Anda di halaman 1dari 16

Pemeriksaan Dan Evaluasi OT II

Wrist Disclocation

Disusun oleh
Rifdah Arsa Sekar Buana (P27228019150)

Untuk Memenuhi Tugas sebagai Persyaratan


Menyelesaikan Mata Kuliah Pemeriksaan dan Evaluasi OT II

JURUSAN TERAPI OKUPASI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2019/2020

PENDAHULUAN
A. Definsi
Pergelangan tangan terdiri dari tulang radial dan ulnar bagian distal (the
distal radioulnar joint), radiocarpal joint, ulnocarpal joint,
carpometacarpal joint, 8 tulang carpal (lunatum, hamatum, pisiform,
triquentum, capitatum, trapezoid, trapezium, navicular ) dengan intercarpal
articulations masing – masing. Pisiform berartikulasi dengan triquentum,
scaphoid dan lunatum berartikulasi dengan distanl radius sedangkan
triquentum terpisah dari distal ulna, triquentum dipisahkan oleh articular
disc atau triangular fibrocartilage complex.
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi
tidak lagi berhubungan secara anatomis atau tulang lepas dari sendi
(Brunner&Suddarth). Keluarnya kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Mansyur. 2000). Dislokasi terdiri dari beberapa jenis. Dislokasi at axim
yaitu membentuk sudut. Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh.
Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang. Dislokasi at lutuscum
controltinicum yaitu fragmen tulang menjauh dan overlap (memendek).
(Black dan Matasarin,1997)
Dislokasi wrist jont adalah kondisi dimana tulang – tulang pembentuk wrist
joint tidak berhubungan secara anatomis. Dislokasi ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain yaitu cidera saat melakukan olahraga,
trauma yang tidak berhubungan dengan olaharga seperti saat terjatuh dari
sepeda dan badan terbentur jalan, terjatuh dan terjadinya tear-ligament.

B. Etiologi
Dislokasi pada pergelangan tangan kebayakan disebabkan oleh trauma yang
berat misalnya pergelangan tangan terbentur dengan keras. Dislokasi yang
banyak terjadi adalah prelunate dislocation or fracture – dislocations.
Prelunate dislocation lebih sering terjadi pada pria dan anak – anak
biasanya terjadi karena cidera saat berolahraga, bermain, dan bekerja.
Berdasarkan terminologi menurut Jhonson prelunate injuries dibagi menjadi
dua jenis yaitu lesser dan arc injuries tergantung dengan jalur cidera
disekitar lunatum. Herzbeg dan Forrisier mengusulkan klasifikasi radiologis
dari cidera ini yang didapat dari proyeksi PA (postero anterio) dan L
(lateral)
Menurut proyeksi PA cidera ini dibagi menjadi dua kategori yaitu prelunate
dislocation dimana cidera utamanya di ligament dan kategori pralunate
dislocation – fracture. Selain prelunate dislocation or fracture –
dislocations tipe dislokasi pergelangan tangan yang serng terjadi adalah
anterior lunate dislocation dimana tulang lunatum yang mengalami
perputaran. Galeazzi fracture juga dapat menjadi penyebab terjadinya
dislokasi pergelangan tangan. Galeazzi fracture sering terjadi ketika
seseorang jatuh dengan posisi wrist extention dan hyperpronasi forearm.

C. Prognosis
Dalam istilah medis , prognosis biasanya berkaitan dengan probabilitas atau
risiko seseorang yang mengalami keadaan kesehatan tertentu (hasil) selama
waktu tertentu, berdasarkan profil klinis dan non-klinisnya. Hasil seringkali
merupakan peristiwa spesifik, seperti kematian atau komplikasi, tetapi bisa
juga berupa kuantitas, seperti perkembangan penyakit, (perubahan) rasa
sakit, atau kualitas hidup.
Prognosis dislokasi mempunyai prognosis gerak dan fungsi yang baik jika
pasien secepat mungkin mendapatkan penanganan yang tepat oleh tim medis
untuk segera mendapatkan penanganan sehingga, nyeri, penurunan LGS, dan
penurunan kekuatan otot dapat diatasi.
D. Gejala Klinis
Gejala dari diskolasi pergelagan tangan ini antara lain terjadinya bengkak,
bila digerakan wrist terasa sakit, adapula yang rasa sakitnya sampai ke
forearm. Selain itu juga terjadi perubahan warna dan terdapat peningkatan
suhu pada daerah yang mengalami dislokasi.
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama / Inisial : MSR
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Sisi Dominan : Kanan
Alamat : Jalan Kalimantan I no 24, Perum Puri Praja Kencana,
Mulyoharjo , Pemalang, Jawa Tengah

