Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kata kanon berasal dari bahasa Yunani. Lembaga Alkitab Indonesia


Banyak orang mempertanyakan, mengapa kitab Perjanjian Lama terdiri dari 39
kitab dan kitab Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab. Siapa yang menentukan
jumlah kitab dalam Alkitab? Apakah ada rapat atau semacam konferensi untuk
menentukan jumlah kitab-kitab di dalam Alkitab? Siapakah yang berkompeten
menentukan kitab-kitab itu sebagai firman Allah? Kalau Alkitab disebut kanon,
apa itu kanon? Apakah kata kanon itu alkitabiah?

menerjemahkan kata ini dengan kata dasar patok, sedangkan dalam bahasa Inggris
kata itu diterjemahkan dengan rule atau measure. Patok atau kanon atau measure
ialah sebuah ketetapan atau sebuah ukuran. Ini biasanya dipakai untuk tindakan
pengukuran tanah, misalnya setelah sebidang tanah diukur, kemudian diberi patok
yang menandakan telah diukur. Kalau tanah itu dijual maka patok itu telah
disetujui oleh baik penjual maupun pembeli atau bahkan telah diperiksa oleh
departemen pertanahan sebuah negara.

Alkitab disebut kanon itu artinya Alkitab adalah sebuah ukuran yang telah


ditetapkan, atau sebuah ukuran yang telah pasti. Alkitab adalah sebuah patokan
bagi semua pihak. Barang siapa yang mencoba menggeser patokan, maka ia
adalah penipu atau seseorang yang bertindak curang. Kanon adalah sebuah ukuran
pasti, bagaikan alat/tongkat ukur modern yang tidak boleh dipanjangkan maupun
dipendekkan, yang telah disetujui untuk dijadikan alat pengukur oleh semua
manusia. Alkitab adalah alat pengukur doktrin dan perbuatan, baik pribadi orang
percaya maupun jemaat.

1
1.2. KANON ALKITAB

Tujuan

Supaya dengan mengenal isi kitab Injil Markus orang-orang Kristen


mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan,
yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam kitab Perjanjian
Lama.

 Penulis  : Rasul Markus.

Tahun  : Sekitar tahun 50 Masehi.

Penerima: Orang-orang Kristen dari bangsa bukan Yahudi. (Dan juga setiap orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus).

Isi Kitab: Injil Markus terdiri dari 16 pasal. Injil Markus menunjukkan bagaimana
Yesus Kristus, sebagai hamba yang setia, sibuk dengan pelayanan-Nya. Dalam
Injil ini Tuhan Yesus dilukiskan sebagai hamba yang setia.

“Ada kesegaran dan kekuatan mengenai Injil Markus yang memikat


seorang pembaca Kristen dan membuatnya rindu untuk melayani sedapat
mungkin seperti teladan Tuhannya yang terpuji.” – August Van Ryn I. Tempat
Unik Di Dalam Kanon Karena Injil Markus adalah Injil yang paling pendek,
dan sekitar sembilan puluh persen isinya terdapat juga di dalam Injil Matius,
Injil Lukas atau keduanya, sumbangan apakah yang diberikan oleh Injil ini
yang tanpanya kita akan kehilangan sesuatu? Pertama-tama, cara penulisan
Markus yang ringkas dan sederhana menjadikan Injil Markus ideal untuk
memperkenalkan iman Kristen. Dalam ladang misi yang baru, Markus
seringkali merupakan buku yang pertama kali diterjemahkan kedalam bahasa
yang baru. Akan tetapi bukan hanya gaya bahasa yang aktif dan langsung –

2
yang terutama cocok bagi bangsa Romawi dan sekutunya– tetapi juga isinya
sendiri yang membuat Injil Markus spesial. Walaupun Injil Markus berisi
banyak peristiwa yang sama dengan Matius dan Lukas –ada juga beberapa
yang unik –Injil Markus mempunyai detil-detil yang elok dibandingkan dengan
yang lain. Sebagai contoh, dia menyebutkan bagaimana cara Yesus
memandang murid-murid-Nya, bagaimana Yesus marah, dan bagaimana Yesus
berjalan di depan ketika Ia menuju Yerusalem. Tidak diragukan lagi bahwa
Markus mendapat detil-detil tersebut dari Petrus, karena ia bekerja bersama
dengan Petrus di saat-saat terakhir kehidupan Petrus. Tradisi mengatakan, dan
mungkin benar, bahwa Injil Markus pada dasarnya adalah cerita kenangan
Petrus, yang dapat menerangankan detil-detil kepribadian, tindakan yang
bersifat langsung, dan kesan saksi mata dari buku ini. Dipercayai secara umum
bahwa Markus adalah orang muda yang lari dalam keadaan telanjang (14:51),
dan peristiwa tersebut menandai bahwa Markus adalah penulis buku ini.
(Judul-judul dalam kitab-kitab Injil bukanlah bagian asli dari kitab-kitab itu
sendiri). Tetapi karena Yohanes Markus hidup di Yerusalem, maka untuk apa
menceritakan cerita pendek tersebut jika orang muda ini tidak ada
hubungannya dengan kitab Injil ini dalam salah satu hal, apa yang dikatakan
oleh tradisi itu sepertinya benar. 1

