Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR

KE DALAM PERJANJIAN BARU

(PEMBIMBING PENGANTAR PERJANJIAN BARU II)

Disusun Oleh:

SAMUEL SULISTIYO, M. Th.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA WESLEY METHODIST INDONESIA

SENTUL CITY

2019
Kitab Injil.

Kata ‘Injil’ dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yang berarti kitab yang
diberikan atau diturunkan oleh Allah kepada Yesus binti Maryam. Dalam pemahaman Alquran,
kata Injil berarti suatu Wahyu dari Allah atau suatu kitab yang diberikan Allah secara langsung
kepada Yesus. Kita tidak mengartikan Injil dalam pengertian bahasa Arab(Alquran) melainkan
dalam pengertian sebagaimana digunakan dalam Alkitab (Bhs. Yunani), bahwa Injil adalah
berita dari Allah (Firman Allah) yang diberikan Allah kepada manusia dan berita itu kemudian
dituliskan dalam bentuk kitab-kitab. Kitab-kitab ini ditulis oleh para saksi mata dan beritanya
disebut Injil karena berisi dari dan tentang Allah dan pekerjaan-Nya melalui Yesus Kristus. Jadi
perbedaan arti ‘Injil’ dalam bahasa Arab dengan bahasa Yunani sungguh jauh berbeda.

Istilah ‘Injil’ berasal dari kata benda (euanggelion) yang secara umum artinya adalah
kabar baik atau berita baik. Kata ini merupakan kombinasi dari dua kata, yaitu: dari awalan eu
dan aggelia. Kata eu artinya baik, sedangkan aggelia artinya “suatu berita”.

Isi Kitab-kitab Injil

Ada banyak pertanyaan yang sering muncul tentang isi Kitab-kitab Injil seperti:
Apakah isi Kitab-kitab Injil itu? Apakah Kitab-kitab Injil itu merupakan sebuah biografi Tuhan
Yesus atau berupa suatu laporan kesaksian tentang kehidupan dan pelayanan Yesus? Isi Kitab-
kitab Injil adalah Firman Allah. Kitab-kitab Injil memang berisi biografi Tuhan Yesus, namun
demikian Kitab-kitab Injil itu bukan semata-mata murni sebagai sebuah biografi Tuhan Yesus,
karena biografi biasanya menulis secara mendetail mengenai kehidupan seseorang dari sejak
kecil sampai akhir hayatnya termasuk semua karya-karyanya. Penulisan Kitab Injil bukan
untuk menuliskan sebuah biografi melainkan sebuah kitab untuk memperkenalkan siapa Yesus
kepada para pembacanya dengan tujuan agar mereka percaya kepada-Nya.

Oleh sebab itu isi Injil lebih berpusat pada laporan tentang perbuatan-perbuatan Allah
dalam dan melalui kehidupan Yesus Kristus. Isi Injil adalah berita baik mengenai pokok-pokok
penting tentang Yesus, pengajaran-pengajaran-Nya dan pekerjaan-pekerjaan-Nya terutama
mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi selama tiga setengah tahun dari permulaan
pelayanan Yesus di Galilea sampai akhir hidup-Nya. Secara lebih khusus mengenai peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada minggu-minggu terakhir dalam hidup dan pelayanan-Nya di
Yerusalem. Dengan demikian isi Kitab-kitab Injil adalah berita selektif yang berisi laporan
historis dan teologis untuk memperkenalkan bahwa Yesus adalah Anak Allah, yaitu Mesias
yang diurapi, yang datang untuk menggenapi rencana dan nubuatan-nubuatan yang
disampaikan Allah melalui para nabi.

A. Apa itu Injil Sinoptik?

Apa itu Injil Sinoptik? Mengapa hanya Matius, Markus dan Lukas yang disebut
sebagai Injil Sinoptik? Untuk menjawab pertanyaan ini maka adalah lebih baik jika kita terlebih
dahulu mengerti apa itu “Sinopsis.” Istilah “Sinopsis” berasal dari dua kata Yunani yaitu: syn
dan opsis atau optic. Syn artinya bersama sedangkan opsis atau optic artinnya melihat atau
memandang. Jadi pengertian Sinopsis secara hurufiah dapat diartikan sebagai ‘melihat secara
bersama’ atau ‘melihat dan' cara pandang yang sama.’ Dalam arti sempit kata ‘Injil Sinoptik’
berarti ‘Injil yang melihat dari perspektif yang sama. Artinya, ketiga Injil, yaitu Matius, Markus
dan Lukas disebut Injil Sinoptik karena ketiganya berisi tentang hidup dan pelayanan Yesus
dari cara pandang yang sama. Dalam ketiga Injil terdapat banyak persamaan-persamaan dalam:
Struktur, isi, kalimat dan istilah. Oleh sebab itu sebutan untuk Injil Matius, Markus dan Lukas
disebut Injil Sinoptik karena ketiga Injil itu ditulis dalam isi, susunan dan ungkapan kata-
katanya mirip satu sama lain. Oleh sebab itu ketiga Injil ditulis dalam satu buah sinopsis, karena
ada banyak teks Matius sejajar dengan Markus dan Lukas, demikian sebaliknya teks-teks Injil
Lukas sejajar dengan Injil Markus dan Matius, dan sebagainya.

Istilah. ‘Injil Sinoptik’ muncul dalam dunia teologi untuk membedakan antara keempat
Injil yang ada dalam Perjanjian Baru yang semuanya berjumlah empat Injil yaitu, Matius,
Markus, Lukas dan Yohanes. Jika diadakan perbandingan di antara keempat Injil tersebut, maka
ternyata baik isi berita maupun urutan laporan tentang kehidupan dan pelayanan Yesus yang
ada dalam Injil Matius, Markus dan Lukas sangat berbeda dibanding dengan isi, urutan
peristiwa yang ada dalam Injil Yohanes. Dapat dikatakan bahwa ketiga Injil yaitu: Matius,
Markus dan Lukas berisi: ‘out line’, materi, dan kalimat yang hampir sama, bahkan ' ada ayat-
ayat atau kata-kata yang persis sama. Oleh karena itulah maka Injil Matius, Markus dan Lukas
disebut ‘Injil Sinoptik,’ Injil yang melihat dari cara pandang yang sama. Persamaana persamaan
inilah yang membedakannya dengan Injil Yohanes karena ketiga Injil tersebut melihat
kehidupan dan pelayanan Yesus dalam urutan historis dari perspektif yang sama.
Pertanyaan selanjutnya adalah jika ketiga Injil Matius, Markus, dan Lukas
mempunyai out line, materi dan isi berita yang hampir sama mengapa harus ada tiga
Injil? Tidakkah lebih baik jika ketiga Injil tersebut disatukan saja sehingga dengan
mudah orang dapat membacanya? Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa meskipun
isi ketiga Injil itu terdapat banyak persamaan-persamaan, bukan berarti bahwa mereka memberi
gambaran yang persis sama tentang Yesus dan pekerjaan-Nya. Memang isi berita yang
disampaikan masing-masing Injil adalah satu yaitu berita tentang Yesus dan pekerjaan-Nya,
namun walaupun demikian, masing-masing Injil memberikan penekanan-penekanan yang
khusus. Penekanan-penekanan khusus tersebut sekaligus menjadi ciri khas Injil tersebut dan
ciri khas yang disumbangkan oleh masing-masing penulis justru memperkaya berita Injil.

