Anda di halaman 1dari 19

0

2017

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA
(IPKJI)

IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA


2017
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA
(IPKJI)

IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA


2017
MUKADIMAH

Kami komunitas perawat kesehatan jiwa Indonesia meyakini bahwa kami memerlukan wadah
bagi perjuangan profesi perawat kesehatan jiwa dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia, demi
tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945.
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai adanya keinginan bersama dari berbagai organisasi
perawat kesehatan jiwa untuk menyatukan diri dan membentuk hanya satu organisasi profesi perawat
kesehatan jiwa di Indonesia yaitu Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI).
Bahwa untuk membentuk suatu organisasi yang melindungi, mengayomi, membina dan
mengembangkan komunitas perawat kesehatan jiwa di Indonesia sebagai sarana menuju asuhan
keperawatan kesehatan jiwa profesional yang berkualitas dan inovatif bagi kepentingan masyarakat
serta meningkatkan kesejahteraan, membina rasa persatuan/ kesatuan komunitas perawat kesehatan
jiwa Indonesia.
Sebagai landasan untuk mencapai keinginan tersebut, disusunlah pedoman organisasi dalam
bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia.
ANGGARAN DASAR
IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA

BAB I
IDENTITAS ORGANISASI

Pasal 1
Nama Organisasi
Organisasi ini bernama Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia disingkat IPKJI.

Pasal 2
Bentuk Organisasi
Organisasi IPKJI berbentuk ikatan yang merupakan Badan Kelengkapan Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) dimana kedaulatan tertinggi ada di tangan anggota melalui Musyawarah Nasional.

Pasal 3
Waktu Pendirian

Organisasi ini berdiri pada tanggal 10 Oktober 1995 dengan nama Himpunan Perawat Kesehatan Jiwa
Indonesia disingkat HPKJI yang kemudian berdasarkan hasil Kongres HPKJI di Magelang pada tanggal
6 Desember 2006 berubah nama menjadi Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia disingkat IPKJI,
untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

Pasal 4
Kedudukan
IPKJI berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di
wilayah Provinsi.

Pasal 5
Lambang Organisasi
Lambang IPKJI berbentuk lingkaran dengan dasar kuning tua, di tengahnya bergambar kombinasi
lambang Tri Upaya Bina Jiwa berwarna hitam, sebuah lampu berwarna hijau daun bercorak putih dan
berlidah api warna merah, dibingkai warna oranye bertuliskan IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
INDONESIA IPKJI berwarna putih, tulisan IPKJI diapit dua lingkaran berwarna kuning.
BAB II
ASAS, NILAI DAN TUJUAN

Pasal 6
Asas

IPKJI berasaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 7
Nilai
IPKJI menganut nilai-nilai jujur, altruistik, peduli, akuntabel, transparan dan kebersamaan

Pasal 8
Tujuan
IPKJI bertujuan:
a. Memantapkan persatuan dan kesatuan yang kokoh antar perawat kesehatan jiwa.
b. Meningkatkan dan atau mengembangkan pengetahuan, keterampilan praktik keperawatan jiwa,
martabat dan etika profesi perawat kesehatan jiwa.
c. Mengembangkan karir, prestasi kerja dan peningkatan kesejahteraan bagi perawat kesehatan jiwa.
d. Memfasilitasi dan memberikan perlindungan/advokasi hukum dalam penyelenggaraan praktik
mandiri
e. Menjalin hubungan kerja sama dengan organisasi, institusi dan lembaga lain, baik di dalam maupun
di luar negeri.

BAB III
PERAN DAN FUNGSI

Pasal 9
(1). IPKJI berperan sebagai wadah perawat kesehatan jiwa yang mendorong lahirnya kebijakan-
kebijakan bagi kepentingan perawat kesehatan jiwa di Indonesia
(2). IPKJI berfungsi sebagai pemersatu, pengembang, pembina dan pengawas keperawatan jiwa di
Indonesia

BAB IV
KEGIATAN
Pasal 10
Kegiatan IPKJI meliputi:
a. Membina dan memantapkan persatuan dan kesatuan yang kokoh antar perawat kesehatan Jiwa
khususnya dan antar perawat umumnya
b. Berperan serta dalam pembinaan mutu pendidikan, pelatihan, penelitian dan pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa.
c. Berperan serta dalam pembinaan dan peningkatan karir serta prestasi kerja bagi perawat
kesehatan Jiwa.
d. Melaksanakan kerja sama dengan organisasi, lembaga dan institusi lain baik di dalam maupun di
luar negeri melalui PPNI

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 11

Keanggotaan IPKJI terdiri dari:


a. Anggota biasa.
b. Anggota kehormatan.

