Anda di halaman 1dari 9

Ketua : Monika D. S.

Bili/61190439
Anggota : Ronald U. Moto/61190419
: Widya Veronica Pasaribu/61190433

TUJUH DIMENSI KEAGAMAAN

I. Pendahuluan
Tidak ada habisnya jika membahas tentang agama. Agama merupakan
kepercayaan yang melekat pada diri manusia sejak bertahun-tahun lalu. Agama telah
mengakar dalam kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi poros penggerak dalam
kehidupan sosial maupun pemerintahan. Pengaruh agama yang begitu besar dalam
masyarakat mengundang keingintahuan sejumlah orang untuk meneliti konsep agama itu
sendiri. Untuk meneliti dan lebih memahami konsep agama, maka Ninian Smart
mengelompokkan dimensi-dimensi penyusun atau pembentuk agama, yaitu tujuh dimensi
keagamaan.

II. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari tujuh dimensi keagamaan menurut Ninian Smart?
2. Bagaimana dimensi-dimensi keagamaan dalam konsep agama Buddha?

III. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan pada kelompok kami.
2. Untuk menambah wawasan mengenai dimensi-dimensi keagamaan dalam konsep
agama Buddha.

IV. Dimensi-dimensi Keagamaan


A. Tujuh Dimensi Keagamaan Menurut Ninian Smart
Dalam bidang kajian agama ada banyak cara yang digunakan orang untuk
mengurai dimensi-dimensi agama. Seorang penulis berkebangsaan Skotlandia dan
merupakan seorang pengajar di University of Lancaster, Ninian Smart, menggunakan
analisis dimensi agama untuk menggali dimensi-dimensi agama yang dipandang
sebagai suatu pandangan dunia. Dalam salah satu bukunya, The Dimension of Sacred
(Juni, 1999). Beliau membagi dimensi agama dalam tujuh bagian, yaitu:
1. Dimensi Praktis Ritual (Ritual: Forms & Orders of Ceremonies) yang
sebagaimana tampak dalam upacara suci, perayaan hari besar, pantang dan puasa
untuk pertobatan, doa, kebaktian, dan sebagainya yang berkenaan dengan
ritualitas agama.
2. Emosional Eksperiensial (Emotional & Experimental) adalah menunjuk pada
perasaan dan pengalaman para penganut agama dan tentunya bervariasi.
Peristiwa-peristiwa khusus, ghaib, luar biasa yang dialami para penganut
menimbuklkan berbagai macam perasaan dari kesedihan dan kegembiraan,
kekaguman, dan sujud ataupun ketakutan yang membawa pada pertobatan.
Berbagai perasaan tersebut membentuk suatu ikatan yang dirasakan penganut
dengan agama yang dianutnya.
3. Naratif atau Mistik (Narrative & Myths) menyajikan kisah atau cerita-cerita suci
untuk direnungkan, dicontoh, karena disitu ditampilkan tohkoh-tokoh suci,
pahlawan ataupun kejadian-kejadian yang penting dalam pembentukan agama
yang bersangkutan..
4. Filosofis-Doktrinal (Doctrinal & Philosophical) adalah dimensi agama yang
menyajikan pemikiran rasional, argumentasi, dan penalaran terutama
menyangkut ajaran-ajaran agama, pendasaran hidup, dan pengertian dari konsep
yang dianut agama itu.
5. Legal-Etis (Ethical & Legal), yaitu menyangkut tata tertib hidup dalam agama
itu, peraturan bersama, dengan norma-norma dan pengaturan, tidak jarang
disertai pula dengan sistem penghukuman apabila terjadi pelanggaran.
6. Sosial-Institusional (Sosical & Institutional:Believe system is shared & attitudes
practiced by group) yang mengatur kehidupan bersama menyangkut
kepemerintahan keorganisasian, pemilihan dan penahbisan pemimpin,
kejemaatan dan penggembalaan.
7. Dimensi Material (Material), yaitu dimensi yang mencakup berbagai material
penting dalam agama tersebut seperti bangunan, seni ukir dan beberapa kreasi
lainnya. Dimensi material menyangkut alat-alat yang digunakan untuk pemujaan
atau untuk pelaksanaan kehidupan agama itu termasuk bangunan-bangunan dan
tempat-tempat ibadah.

