Anda di halaman 1dari 3

1.

Divisi Aferen

Sistem saraf tepi aferen (PNS aferen) adalah bagian dari sistem saraf yang mengirimkan
informasi dari reseptor sensorik di seluruh tubuh menuju sistem saraf pusat (CNS). PNS
aferen terdiri dari serabut saraf aferen, yang membawa sinyal sensorik dari organ sensorik ke
CNS. Fungsi PNS aferen sangat penting dalam memungkinkan kita merespons lingkungan
eksternal dan internal kita, serta memberikan umpan balik sensorik yang penting untuk
menjaga homeostasis tubuh. PNS aferen terdiri dari dua jenis serabut saraf aferen: serabut
saraf somatik dan serabut saraf visceral. Serabut saraf somatik mengirimkan sinyal sensorik
dari kulit, otot rangka, dan persendian ke CNS. Sementara itu, serabut saraf visceral
membawa sinyal dari organ-organ internal seperti lambung, usus, dan jantung ke CNS.
Kedua jenis serabut saraf ini terhubung dengan neuron sensorik, yang memiliki badan sel di
dalam ganglion sensorik di dekat sumsum tulang belakang. Selain serabut saraf, PNS aferen
juga melibatkan beberapa jenis sel pendukung seperti sel Schwann, yang membungkus dan
mengisolasi serabut saraf, serta sel satelit, yang mengelilingi badan sel neuron di dalam
ganglion sensorik. Selain itu, terdapat juga sel- sel pembentuk mielin, yang melapisi serabut
saraf dan mempercepat transmisi impuls saraf. (Lloyd, 2018)

Sistem saraf somatik aferen terdiri dari serabut saraf yang membawa informasi sensoris
dari kulit, otot, dan sendi menuju sistem saraf pusat. Informasi sensoris ini dapat berupa rasa
sakit, suhu, tekanan, atau sentuhan. Serabut saraf ini juga berperan dalam memonitor posisi
dan gerakan tubuh, serta mengatur refleks yang sederhana, seperti refleks lutut atau refleks
tendon. Sementara itu, sistem saraf otonom aferen terdiri dari serabut saraf yang membawa
informasi sensoris dari organ dalam tubuh, seperti jantung, paru-paru, dan saluran
pencernaan, menuju sistem saraf pusat. Informasi sensoris ini dapat memberikan informasi
mengenai kondisi fisiologis organ-organ tersebut, seperti tekanan darah, kadar oksigen dalam
darah, atau tingkat pengisian kandung kemih. Serabut saraf ini juga memainkan peran penting
dalam mengatur fungsi-fungsi otomatis tubuh, seperti detak jantung, pernapasan, dan
pencernaan (Balcioglu et al., 2020).

Referensi:

Balcioglu, E., Tatar, İ., Kelestemur, T., & Dizman, N. (2020). Clinical anatomy of the afferent
peripheral nervous system. Anatomy & cell biology, 53(4), 407-416. doi: 10.5115/acb.19.227

Lloyd, C. M. (2018). Afferent Nervous System. In Encyclopedia of Neuroscience (pp. 189-


194). Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-08613-2_66-2
2. Divisi Eferen

Sistem saraf tepi eferen adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari serabut saraf dan
jaringan saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi eferen bertanggung
jawab untuk membawa sinyal atau impuls saraf dari sistem saraf pusat (otak dan sumsum
tulang belakang) ke organ tubuh seperti otot dan kelenjar. Sistem saraf tepi eferen dibagi
menjadi dua bagian utama, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.

Sistem saraf simpatis adalah bagian dari sistem saraf tepi eferen yang terlibat dalam
respons "fight or flight" (bertahan atau melarikan diri). Sistem saraf simpatis mempersiapkan
tubuh untuk bereaksi terhadap situasi yang mengancam dan memicu pelepasan hormon
epinefrin dan norepinefrin. Respon ini meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan
pernapasan, serta mengalihkan aliran darah dari organ tubuh non-esensial ke organ tubuh
esensial seperti otot. Sistem saraf parasimpatis, di sisi lain, bertanggung jawab untuk
menstabilkan tubuh dan mempertahankan kondisi yang tenang dan santai. Sistem saraf
parasimpatis membantu memulihkan tubuh setelah stres atau keadaan yang mengancam dan
mempromosikan pencernaan dan penyerapan makanan. Sistem saraf parasimpatis juga dapat
memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah. Kedua sistem saraf tepi eferen
bekerja bersama-sama untuk menjaga keseimbangan dan homeostasis dalam tubuh. Sistem
saraf simpatis dan parasimpatis biasanya bekerja secara terbalik satu sama lain, yang disebut
sebagai mekanisme antagonis. Ketika satu sistem saraf aktif, sistem saraf yang lain cenderung
menghambat aktivitasnya. Sebagai contoh, ketika sistem saraf simpatis terlibat dalam respons
"fight or flight", sistem saraf parasimpatis akan menurunkan aktivitasnya dan membantu
memulihkan tubuh setelah situasi stres. (Hossain et al., 2020)

Menurut jurnal yang diterbitkan pada tahun 2018 oleh Manfredi et al., sistem saraf
tepi eferen terdiri dari dua jenis serat saraf, yaitu serat saraf somatik dan serat saraf otonom.
Serat saraf somatik merupakan serat saraf yang mengontrol gerakan sukarela, seperti
menggerakkan tangan atau kaki. Serat saraf somatik menghubungkan sistem saraf pusat
dengan otot rangka tubuh manusia. Sementara itu, serat saraf otonom mengontrol fungsi-
fungsi tubuh yang tidak disadari, seperti fungsi pencernaan, detak jantung, dan pernapasan.
Serat saraf otonom terbagi menjadi dua jenis, yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Sistem saraf simpatis bertanggung jawab untuk meningkatkan denyut jantung dan tekanan
darah, sedangkan sistem saraf parasimpatis bertanggung jawab untuk menurunkan denyut
jantung dan tekanan darah.

Secara keseluruhan, sistem saraf tepi eferen memiliki peran penting dalam mengatur
fungsi-fungsi tubuh manusia yang tidak disadari secara sadar. Adanya serat saraf somatik dan
serat saraf otonom menjadikan sistem saraf tepi eferen sangat kompleks dan berpengaruh
besar terhadap kesehatan manusia secara keseluruhan (Manfredi et al., 2018).
Referensi:

Manfredi, L. R., Arcury, T. A., Talton, J. W., Anderson, A. M., & Levine, R. S. (2018). Peripheral
Nervous System. In J. M. Stellman (Ed.), Encyclopedia of Occupational Health and Safety (pp. 24.1-
24.4). International Labour Organization.

Hossain, M. A., Sulaiman, S. A., Khan, A. H., & Karim, M. E. (2020). Peripheral Nervous
System. In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing

Anda mungkin juga menyukai