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 12
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi IPKJI terdiri dari :
a. Pengurus
b. Dewan Pakar
Pasal 13
Pengurus
Pengurus sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf a terdiri dari :
a. Pengurus Pusat disingkat PP
b. Pengurus Wilayah disingkat PW
Pasal 14
Susunan pengurus
(1). Susunan Pengurus Pusat IPKJI terdiri dari :
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara.
f. Wakil Bendahara.
Bidang-bidang :
a. Bidang Organisasi.
b. Bidang Hubungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri
c. Bidang Pendidikan dan Pelatihan.
d. Bidang Pelayanan
e. Bidang Penelitian
f. Bidang Kesejahteraan.

(2). Susunan Pengurus Wilayah terdiri dari :


a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris.
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara.
f. Wakil Bendahara
Bidang :
a. Bidang Organisasi.
b. Bidang Pelayanan
c. Bidang Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan
d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan.
e. Bidang Penelitian
f. Bidang Kesejahteraan.

Pasal 15
Masa Kepengurusan
Pengurus IPKJI dipilih untuk masa bakti 5 (lima) tahun.

Pasal 16
Wewenang dan Kewajiban

(1). Pengurus Pusat adalah pelaksana Organisasi tertinggi yang bersifat kolektif di tingkat pusat.
a. Dalam melaksanakan tugasnya, Pengurus Pusat berwenang :
b. Menentukan kebijakan Organisasi di tingkat nasional berdasarkan AD/ART, Garis-garis Besar
Program Kerja, keputusan Musyawarah Nasional (selanjutnya disebut Munas), hasil rapat
pimpinan tingkat Nasional serta peraturan Organisasi lainnya.
c. Mengesahkan komposisi dan Personalia Pengurus Wilayah.

(2). Pengurus Pusat IPKJI berkewajiban :


a. Memberikan pertanggungjawaban Organisasi kepada Munas .
b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan Organisasi berdasarkan AD/ART, Garis-Garis
Besar Program Kerja, Keputusan Munas, hasil Rapat Tingkat Nasional serta Peraturan Organisasi
lainnya.
(3). Pengurus Wilayah adalah Badan Pelaksana Organisasi yang bersifat kolektif di tingkat provinsi.

a. Pengurus Wilayah berwenang:


Menentukan kebijakan Organisasi di wilayah kerja, keputusan Munas, dan hasil rapat tingkat
Nasional maupun tingkat Wilayah serta peraturan organisasi lainnya.

b. Pengurus Wilayah berkewajiban:


- Memberikan pertanggungjawaban Organisasi pada Munas Wilayah.
- Melaksanakan segala ketentuan dan kewajiban Organisasi di wilayah kerja berdasarkan
AD/ART, keputusan Munas dan hasil rapat tingkat Nasional maupun Wilayah serta peraturan
Organisasi lainnya.

BAB VII
DEWAN PAKAR

Pasal 16
Pembentukan Dewan Pakar
Dewan pakar sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf b dibentuk melalui keputusan Munas

Pasal 17
Kewenangan Dewan Pakar
Dewan pakar merupakan Badan yang memberikan pengarahan, petunjuk, pertimbangan, saran dan
nasihat kepada Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah IPKJI.

Pasal 18
Susunan Dewan Pakar
Susunan Dewan Pakar terdiri dari Ketua, Sekretaris dan dua sampai lima orang anggota.

Pasal
Tugas Pokok Dewan Pakar
Memberikan pertimbangan, saran dan petunjuk kepada Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah IPKJI,
baik diminta maupun tidak diminta dalam peningkatan dan pengembangan keperawatan kesehatan
jiwa.