Ketiga Injil dengan ciri khas masing-masing justru memberikan gambaran yang
semakin komplit dan sempuma tentang siapa Yesus. Misalnya, Injil Markus memperkenalkan
Yesus sebagai Hamba, sementara Injil Matius memperkenalkan Yesus sebagai Raja, Mesias,
Anak Allah. Matius menggambarkan bahwa Yesus adalah nabi yang lebih besar dari Musa dan
Elia. Demikian halnya dengan Injil Lukas. Injil Lukas mempunyai kekhususan dengan
memberi penekanan untuk memperkenalkan Yesus sebagai Juruselamat umat manusia yang
berdosa dan bagaimana orang-orang non-Yahudi juga beroleh selamat melalui imannya kepada
Yesus.

Oleh sebab itu menyatukan Injil menjadi satu akan menghilangkan kekayaan berita
Injil itu sendiri. Ketiga Injil harus dibaca sebagai kitab yang saling melengkapi sebab ketiganya
memberi gambaran yang semakin lengkap untuk mengenal tentang siapakah Yesus. Dalam
perbedaan yang ada dalam Kitab-kitab Injil justru terletak kekuatan dan kekayaan Kitab Injil.
perbedaan yang ada dalam Kitab Injil justru menghidupkan penyelidikan Alkitab kita atau
pelajaran Alkitab kita.
KITAB INJIL : INJIL SINOPTIK

MATIUS

Latar Belakang Penulis


Walaupun dokumen ini tidak mencantumkan nama penulisnya, namun kesaksian semua
bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M menyatakan bahwa injil ini ditulis
oleh Matius. Sebelum ia dipanggil untuk mengikut Kristus, Matius disebut lewi dan ia bekerja
sebagai seorang pemungut cukai di palestina1 (Mat 9.9; 10:3) yang menjadi salah satu dari
kedua belas rasul Yesus (Mat. 10:3; Mark. 3:18; Luk.6:15).2

Waktu Penulisan

Dalam injil ini hanya terdapat sedikit fakta yang dapat menunjukkan kapan tulisan ini dibuat;
sehingga tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Beberapa ahli konservatif
memiliki alasan kuat untuk memperkirakan bahwa ia ditulis sebelum Yerusalem dihancurkan,
antara tahun 60 sampai 65, ketika Matius berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Ada pakar
liberal yang memperkirakan antara tahun 180 dan 200. Semua ahli sepakat bahwa tulisan-
tulisan Ignatius merujuk, namun tidak mengutip langsung injil Matius, yang berarti injil ini
sudah selesai ditulis pada awal abad ke-2 Masehi.

Penemuan naskah-naskah papirus, "The Oxford Papyri", oleh Prof. Casten Peter Thiede,
memberi bukti kuat bahwa Injil Matius ditulis sebelum tahun 65 M. Di antara naskah-naskah
tersebut ditemukan 3 lembar yang berisi ayat-ayat dari Injil Matius pasal 26, tentang
pengurapan Yesus di rumah Simon, orang lepra di Betania, dan pengkhianatannya oleh Yudas
Iskariot. Di naskah-naskah itu juga ditemukan surat dari seorang petani bernama Harmiysis
yang mengajukan banding pada pengadilan Romawi untuk menambah jumlah ternaknya
dengan menyebut tanggal "tahun ke-12 kaisar Nero, Epeieph 30." atau pada penanggalan
Gregorian, 24 Juli 65/66 M.

Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis,
sedangkan ahli-ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil
Markus.

1
Walter M. Dunnett, 1963, Pengantar Perjanjian Baru, Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas, hal. 17 – 18.
2
Bruce Chilton, 2009, Studi Perjanjian Baru bagi Pemula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Hal.24.
Tujuan Penulisan
Matius menulis Injil ini ditujukan terutama kepada para pembaca Yahudi yang
menampilkan Yesus sebagai Mesias raja Yahudi 3 . Injil ini menyatakan bahwa Yesus orang
Nazaret itu adalah Nabi dan penggenap torat yang terakhir. 4 Untuk meyakinkan pembacanya
bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, peristiwa-
peristiwa dan percakapan bersejarah itu membuktikan bahwa Yesus dari Nazaaret adalah
Mesias dari perkataan dan perbuatannya. Hampir semua orang Yahudi menolak Yesus dan
kerajaan-Nya.5 Sehingga Matius mengaitkan nubuatan-nubuatan tentang kedatangan Mesias
dengan penggenapannya dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Hanya pada akhir zaman, Yesus akan
datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah
semua bangsa.

Situasi Kehidupan Sosial Politik


Situasi kehidupan sosial politik pada abad-abad ketika Israel masih merupakan kerajaan
yang otonom 6 muncullah dua titik pusat kehidupan dalam pergerakan kehidupan nasional,
yakni pusat kerajaan dan bait Allah. Kedua lembaga ini sama kuat dan memiliki kewenangan
dalam kehidupan umat israel. Namun pada tahun 63 sm, Jendral Pompeius masuk Yerusalem
dan memasukkan kekuasaan Romawi disana.