B. DIAGNOSIS PASIEN
Diagnosis Medis : Dislokasi
Diagnosis Topis : Wrist joint sinistra
Diagnosis Kausatif : Cidera saat olahraga

C. DATA SUBJEKTIF
Initial Assessment :
Interview (keluhan, riwayat kondisi pasien, harapan)
Tn. MSR sehari – hari menjadi seorang mahasiswa di salah satu perguruan
tinggi negeri di Semarang. Ketika beliau sedang bermain sepak bola, beliau
tidak sengaja jatuh. Posisi Tn. MSR ketika jatuh adalah tangan menyangga
badannya dan terguling kedepan sebanyak dua kali yang menyebabkan
pergelangan tangan mendapatkan tekanan. Tn.MSR bercerita bahwa saat terjatuh
beliau tidak merasakan apa – apa setalah terjatuhlah baru Tn. MSR meraskan
sakit dan nyeri sekali. Setelah terjatuh ada seorang teman beliau yang mencoba
membatu Tn.MSR dengan cara menarik pergelangan tangan beliau dengan
maksud untuk melurus pergelangan tanganya tetapi setelah hal itu dilakukan rasa
sakit Tn.MSR tidak mereda bahkan rasa nyeri semakin meningkat. Keluhan
yang dirasakan oleh Tn.MSR adalah nyeri ketika menggerakan pergelangan
tangan bagian kiri. Hal ini membuat Tn.MSR kesulitan ketika melakukan
aktivitas ADL yaitu berpakaian . Sebelum mengalami kejadian ini Tn, MSR
tidak mempunya riwayat penyakit apapun. Tn.MSR mempunyai harapan dapat
melakukan aktivitas harapan untuk dapat memakai baju sendiri baik pakaian
atas maupun pakaian bawah.

Observasi Klinis (hal-hal yang ditemukan saat pertama kali bertemu


pasien: penampilan, cara bicara, mobilitas, perilaku, dll)
Tn. MSR memiliki postur tubuh yang normal dalam artian tidak terlalu
membungkuk atau terlalu tegap. Tn. MSR mampu berjalan dengan baik tetapi
saat melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan dari pergelangan
tangan Tn.MSR Ketika melakukan rangkaian proses anamnesis ini beliau
berpenampilan normal dalam artian tidak terdapat keganjilan dalam hal
dandanan maupun cara berpakaiannya. Pakaian yang beliau kenakan normal
dalam artian beliau memakai pakaian yg sesuai dengan keadaan beliau. Ketika
Tn,MSR berbicara ekspresi wajah beliau ekspresif; intonasi suara jelas, ada
perbedaan tekanan ketika harus bersuara tinggi dan bersuara pelan; beliau dapat
berbicara dengan lancar dan kemampuan kognitifnya bagus karena saat diajak
berbicara Tn. MSR mampu mengikuti pembicraan dan nyambung. Ketika
diajak berbicara beliau cepat menjawab dan jawaban yang diberikan tepat serta
tidak berbelit-belit. Beliau menampilkan sikap yang normal tidak ada
kejanggalan dalam berprilaku beliau mengatahui bagaimana harus bersikap
ketika sedang berlangsung proses anamnesis. Saat proses anamnesis beliau
bercerita dengan jelas dan memperlihatkan rasa nyaman tidak ada tekanan yang
berarti. Tn. MSR mampu menempatkan diri kapan saatnya bercanda dan kapan
saatnya serius menjawab pertanyaan. Dalam hal mobilitas Tn.MSR tidak ada
gangguan beliau mampu berjalan dengan dengan baik.
Screening test (hasil sesuai blanko screening)
Tn.MSR mengeluhkan pergelangan tangan kirinya mengalami kesulitan untuk
digerakkan. Saat terapis memberikan instruksi kepada Tn.MSR untuk
melakukan gerakkan Tn.MSR belum mampu melakukanya karena terasa nyeri.
Terapis juga menginstruksikan Tn.MSR untuk melakukangerakan ulnar dan
radial deviasi tetapi Tn.MSR beliau tidak bisa melakukanya. Saat terapis
meminta Tn.MSR untuk melakuka gerakan fleksi jari – jari tangan Tn.MSR
mampu melakukanya tetapi gerakan belum maksimal.