BAB VIII
PEMBIAYAAN DAN ASET ORGANISASI

Pasal 20
Pembiayaan IPKJI bersumber dari:
a. Uang pangkal anggota.
b. Uang iuran anggota.
c. Usaha lain yang sah.
d. Sumbangan yang tidak mengikat.
Pasal 21
Aset organisasi terdiri atas benda-benda bergerak dan tidak bergerak yang digunakan untuk kegiatan
organisasi.

BAB IX
MUSYAWARAH DAN RAPAT ANGGOTA

Pasal 22
Musyawarah dan rapat terdiri dari :
a. Musyawarah Nasional.
b. Musyawarah Wilayah.
c. Musyawarah Nasional Luar Biasa.
d. Musyawarah Wilayah Luar Biasa.
e. Rapat Pimpinan Nasional
f. Rapat Pengurus Pusat
g. Rapat Pengurus Wilayah.

BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 23
Perubahan Anggaran Dasar
Perubahan Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan di dalam suatu Munas.

Pasal 24
Pembubaran Organisasi
(1). Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan melalui suatu Munas Luar Biasa dengan ketentuan
memenuhi quorum dari peserta yang hadir.
(2). Dalam hal organisasi dibubarkan, maka aset organisasi diserahkan kepada PPNI.

BAB XI
ATURAN PERALIHAN DAN PENUTUP

Pasal 25
Aturan Peralihan
(1). Munas IPKJI khusus diselenggarakan untuk membahas dan mengesahkan Perubahan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(2). Penggurus Pusat yang terbentuk berdasarkan hasil Munas ke-3 tahun 2016 di Medan tetap
dianggap sah dan memiliki kewenangan Organisasi sampai berakhir masa periode kepengurusan
(3). Penggurus Wilayah yang terbentuk sebelum diberlakukannya Anggaran Dasar ini tetap dianggap
sah dan tetap memiliki kewenangan Organisasi sampai berakhir masa periode kepengurusan.
Pasal 26
Penutup
(1). Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan
Peraturan Organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar.
(2). Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : di Jakarta
Pada Tanggal : 24 Maret 2017
Pimpinan Sidang Musyawarah Nasional IV IPKJI
1. Ketua : Ns. Arsad Suni, S.Kep,. M.Kep
2. Sekretaris : Ns. I Ketut Sudiatmika.,M.Kep.,Sp.kep.J
3. Anggota : Ns. Syahruddin Sumera,S.Kep,.M.Kes
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Penjelasan Umum
1. Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) adalah organisasi profesi sebagai badan
kelengkapan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang merupakan wadah perawat
kesehatan jiwa berhimpun, dalam rangka meningkatkan dan atau mengembangkan pengetahuan,
keterampilan praktik keperawatan jiwa, yang bermartabat dan menjunjung tinggi etika profesi
perawat kesehatan jiwa.
2. Keperawatan kesehatan jiwa adalah area khusus dalam praktik keperawatan yang menggunakan
ilmu perilaku dan diri sendiri secara terapeutik untuk meningkatkan, mencegah, menyembuhkan,
memulihkan kesehatan jiwa baik kepada individu, keluarga dan masyarakat secara optimal
3. Perawat kesehatan jiwa adalah seseorang yang telah menempuh pendidikan formal di bidang
keperawatan kesehatan jiwa dan atau perawat umum yang telah mengikuti pelatihan keperawatan
jiwa, bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dan institusi lain.
4. Kesehatan jiwa adalah seperti yang dimaksud dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18
Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2
Persyaratan Anggota
(1). Anggota Biasa
a. Warga Negara Indonesia.
b. Lulus pendidikan formal di bidang keperawatan yang telah disahkan oleh pemerintah dan telah
mengikuti pelatihan keperawatan kesehatan jiwa.
c. Memiliki Nomor induk registrasi anggota (NIRA) PPNI
d. Menyatakan diri untuk menjadi anggota IPKJI melalui proses pendaftaran anggota pada
Pengurus Wilayah dan bersedia mematuhi AD/ART IPKJI.
e. Bersedia aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dilaksanakan IPKJI.
(2). Anggota Kehormatan
Seseorang di luar profesi keperawatan kesehatan jiwa yang dinilai telah berjasa terhadap organisasi
IPKJI yang telah ditetapkan oleh Pengurus Pusat IPKJI, atas usulan Pengurus Wilayah