Kaum minoritas berusaha memberontak terhadap pemerintahan Roma, dan mendirikan


pemerintahan dibawah pemerintahan seorang pemimpin yang dipilih Allah, sering disebut
mesias-Nya. Tidak sedikit pula yang mencari penyesuaian diri dengan para bangsawan, dengan
menyesuaikan diri sesuai dengan kepemimpinan bangsa Romawi, dan dengan itu
mempertahankan Kultus 7 di dalam Bait Allah. Yang lain lagi menyendiri ketempat-tempat
seperti Qumran8 dan beradaptasi hidup dengan masyarakat dan menjaga kemurnian dari dunia

3
Walter M. Dunnett, 1963, Pengantar Perjanjian Baru, Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas, hal. 17 – 18.
4
Howard M. Gering, 1994, Analisa Alkitab, Jakarta: Yayasan Pekabar Injil Imanuel, Hal. 16.
5
Adina Chapman, 1995, Pengantar Perjanjian Baru, Bandung: Yayasan kalam Hidup, Halm. 15.
6
kelompok sosial yg memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri
7
Kultus dari suatu agama adalah totalitas praktik dan ketaatan keagmaan yang bersifat eksternal. Kultus
merupakan pola adat ritual yang berkaitan dengan benda tertentu, yang berada dalam suatu cakupan khusus.
Ritualnya biasanya meliputi doa, kurban, persembahan nazar, kompetisi, monumen, dll
8
Qumran (bahasa Ibrani: ‫ )קומראן חירבת‬adalah nama modern bagi lahan dari biara di Laut Mati. Letaknya
adalah 14,4 km sebelah selatan Yerikho. Para ahli beranggapan bahwa Qumran adalah tempat tinggal kaum
luar. Semua gerakan ini dimulai dari sekitar 63 sm.

Sesudah pemberontakan yang gagal, gerakan-gerakan kebangkitan nasional yang mencoba


mengganti kekuasaan Romawi dengan pemerintahan mesianis akhirnya dihancurkan. Bahkan
pada tahun 70 M, Bait Allah dihancurkan oleh orang Romawi.

Situasi Keagamaan Dan Kebudayaan


Bagi orang Yahudi mereka sangat tertarik pada silsilah-silsilah, dan hal ini sudah merupakan
ungkapan yang biasa. Alasan dari minat orang Yahudi terhadap asal usul seseorang itu ialah,
supaya mereka dapat menemukan kemurnian garis keturunan seseorang. Dan hal itu
merupakan hal yang sangat penting bagi mereka, kalau di dalam garis keturunan itu ditemukan
adanya campuran darah dari orang lain, maka orang yang bersangkutan akan kehilangan
haknya untuk disebut sebagai orang Yahudi dan sebagai umat Allah.9

Struktur dan Teologi

Injil Matius secara umum dianggap sebagai edisi kedua Markus . Sebagian besar dari
16 bab Markus termasuk dalam Injil Matius. Ini mirip dengan garis besar Markus dalam Mat
13 dan sesudahnya. Secara teologis, Matius menambahkan penekanan yang lebih besar pada
Hukum dan Perjanjian Lama berdasarkan Injil Markus .

Dalam struktur Injil Matius (H. J. B. Combrink), struktur simetri silang (chiastic
structure) memungkinkan kita untuk melihat betapa pentingnya ajaran kerajaan Allah dalam
Injil Matius.

Eseni di pesisir Laut Mati. Selain itu Qumran juga menjadi pusat aktivitas para kaum Eseni
9
William Barclay, 1995, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius pasal 1 – 10, Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, Hlm.18.
Menurut Combrink, struktur Matius adalah sebagai berikut:

A. 1: 1- 4:17 Narasi: Kelahiran dan Persiapan Yesus.

B. 4:18-7:29 ide Pokok, Khotbah Pertama: Yesus mengajar dengan otoritas

C. 8:1-9:35 Narasi: Yesus Bertindak dengan Kuasa - 10 Mujizat

D. 9: 36-11: 1 Penguatan kedua: 12 Para murid dilayani dengan otoritas.

E. 11: 2-12: 50 Narasi: Undangan Yesus ditolak oleh 'generasi ini'.

F. 13: 1-53 Penguatan Ketiga: Perumpamaan tentang


kerajaan Allah.

E. 13: 54-16: 20 Narasi: Yesus yang ditolak dan dipercayai, Tindakan


ketulusan orang Yahudi dan non Yahudi.

D. 16: 21-20:34 Kekuatan Keempat dalam Narasi: Murid-murid memahami


Kesengsaraan Yesus yang Sudah Berlangsung.

C. 21: 1-22: 46 Narasi: Otoritas Yesus dipertanyakan di Yerusalem

B. 23: 1-25: 46 Penguatan Kelima: Penghakiman atas Israel dan nabi-nabi palsu.
Kerajaan sedang terjadi.

A. 26: 1-28: 20 Kisah tentang penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus.

Di sini kita dapat melihat huruf “F” sebagai tanda bahwa perumpamaan Tentang
Kerajaan Alah itu adalah merupakan inti dari pengajaran dalam Injil Matius. Ini adalah bagian
yang menunjukkan bahwa Matius mengakui 'kerajaan Allah' sebagai hal yang sangat penting
dalam pengajaran Yesus. Struktur Injil Matius menunjukkan bahwa Injil Matius dibangun
secara hati-hati.

Ini adalah ekspresi resmi yang diulang dalam Fasal 7:28, 11:1, 13:53, 19:1, 26:1 Ini
adalah pengulangan ungkapan resmi: "Yesus telah mengatakan, untuk memerintahkan
menyelesaikan perumpamaan." Dalam Fasal 5-7, 10, 13, 18, dan 24-25, ini telah lama diakui
sebagai formula untuk menyimpulkan lima 'benteng' penting. Dimana masing-masing
merupakan subjek khusus (pemuridan, misi, Perumpamaan, hubungan, dan masa depan). Ini
adalah kompilasi yang cermat dari kata-kata Yesus tentang hal itu. Tetapi yang lebih penting,
ini adalah perkembangan yang jelas dan dramatis dalam Injil ini, yang berkembang sebagai
berikut. Fasal 1:1 - 4:16; Memperkenalkan Yesus sebagai Mesias, fasal 4:17 - 16, 20;
Menggambarkan koeksistensi Yesus di Galilea, meningkatkan jawaban dan pertentangan
terhadap Yesus, fasal 16: 21-18: 35; Tujuan sebenarnya dari misi Mesianik Yesus sebagaimana
diungkapkan dalam ajaran penolakan dan kematian, yang merupakan rahasia bagi para murid,
diungkapkan. fasal 19: 1 -25: 46; merupakan point yang terpenting, dimana Mesias hanya
sekali mengunjungi Yerusalem dan bertemu dengan para pemimpin publik Israel (pasal 23
mencatat pernyataan publik terakhir yang akhirnya menolak ketidakpercayaan orang Yahudi
akan permohonan Mesias), 26: 28:20 adalah kesimpulan dari penderitaan, kematian, dan
kebangkitan yang memenuhi misi Mesianik. Injil Matius dengan demikian secara dramatis
membentuk penampakan Yesus sebagai Mesias Israel melawan ketidakpercayaan orang Israel.

