Kitab Perjanjian Baru (PB), adalah bagian dari Alkitab Kristen yang ditulis setelah kelahiran
Yesus Kristus. Kata "Perjanjian Baru" merupakan terjemahan dari bahasa Latin, Novum
Testamentum, yang merupakan terjemahan Yunani: ΗΚαινη Διαθηκη, I Keni Diathiki. Umat
Kristen awal berpendapat bahwa kitab ini merupakan penggenapan isi nubuat yang ada di
Alkitab yang sudah ada dan kemudian diberi nama Perjanjian Lama. Perjanjian Baru kadang-
kadang disebut sebagai Kitab Yunani Kristen karena ditulis dalam bahasa Yunani oleh para
pengikut Yesus yang belakangan dikenal sebagai Kristen.
Kitab Suci Perjanjian Baru sebenarnya menunjuk kepada seluruh isi yang bersifat menyeluruh
pada sebuah Kitab. Perjanjian itu disebut “Baru”, karena memang berisi perjanjian yang
memperbaharui (Luk 22:20) “Demikian juga cawan minuman itu, sesudahnya makan, kata-
Nya, "Cawan minuman ini adalah perjanjian baharu di dalam darah-Ku, yang ditumpahkan
karena kamu.” Yang oleh Allah dikaitkan dengan umat manusia melalui Yesus Kristus.
Artinya perjanjian itu bersifat kekal, sebab hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus
Kristus tidak pernah akan terputus. Perjanjian Baru melanjutkan dan sekaligus
menyempurnakan perjanjian lama yang diikat oleh Allah dengan umat Israel.
Ketika Yesus masih hidup, tidak seorangpun di antara murid-murid-Nya yang mencatat apa
yang Yesus lakukan dan perbuat. Bahkah sesudah kebangkitan, pada murid yang memperoleh
semangat dan keyakinan akan Yesus Kristus baru mulai bercerita dan mewartakan Yesus
Kristus sebagai kegenapan Injil Allah, sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Semua itu dilakukan
secara lisan. Pertama-tama dilakukan mereka mewartakan wafat dan kebangkitan Kristus,
kemudian juga mewartakan ajaran, karya dan mukjijat Yesus, secara lisan. Baru sesudah para
saksi mata mulai meninggal dan umat yang percaya kepada Yesus semakin banyak,
muncullah kebutuhan akan tulisan baik mengenai hidup Yesus dan karya-Nya, sabda-Nya
maupun akhir hidup-Nya. Maka mulailah ditulis cerita-cerita tentang kehidupan Yesus, dan
untuk berkomunikasi dengan jemaat yang jauh, mereka mulai menggunakan surat yang berisi
wejangan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam suatu jemaat dan meneguhkan
imat jemaat itu karena pada rasul tidak dapat datang. Jadi anda bisa melihat kesimpulan
penting disini: Gereja dan iman Katolik sudah ada sebelum Alkitab dijadikan. Beribu-ribu
orang bertobat menjadi Kristen melalui khotbah para Rasul dan missionaris di berbagai
wilayah, dan mereka percaya kepada kebenaran Ilahi seperti kita percaya sekarang, dan
bahkan menjadi orang-orang kudus tanpa pernah melihat ataupun membaca satu kalimat pun
dari kitab Perjanjian Baru. Ini karena alasan yang sederhana yaitu bahwa pada waktu itu
Alkitab seperti yang kita kenal, belum ada. Jadi, bagaimanakah mereka menjadi Kristen tanpa
pernah melihat Alkitab? Yaitu dengan cara yang sama orang non-Kristen menjadi Kristen
pada masa kini, yaitu dengan mendengar Firman Allah dari mulut para misionaris.
Melalui bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus berdasarkan cerita-
cerita dari para saksi mata, para pengikut-Nya yang sudah berkembang luas di tengah umat
dan sudah diwarnai oleh rasa kagum, rasa cinta dan iman akan Yesus Kristus (Luk 1:1-4).
Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru bukanlah buku laporan atau sejarah, tetapi sebagai
buku iman dan cinta umat perdana akan Yesus Kristus. Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru
dipengaruhi oleh kemampuan, iman dan maksud serta tujuan penulis dan situasi jemaat pada
saat itu, sehingga tidak perlu heran jika dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru terdapat
perbedaan.
Untuk mengetahui proses terjadinya tulisan-tulisan mengenai Yesus Kristus, kita akan mulai
dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
Antara tahun 7/6 sebelum Masehi (SM) – 30 sesudah Masehi (M)
Kelahiran Yesus pada waktu kekaisaran Roma dipimpin oleh Agustus dan di Palestina oleh
Herodes Agung, sekitar tahun 7/6 SM. Tahun 27/28 M Yesus dibaptis di sungai Yordan oleh
Yohanes Pembaptis. Yang kemudian menjadi awal tampilnya Yesus di depan umum, hidup
dan karya-Nya sampai dengan kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari alam
maut. Yang pada akhirnya menjadi keyakinan baru dan sumber kekuatan bagi para murid.
Kekuatan itu dating dari Allah dan dialami sebagai kuasa Roh. Roh itu yang mendorong para
murid untuk memberikan kesaksian iman tentang Yesus Kristus yang menderita sengsara,
wafat dan bangkit dari alam maut.
Antara tahun 40 – 120 Masehi: penyusunan dan Penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru.
Karangan tertua dari Kitab Suci Perjanjian Baru adalah 1 Tesalonika (ditulis sekitar tahun 40)
sedangkan yang paling akhir adalah 2 Petrus (tahun 120).
Pada mulanya para murid mewartakan tentang Yesus secara lisan. Inti pewartaan pada
mulanya adalan wafat dan kebangkitan Yesus, kemudian pewartaan berkembang dengan
pewartaan hidup Yesus, karya dan sabda-Nya, perjalanan hidup-Nya yang diwartakan dalam
terang kebangkitan, karena kebangkitan Kristus merupakan dasar dari iman kepada Yesus
Kristus.
Jemaat yang berkembang menjadi komunitas-komunitas perlu dibina dan terus
dikembangkan. Sementara para saksi mata jumlahnya terbatas, maka mulailah ditulis pokok-
pokok iman yang penting, seperti kisah kebangkitan, sengsara, sabda dan karya Yesus dengan
maksud untuk membina perkembangan iman komunitas atau jemaat. Hal ini terus
berkembang dengan munculnya banyak tulisan dan karangan yang berupa fragmen-fragmen,
yang menceritakan kehidupan Yesus.
Yang pada akhirnya disusunlah Injil-injil dan kisah para rasul. Tulisan-tulisan itu disusun
berdasarkan atas tradisi baik lisan maupun tulisan yang disesuaikan dengan maksud dan
tujuan penulis serta setuasi jemaat pada waktu itu.
Antara tahun 120 – 400 Masehi: pembentukan Kanon (Daftar resmi Kitab Suci Perjanjian
Baru)
Pada awal abad kedua sampai akhir abad kedua muncul begitu banyak tulisan-tulisan tentang
Yesus, yang bisa membingungkan umat beriman, mana yang menyalurkan trasidi sejati mana
yang palsu, sehingga umat mulai mencari kepastian mana Kitab-kitab yang membina iman
sejati.
Setelah melalui proses penyusunan daftar Kitab-kitab yang bisa diterima sebagai Kitab Suci
dan ditolak, sampai pada akhirnya sekitar tahun 300 M secara umum sudah diterima sebagai
Kitab Suci, 4 Injil, 13 Surat-surat Paulus, Kisah Para Rasul, 1 Petrus, 1 Yohanes dan Wahyu.
Baru pada tahun 400 perbedaan pendapat dalah hal jumlah Kitab Suci hampir hilang
seluruhnya, sampai tersusun daftar Kitab Suci Perjanjian Baru dengan jumlah 27 Kitab seperti
yang kita kenal sekarang.