Pasal 3
Kewajiban Anggota
(1). Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi.
(2). Membayar uang pangkal dan uang iuran anggota, kecuali anggota kehormatan.
(3). Mentaati dan melaksanakan segala keputusan organisasi.
(4). Menghadiri rapat-rapat yang diadakan oleh organisasi.
(5). Menyampaikan usul-usul dan saran-saran untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam Program
Kerja.
(6). Memelihara kerukunan dalam berorganisasi secara konsekuen dan konsisten pada hal-hal yang
bersifat positif.

Pasal 4
Hak-Hak Anggota
(1). Setiap anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas
organisasi dan profesi, apabila memenuhi:
a. Ketentuan organisasi
b. AD/ART
c. Kode Etik Keperawatan Indonesia
d. Standar Kompetensi
e. Standar Praktik
f. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(2). Semua anggota berhak mendapat kesempatan untuk menambah, mengembangkan ilmu dan
kecakapan yang diadakan organisasi sesuai dengan program dan kemampuan organisasi.
(3). Semua anggota berhak menghadiri rapat-rapat, mengajukan usul dan pendapat dalam organisasi,
baik dengan tulisan maupun lisan.

Pasal 5
Pemberhentian Anggota
Anggota berhenti/hilang keanggotaannya karena :
a. Meninggal dunia.
b. Permintaan sendiri secara tertulis, setelah melakukan konsultasi dengan pengurus bidang
organisasi IPKJI Wilayah.
c. Diberhentikan Pengurus Pusat berdasarkan usul Pengurus Wilayah setelah mendengar saran
Dewan Pakar atas hal-hal yang merugikan organisasi.
Pasal 6
Tata Cara Pemberhentian Anggota

(1). Pemberhentian atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan secara
tertulis kepada Pengurus Wilayah tempat anggota terdaftar, setelah terlebih dahulu berkonsultasi
dengan pengurus Bidang Organisasi IPKJI Wilayah, dan diajukan sekurang-kurangnya satu bulan
sebelumnya.

(2). Pengurus Wilayah dapat memberhentikan sementara anggota setelah memberikan peringatan
tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan jarak waktu masing-masing 1 (satu) bulan dengan tembusan
kepada Pengurus Pusat.

(3). Pengurus Wilayah dapat mengusulkan pemberhentian tetap kepada Pengurus Pusat jika paling
lama 6 (enam) bulan setelah penetapan pemberhentian anggota sementara tidak ada perbaikan,
Pengurus Wilayah dapat mengusulkan pemberhentian tetap kepada Pengurus Pusat.

(4). Dalam kondisi luar biasa yang mengancam organisasi, Pengurus Pusat dapat melakukan
pemberhentian langsung, kemudian memberitahukan kepada Pengurus Wilayah

Pasal 7
Pembelaan
(1). Anggota yang diberhentikan sementara dapat membela diri di hadapan rapat pleno Pengurus
Wilayah.

(2). Bila dipandang perlu, anggota yang dikenakan pemberhentian tetap dapat mengajukan
pembelaannya pada Musyawarah Wilayah (selanjutnya disebut Muswil) atau Munas.

(3). Keputusan Muswil atau persetujuan Munas dapat membatalkan atau memperkuat tindakan
pemberhentian tetap, dengan ketentuan bahwa keputusan tersebut memenuhi quorum yaitu
didukung sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu dari jumlah utusan yang hadir
dalam Muswil/Munas.

Pasal 8
Pengkaderan

(1). Untuk kesinambungan organisasi perlu dibina kader-kader kepemimpinan IPKJI.