B. Dimensi-dimensi Agama dalam Konsep Agama Buddha


Berdasarkan pada tujuh dimensi agama yang dikemukakan oleh Ninian Smart, maka
kami dapat menyimpulkannya dalam konsep agama Buddha sebagai berikut :
1. Dimensi Praktis Ritual dalam Agama Buddha (Ritual: Forms & Orders of
Ceremonies)
Dimensi ini berkaitan dengan ritual yang dilaksanakan oleh penganut agama
Buddha seperti perayaan hari besar keagamaan, yaitu hari raya Waisak. Hari raya
keagamaan ini dirayakan oleh seluruh umat Buddha di dunia dan merupakan
penghormatan atas tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha. Tiga
peristiwa penting itu yakni, kelahiran Buddha, saat Buddha mencapai pencerahan
serta kematian Buddha menuju nirvana.

Gambar : Sejumlah umat Buddha membawa kendi berisi air suci yang diambil
dari Umbul Jumprit Temanggung melakukan Pradaksina atau mengelilingi candi
saat prosesi penyemayaman Air Suci Waisak di Candi Mendut, Magelang, Jawa
Tengah, 28 Mei 2018.
Sumber : Hari Waisak 2018, Ini 9 Tradisi Umat Buddha Rayakan Waisak
[Tempo.com], https://gaya.tempo.co/read/1093583/hari-waisak-2018-ini-9-
tradisi-umat-buddha-rayakan-waisak/full?view=ok,
Berikut beberapa ritual yang dilakukan selama peringatan hari Waisak:
1) Doa dan merenung dengan tenang. Pada umumnya umat Buddha akan
merenungkan kehidupan dan berdoa dengan mengunjungi kuil-kuil lokal
ataupun kuil besar.
2) Mengenakan pakaian putih. Sebenarnya tidak wajib mengenakan pakaian
putih saat pergi ke kuil di hari Waisak, namun para penyembah diwajibkan
untuk mengenakannya karena putih melambangkan kemurnian.
3) Menerapkan kelima sila. Ada lima sila ajaran Buddha, yaitu tidak melakukan
pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, berbohong, dan mengonsumsi
minuman keras. Selain itu umat Buddha juga menahan diri dari berbicara
buruk tentang orang lain dan tidak melakukan kegiatan negatif.
4) Menyalakan lampu minyak atau lilin. Lampu minyak dianggap mengusir
kegelapan dan merupakan penerangan bagi kehidupan.
5) Mengunjungi pohon Bodhi di Bodh Gaya, India merupakan tempat Buddha
bermeditasi dan mencapai pencerahan. Para pengikut Buddha menghormati
tempat ini dan berdoa di sana.
6) Menjadi vegetarian. Makanan yang disajikan di kuil-kuil pada hari Waisak
adalah makanan vegetarian karena dipercaya bahwa tidak melakukan
pembunuhan pada hewan merupakan suatu kebaikan untuk memulai
pemurnian.
7) Mengibarkan bendera Buddha.
8) Menawarkan sedekah.
9) Melakukan ritual Mandi Sang Buddha. Mandi Buddha adalah ritual
pemurnian hati dan pikiran dari keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan.

2. Dimensi Material dalam Agama Buddha


Dimensi ini berkaitan dengan tempat ibadah, simbol, serta peralatan yang
digunakan dalam ritual keagamaan agama Buddha.
a. Tempat ibadah
Wihara (Vihara) atau kuil. Wihara atau kuil merupakan tempat ibadah umat
Buddha. Selain sebagai tempat ibadah, wihara digunakan sebagai tempat
untuk memperingati hari besar keagamaan Buddha serta belajar dan berlatih
Buddha Dhama.

b. Alat-alat dan Simbol dalam Agama Buddha


1) Patung Buddha (Buddha rupang)