Satu kata yang paling mewakili posisi teologis Injil Matius adalah 'pencapaian'.
Pernyataan ini paling menonjol muncul dalam kalimat resmi Injil Matius, yang paling sering
digunakan: Semua hal ini dilakukan untuk memenuhi apa yang Tuhan katakan kepada para
nabi (atau kata-kata serupa 1:22, 2:15, 18, 23; 4:14; 8:17; 12:17; 13:35; 21) : 44; 27: 9;
bandingkan 13:14; 26: 54,56). Kutipan resmi yang digunakan dalam ayat-ayat ini adalah
komentar Matius sendiri tentang kisah itu, yang menunjukkan kemampuan Matius yang luar
biasa untuk menyelaraskan cerita dengan minat untuk menghubungkan kisah Yesus dengan
wahyu Perjanjian Lama. Niat ini tidak terbatas pada kutipan resmi nubuatan eksplisit. Injil
Matius juga berlimpah dalam kutipan-kutipan Perjanjian Lama, banyak di antaranya nyata
antara tindakan utama Yesus dan Israel di masa lalu. Contoh yang menonjol ini adalah frasa
resmi yang diulang tiga kali dalam fasal 12. "Inilah bait yang lebih agung dari pada Yunus dan
Salomo" (12: 6, 41, 42). Dengan demikian, Matius adalah penerus para imam, nabi, raja, dan
kebijaksanaan yang Tuhan telah pimpin melalui umatnya di masa lalu, atau melampaui mereka .

Ciri utama Yahudi dari Injil Matius telah menjadi jelas dalam diskusi kita bahwa
Matius menyebutkan Perjanjian Lama, menekankan pencapaian, dan menekankan peran
hukum. Bahasanya memiliki warna Yahudi dan ia akrab dengan lingkungan budaya Yahudi.
Hanya Matius yang membatasi misi Yesus dan murid-muridnya secara eksplisit kepada "domba
yang hilang dari bani Israel" (10: 5f.; 15:24; lih. Beberapa pertimbangan ini memungkinkan
untuk menggambarkan beberapa rabi yang mengubah Matius, atau untuk menemukan citra
Matius sendiri dalam frasa "juru tulis yang dilatih untuk kerajaan Surga" (13:52).
KITAB INJIL : INJIL SINOPTIK

MARKUS & LUKAS

Markus

Tujuan Dan Latar Belakang Penulisan

Komunitas Markus adalah kekuatan agama Kristen yang muncul sebagai agama yang
muncul pada saat itu. Bagaimana bisa komunitas ini muncul dan membangun identitasnya
dengan beradaptasi dengan komunitas Yahudi. Ini berpusat pada ketegangan dan konflik yang
berasal dari pemahaman hukum Yahudi, Dapat dikatakan bahwa itu terletak pada asal-usul
termasuk misteri historis Yesus. Komunitas Markus, memikirkan alasannya sendiri untuk
mengikuti praktik-praktik tradisional agama Yahudi, seperti Sabat, tata cara, dan metode
pembersihan, mungkin lebih tertarik pada semangat fundamental dari hukum daripada
berpegang pada kata literal dari hukum Kami memilih pendekatan yang fleksibel. Visi misioner
komunitas Markus yang didirikan pada identitas teologis yang membedakan Yudaisme dari
agama Yahudi adalah menyebarkan Injil ke berbagai non-Yahudi dari dunia non Yahudi di luar
Yahudi dan Yudaisme.

Dalam Injil Markus, ada proyek perhatian misionaris yang kuat terhadap orang-orang
bukan Yahudi. Injil, yang ditulis oleh Markus, menunjukkan keterbukaan Yesus kepada orang-
orang bukan Yahudi dalam berbagai cara, dan memperkenalkan pertemuan dengan orang-orang
bukan Yahudi melalui desa-desa dari banyak orang bukan Yahudi. Ini membuktikan bahwa misi
kepada orang Yahudi tidak efektif. Taktik metaforis (Markus 12: 9-11), di mana misi Yahudi
Yesus mengalami penolakan dan diarahkan kepada orang bukan Yahudi, menunjukkan bahwa
misi komunitas Markus telah melintasi batas-batas Yudaisme. Visi misi universal ini ditetapkan
dengan baik untuk membuat pemberitaan Injil diberitakan kepada semua bangsa (Markus
13:12). Jadi, ketika Kedatangan Yesus yang kedua selesai, para malaikat akan mengumpulkan
orang-orang dari segala penjuru bumi (13:27). Ini mencerminkan visi misi universal di luar
perbatasan orang Yahudi, tanpa mengecualikan orang Yahudi, sebagai arus utama Markus pada
saat itu10.

10
Ju Sae chang "Pemahaman Kerajaan Allah dalam Injil Markus," (Universitas Teologi Presbyterian, Disertasi
& Jurnal Guru Besar 2015). Hlm.23-24
Teologi misioner terbuka dari komunitas Markus ini juga secara tidak langsung
dikonfirmasi melalui pelayanan Yesus. Secara khusus, dalam pelayanan yang ajaib, Yesus
memeluk orang-orang bukan Yahudi dan tidak mengecualikan mereka dari objek penyembuhan.
Markus mencatat bahwa Yesus mau menemui seorang perempuan Yunani bangsa Siro-Fenisia
dan dia menyembuhkan anak perempuannya dari kuasa roh jahat (Mark. 7:24-30). Dia tidak
ragu-ragu untuk mengunjungi pinggiran non-Yahudi di Galilea, seperti Degavolina dan
Kaisarea, Filipi dan daerah lainnya. Dalam konteks ini, penekanan Yesus pada Galilea, yang
secara tradisional dikenal sebagai tanah non-Yahudi, Penekanan yang ditempatkan pada
hubungan dengan Yerusalem ada kaitannya dengan fokus misioner komunitas Markus. Dengan
kata lain, Galilea diangkat menjadi tempat pertemuan bagi Yesus dan murid-muridnya setelah
kebangkitan (Markus 14:28, 16: 7). Ini menunjukkan status Galilea sebagai sebuah tempat
simbolik dari misi non-Yahudi dalam komunitas Markus11.

