Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Disusun sebagai syarat tugas kelompok pada mata kuliah promosi kesehatan

Tentang : penata sebagai fasilitator

Kelompok 4 :

1) Eryn Elpinra (2010070170019)


2) Cindy Aryunica Putri (2010070170021)
3) Nurbazilah Zahirah (2010070170024)
4) Silvia Nindi Fitri (2010070170025)
5) Fitra (2010070170030)

Dosen pengampu :

Ns. Astilia, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM


SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH PADANG 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga

tugas makalah tentang “penata sebagai fasilitator” ini selesai tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Ns.

Astilia, S.Kep,M.Kep pada Prodi Keperawatan Anestesiologi. Selain itu, makalah ini

juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi

kelompok.

Bagi kelompok sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

kelompok kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 24 oktober 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Anestesi 2

B. Pengertian Peran 2

C. Pengertian Peran Anestesi 2

D. Peran Penata Sebagai Fasilitator 3

BAB III ANALISIS JURNAL

A. Jurnal I

B. Jurnal II

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Istilah fasilitator berasal dari kata “fasilitasi” yang berarti sarana. Maka

memfasilitasi berarti memberikan sarana agar tercapai tujuan, sarana tersebut

biasanya untuk memperlancar proses kegiatan seperti memfasilitasi proses agar

kegiatan berjalan dengan lancar. fasilitator adalah seseorang yang membantu

sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka

membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi

tertentu dalam diskusi.

Tugas fasilitator adalah memfasilitasi, bukan menyalahkan tetapi alternatif

sehingga pasien atau masyarakat memilih sendiri mana yang baik. Peran penata

sebagai fasilitator adalah berkaitan dengan upaya-upaya dan mendukung

masyarakat sehingga mempermudah kegiatan yang dilakukan

pasien/masyarakat dalam bidang kesehatan. Penatalaksanaan penata sebagai

fasilitator agar dapat melaksanakan peran fasilitator yang baik, maka penata

harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan. Fasilitator yaitu penata harus

mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan pasien dan

keluarga atau pun masyarakat.


B. Tujuan

1. Untuk mengetahui peran penata sebagai fasilitator agar dapat melaksanakan

fasilitator dengan baik.

2. Untuk mengetahui tugas fasilitator

3. Untuk mengetahui hubungan penata dengan pasien

4. Untuk mengetahui Hambatan dan Fasilitator untuk Menerapkan Layanan

Anestesi Regional
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Anestesi

Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi

sensasi sakit / nyeri, rabaan, suhu, posisi/ propioseptif. General anesthesia atau

anestesi umum adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri,

membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversible dan

dapat diprediksi. Tiga pilar anestesi umum atau yang disebut trias anestesi

meliputi hipnotik atau sedative, yaitu membuat pasien tertidur atau mengantuk,

analgesia atau tidak merasakan sakit, dan relaksasi otot yaitu kelumpuhan otot

skelet (Pramono, 2017).

B. Pengertian Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kozier

Barbara, 2008).

C. Pengertian Peran Anestesi

Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang

sesuai dengan kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh

keadaan social baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah

bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu.
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi

sensasi sakit / nyeri, rabaan, suhu, posisi/ propioseptif. Peran penata yang

dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas penata dalam praktik, dimana

telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan

oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab penata secara

professional sesuai dengan kode etik professional. Dalam hal ini penata

memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien.

Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan

perannya. Fungsi dapat berubah di sesuaikan dengan keadaan yang ada, fungsi

penata dalam melakukan pengkajian pada indibvidu sehan maupun sakit dimana

segala aktivitas yang dilakukan berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki, aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk

mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses

keperawatan Anestesi yang terdiri dari tahap pengkajian, identifikasi masalah

(Diagnosa Keperawatan Anestesi), perencanaan, implementasi dan evaluasi.

D. Peran Penata Sebagai Fasilitator

Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar

proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat memahami atau

memecahkan masalah bersama-sama. Fasilator bukanlah seseorang yang

bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan nasihat atau pendapat.