Sumber:https://dhammamanggala.com/dnews/170007/mengenal-
lambang-lambang-dalam-agama-buddha.html
merupakan simbol ketenangan hati seseorang dan bukanlah berhala yang
harus disembah oleh umat Buddha, tetapi merupakan symbol ketenangan
batin.
2) Lilin merupakan simbol cahaya atau penerangan batin dan mengusir
ketidaktahuan (avijja).
3) Air merupakan simbol kerendahan hati dan simbol pemurnian. Air selalu
mengalir ke tempat yang rendah tak peduli arusnya deras atau tidak. Air
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan meskipun terlihat lemah,
tetapi pada suatu waktu dapat menjadi dahsyat.
4) Dupa merupakan simbol keharuman nama baik seseorang. Wangi dupa
akan tercium apabila terbawa angin ke tempat yang jauh dan tidak akan
tercium di tempat yang berlawanan dengan arah angin.
5) Bendera Buddhis merupakan gabungan beberapa warna dengan arti
sebagai berikut:

Sumber:https://dhammamanggala.com/dnews/170007/mengenal-
lambang-lambang-dalam-agama-buddha.html
 Biru artinya bhakti
 Kuning artinya bijaksana
 Merah artinya cinta kasih
 Putih artinya suci
 Jingga/ oranye artinya semangat
Warna-warna ini kemudian dijadikan bendera Buddhis oleh J. R. De Silva
dan Kolonel H. S. Olcott untuk menandakan kembali kebangkitan agama
Buddha di Ceylon.
6) Stupa merupakan gundukan peringatan dan menjadi monumen yang
dikeramatkan. Atas petunjuk Buddha Sakyamuni, stupa dibangun dengan tiga
tingkat, yaitu tingkat dasar berbentuk trapezoid, tengah berbentuk setengah
bola dan atas berbentuk kerucut.
7) Dhammacakka
Sumber: https://dhammamanggala.com/dnews/170007/mengenal-lambang-
lambang-dalam-agama-buddha.html
Secara harfiah merupakan roda dhamma berbentuk bulat dan di dalamnya
terdapat delapan jari-jari yang bermakna :
 Pandangan benar : pandangan empat kesunyatan mulia.
 Pikiran benar : pikiran terhadap segala sesuatu yang bersiat positif.
 Ucapan benar : perkataan yang bermakna dan tidak menyakiti orang lain.
Syarat ucapan benar adalah :
o Ucapan itu benar berdasarkan fakta yang ada
o Ucapan itu bermanfaat
o Ucapan itu beralasan
o Ucapan itu tepat pada waktunya
 Perbuatan benar : suatu tindakan yang tidak merugikan diri sendiri dan
orang lain.
 Mata pencaharian benar : melakukan kegiatan yang positif dan membawa
kebahagiaan.
 Usaha benar : berusaha mengembangkan segala sesuatu yang positif demi
kemajuan batin. Terdapat lima jenis usaha yang sebaiknya dihindari oleh
umat Buddha, yaitu :
o Berdagang manusia untuk dijadikan budak
o Berdagang senjata tajam
o Berdagang binatang buas (harimau, kucing, anjing, ular, dan
sebagainya
o Berdagang racun
o Berdagang obat-obatan terlarang
 Perhatian benar : mengendalikan gerak-gerik perilaku diri sendiri secara
wajar.
 Konsentrasi benar : memusatkan pikiran pada satu obyek.
8) Relik merupakan peninggalan khusus dari jenazah seseorang yang dianggap
suci. Dalam agama Buddha sendiri, pemujaan relik dimulai sejak kematian
Buddha Gautama setelah abu jenazahnya dibagi menjadi sepuluh bagian dan
disimpan dalam stupa yang didirikan di sepuluh negara. Relik gigi Sang
Buddha saat ini disimpan di wihara Dalada Valigwa, dekat Kandi, Srilanka.
9) Swastika adalah lambang suci dalam agama Buddha. Swastika melambangkan
kesejahteraan dan hidup panjang.

Sumber: https://dhammamanggala.com/dnews/170007/mengenal-lambang-
lambang-dalam-agama-buddha.html
10) Tasbih. Dalam agama Buddha tasbih digunakan sebagai alat bantu bermeditasi
yang berfungsi untuk memusatkan pikiran. Secara umum 108 biji-bijian dalam
tasbih dipakai untuk membilang banyaknya mantra atau doa dalam Mahayana.