Model treatment yang akan digunakan (pemilihan kerangka acuan)


Kerangka acuan Biomekanik digunakan untuk merawat individu yang memiliki
keterbatasan dalam melakukan suatu aktivitas karena adanya impairments
(kelemahan) pada struktur dan fungsi tubuh termasuk ketidakstabilan, penurunan
kekuatan, keterbatasan lingkup gerak sendi, kurangnya daya tahan (endurance).
Tujuan dari pendekatan Biomekanik yaitu supaya klien mampu menjalaknkan
occupational performancenya untuk mengatasi gangguan utama yang
menyebabkan keterbatasan/limitasi kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas
(Hagedom, 1997; Trombly, 1995).
Treatment dalam kerangka acuan biomekanik ini berfokus pada pencegahan atau
mengurangi impairments melalui penggunaan aktivitas dan exercise (latihan)
yang bertujuan (Kielhofner, 1997).
Gangguan biomekanikal dapat dikoreksi melalui modalitas adjunctive, yang
mempersiapkan pasien untuk kinerja pekerjaan (misalnya passive stretching)
dan kegiatan enabling yang tidak bertujuan tetapi memungkinkan praktek
keterampilan komponen yang dibutuhkan untuk kinerja pekerjaan.
D. DATA OBJEKTIF
(ringkasan hasil pemeriksaan dari blanko-blanko pemeriksaan yang
sesuai problem pasien dan kerangka acuan yang digunakan)
 Berdasarkan anamnesis dengan blanko The Barthel Index didapat
kesimpulan bahwa Tn.MSR mendapatkan skor 95 yang artinya Tn.MSR
mempunyai ketergantungan ringan. Beliau mengalami kendala dalam
berpakaian untuk tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah. Ketika
Tn.MSR akan memakai pakaian baik untuk tubuh bagian atas dan tubuh
bagian bawah beliau merasakan nyeri pada bagian wrist.
 Berdasarkan hasil Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi pasien memiliki
keterbatasaan lingkup gerak sendi pada regio wris sinisra. Pada saat
pemeriksaan Tn. MRS tidak mampu melakukan gerakan fleksi, ektensi,
ulnar deviasi dan radial deviasi sehingga lingkup gerak sendinya 0°.
Gerakan ekstensi siku sebesar 00. Siku dan lengan bagian bawah untuk
fleksi mendapatkan nilai 800.
 Berdasarkan blanko Pemeriksaan Kekuatan Otot pada bagian region
wrist sinistra. Otot – otot tersebut yaitu flexor carpi ulnaris, flexor carpi
radialis, extensor carpi radialis longus, extensor carpi radialis
brevis,dan extensor carpi ulnaris masing – masing mendapatkan nilai 1
karena Tn.MSR belum mampu melakukan gerakan tersebut

E. ASSESSMENT / PENGKAJIAN DATA


Rangkuman data Subjektif dan Objektif
Berdasarkan interview kepada Tn.MSR diketahui pasien mengalami dislokasi
akibat cidera karena. Tn. MSR mendapatkan penanganan dengan diurut. Setelah
mendapatkan penanganan dengan diurut beliau masih belum mampu untuk bergerak
dengan leluasa dan masi terasa nyeri. Setelah itu beliau pergi ke dokter dan dokter
menyatakan Tn.,SR mengalami wrist dislocation. Cara berpakaian Tn.MSR baik
beliau memakai pakaian yang normal. Cara bicara pasien baik. Perilaku pasien
kooperatif dalam mengikuti kegiatan anamnesis. Beliau mampu berjalan dengan
baik dan tidak memilki hambatan tetapi saat melakukan aktivitas yang
membutuhkan gerakan wrist kiri Tn.MSR masih terhambat karena masih merasa
nyeri.
Berdasarkan pemeriksaan menggunakan Blangko Pemeriksaan Lingkup
Gerak Sendi diketahui lingkup gerak sendi Tn.MSR pergelangan tangan kiri
untuk gerakan fleksi pergelangan tangan 0°, ekstensi pergeangan tangan 0°,
ulnar deviasi 0°, radial deviasi 0°. Ketika Tn.MSR diminta untuk melakukan
gerakan fleksi siku didapatkan hasil 80° dan ketika melakukan ferakan ekstensi
siku mendapatkan hasil 0°.
Berdasarkan pemeriksaan menggunakan Blangko Pemeriksaan kekuatan Otot
diketahui kekuatan otot pada pergelangan tanga kiri pasien pada gerakan fleksi
untuk otot flexor carpi ulnaris bernilai 1, flexor carpi radialis bernilai 1, otot
pada gerakan ekstensi untuk otot extensor carpi longus dan otot extensor carpi
brevis bernilai 1. Hal tersebut dikarenakan ketika melakukan pemeriksaan otot –
otot flexor carpi ulnaris, flexor carpi radialis, extensor carpi longus dan otot
extensor carpi brevis dapat dilakukan palpasi dan observasi tetapi tidak mampu
melakukan gerakan karena masih terasa nyeri. Tn MSR diminta untuk
melakukan gerkan fleksi siku mendapatakn nilai 3 untuk otot biseps,
brachioradialis, brachialis karena saat melakukan gerakan Tn.MSR mampu
melakukan gerakan melawan gravitasi, full ROM tetapi belum mampu untuk
menahan tahanan. Berdasarkan hasil dari hasil blanko The Barthel Index adalah
95 yang artinya Tn.MSR mempunyai ketergantungan ringan, beliau terganggu
untuk aktivitas berpakaian.

