temu bakat, rekreasi, sosial.
5. Setia mengadakan evaluasi
dan berani membuat
perubahan-perubahan sesuai
kebutuhan yang tepat.

Daftar pertanyaan penuntun : Peran Penggerak Komunitas Basis Gerejawi

1. Menurut pendapat saudara apakah penggerak komunitas basis gerejawi sering


menjadi fasilitator dalam mengikuti beberapa kegiatan yang telah di rancang ,
contohnya : kerja bakti, rekoleksi, latihan koor, atau hal lainnya?
2. Menurut pendapat suadari apakah ada hambatan-hambatan untuk menjadi
fasilitator dalam mengikuti beberapa kegiatan yang telah di rancang, seperti kerja
bakti, ibadah, latihan koor, dan hal lainnya?
3. Apakah penggerak komunitas basis gerejawi ini mengenal seluruh umat yang
termasuk dalam lingkup persekutuan umat dalam komunitas basis gerejawi
tersebut?
(Catatan 1-3 = Pemimpin)

31
4. Menurut pendapat saudara , apakah penggerak komunitas basis gerejawi sungguh-
sungguh melayani umat dengan penuh kasih, rela berkorban waktu, tenaga yang
telah di buang ?
(Catatan 3 = Pelayan)
5. Bagaimana caranya penggerak komunitas basis gerejawi dapat memberikan
motivasi dan memberikan asupan setelah mendengar keluhan umat?
(Catatan 4 = Pendamping)

Daftar Pertanyaan Penuntun : Pemberdayaan Umat

1. Menurut saudara apakah orang-orang yang menjadi penggerak kbg ini adalah
orang-orang yang tepat untuk dapat memimpin umat secara baik ? (indikator 1)
2. Bagaimana dengan pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh penggerak kbg
dapat memberikan motivasi, kekuatan dalam melayani kebutuhan kbg ?
(indikator 2)
3. Apakah ada pelaksanaan progam-progam kegiatan yang dibuat oleh penggerak
kbg sudah berjalan dengan baik dan lancar ?
4. Bagaimana pelaksanaan progam-progam penyusunan untuk kegiatan yang telah
dibuat ? (3-4 indikator 3)
5. Menurut pendapat saudari apakah penggerak kbg dapat menggerakan dan
memotivasi umat melalui progam-progam pertemuan yaitu latihan koor, ibadah,
kerja bakti, dll ? (indikator 4)
6. Apakah penggerak kbg terbuka terhadap kritik dan masukan demi perbaikan yang
dilakukan yaitu adanya evaluasi bersama dalam progam kegiatan yang dilakukan ?
7. Apakah dalam pelaksanaan progam kegiatan ini ada hambatan-hambatan atau
faktor penghambat dalam melaksanakan kegiatan evaluasi bersama ?
8. Apakah ada faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan progam seperti
evaluasi bersama, ibadah, kerja bakti, dll untuk mengembangkan apa yang
diinginkan oleh umat kbg di kemudian hari ? (6-8 indikator 5)

Berdasarkan kisi-kisi ini peneliti menyusun daftar pertanyaan wawancara dan pokok-
pokok observasi yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam
penelitian ini.

32
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

33
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................... 6

Bab II. LANDASAN TEORI................................................................................... 7

2.1 Definisi Operasional ....................................................................................... 7

2.1.1. Pengertian peran ..................................................................................... 7

2.1.2. Pengertian penggerak..............................................................................8

2.1.3. Pengertian pemberdayaan.......................................................................8

2.1.4. Pengertian umat ......................................................................................9

2.2. Komunitas Basis Gerejawi ........................................................................... .9

2.2.1. Komunitas ..................................................................................................9

2.2.2. Basis ..........................................................................................................11

2.2.3. Gerejawi ....................................................................................................11

2.3. Pemberdayaan Umat Komunitas Basis Gerejawi ........................................16

2.3.1. usaha-usaha pemberdayaan .......................................................................18

2.4. Fungsi Peran Penggerak dalam pemberdayaan komunitas basis gerejawi...19

2.4.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha pemberdayaan ..........................21

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ ...24

3.1. Alasan Menggunakan Metode Penelitian .................................................. ..24

3.2. Tempat dan waktu penelitian ......................................................................24

3.3. Sumber data penelitian ................................................................................ 24

34
3.4. Teknik pengumpulan data ........................................................................... 25

3.5. Teknik Analisis data .................................................................................... 25

3.6. Keabsahan data ............................................................................................ 27

3.7 Uji Kredibilitas data ....................................................................................27

3.7. Instrumen Penelitian ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

35

Anda mungkin juga menyukai