Struktur dan Teologi

Secara tradisional, pemahaman tentang struktur Injil Markus memiliki dua struktur utama.
Yang pertama adalah struktur ganda yang dibagi menjadi setengah bagian pertama dan paruh
kedua berdasarkan pada narasi Yesus, dan yang lainnya adalah struktur tiga yang
mencerminkan struktur Yesaya pada pemugaran. Setengah bagian pertama dari struktur ganda
terdiri dari cerita yang ajaib (Markus 1: 14-8: 30) yang menyampaikan gambaran dari Yesus
sebagai Anak Allah, dan yang terakhir adalah mengenai kisah penderitaan Yesus (Markus 8:
31-15: 47). Tiga truktur Injil Markus adalah Paragraf Pertama - pelayanan Yesus di Galilea (1:
16-8: 26), paragraf kedua - karya Yesus memimpin murid-murid yang 'buta' sehingga dapat
mengikuti 'jalan' yang benar (8: 27-10: 52). Dan paragraf ketiga Yesus memasuki Yerusalem(11:
1-16: 8) ini adalah pembagian struktur yang terdapat dalam Injil Markus12. Di sini akan ditinjau
secara singkat bagaimana fitur-fitur struktur ganda yang terdapat dalam Injil Markus.

a. Pendahuluan (Markus 1:1-13)

11
Kim, Kyung-Hee External, 「Pengantar Perjanjian Baru: Studi Terkini untuk Korea. Hlm. 209-210.

12
Jo jong wae, Memahami Struktur Injil Markus dari Sudut Pandang Kerajaan Allah: berdasarkan tiga struktur,
raja, pemuridan, dan bait suci"(Baek Suk University, Graduate School of Christian Studies, 2015). Hlm. 40-47.
b. Narasi Mujizat Yesus (1:14-8:30)

Yesus dan Israel (1:14-3:6)

Yesus dan pengikut barunya (3:7-6:6a) (Mark. Pasal 4 Struktur simetris silang dari perumpamaan
tentang 'kerajaan Allah')

Yesus dan murid-muridNya (6: 6b-8: 30)

c. Narasi Penderitaan Yesus (8:31-15:47)

Yesus dan murid-muridnya melakukan perjalanan ke Yerusalem (8: 31-10: 52)

Masa Akhir di Yerusalem (11: 1-13: 37) (Struktur silang simetris dari pelajaran tentang
akhir Yesus di Yerusalem, Markus 13)

Penderitaan Yesus (14:1-15:47)

d. Bagian penutup (16: 1-8), Lampiran (16: 9-20)13

Ada struktur lintas simetris yang unik untuk literatur Yahudi di masing-masing narasi
terkait Yesus dan kisah Yesus yang menderita dalam Injil Markus. Yang pertama adalah
perumpamaan tentang kerajaan Allah (pasal 4) dan yang lainnya adalah pelajaran Yesus
tentang akhir Yerusalem (pasal 13). Dalam pelajaran akhir zaman Yesus di Yerusalem, Yesus
segera berbicara tentang kedatangan Anak Manusia, 'kerajaan Allah' untuk datang di masa
depan. Kedua struktur lintas simetris ini menggambarkan bahwa pelayanan dan pengajaran
Yesus tentang "kerajaan Allah" menempati tempat yang penting dalam Injil Markus.

Narasi Mujizat Yesus Narasi Penderitaan Yesus


Perumpamaan Yesus Tentang kerajaan Allah Pelajaran Akhir Yesus ke Yerusalem
(Mark. 4:1-34) (Mark. 13:1-23)
A ‘Pendahuluan (4: 1-2) Pendahuluan (13: 1-4)
B ‘Perumpamaan tentang benih yang A’ Nabi-nabi palsu (13: 5-6)
jatuh ke empat jenis tanah (4: 3-9)
C ‘Tantangan (4: 10-13) B’ Perang dan Perjanjian (13: 7-8)
D ‘Tafsiran Perumpamaan C ‘Perintah misi (13: 9-13)
(4:14-20)
C ‘Tantangan (4:21-25) B ‘Perang dan Perjanjian (13: 14-20)
B ‘Perumpamaan tentang Biji (4:26-32) A ‘Nabi-nabi Palsu (13:21-23)
A ‘kesimpulan (4:33-34)

13
Francis J. Moloney, S. D. B., The Gospel of Mark A Commentary (Grand Rapids: Baker Academic, 2002), vii-
xi.
14

Dalam Markus 1: 1, dimulai dari kisah dengan "Yesus Kristus, Anak Allah adalah permulaan
Injil". Menurut Markus, kisah Yesus bukan hanya catatan sejarah tetapi "Injil" (euangelion),
yang berarti Yesus sendiri. Oleh karena itu, perikop pertama ini memungkinkan kita untuk
mengharapkan pernyataan teologis dan benar-benar 'evangelis' tentang kehidupan dan ajaran
Yesus. Markus sering menyebutkan ajaran pribadi yang Yesus berikan di rumah (7: 7; 9:28, 33;
10:10). Mungkin ini adalah cara simbolis Markus untuk menekankan ajaran khusus dan pribadi
yang Yesus berikan hanya kepada murid-murid-Nya. Hanya para murid yang menerima
"rahasia kerajaan Allah" (4:11). Semakin banyak murid tidak mengerti, semakin Yesus
mengajar mereka secara pribadi karena kesinambungan pelayanan tergantung pada
pemahaman terakhir mereka tentang pelayanan Yesus15.

14
Ibid. viii, x.

15
Loc.Cit. Ladd, "Teologi Perjanjian Baru," Hlm. 272-281.
Latar Belakang Injil Lukas

Tradisi-tradisi yang mengaitkan Injil ketiga dengan seseorang yang bernama Lukas berasal
dari abad ke-2 M16. Seseorang dengan nama itu muncul sebagai pendamping Paulus (Kol. 4:14;
Flm. 24; 2Tim. 4.11). dan Kitab Kisah Para Rasul, yang dihasilkan bersamaan dengan kitab
Injil lukas (Kis. 1:1,2 dan Luk.1:1-4), sering kali secara tiba-tiba menggunakan kata kami
sewaktu berbicara tentang perjalanan Paulus serta mereka yang bersama dia. Tetapi Kitab
Injil Lukas tidak menyebut-nyebut nama Lukas, apalagi di tempat-tempat lain dalam Perjanjian
Baru, tidak pernah disinggung-singgung tentang Lukas sebagai penulisnya. 17 Dari sejarah
gereja ternyata bahwa sekitar tahun 200 disebutkan nama Lukas sebagai penulis injil Ketiga18.
Injil Lukas adalah salah satu dari empat tulisan yang mengawali Perjanjian Baru. Injil Lukas
digolongkan sebagai Injil Sinoptik bersama dengan Injil Matius dan Markus. Isi
pemberitaannya mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus. Di kalangan para ahli Perjanjian
Baru, Lukas diyakini sebagai penulis Injil ini. Kanon Muratoria 19 pada injil Lukas, serta
Ireneus, Clemens dari Aleksandria, Origenes dan Tertulianus, semuanya menyebutkan bahwa
Lukas penulis Injil ini 20 . Penyusunan Injil Lukas menggunakan bahan-bahan tulisan yang
kurang lebih sama dengan yang digunakan dalam Injil Matius dan Injil Markus tetapi hasil
susunannya tidak persis sama dengan kedua Injil tersebut.