(2). Kader-kader yang akan dipromosikan diteliti, disaring dan dibina serta memenuhi kriteria:
a. Memiliki prestasi dan berdedikasi terhadap IPKJI.
b. Mempunyai bakat dan pengetahuan serta pengalaman dalam kepemimpinan IPKJI dan
organisasi PPNI.
c. Pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus kepemimpinan atau dianggap mampu
memikul tanggung jawab tugas yang akan diembannya.
d. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
(3). Ketentuan terkait pengkaderan dapat diatur tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan ART
IPKJI.
BAB III
SUSUNAN DAN KEPENGURUSAN ORGANISASI

Pasal 9
Pengurus Organisasi
(1). Pengurus Pusat yang meliputi seluruh wilayah Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia.
(2). Pengurus Wilayah meliputi seluruh wilayah provinsi, Daerah Istimewa, dan atau Daerah Khusus
Ibukota.

Pasal 10
Susunan Pengurus

(1). Pengurus Pusat terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno:
a. Pengurus Harian terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan
Wakil Bendahara.
b. Pengurus Pleno terdiri dari seluruh Pengurus Pusat
c. Pengurus Pusat dipilih oleh Munas, disahkan dengan Surat Keputusan dan dilantik oleh
Pengurus Pusat PPNI
d. Tata cara pemilihan Pengurus Pusat tersebut diatur dan disahkan dalam Musyawarah Nasional.

(2). Pengurus Wilayah terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno.
a. Pengurus Harian terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan
Wakil Bendahara.
b. Pengurus Pleno terdiri dari seluruh Pengurus Wilayah.
c. Pengurus Wilayah dipilih oleh Musyawarah Wilayah, disahkan dengan Surat Keputusan dan
dilantik oleh pengurus PPNI provinsi.
d. Tata cara pemilihan Pengurus Wilayah tersebut diatur dan disahkan dalam Musyawarah
Wilayah.

Pasal 11
Syarat-syarat Pengurus Organisasi
(1). Berasal dari anggota yang berpengalaman dan mempunyai kepribadian yang baik, prestasi,
dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap IPKJI.
(2). Mampu bekerja sama secara kolektif, meningkatkan dan mengembangkan peranan IPKJI dalam
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa untuk menunjang pelayanan kesehatan jiwa khususnya
dan pembangunan kesehatan nasional pada umumnya.
(3). Sanggup bekerja aktif dalam organisasi dan menandatangani Pakta Integritas
Pasal 12
Pergantian Pengurus
(1). Pergantian kepengurusan organisasi dalam satu masa jabatan dimungkinkan bila ada pengurus
yang:
a. Meninggal dunia.
b. Berhenti atas permintaan sendiri.
c. Pindah ke tempat lain sehingga mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat aktif lebih dari
satu tahun.
d. Diberhentikan.
(2). Kewenangan pemberhentian personalia pengurus pada ayat (1) butir (d) diatur sebagai berikut :
a. Untuk Pengurus Pusat, dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Pusat setelah berkonsultasi
dengan Dewan Pakar.
b. Untuk Pengurus Wilayah dilakukan oleh Pengurus Pusat atas usul dan saran dari Pengurus
Wilayah yang bersangkutan.

Pasal 13
Pergantian Antar Waktu Pengurus
(1). Pergantian antar waktu Pengurus Pusat dilakukan melalui Rapat Pleno dan berkonsultasi dengan
Dewan Pakar.
(2). Pergantian antar waktu Pengurus Wilayah ditetapkan oleh Pengurus Pusat atas usul dan saran
dari Pengurus Wilayah yang bersangkutan.
(3). Pergantian antar waktu Pengurus pada ayat (2), harus dilaporkan kepada Pengurus Pusat.

BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 14
(1). Uang pangkal dan uang iuran anggota :
a. Uang pangkal organisasi sebesar Rp. 50.000,- dibayarkan kepada Pengurus Pusat.
b. Uang iuran organisasi setiap tahun sebesar Rp. 60.000,-. Pengurus Wilayah berhak atas 70%
dari iuran yang dibayarkan anggota, sedangkan Pengurus Pusat berhak atas 30% iuran yang
dibayarkan anggota.
(2). Setiap kegiatan keperawatan jiwa yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah dan
mendatangkan pemasukan pada Pengurus Wilayah diwajibkan memberikan kontribusi kepada
Pengurus Pusat sebesar 20% dari keuntungan.
(3). Pemasukan dan pengeluaran uang dari dan untuk organisasi wajib dipertanggungjawabkan dalam
forum musyawarah dan rapat.
(4). Pemasukan dan pengeluaran uang dari dan untuk organisasi wajib dilaporkan sesuai dengan
tingkat organisasi.
(5). Khusus dalam menyelenggarakan Musyawarah, semua pemasukan dan pengeluaran keuangan
harus dipertanggungjawabkan kepada pengurus hasil Musyawarah.
(6). Segala kekayaan yang dimiliki organisasi pada akhir masa jabatan kepengurusan harus
diserahterimakan kepada pengurus hasil Musyawarah.

BAB V
MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 15
(1). Musyawarah Nasional merupakan kekuasaan tertinggi dari organisasi.
(2). Musyawarah Nasional diadakan setiap lima tahun sekali, diselenggarakan oleh suatu Panitia
Musyawarah Nasional yang diangkat oleh dan bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat IPKJI.
(3). Musyawarah Luar Biasa, dapat diadakan apabila terjadi sesuatu hal yang sangat penting dan
diusulkan oleh sedikitnya lima puluh persen ditambah satu dari jumlah Pengurus Pusat, dan
Pengurus Wilayah
(4). Musyawarah Nasional dihadiri oleh :
a. Utusan DPP PPNI.
b. Semua anggota Pengurus Pusat .
c. Utusan Pengurus Wilayah.
d. Semua Anggota atau perwakilan Dewan Pakar.
e. Para Peninjau yang diundang oleh Pengurus Pusat.
(5). Musyawarah Nasional sah bila dihadiri oleh sedikitnya separuh ditambah satu dari jumlah
Pengurus Wilayah
(6). Musyawarah Nasional diselenggarakan untuk :
a. Mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Pusat mengenai pelaksanaan
organisasi.
b. Membahas konsep-konsep yang berhubungan dengan perkembangan keperawatan
kesehatan jiwa.
c. Menentukan Garis-garis Besar Program Kerja Organisasi.
d. Memilih Pengurus Pusat yang baru dan Dewan Pakar.
e. Menetapkan tempat pelaksanaan musyawarah nasional berikutnya.
f. Bila dianggap perlu, menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
g. Menyampaikan hal hal yang perlu direkomendasikan pada pihak terkait

Pasal 16
Rapat Pimpinan Nasional
(1). Rapat Pimpinan Nasional merupakan rapat antara Pengurus Pusat dengan Pengurus Wilayah.
(2). Rapat Pimpinan nasional diadakan setiap satu tahun sekali, diselenggarakan oleh Pengurus Pusat
dibantu oleh Pengurus Wilayah yang mendapat giliran sebagai tempat penyelenggara.
(3). Rapat Pimpinan Nasional dihadiri oleh :
a. Utusan PP PPNI
b. Semua Pengurus Pusat.
c. Utusan Pengurus Wilayah.
d. Dewan Pakar
e. Peninjau yang diundang oleh Pengurus Pusat.
(4). Rapat Pimpinan Nasional dinyatakan sah bila dihadiri sedikitnya lima puluh persen ditambah satu
dari seluruh jumlah Pengurus Wilayah
(5). Rapat Pimpinan nasional diselenggarakan untuk :
a. Membahas laporan Pengurus Pusat mengenai perkembangan organisasi dan pelaksanaan
program kerja.
b. Membahas laporan Pengurus Wilayah mengenai perkembangan organisasi dan pelaksanaan
program kerja di wilayah masing-masing.
c. Menentukan langkah-langkah organisasi sesuai dengan perkembangan organisasi.
d. Menyampaikan hal-hal yang perlu direkomendasikan pada pihak terkait

