Anda di halaman 1dari 26

Makalah

Metodelogi keperawatan anestesiologi

Tentang : GAGAL GINJAL KRONIK

Kelompok 5 :

Nurbazilah zahirah 2010070170024

Fitra 2010070170030

Junisa 2010070170031

Selvi yolanda 2010070170033

Nadia safira 2010070170037

Dosen pengampu :

Ns. Anggra Trisna Ajani S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM


SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH PADANG 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga

tugas makalah tentang “Gagal Ginjal Kronik” ini selesai tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Ns.

Anggra Trisna Ajani S.Kep,M.Kep pada Prodi Keperawatan Anestesiologi. Selain

itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan

juga bagi kelompok.

Bagi kelompok sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

kelompok kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 27 oktober 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi gagal ginjal kronik 3

B. Etiologi gagal ginjal kronik 4

C. Tanda dan gejala gagal ginjal kronik 5

D. Klasifikasi gagal ginjal kronik 5

E. Patofisiologi gagal ginjal kronik 5

F. Penatalaksanaan 7

G. Asuhan keperawatan anestesi 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 12

B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan

tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme,

gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada

peningkatan ureum (Sumah, 2020).

Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan penyebab

yang beragam mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan

kemudian berakhir pada gagal ginjal tahap akhir. Penyakit ginjal tahap akhir

adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik

ireversibel yang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi

pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2007).

Penyebab penyakit ginjal kronik antara lain peradangan, penyakit vaskular

hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital, penyakit metabolik,

nefropati toksik dan nefropati obstruktif (Price dan Wilson, 2006).

Salah satu penatalaksanaan GGK adalah hemodialisis yang bertujuan

menghasilkan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup

dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita GGK. Terapi hemodialisis adalah

suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa

metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium,

1
kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran

semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan

dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Sukandar, 2010).

B. Rumusan masalah

1. Defenisi Gagal Ginjal Kronik?

2. Etiologi Gagal Ginjal Kronik?

3. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronik?

4. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik?

5. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik?

6. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik?

7. Asuhan Keperawatan Anestesiologi?

C. Tujuan

1 Untuk mengetahui defenisi gagal ginjal kronik

2 Untuk mengetahui etiologi gagal ginjal kronik

3 Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal kronik

4 Untuk mengetahui klasifikasi gagal ginjal kronik

5 Untuk mengetahui patofisiologi gagal ginjal kronik

6 Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal ginjal kronik

7 Untuk menentukan diagnosa keperawatan anestesi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan

tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme,

gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada

peningkatan ureum (Sumah, 2020).

Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan penyebab

yang beragam mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan

kemudian berakhir pada gagal ginjal tahap akhir. Penyakit ginjal tahap akhir

adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik

ireversibel yang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi

pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2007).

B. Etiologi

Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi

glomerulus atau disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).

Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessi (2013):

1. Gangguan pembuluh darah

Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan

iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal. Lesi yang paling sering adalah

aterosclerosis pada arteri renalis yang besar, dengan kontriksi skleratik


progresif pada pembuluh darah. Hyperplasia fibromaskular pada satu atau lebih

arteri besar yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah.

Neprosskelerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama

yang tidak diobati, dikarakteristikan oleh penebalan hilangnya elastisitas

system, perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan

akhirnya gagal ginjal.

2. Gangguan imunologis : seperti, Glomerulonephiritis

3. Infeksi : Dapat dijelaskan dengan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.coli

yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini

mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara askenden

dari traktus urinarius bagian bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapar

menimbulkan ileversibel ginjal yang disebut pilonekritis.

4. Gangguan metabolic : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak

meningkatkan sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal

berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amyloidosis yang

disebabkan oleh endapan zat zat protein nemia abnormal pada dinding

pembuluh darah secara serius merusak membrane glomelurus .

5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesic atau logam

berat.

6. Obstruksi traktur urinarius : oleh batu ginjal, hipertropi prostat, dan konstruksi

uretra.

7. Kelainan kongenital dan hereditel : penyebab polikistik sama dengan kondisi

keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan
didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat

konginetal ( hypoplasia renalis) serta adanya asidosis.

C. Tanda Dan Gejala

1. Menurunnnya cadangan ginjal pasien asimtomik, namun GFR dapat menurun

hingga 25% dari normal.

2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan

nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN

sedikit meningkat diatas normal.

3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,

anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer,

pruritis, uremik frost, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR

kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam,

dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

D. Klasifikasi

Penyakit gagal ginjal kronis dapat di bagi menjadi beberapa tahapan sebagai

berikut :

1. Gangguan fungsi ginjal : 51% - 80% dari fungsi ginjal normal

2. Gagal ginjal : hanya 25% - 50% dari fungsi ginjal

3. Gagal ginjal berat : hanya 15% - 25% dari fungsi ginjal

4. Gagal ginjal stadium akhir : kurang dari 10% - 15% dari fungsi ginjal
E. Patofisiologi

Gagal ginjak kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan

metabolic (DM), infeksi (piolonefritis), obstruksi traktur urinarius, gangguan

imunologis, hipertensi, gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan gangguan

kongenital yang di sebabkan GFR menurun ( barbara C long).

Pada waktu terjadinya kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus

dan tubulus) di duga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).

Nefron - nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang

meningkatkan di sertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya

saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari

nefron - nefron rusak. Beban bahan yang harus di larut menjadi lebih besar

daripada yang bias di absorbs berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.

Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul di sertai

retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala - gejala pad pasien menjadi

lebih jelas dan muncul gejala - gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul

gejala - gejala khas kegagalan ginjal bila kira - kira fungsi ginjal telah hilang 80%

- 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih rendah itu ( barbara C

long).