Latar Belakang Penulis


Menurut tradisi, penulis Injil Lukas adalah seorang Yunani yang disebut dokter yang
terkasih oleh Paulus rekan dalam pekerjaan pewartaan injil. Dibawah inspirasi Roh Kudus,
Lukas mengumpulkan dengan teliti segala berita tentang Tuhan Yesus21. Pada perkembangan
selanjutnya pendapat mengenai penulis Injil Lukas menjadi beragam. Berdasarkan kesaksian
diperoleh dari Kanon muratori, Irenaeus, Klemens dari Aleksandria, Origenes dan Tertullianus,

16
John Drane, 2001, Memahami perjanjian Baru Pengantar Historis-theologis, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
Halm. 211
17
Bruce Chilton, 2009, Studi Perjanjian Baru bagi Pemnula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Hal. 25
18
B. J. Boland, 1996, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Halm.3.
19
Kanon Muratori merupakan sebagian dari daftar yang berisikan tentang catatan-catatan ringkas mengenai
sejumlah kitab-kitab Perjanjian Baru dan Pengarangnya. daftar itu disebut menurut nama L.A Muratori, seorang
Italia yang sekitar tahun 1740 menemukan daftar ini dalam suatu naskah Tua.
20
John Drane, 2001, Memahami perjanjian BaruPengantar Historis-theologis, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
Hal. 211
21
Adolf Heuken SJ, 1993, Ensiklopedi Gereja, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, Halm. 101
umumnya berpendapat bahwa penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah orang yang
sama yaitu Lukas. Pendapat ini muncul dengan melihat bagian pendahuluan pada Injil Lukas
dan Kisah Para Rasul yang sama-sama ditujukan kepada Teofilus. Selain itu, ditemukan
beberapa kesamaan linguistik22 dan teologis sehingga menimbulkan kesan keduanya berasal
dari satu penulis yang sama. Namun demikian, dalam Injil Lukas sendiri sebenarnya tidak
mencantumkan nama penulisnya (anonim).

Waktu Penulisan
Tempat Injil ini ditulis tidak diketahui secara pasti. Kaisarea, Akhaya dan Roma adalah
beberapa nama kota yang diduga menjadi tempat Injil ini dituliskan. Yang dapat dipastikan
adalah Injil ini dituliskan di luar Palestina tetapi mengenai lokasinya sulit ditentukan. Ada yang
menganggap tulisan pada pasal 21 ayat 24 mengindikasikan bahwa Lukas mengingat kembali
pada peristiwa hancurnya kota Yerusalem, sehingga muncul anggapan Lukas menulis
peristiwa terakhir yang dicatat di dalam Injil Lukas ini antaratahun 68 – 70 sesudah Kristus.23
sehingga kitab ini lebih tepatnya diperkirakan ditulis paling lambat tahun 70 M24.

Tujuan Penulisan

Berdasarkan kalimat pembukaan kepada Teofilus yang mulia, penulisan Injil Lukas
dimaksudkan untuk memberitahukan Teofilus tentang kebenaran dari segala sesuatu yang telah
diajarkan kepadanya (1:3). Penulis Injil Lukas juga hendak menuliskan sebuah sejarah untuk
meyakinkan orang-orang kafir, terutama Teofilus sebagai penguasa, bahwa kekristenan
merupakan agama yang sah dan tidak perlu dicurigai. Hal ini juga bukan merupakan suatu
maksud hendak membela orang kafir yang telah mengenal Kristus Yesus di hadapan para orang
Yahudi25.

Melalui pendidikannya, dokter Lukas menulis dengan cara yang khusus menarik
perhatian orang-orang Yunani yang telah mengenal Kristus. Dokter Lukas memulai Injilnya
dengan silsilah dari masa Adam, bukan dari masa Abraham. Ini menunjukkan bahwa

22
linguistik atau ilmu bahasa adalah bahasa sehari-hari yang sudah diabstraksi, dengan demikian anggukan,
dehem, dan semacamnya bukan termasuk objek yang diteliti dalam linguistik.
23
Howard M. Gering, 1994, Analisa Alkitab, Jakarta: Yayasan Pekabar Injil Imanuel, Halm. 27.
24
Ensiklopedi Alkitab Masa kini Jilid 1 A-L, jakarta: (Yayasan Komunikasi bina kasih) OMF, Hlm. 651
25
Howard M. Gering, 1994, Analisa Alkitab, Jakarta: Yayasan Pekabar Injil Imanuel, Halm. 27.
keselamatan Tuhan Yesus diperuntukkan juga bagi orang-orang bukan Yahudi26. Penulis Injil
Lukas ingin menolong para pembacanya untuk memahami Pengenalan akan Kristus Yesus
lebih baik lagi dengan cara menceritakan tentang kehidupan pelayanan dan pengajaran Kristus
Yesus secara teratur dan tersusun rapi sebagai yang disaksikan oleh penulis Injil Lukas sendiri27.

Situasi Kehidupan Sosial Politik


Jemaat yang digambarkan dalam Injil Lukas adalah jemaat yang tengah menghadapi
rupa-rupa persoalan. Pertama, komunitas Lukas sedang mengalami krisis pengharapan akan
kedatangan Tuhan (parousia}. Di antara mereka ada yang tetap bertekun dalan pengharapan
kedatangan Tuhan sementara yang lain sudah mulai lesu imannya dan terus mempertanyakan
kapan hari kedatangan Tuhan itu tiba (Lukas 17:8). Injil Lukas sendiri menegaskan bahwa Hari
Tuhan pasti akan datang (Lukas 21:8,9b) asalkan Injil telah diberitakan ke seluruh dunia.
Dengan demikian, yang menjadi fokus seharusnya bukan pada perhitungan kedatangan Hari
Tuhan melainkan pada pemberitaan Injil.

Persoalan kedua adalah banyaknya orang kaya yang sudah menjadi Kristen. Orang-
orang kaya ini kemudian menimbulkan masalah di dalam jemaat. Mereka memiliki watak yang
egois dan tamak serta mengabaikan keadaan orang miskin. Karena ketamakan ini, mereka
berada pada posisi yang berbahaya dan mereka dapat dengan mudah jatuh dari imannya.
Persoalan ketiga adalah mengenai hubungan gereja dan negara. Hubungan keduanya
digambarkan oleh Injil Lukas tidaklah saling bermusuhan atau terlibat dalam konflik.