I.Penulis

Kebanyakan penulis menerima pendapat awal dari gereja yang sudah


disepakati dengan bulat bahwa kitab Injil yang kedua ditulis oleh Yohanes
Markus. Dia adalah anak dari Maria dari Yerusalem yang mempunyai rumah di
sana yang dipakai orang-orang Kristen sebagai tempat pertemuan. Ada bukti-
bukti dari luar dari masa lampau, yang kuat dan berasal dari berbagai macam
bagian dari kekaisaran. Papias (sekitar tahun 110 Masehi) mengutip Penatua
Yohanes (kemungkinan adalah Rasul Yohanes, meskipun bisa juga murid yang
1
(1:2,3) Teks kritis (NU) tertulis “Yesaya sang nabi,” tetapi kutipan pertama adalah dari
Maleaki; istilah tradisional, “Nabi-nabi,” yang didukung oleh sebagian besar naskah-naskah,
adalah lebih akurat.

3
lain), yang mengatakan bahwa Markus, rekan Petrus, menulis Injil ini. Justin
Martyr, Irenaeus, Tertullian, Klement dari Aleksandria, Origen dan Anti-
Marcionite Prologue pada kitab Markus, semuanya setuju. 2

Bukti dari dalam untuk kepengarangan Markus, walaupun tidak luas,


tetapi cocok dengan tradisi umum dari Kekristenan mula-mula. Nampak jelas
bahwa penulis mengenal Palestina dengan baik, terutama Yerusalem. (Catatan
tentang ruangan atas lebih rinci dari kitab-kitab Injil yang lain –tidak
mengejutkan jika tempat itu merupakan kota masa kecilnya!) Injil Markus
memperlihatkan beberapa latar belakang bahasa Aram (bahasa orang-orang
Palestina), adat istiadat Yahudi dimengerti dengan baik dan keluwesan gaya
berceritanya menyiratkan hubungan yang dekat dengan saksi-saksi mata. Garis
besar dari isi buku ini mempunyai persamaan dengan khotbah Petrus dalam
Kisah Para Rasul pasal 10. Tradisi bahwa Markus menulis di Roma
diilustrasikan dengan lebih banyaknya bahasa Latin yang digunakan dalam
kitab Injil Markus, dibandingkan dengan kitab Injil lainnya (misalnya centurion
[kepala pasukan], sensus, dinar, legion, dan praetorium [gedung pengadilan]).
Sepuluh kali dalam Perjanjian Baru, penulis kitab ini disebut dengan nama
Latinnya, Markus, dan tiga kali dengan gabungan nama Yahudi dan Latin,
Yohanes Markus. Oleh karena Markus adalah “hamba” atau pelayan, pertama-
tama dari Paulus, kemudian dari pamannya Barnabas, dan sesuai dengan tradisi
yang dapat dipercaya, dari Petrus sebelum kematiannya, maka ia adalah suatu
pribadi yang ideal untuk menuliskan Injil akan Hamba yang Sempurna.

II. Tanggal

Tanggal penulisan Injil Markus diperdebatkan bahkan oleh golongan


sarjana-sarjana teologia yang konservatif, yang percaya kepada Alkitab.
Karena tidak ada suatu tanggal yang pasti yang dapat diyakini, diperkirakan
sebelum penghancuran Yerusalem. Tradisi terbagi apakah Markus mencatat

2
(6:31-32) William Kelly, An Exposition of the Gospel of Mark, hal. 85.