Aset
Penampilan pasien secara umum baik dan rapi. Cara bicara Tn.MSR baik beliau
mampu menjawab pertanyaaan dengan tepat dan saat menceritakan kisahnya
tidak menggunkan bahasa – bahasa yg sulit dipahami dan tidak berbelit .
Perilaku pasien kooperatif dalam mengikuti kegiatan anamnesis. Tn.MSR idak
mempunyai riwayat tertentu. Beliau juga mempunyai motivasi yang bagus untuk
sembuh. Tn,MSR ketika dilakukan pemeriksaan blangko Pemeriksaan
Kekuatan Otot beliau mendapatkan nilai 3 di beberapa otot yang artimya
Tn.MSR mampu melakukan gerakan dengan melawan gravitasi dan full ROM,
otot – otot biseps, brachioradialis, brachialis. Beliau juga mampu untuk
melakukan gerakan flexi elbow. Berdasarkan pemeriksaan The Barthel Index
pasien memperoleh score 95 yang artinya pasien memiliki ketergantungan
ringann. Dengan adanya kemampuan – kemampuan diatas dapat menunjang
proses terapi dan membuat proses penyembuhan berjalan dengan baik. Sehingga
harapan Tn.MSR agar dapat sembuh dan beraktifitas kembali seperti
sebelumnya dapat tercapai.

Limitasi
Berdsarkan data yang diperoleh limitasi yang dimiliki oleh Tn.MSR yaitu tidak
mampu menggerakan pergelangan tangan bagian kiri, bila digerakan akan terasa
nyeri. Ada beberapa otot yang hanya mendapatkan nilai 1 karena otot hanya
mampu di palpasi dan di observasi tetapi tidak bisa menggerakan sendi otot- otot
tersenut atara lain yaitu flexor carpi ulnaris , flexor carpi radialis, extensor
carpi longus dan otot extensor carpi brevis. Dalam melakukan aktivitas
berpakaian pasien teganggu untuk menggunakan pakaian atas dan pakaian
bawah beliau belum mampu menggunakan pakaian secara mandiri masih
membutuhkan bantuan. Lingkup gerak sendi untuk gearakan fleksi, ekstensi,
ulnar dan radial deviasi mendapatkan hasil 0° .

Prioritas Masalah
Berdasarkan data subjektif dan objektif prioritas masalah yang dipilih pada
adalah Tn.MSR adalah kesulitan untuk memfungsikan kemampuan pergelangan
tangan kirinya.

Diagnosis OT
Berdasarkan data yang di dapat Tn.MSR mempunyai gangguan pada area ADL.
Tn.MSR kesulitan saat mengenakaian pakaian ,baik pakaian atas dan pakaian
bawah. Tn.MSR juga mengalami gangguan pada daerah leisure karena beliau
tidak mampu melakukan bermain bola basket karena dislokasi wrist ini.
F. PERENCANAAN TERAPI

Tujuan Jangka Panjang (kearah occupation )


Tujuan jangka panjang yang akan dicapai melalui terapi ini adalah Tn.MSR
mampu melakukan aktivitas berpakaian secara mandiri selama 15 sesi terapi.