Situasi Keagamaan Dan Kebudayaan


Seorang guru asal palestina yang mengajar dalam bahasa Aram dan mengumpulkan
murid-muridnya menurut cara para rabi merupakan suatu dasar gerakan yang naskahnya paling
tua dalam bahasa Yunani dan mengikuti gaya bahasa kebiasaan-kebiasaan tulisan Yunani.
Kebanyakan Perjanjian Baru hanya menunjuk kepada Adanya dua pergerakan keagamaan yang
sangat berpengaruh pada masa dunia perjanjiaan baru yakni Yudaisme dan Helenisme.28

Menurut pengertiannya sendiri Yudaisme mempunyai dasar-dasar dalam janji Allah

26
Adina Chapman, 1995, Pengantar Perjanjian Baru, Bandung: Yayasan kalam Hidup, Halm. 32.
27
Howard M. Gering, 1994, Analisa Alkitab, Jakarta: Yayasan Pekabar Injil Imanuel, Halm. 28.
28
Bruce Chilton, 2009, Studi Perjanjian Baru bagi Pemnula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Hal. 26-28
yang esa. Yudaisme senantiasa ditandai dengan kewajiban-kewajiban dalam kehidupan sehari-
hari untuk memenuhi syarat yang tercakup dalam perjanjian Allah. Munculnya Yudaisme mula-
mula, Yehuda merupakan suatu daerah terpenting di Israel, dan sekaaligus fokus utama
identitas nasional, raja tidak lagi merupakan pusat kehidupan masyarakat.

Nama Yudaisme yang berlainan dengan Israel menunjukkan pada dorongan religius
yang berfokus pada janji berdasarkan geografis, tetapi tanpa keberadaan suatu lembaga
nasional yang jelas. Yesus mengajar pada saat pergolakan Yudaisme mula-mula mereda. Cara
pengajaran Yesus kepada para murid-murid-Nya seperti kebiasaan para rabi, yakni mengajar
terutama dengan kata-kata.29

Heleneisme dapat di definisikan sebagai upaya untuk mengerti dan mengatur dunia
peradaban menurut cita-cita yang dikembangkan di negri Yunani kuno. Helenisme tidak
didasarkan pada suatu perangkat dorongan religius seperti halnya Yudaisme. Sesungguhnya
keunggulannya terletak pada kemampuan menolelir dan menyerap beraneka ragam unsur
kebudayaan.30

29
Bruce Chilton, 2009, Studi Perjanjian Baru bagi Pemnula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Hal. 28-34
30
Bruce Chilton, 2009, Studi Perjanjian Baru bagi Pemnula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Hal. 34-42
PERBEDAAN INJIL SINOPTIK DENGAN INJIL YOHANES

Beberapa catatan mengenai perbedaan antara Injil Sinoptik dengan Injil Yohanes adalah:

1. Perbedaan Materi

Materi Injil Sinoptik banyak berbeda dengan Inji1 Yohanes. Dalam Injil Sinoptik
terdapat banyak perumpamaan sementara dalam Injil Yohanes tidak terdapat pengajaran-
pengajaran yang berupa perumpamaan-perumpamaan. Isi Injil Sinoptik berupa pengajaran,
mukjizat, dan lain-lain. Sementara hampir 92 persen isi berita Injil Yohanes lebih banyak
mencatat percakapan-percakapan Yesus daripada cerita-cerita sebagaimana dalam Injil
Sinoptik, misalnya dalam Yohanes berisi tentang: cerita tentang Nikodemus (Yoh. 3); Wanita
Samaria (Yoh. .4); Orang yang buta sejak lahir (Yoh. 9); Lazarus dibangkitkan (Yoh. 11); Yesus
membasuh kaki para murid (Yoh. 13). Selain itu Yohanes juga memberikan suatu gambaran
misalnya: roti (Yoh. 6), air (Yoh.7), terang (Yoh. 8) atau gembala (Yoh. 10). Kemudian Yohanes
menggunakan kata-kata tertentu sebagai simbol untuk menyatakan siapa Yesus Kristus,
sementara dalam Injil Sinoptik kurang sekali menggunakan kata-kata simbol.

2. Perbedaan Penekanan

Injil Sinoptik lebih banyak menekankan cerita seperti: kelahiran Yesus, baptisan,
transfigurasi 31 , percakapan Yesus di Bukit aaitun, dan lain-lain. Sementara Injil Yohanes
kurang memberi perhatian terhadap peristiwa-peristiwa penting seperti itu. Dalam Injil
Sinoptik pemberitaan tentang Kerajaan Allah merupakan inti berita, sementara dalam Injil
Yohanes pemberitaan tentang. Kerajaan Allah hanya disinggung sebanyak dua kali (Yoh. 3:3,
5; 18:36). Yohanes lebih menekankan pemberitaan tentang hidup kekal dan disebut sebagai
pusat pemberitaan Yesus. Yohanes tidak pemah menyinggung tentang masalah roh-roh dan
lebih banyak berbicara tentang hidup kekal, Roh Kudus, dan keilahian Kristus.

3. Perbedaan Geografi.

Ada perbedaan geografi dalam pelayanan Yesus. Kecuali laporan minggu-minggu

31
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Transfigurasi adalah perubahan bentuk
atau rupa; metamorphosis, penjelmaan. (peristiwa di mana Yesus dimuliakan di gunung, serta
bertemu dengan Musa dan Elia di atas gunung itu. Muka-Nya bercahaya dan penuh dengan
kemuliaan. Hal ini merupakan puncak spiritualitas dari Yesus).
terakhir mempunyai banyak persamaan di antara keempat Injil, letak geografi pelayanan Yesus
yang diberitakan dalam Yohanes berbeda dengan Injil Sinoptik. Jika Yohanes melaporkan atau
mencatat pelayanan Yesus di Yudea (Selatan), maka Injil Sinoptik melaporkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di Galilea (Utara). Perbedaan Geografl ini tidak berarti bahwa Yohanes
mengabaikan kebenaran sejarah. Dalam beberapa bagian dalam Injil Yohanes juga melaporkan
fakta-fakta yang terjadi dalam kehidupan Yesus secara lebih terperinci dibanding dengan Injil
Sinoptik. Misalnya, Matius, Markus, dan Lukas memberi kesan bahwa pelayanan utama Yesus
adalah di Galilea, dan melaporkan seolah-olah perjalanan Yesus ke Yerusalem hanya terjadi
satu kali saja. Hal ini dapat mengakibatkan orang berpikir bahwa pelayanan Yesus yang terakhir
kurang dari satu tahun. Lain halnya dengan Yohanes. Yohanes menyebut paling tidak ada tiga
kali Yesus mengadakan perjalanan untuk merayakan Paskah di Yerusalem (Yoh. 2:13, 23; 6:4;
13:1) dan pelayanan Yesus lebih lama di Yudea. Selain itu Yohanes menekankan pelayanan
Yesus dalam kota dan pelayanan secara khusus kepada kaum intelektual (agama), sedangkan
Injil Sinoptik menekankan pelayanan Yesus kepada manusia biasa (umum).