Pasal 17
Musyawarah Wilayah
(1). Musyawarah Wilayah merupakan kekuasaan tertinggi dari organisasi di Provinsi, Daerah Istimewa,
Daerah Khusus
(2). Musyawarah Wilayah diadakan setiap lima tahun sekali, diselenggarakan oleh suatu panitia
Musyawarah Wilayah yang diangkat oleh dan bertanggung jawab kepada Pengurus Wilayah.
Musyawarah Wilayah selambat-lambatnya diadakan enam bulan setelah musyawarah Nasional.
(3). Musyawarah Wilayah Luar Biasa, dapat diadakan apabila terjadi sesuatu yang dianggap penting
dan diusulkan oleh sedikitnya lima puluh persen ditambah satu dari seluruh Pengurus Wilayah
dan disetujui oleh Pengurus Pusat IPKJI.
(4). Musyawarah Wilayah dihadiri oleh:
1. Utusan Dewan Pengurus Wilayah PPNI.
2. Utusan Pengurus Pusat IPKJI.
3. Semua Pengurus Wilayah IPKJI.
4. Para Peninjau yang diundang oleh Pengurus Wilayah.
(5). Musyawarah Wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah
satu dari jumlah Pengurus Wilayah
(6). Musyawarah Wilayah diadakan untuk:
a. Mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Wilayah mengenai pelaksanaan
perkembangan jalannya organisasi.
b. Menentukan Garis-garis Besar Program Kerja Organisasi Pengurus Wilayah sebagai
penjabaran dari Garis-garis Besar Program Organisasi.
c. Memilih Pengurus Wilayah yang baru.
d. Menyampaikan hal-hal yang perlu direkomendasikan pada pihak terkait

Pasal 18
Ketentuan lebih rinci tentang rapat-rapat diatur dengan peraturan organisasi.
BAB VI
HAK BICARA DAN HAK SUARA

Pasal 19
Hak bicara pada hakikatnya adalah hak setiap peserta musyawarah dan rapat, yang pelaksanaannya
diatur dalam tata tertib musyawarah atau rapat.

Pasal 22
Hak Suara
Hak suara yang digunakan dalam pengambilan keputusan pada dasarnya dimiliki oleh peserta, yang
penggunaanya diatur sebagai berikut :
a. Hak suara dalam Musyawarah Nasional dan Rapat Pimpinan Nasional :
1. Pengurus Pusat mempunyai hak satu suara.
2. Dewan pakar mempunyai hak satu suara
3. Pengurus Wilayah mempunyai hak satu suara.
b. Hak suara dalam Musyawarah dan Rapat Pimpinan Wilayah.
1. Pengurus Wilayah mempunyai hak satu suara.
2. Pengurus Pusat mempunyai hak satu suara
c. Hak suara dalam Musyawarah dan rapat-rapat pimpinan hanya berlaku dalam pemilihan pengurus
atau dalam pemilihan yang menyangkut nama orang.
d. Semua pengambilan keputusan, kecuali yang menyangkut pemilihan pengurus dan pemilihan yang
menyangkut nama orang, diambil dengan cara musyawarah dan mufakat.
e. Peninjau mempunyai hak suara pada pengambilan keputusan selain pemilihan pengurus.

BAB VII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 23
(1). Setiap anggota IPKJI dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
IPKJI setelah mendapatkan sosialisasi AD/ART ini.
(2). Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Rumah Tangga IPKJI ini diputuskan oleh
Pengurus Pusat IPKJI setelah berkonsultasi dengan Pengurus Pusat PPNI yang dibuktikan
dengan Berita Acara Konsultasi dan Keputusan Akhir terhadap penyelesaian perselisihan
penafsiran AD/ART IPKJI.
(3). Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga IPKJI diatur dalam Peraturan
Organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga IPKJI
BAB VIII
PENUTUP

Pasal 24
(1). Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dalam peraturan
organisasi.
(2). Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : di Jakarta
Pada Tanggal : 24 Maret 2017
Pimpinan Sidang Musyawarah Nasional IV IPKJI
1. Ketua : Ns. Arsad Suni, S.Kep,. M.Kep
2. Sekretaris : Ns. I Ketut Sudiatmika.,M.Kep.,Sp.kep.J
3. Anggota : Ns. Syahruddin Sumera,S.Kep,.M.Kes

Anda mungkin juga menyukai