Fasilator harus menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan.


Peran penata sebagai fasilator adalah penata merupakan tempat bertanya bagi

pasien untuk memecahkan masalah kesehatan, diharapkan penata dapat

memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

Tugas fasilitator adalah memfasilitasi. Memfasilitasi ini bukan menyalahkan

tetapi memberikan alternatif pasien memilih sendiri mana yang lebih baik. Selain

itu juga menghargai, menjalin hubungan baik, memberi motivasi dengan cara

memberi pujian.

Fasilitator mengelola pelatihan dengan membuat perencanaan pelatihan,

menyiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam pelatihan, memastikan

keefesianan waktu pelatihan, memantau jalan nya pelatihan dan kemajuan pasien.

Fasilitator perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang topik yang

menjadi pembahasan.
BAB III

ANALISIS JURNAL

A. JURNAL 1

Judul Jurnal : Transformasional Leadership Meningkatkan Motivasi

Perawat pada Early Mobilization Pasien Retensi Urine Pasca Pembedahan

dengan Anasthesi Spinal : Literature Review

Oleh : Rokhyati, Hasib

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan ini merupakan studi literatur review.

Tahun penerbitan artikel yang digunakan adalah tahun 2004 sampai tahun 2017.

PEMBAHASAN

Teori Peplau berfokus pada individu, penata dan proses interaktif. Hasilnya

adalah hubungan penata dan klien. Teori ini menekankan pentingnya

kemampuan penata untuk memahami perilaku sendiri untuk membantu orang

lain mengidentifikasi kesulitan yang dirasakan. Klien sebagai individu dengan

kebutuhannya, sedang penata sebagai interpersonal dengan proses terapis yaitu

memberikan intervensi mobilisasi dini untuk proses pemulihan pasien. Dengan

keefektifan hubungan interpersonal antara penata-klien dapat memotivasi untuk

mendapatkan kebutuhan klien dalam melakukan intervensi mobilisasi dini dan


mempercepat proses pemulihan serta mencegah terjadinya komplikasi, melalui

empat fase hubungan penata-pasien menurut yaitu, fase orientasi, fase

identifikasi, fase eksploitasi dan fase resolusi (Tomey & Alligood, 2006).

Agar proses mobilisasi dini terlaksana dengan baik sesuai prosedur,

dibutuhkan motivasi tinggi dari seorang perawat supaya dapat menerapkan

asuhan keperawatan kepada pasien dan untuk itu dibutuhkan seorang leadership

yang mampu membangkitkan motivasi tinggi bagi kinerja perawat dalam

menerapkan gaya – gaya kepemimpinan yang berpengaruh pada kemandirian

bawahan untuk mencapai hasil yang memuaskan.

Transformasional leadership merupakan gaya pemimpin yang menginspirasi

para pengikutnya untuk mengesampingkan kepentingan pribadi dan memiliki

kemampuan mempengaruhi yang luar biasa (Robbins dan Judge, 2008:90 dalam

Pradhanawati, 2012).

Transformasional leadership merupakan proses di mana para pemimpin dan

bawahan saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih

tinggi, agar perawat sebagai konselor mampu memotivasi pasien melaksanakan

mobilisasi dini secara optimal.

Literatur review ini memiliki tujuan untuk meningkatkan motivasi peran

perawat dalam mobilisasi dini pasien retensi urine paska pembedahan dengan

anasthesi spinal melalui transformasional leadhership.


Model konsep teori penata oleh Peplau meliputi proses interpersonal antara

penata dengan pasien dan memiliki empat tahap diantaranya: tahap pertama,

tahap orientasi dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk

membangun kepercayaan dengan membina hubungan saling percaya dan terjadi

proses pengumpulan data, kedua, fase identifikasi peran perawat apakah sudah

melakukan atau bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi ekspresi

perasaan klien serta melaksanakan asuhan keperawatan, ketiga, fase eksplorasi

dimana penata telah membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien

dengan memberikan motivasi dan membantu klien melakukan mobilisasi dini

post operasi dan keempat, fase resolusi penata secara bertahap memberi motivasi

kepada klien agar tidak ketergantungan kepada tenaga kesehatan, menggunakan

kemampuan yang dimilikinya agar mampu melakukan mobilisasi dini secara

bertahap dan mandiri dan dibutuhkan peranpenting dari seorang leadhership yang

mampu memotivasi peran penata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan early