4
khotbah Petrus tentang kehidupan Tuhan kita sebelum (sebelum 64-68) atau
sesudah wafatnya Rasul Petrus. Terutama jika kitab Markus adalah Injil
pertama yang ditulis, seperti yang kebanyakan diajarkan sekarang ini, maka
seharusnya Markus menulis pada suatu periode waktu yang agak awal sehingga
Lukas kemudian memakai bahan tulisan tersebut. Beberapa sarjana Alkitab
memperkirakan awal tahun 50-an, tetapi kurun waktu antara 57 sampai 60
tampaknya lebih tepat.

1.3. Latar-belakang dan Tema

Di dalam Injil ini, kita mempunyai cerita yang indah tentang Hamba
Tuhan yang Sempurna, Tuhan kita Yesus Kritus. Ini adalah kisah tentang
Seseorang yang meletakkan kemuliaan-Nya di surga dan mengambil rupa
seorang Hamba di bumi (Flp. 2:7) Ini suatu cerita yang tidak tertandingi
tentang Seseorang yang “tidak datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani
dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan untuk banyak orang” (Mrk.
10:45). Jika kita mengingat bahwa Hamba yang Sempurna ini tidak lain
adalah Anak Tuhan, dan bahwa Dia bersedia untuk bersiap-siap dengan baju
seorang budak, menjadi Hamba manusia, kitab Injil ini akan bersinar dengan
kemegahan yang terus menerus. Di sini kita melihat Anak Tuhan yang
berinkarnasi hidup sebagai Manusia yang memiliki ketergantungan di bumi.
Segala sesuatu dilakukan-Nya dalam ketaatan yang sempurna kepada
kehendak Bapa-Nya, dan semua pekerjaan-Nya yang dahsyat dilakukan-Nya
dengan kuasa Roh Kudus. Sang penulis, Yohanes Markus, adalah hamba
Tuan Yesus yang memulai dengan baik, mengalami kemunduran sesaat (Kis.
15:38), dan akhirnya dipulihkan kepada kehidupan yang berguna (2Tim.
4:11). Markus memiliki gaya bahasa yang cepat, bersemangat dan ringkas.
Dia memberi penekanan kepada perbuatan Tuan Yesus lebih dari kata-kata-

5
Nya, terbukti dari kenyataan bahwa dia mencatat sembilan belas mujizat,
tetapi hanya empat perumpamaan. – 2 – Ketika kita mempelajari Injil ini, kita
harus mencoba menemukan tiga hal: (1) Apa yang dikatakannya? (2) Apa
artinya? (3) Apa pelajaran yang dapat saya peroleh? Bagi semua orang yang
berharap menjadi pelayan Tuhan yang sejati dan setia, Injil ini telah terbukti
sebagai petunjuk pelayanan yang berguna.

BAB II

CIRI CIRI INJIL MARKUS

1.6 Kitab injil markus

Pada dasarnya, Mrk adalah Injil yg paling gamblang dan ringkas dari
semua Injil; Mat memuat banyak hal bersifat khas Yahudi yg tidak muncul di
mana pun dalam Mrk; dan dalam Luk terdapat beberapa ihwal 'medis' atau

6
'peri kemanusiaan' tapi alpa dalam Mrk, ump ketiga perumpamaan yg
terkenal dalam Luk 15. Bagian akhir Mrk yg tiba-tiba terhenti merupakan
masalah tersendiri. Tapi hal itu lebih baik di nalar sebagai masalah naskah
daripada masalah teologis. Berbagai alternatif yg dikemukakan dalam naskah-
naskah tulis tangan, menyarankan bahwa aslinya berakhir pada tempat yg
sama, apa karena suatu bencana atau hancur karena disengaja: hal yg terakhir
ini sukar dipercaya. Bisa dimaklumi apabila dipersoalkan bahwa sajian di atas
adalah melulu definisi negatif tentang sifat dan isi Mrk. Memang dan justru
itulah sebabnya mengapa Mrk pernah dipandang oleh Kritik Sumber sebagai
Injil paling tua dan paling primitif dari semua Injil, sumber bagi kedua
Sinoptik lainnya. Tapi jika semua sumber dokumen lenyap dalam kebalauan