Tujuan Jangka Pendek (kearah occupation / occupation component )


I.1 : Tn.MSR mampu melakukan gerakan grasp and release dengan posisi
forearm pronasi secara mandiri sealama 3 kali sesi terapi, satu sesi
terapi 10 kali gerakan mengengam
I.2 : Tn.MSR mampu melakukan gerakan ulnar deviation dan radial
Deviation dengan bantuan dari teapis selama 3 kali sesi, dengan
Pengulangan gerakan sebanyak 10 kali
I.3 : Tn.MSR mampu melakukan gerakan flexion wrist dan extention
wrist dengan bantuan dari teapis selama 3 kali sesi, dengan
Pengulangan gerakan sebanyak 10 kali
I.4 : Tn.MSR mampu melakukan gerakan ulnar deviation dan radial
deviation dengan mandiri selama 3 kali sesi, dengan
Pengulangan gerakan sebanyak 10 kali
I.5 : Tn.MSR mampu melakukan gerakan flexion wrist dan extention
wrist dengan mandiri selama 3 kali sesi, dengan
Pengulangan gerakan sebanyak 10 kali

Strategi / Teknik
Strategi atau teknik yang digunakan dalam proses terapi adalah dengan melakukan
Passive movement, active movement .
Frekuensi
Frekuensi Tn.MSR dalam melukan proses teraapi berdasarkan data yang
terdapat pada tujuan jangka pendek proses terapi
dilakukan sebanyak 15 kali sesi. Dalam seminggu proses terapi lakukan
sebanyak 3 kali seminggu.

Durasi
Durasi untuk melakukan terapi ini adalah pada setiap sesi dilakukan selama 20 –
30 menit.

Media Terapi
Dalam proses terapi ini terapis menggunakan media bola busa dan tali karet
(resistive band). Bola busa digunakan saat Tn.MSR akan melakukan gerakan
grasp and release. Tali karet (resistive band) digunakan saat melakukan gerakan
ulnar deviation, redial deviation, wrist flexion, dan extention wrist.

Home Progam
Program terapi yang disarankan kepada Tn.MSR lataihan untuk mengerakan
pergelangan tanganya agar kekuatan otot dan lingkup gerak sendinya dapat
meningkat.
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis atau tulang lepas dari sendi. Dislokasi terdiri dari
beberapa jenis yaitu dislokasi at axim, dislokasi at lotus, dislokasi at
longitudinal. dislokasi at lutuscum controltinicum. Berdsarkan dari hasil
interview yang dilakukan kepada Tn.MSR beliau berusia 18 tahun, berjenis
kelamin laki – laki dan sisi dominan pasien kanan. Alamat rumah pasien Jalan
Kalimantan I no 24, Perum Puri Praja Kencana,
Mulyoharjo , Pemalang, Jawa Tengah. Beliau mengalami diskolaki pergelangan
tangan kiri karena cidera saat bermain sepak bola. Beliau mengalami kesulitan
untuk menggerakan pergelangan tangan karena nyeri dan mengalami gangguan
pada area ADL dan Leisure. Terapi akan dilakukan dalam 15 sesi, durasi untuk
satu kali sesi adalah 20 – 30 menit. Hal tersebut dilakukan agar Tn.MSR mampu
mencapai tujuanya.

B. SARAN
Saran untuk keluarga Tn.MSR sebaiknya lebih memberi dukungan kepada
Tn.MSR dalam melakukan home program di rumah, untuk pasien sebaiknya
tetap rutin dan tetap semngat.
LAMPIRAN

1,1 Ketika melakukan wawancara 1,2 Ketika melakukan wawancara

1,3 Hasil pemeriksaan lingkup


gerak sendi

1,4 Hasil pemeriksaan barthel


index
1.5 Hasil pemeriksaan lingkup
gerak sendi

1.5 Hasil pemeriksaan lingkup


gerak sendi

1.7 Hasil pemeriksaan kekuatan


otot
REFERENSI

1. Mansyur, dkk. 2000. Kumpulan Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

2. William Lippincot and Wilkins.2000.Treatment and Rehabilitation of


Fractures.Lippincot,USA

3. Apergis,Emmanuel .2013.Fracture-Dislocations of the Wrist. Milan,Spinger

4. William Lippincot and Wilkins.1999.Current Opnion in


Orthopedisc..Lippincot,USA

5. Brunner,Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah,Edisi 8 Volume


3, EGC.Jakarta

6. Trombly A. Catherine.1989.Occupational therapy for Physical


Dysfunction.William and Wilkins.428 east Prestone Street Baltimore,USA.

7. Matasarin-Jacops, E. 1997. Nursing Care of Clients with Renal Disorders. Black


JM Matasarin-Jacops Eds; Medical-Surgical Nursing. Clinical Management for
Contuniutiy of Care.

8. Moons, K. G., Royston, P., Vergouwe, Y., Grobbee, D. E., & Altman, D. G.
(2009). Prognosis and prognostic research: what, why, and how?. Bmj, 338,
b375.

9. Pedretti, L. W., & Early, M. B. (Eds.). (2001). Occupational therapy: Practice


skills for physical dysfunction (pp. 3-12). St. Louis, MO: Mosby

Anda mungkin juga menyukai