Sumber: https://dhammamanggala.com/dnews/170007/mengenal-lambang-
lambang-dalam-agama-buddha.html
11) Pohon Bodhi adalah lambang kebijaksanaan atau kesadaran agung dari
Sidharta Gautama karena di sanalah Sidharta Gautama mencapai pencerahan
dan kesempurnaan.
12) Teratai merupakan lambang kesucian. Dalam agama Buddha dikenal beberapa
warna teratai, yaitu Putih (Pundarika), biru (Upala), dan merah (Lohita). Motif
teratai sering terdapat dalam lukisan Buddha, ukiran di kuil dan pada lilin
yang digunakan dalam ritual.
13) Genta. Genta dibunyikan sebagai tanda dimulainya ritual atau kegiatan resmi.
V. Kritik dan Saran

Dampak positif : Dengan adanya dimensi keagamaan ini, maka orang lain dapat lebih
mudah memahami agama tertentu.

Dampak negatif : Orang yang sudah mengetahui tentang pembagian agama ini dapat
berpandangan lain tentangg suatu agama, misalkan dengan
memanfaatkan dimensi-dimensi tersebut mereka dapat memasukkan
orang lain ke jalan yang salah. Caranya dengan membenarkan suatu
ajaran yang salah menggunakan dimensi-dimensi keagamaan Ninian
Smart.

Saran : Sebaiknya untuk memahami dimensi-dimensi keagamaan dilakukan


dengan pikiran terbuka dan informasi dari sumber yang tepat agar
tidak disalahgunakan atau disalahartikan.

VI. Daftar Pustaka

Pramudita Davies, Anastasia, Hari Waisak 2018, Ini 9 Tradisi Umat Buddha Rayakan
Waisak [Tempo.com], https://gaya.tempo.co/read/1093583/hari-waisak-2018-ini-9-
tradisi-umat-buddha-rayakan-waisak/full?view=ok, diakses tanggal 21 Agustus 2019

Priastana, Jo, Apa Tujuan Umat Buddha ke Vihara?[Buddhazine.com],


http://buddhazine.com/apa-tujuan-umat-buddha-ke-vihara/#, diakses pada tanggal

Mustofa, Habibul, Dimensi Agama Menurut Ninian Smart [Blogspot.com],


http://aliansialienasi.blogspot.com/2017/03/dimensi-agama-menurut-ninian-smart.html?
m=1, diakses pada tanggal 24 Agustus 2019
Diyon, Lambang-lambang dalam Agama Buddha [Blogspot.com], http://pak-
diyon.blogspot.com/2011/10/lambang-lambang-dalam-agama-buddha.html?m=1, diakses
pada tanggal 22 Agustus 2019

Wikipedia, Ninian Smart [Wikipedia.org], https://id..m.wikipedia.org/wiki/Ninian_Smart,


diakses pada tanggal 23 Agustus 2019

Widhi Sakti, PMV, Simbol-simbol dalam Agama Buddha [Blogspot.com],


http://pmvwidhisakti.blogspot.com/2017/04/simbol-simbol-dalam-agama-buddha.html?
m=1, diakses pada tanggal 21 Agustus 2019

Dhamma Manggala, Mengenal Lambang-lambang dalam Agama Buddha


[dhammamanggala.com], https://dhammamanggala.com/dnews/170007/mengenal-
lambang-lambang-dalam-agama-buddha.html, diakses pada tanggal 21 Agustus 2019

Byu Scholars Archive, Ninian Smart, The Dimension of the Sacred : An Anatomy of The
World’s Believe [PDF], https://scholararchive.byu.edu, diakses pada tanggal 26 Agustus
2019

Tugas ini dibuat pada tanggal 21 Agustus dan diselesaikan pada tanggal 27 Agustus 2019. Tugas
ini kami buat dengan jujur dan kerjasama semua anggota.

Jogja, 27 Agustus 2019

Monika Dewinta Sofiani Bili

Anda mungkin juga menyukai