tradisi lisan, lalu apa lagi hendak di kata

1.7 Ajaran utama dalam kitab injil markus

Pengamatan mendasar mengenai watak dan gaga bahasa menemukan


bahwa sifat dan gaga Markus tetap ada. Hal itu bukanlah melulu pengertian
subyektif sekitar abad 20; Papias dari Hierapolis menunjukkan bahwa
masalah itu dirasakan sama tajamnya pada abad kedua. Jika Markus
mengetahui lebih banyak lagi fakta tentang Tuhan Yesus, mengapa ia tidak
menceritakannya? Mengapa ia membuang begitu banyak hal yg dicatat oleh
penulis Injil lainnya? Mengapa -- pada pihak lain -- cerita-ceritanya
umumnya lebih rinci dan bersemangat dibandingkan cerita-cerita sejajar pada
Injil lainnya? Lagipula dilihat sepintas lalu Mrk nampaknya disusun
mengikuti pola kronologis masa hidup Yesus, justru menurut nalar Helenistik
dan dunia modern lebih bersifat biografi (sekalipun Markus sendiri
mengingatkan pembaca bahwa tulisannya itu adalah 'Injil' bukan biografi,
Mrk 1:1). tapi betulkah Markus mengikuti pola itu? Jika tidak, adakah asas
atau aturan tertentu yg kelihatan? Pada waktu Mrk diterima sebagai sumber
data utama bagi Mat dan Luk, para ahli berusaha untuk membuat Injil-injil

7
lainnya harus menerima pola kronologis Mrk. Tapi terbukti hal ini tak
mungkin, sebab Mat dan Luk harus lebih dahulu dirombak atau dibuat carat

supaya bisa cocok, biarpun hanya secara kasar.

Barangkali jawabnya terdapat dalam kecermatan dan kehati-hatian


memakai pengertian baru akan sifat dan pentingnya tradisi lisan sebagai dasar
Injil Mrk seperti keadaannya sekarang. Sebab sudah jelas, bahwa
pengulangan lisan yg terus-menerus tidak menjurus kepada keanekaan yg
berbeda-beda, tapi kepada keseragaman yg utuh, terutama jika pengulangan-
pengulangan itu dilakukan oleh pare pengajar yg miskin fantasi lagi tua, yg
tujuannya bukan untuk sekedar membuat orang puas, melainkan untuk
membuat para pendengar memahami jelas ajaran gereja. Cerita-cerita tidak
melantur bercabang-cabang melainkan disederhanakan, jika diceritakan
melulu untuk mengajar; peristiwa-peristiwa diringkaskan mengenai intinya
saja. Aneka cerita tidak tumbuh dari satu induk cerita dalam tradisi seperti ini;
sebaliknya, kecenderungan ialah membaurkan aneka cerita yg asli itu tanpa
sadar. Ahli-ahli tidak selalu mengakui hal ini, karena mereka terlalu sering
menganggap para pelestari yg terdahulu dari tradisi Kristen itu dalam terang
profesi tukang cerita bangsa Arab, Kelt atau Skandinavia, sesuai pola budaya

yg sudah diketahui oleh ahli-ahli itu.

Guru Sekolah Minggu yg sudah lanjut usianya di suatu gereja di desa, tepat
dijadikan gambar ibarat dari peristiwa itu. Oleh kebiasaannya yg terus-
menerus 'berdoa tanpa persiapan', dia nampaknya seperti berpura-pura liturgis
dalam suasana demikian. Dan bentuk doanya pun seperti sudah klise. Dalam
terang gambar ibarat ini, Injil Mrk bukanlah yg paling primitif dan paling
lamban dari semua Injil. Injil kedua ini bukanlah melulu pembeberan

8
peristiwa-peristiwa, yg dibumbui dengan bermacam-macam rincian yg elok-
elok oleh penulis lain, seturut khayal mereka. Sebaliknya, Mrk adalah Injil yg
paling maju dari semua Injil sejauh bertalian dengan kegamblangan,
penyajian langsung tentang pokok-pokok bahasan, dengan sejumlah bentuk
ajaran yg terus mantap berjaya menghadapi ujian dan cobaan zaman. Itulah

justru yg dikatakan oleh Papias.