mobilization ini.
B. JURNAL 2

Judul Jurnal : Hambatan dan Fasilitator untuk Menerapkan Layanan

Anestesi Regional di Negara Berpenghasilan Rendah : Studi Kasus

Oleh : Matthew Ho, Patricia Livingston, M Dylan Bould, Jean Demaskus

Nyandwi, Francoise Nizeyimana, Jean Bonaventure Uwizena, Robin

Urquarts

METODE PENELITIAN

Dengan merekrut 18 staf lokal di CHUK untuk wawancara mendalam yang

diinformasikan oleh " Kerangka Konsolidasi untuk Penelitian Implementasi"

(CFIR). Data dikodekan dengan menggunakan pendekatan induktif untuk

menemukan tema yang muncul.

PEMBAHASAN

Kekurangan sumber daya manusia diperparah oleh kurangnya peralatan yang

dibutuhkan untuk anestesi regional. “Kami adalah rumah sakit yang menerima

banyak pasien yang tidak mampu membayar dan...rumah sakit tidak memiliki

bahan yang mereka butuhkan seperti obat-obatan. Pembentukan sistem ini adalah

situasi yang sulit”(Penghuni Anestesi). Kekurangan tersebut termasuk tetapi

tidak terbatas pada: peralatan prosedural; pemeliharaan peralatan, narkoba,

monitor pasien, dan peralatan resusitasi. Selama fase pendirian, CHUK

bergantung pada sumbangan internasional. Peserta mengidentifikasi tantangan


ketergantungan pada sumbangan untuk keberlanjutan lokal. “Masalahnya juga

suku cadang. Kita dapat memiliki jarum balok hari ini, tetapi besok kita tidak

memilikinya. Kami dapat melakukan USG dengan baik hari ini, dan besok kami

tidak memilikinya. Itu menjadi perhatian besar kami”(Teknisi anestesi).

Optimisme peserta diredam oleh rumit dan kakunya pengadaan peralatan di

CHUK. Hambatan yang dijelaskan meliputi: persyaratan persetujuan dari

berbagai badan pengatur; pembatasan tanggung jawab pengadaan kepada satu

penyalur pemerintah dengan jeda waktu minimal 6 bulan; dan kurangnya

pemasok lokal untuk peralatan regional tertentu. Peserta menekankan bahwa

kekurangan peralatan berpotensi kurangnya fasilitas kepada pasien, terutama di

tingkat manajemen rumah sakit.“Anda memiliki otoritas yang memiliki tugas

untuk menemukan apa yang dibutuhkan. Dan jika mereka dapat menemukan apa

yang dibutuhkan, itu membuat pekerjaan kita lebih mudah mungkin mereka

belum mengerti pentingnya memiliki layanan daerah yang berkelanjutan. Jadi

kita mungkin harus menfasilitasi pasien yang akan dilakukan anestesi”(Ahli

anestesi)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Pramono, ardi. (2017). Buku kuliah anestesi. Jakarta : EGC

Kozier, barbara. (2018). Peran dan mobilitas kondisi masyarakat. Jakarta : penerbit

gunung agung

Hasib, rokhyati. (2018). “Transformasional Leadership Meningkatkan Motivasi

Perawat pada Early Mobilization Pasien Retensi Urine Pasca Pembedahan dengan

Anasthesi Spinal : Literature Review”. Di akses (20 oktober 2021).

https://prosiding.unimus.ac.id/index.php/mahasiswa/article/download/158/117

Matthew, dkk. (2019). “Hambatan dan Failitator untuk Menerapkan Layanan

Anestesi Regional di Negara Berpenghasilan Rendah”. Di akses (20 oktober 2021)

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5781271/

Anda mungkin juga menyukai