4. Perbedaan Struktur

Dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus dah Lukas) Yesus mengucapkan perkataan-
perkataan singkat. Jika dalam Injil Sinoptik terdapat pengajaran-pengajaran yang panjang
seperti khotbah di bukit (Mat. 5-7) dan perumpamaan-perumpamaan, maka dalam Injil
Yohanes terdapat kumpulan pelajaran. Sebagian besar isi Injil Yohanes berisi pelajaran-
pelajaran. Yohanes menulis Injil dengan mencatat tujuh mukjizat dan tema-tema Injilnya
disusun secara teratur dibandingkan dengan Injil Sinoptik.

Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh diabaikan. Justru inilah penyebabnya


mengapa keempat Injil tersebut dipisah-pisah dengan mengidentifikasi Injil Matius, Markus
dan Lukas sebagai Injil Sinoptik yaitu untuk membedakannya dengan Injil Yohanes.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa Injil Sinoptik berisi laporan yang sangat berbeda jika
dibandingkan dengan Injil Yohanes?

Ada beberapa usaha untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Pertama,
ada yang mengatakan bahwa Injil Yohanes adalah Injil Kaum Helenistis. Beberapa pakar yang
mencoba menjawab pertanyaan di atas dengan menyebutkan bahwa Injil Yohanes adalah
produk kedua dari dunia Helenistis di mana berita Yesus tentang Kerajaan Allah itu telah
disesuaikan dengan agama keselamatan Helenistis; Oleh sebab itu Injil Yohanes ditulis oleh
seorang ahli pikir Yunani dan dialamatkan untuk orang-orang Yunani.

Pandangan ini tidak dapat diterima sebab, jika Injil Yohanes mempakan Injil Helenistik,
maka Injil Yohanes bukan mempakan fakta obyektif dan bukan fakta sejarah. Mukjizat-
mukjizat-Nya hanya mempakan lambang-lambang rohani dan alegoris. Penemuan-penemuan
arkeologi secara khusus, penemuan tiga papirus yang berisikan seluruh atau sebagian Injil
Yohanes meniadakan pandangan ini.

Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa teologi Yohanes bersumber dari teologi
Gnostik. Bultmann mensponsori suatu pandangan kritis bahwa adanya sinkritisme antara
filsafat Helenistik dan mistik Timur yang menghasilkan ‘proto Gnostik’ (pengetahuan dasar).
Gnosis pra-kekristenan menghasilkan Gnosis murni. Gnosis inilah yang mempengaruhi teologi
Yohanes. Oleh sebab itu teologi Yohanes yang mengajarkan banyak tema-tema yang berbau
dualistik adalah pengaruh dari teologi Gnostik secara khusus dari Gnosis pra-kekristenan.
Misalnya yang materi dan rohani: Dunia materi adalah jahat sementara dunia rohani adalah
baik.

Jawaban ini juga tidak bisa diterima. Banyak para pakar yang berpendapat bahwa
teologi Gnostik baru muncul pada abad kedua, dan Gnostik adalah penyimpangan dari agama
Kristen. Oleh sebab itu, teologia Gnostik tidak mungkin mempengaruhi teologia Yohanes.
Selain itu gambaran tentang penebus surgawi yang berinkamasi tidak terdapat dalam pra-
kekristenan mana pun, oleh sebab itu Yohanes tidak mengambil teologia Gnostik dalam
Injilnya.

Jawaban lain yang lebih cocok dengan pernyataan Alkitab adalah pandangan yang
mengatakan bahwa para penulis Injil Sinoptik menyatakan siapa Yesus dengan mencatat
pengajaran-pengajaran dan perbuatan Yesus yang dilakukannya di depan umum (Mrk. 4:34),
sementara Injil Yohanes hendak menyatakan siapa Yesus melalui pengajaran-pengajarannya
yang diberikan secara khusus kepada para murid. Guru besar seperti Yesus tentu tidak
membatasi diri dengan satu macam cara dalam memberikan pengajaran. Ia dapat memberikan
pelajaran yang lebih mendalam dan luas kepada orang-orang tertentu. Yohanes memberi
penekanan tentang pengajaran Yesus yang diberikan secara khusus kepada kaum terpelajar di
Yerusalem (bdg. Yoh. 6:59 di mana Yesus memberi pengajaran di Sinagoge). Kemungkinan
lain adalah Yesus memberi pengajaran secara khusus di akhir-akhir pelayanan-Nya untuk
membuka kebenaran-kebenaran yang lebih mendalam tentang pribadi dan misi-Nya.
Selain itu dapat juga ditambahkan bahwa perbedaan yang terjadi dikarenakan Injil
Sinoptik ditulis lebih dahulu dari Injil Yohanes. Oleh sebab itu Injil Yohanes ditulis untuk
melengkapi Injil Sinoptik. Juga dapat dikatakan bahwa kemungkinan besar Injil Sinoptik tetap
mempertahankan bentuk-bentuk aktual pengajaran-pengajaran Yesus, sementara Yohanes
membukakan tentang keberadaan Yesus sebagai pribadi. Ketiga, Injil Yohanes menyediakan
sebuah interpretasi teologis dan filosofis tentang pribadi dan pekerjaan Kristus yang cocok
untuk para pembaca yang berlatar belakang helenistik.

Kita tidak dapat menghindari perbedaan dalam Kitab-kitab Injil. Hubungan Injil
Sinoptik dengan Injil Yohanes terletak pada penekanan masing-masing. Tidak ada ajaran Yesus
yang diubah atau dipalsukan atau penambahan unsur tertentu oleh para penulis Injil. Semua
bahan-bahan yang dipakai oleh para penulis Injil adalah seleksi dari sekian banyak perkataan,
pengajaran dan perbuatan Yesus. Juga tidak dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes adalah
penafsiran teologis sedangkan Injil Sinoptik bersifat sejarah. Dan yang paling utama adalah
bahwa Injil Yohanes ditulis pada akhir abad pertama dengan tujuan untuk menyangkal ajaran
dan pengaruh Gnostik yang telah masuk ke dalam gereja. Selain itu, teologia Yohanes ditulis
untuk menjawab adanya ajaran yang menyangkal kemanusiaan Yesus (I Yoh. 4:2), adanya
guru-guru palsu yang datang sebagai anti Kristus (I Yoh. 2:1819), dan adanya ajaran yang
menyangkal kemesiasan Kristus.

Anda mungkin juga menyukai