Hal ini belum mengatakan apa-apa tentang tarikh yg sebenarnya dari Injil
Mrk dalam bentuknya yg sekarang. Bahasan ini baru berupa penelitian
empiris yg menunjukkan lebih jelas, bahwa Mrk melebihi semua Injil lainnya,
yakni khas berciri Buku Panduan Guru pada abad pertama, ringkasan dari
kejadian-kejadian, semua hal yang tidak penting tidak dicatat. Sebaliknya Luk
khusus disusun sebagai dokumen tertulis, di antara dokumen-dokumen
tertulis lain yg sudah ada (Luk 1:1-4), dan dengan perbedaan yg lumayan
tajamnya dari ajaran lisan, seperti dicatat dalam Mrk. Memang Injil Luk
menuntut supaya dipandang sebagai karya sastra, demikian juga Kis (Kis
1:1); Mrk tidak demikian. Markus -- dalam segala segi -- bukanlah orang yg
berpendidikan seperti Lukas atau Paulus. Hal ini jelas dari dalam kejujuran
Injilnya yg begitu polos. Tapi sidang pendengar atau pembaca Mrk juga
bukan orang berpendidikan. Dan maksud Markus bukanlah untuk meraih
karya sastra yang luar biasa hebatnya, melainkan untuk mengkomunikasikan
kebenaran. Injil Mat dan Yoh juga mempunyai tanda-tanda perencanaan yg
cermat, sekalipun prinsip-prinsipnya berbeda. Tapi bagi bahan-bahan seperti
yang terdapat dalam Mrk, prinsip penyusunan agaknya hanya untuk
membantu ingatan. Cerita-cerita dan ungkapan-ungkapan digabungkan
dengan kata-kata kunci atau kesamaan inti bahasan ketimbang dengan
kronologis yg ketat. Jika urutan peristiwa berbeda dari yg tertera dalam Mat
dan Luk, hal itu kadang-kadang terjadi karena perbedaan kata kunci atau mata
rantai penghubung digunakan.

9
1.8 Kesimpulan

Uraian di atas sangat cocok dengan bagan seperti telah disinggung tentang
bentuk asli dan sifat Mrk. Bila kecocokan itu sudah dirasakan selaras benar
dengan tradisi-tradisi terdahulu tentang Injil Mrk, maka pandangan itu
menjadi lebih mantap lagi. Papias, saksi utama dan paling terdahulu, dalam
ringkasan seperti dikemukakan di atas, membela Markus justru terhadap
tuduhan-tuduhan yg diajukan oleh ahli-ahli modern terhadap dia, yakni
menuduh dia menghilangkan hal-hal rinci yg penting dan lemah dalam hal
kronologis. Pembelaan Papias nampak terletak pada sifat khas Injil itu, yg
menurut Papias, hanya merupakan catatan permanen dari ajaran Petrus, justru
dilestarikan untuk masa-masa yg akan datang, bila suatu waktu kelak sumber
aslinya tidak ada lagi. Urutan kronologis yg cermat dan susunan fakta-fakta
yg lengkap, kata Papias, janganlah diharapkan dari Petrus karena bukan itu
tujuannya, melainkan melulu yg praktis dan bersifat mengajar. Tidaklah adil
mencap seseorang gagal mencapai sesuatu yg memang ia tidak berusaha
untuk itu karena menganggapnya asing dari tujuannya. Karena demikianlah
adanya, maka Markus bebas dari tuduhan, bersama Petrus, dan alasan-alasan
bagi banyak unsur lain dari Injilnya dengan sendirinya menjadi jernih.

10
DAFTAR PUSTAKA

(1:2,3) Teks kritis (NU) tertulis “Yesaya sang nabi,” tetapi kutipan pertama adalah dari Maleaki;
istilah tradisional, “Nabi-nabi,” yang didukung oleh sebagian besar naskah-naskah, adalah lebih
akurat.
2
(6:31-32) William Kelly, An Exposition of the Gospel of Mark, hal. 85.

3
(7:2-4) E. Stanley Jones; Growing Spiritually, hal. 109.

4
(9:44-48) Tiga kali (ayat 44,46 dan 48) Tuhan kita mengutip Yesaya 66:24 untuk
memperingatkan tentang bahaya neraka. Kesamaan bentuk yang tegas ini (ditemukan dalam TR
[textus recepticus] dan M [naskah mayoritas]) diperhalus, kita percaya, oleh teks kritis (NU), yang
menghilangkan teks tersebut dua kali.

KEPUSTAKAAN.

Buku tafsiran oleh A Menzies, The Earliest Gospel, 1901; H. B Swete, 1913; C. H Turner, 1928; A. E. J
Rawlinson, 1936; V Taylor, 1952; C. E. B Cranfield, CGT, 1960; R. A Cole, TNTC, 1961; D. E Nineham,
1963; W. L Lane, 1974; M Black, An Aramaic Approach to the Gospels and Acts, 1946; G. R Beasley-
Murray, A Commentary on Mark 13, 1957; N. B Stonehouse, The Witness of Matthew and Mark to Christ,
1958; A. M Farrer, A Study in St Mark, 1951; E Trocme, The Formation of the Gospel according to Mark,
ET, 1975; R. P Martin, Mark -- Evangelist and Theologian, 1972.

11

Anda mungkin juga menyukai