Fungsi renal, produk akhir metabolis protein (yang normalnya di eksresikan

kedalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap

system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan

semakin berat itu (Smeltzer dan Bare, 2011).


F. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan

mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :

1. Dialisis

Dialysis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang

serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dana kejang. Dialisis memperbaiki

abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat di

komsumsi secara bebas, menghilangkan kecendrungan perdarahan dan

membantu penyembuhan luka.

2. Koreksi hiperkalemi

Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat

menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus di ingat adalah

jangan menimbulkan hyperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,

hyperkalemia juga dapat di diagnosis dengan EEG dan EKG. Bila Terjadi

Hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangin dengan intake

kalium, pemberian na bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.

3. Koreksi anemia

Usaha pertama harus di tujukan untuk mengatasi factor defisiensi, kemudian

mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat di atasi. Pengendalian

gagal ginjal pada keseluruhan akan meninggikan HB. Transfusi darah hanya

dapat diberikan ada indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi corener.
4. Koreksi asidosis

Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus di hindari. Natrium

bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq

natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika di perlukan dapat di

ulang. Hemodialysis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.

5. Pengendalian hipertensi

Pemberian obat betabloker, alpametildopa, dan pasodilatator dilakukan.

Mengurangin intake garam dapat mengendalikan hipertensi harus hati-hari

karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.

6. Transplantasi ginjal

Dengan pencakokan ginjal yang sehat kepasien gagal ginjal kronik, maka

seluruh faal ginjal di ganti oleh ginjal yang baru.

G. Asuhan Keperawatan Anestesi

Kasus Tn K umur 59 puluh tahun mengeluh kedua kakinya membengkak

sejak sekitar 5 bulan sebelum masuk rumah sakit. Bengkak dirasakan terjadi

sepanjang hari dan tidak membaik meskipun dengan kedua kaki dinaikkan.

Sebelumnya kedua kelopak mata pasien juga sering bengkak jika bangun tidur.

Sejak 5 bulan ini juga pasien mengatakan buang air kecil hanya satu kali sehari

dan jumlahnya sedikit berwarna kuning jernih. Selama 1 bulan ini pasien

merasakan kulitnya lebih kering dan terkadang gatal. Pasien juga mengalami

penurunan nafsu makan sehingga pasien mengakui berat badannya turun dan

merasa cepat lelah. Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium didapatkan kesadaran

compos mentis keadaan umum tampak sakit sedang, berat badan 40 kg, tinggi
badan 155 cm, kesan gizi kurang, IMT (indeks massa tubuh) kurang (16.0)

tekanan darah 180/100 mmHg, respiration rate 22 kali per menit, nadi 96 kali per

menit dan suhu 37oC. Kedua mata anemis kanan dan kiri, lidah pucat dan kedua

tungkai edema. Hemogloinbin 6,4 mg/dl, hematokrit 18,2 %, albumin 3,0 gr/dl,

ureum 234 mg/dl, creatinin 15,2 mg/dl.

- pengkajian

Identitas pasien :

Nama : Tn. K

Umur : 59 th

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Diagnosa medis : gagal ginjal kronik

No RM 191201

a. riwayat kesehatan :

keluhan utama :

Tn.k mengeluh sejak 5 bulan terakhir dia merasakan kaki dan matanya

bengkak serta buang air kecil satu kali sehari dengan jumlah sedikit

berwarna kuning.

Riwayat kesehatan sekarang :

Tn.k mengeluh sejak 5 bulan terakhir dia merasakan kaki dan matanya

bengkak serta buang air kecil satu kali sehari dengan jumlah sedikit

berwarna kuning. pasien juga mengalami penurunan nafsu makan sehingga


pasien mengakui berat badannya turun,merasa cepat lelah dan pasien

mengatakan penurunan energi saat beraktivitas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis keadaan umum

tampak sakit sedang, BB:40 Kg, Tb:155 cm, kesan gizi kurang IMT kurang

16, Td: 180/100 mmHg, Rr: 22x/menit, Nadi: 96x/menit, Suhu: 37°c kedua

mata anemis, lidah pucat dan kedua extremitas bawah edema.

Riwayat penyakit dahulu :

berdasarkan data pasien didapatkan riwayat penyakit dahulu yaitu

penyakit:ginjal kronik derajat V, sudah tepat dimana terdapat hipertensi

stage II dan Anemia.

Riwayat kesehatan keluarga

Tidak disebutkan adanya riwayat kesehatan keluarga pada kasus tersebut.

b. Pemeriksaan B6 (tidak terkaji)

c. Pemeriksaan fisik :

Keadaan Umum

Kesadaran : Compos metis

GCS : Verbal: 5 Motorik : 6 Mata : 4

Penampilan : tampak sakit sedang

Tanda-tanda Vital :

Nadi = 96 x/menit

Suhu = 37 0 C

TD = 180/100 mmHg

RR = 22 x/menit
BB: 40 Kg

TB: 155 Cm dan BMI: - 16

Data Laboratorium :

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Ureum 234 mg/dl 20 – 40 mg/dl

Creatinin 15, 2 mg/dl 0,5 – 1,5 mg/dl

Hematokrit 18, 2 % 40 – 48 mg/dl

Hemoglobin 6,4 mg/dl 13 – 18 mg/dl

Albumin 3, 0 mg/dl 3,5 – 5,3 gr/dl

- Analisa Data

Symtom Etiologi Masalah

DS : Sekunder akibat Kelebihan Volume

- Pasien mengatakan kedua gagal ginjal kronik Cairan

kaki membengkak sekitar

5 bulan sebelum masuk

RS.

- Pasien mengatakan

kelopak mata nya juga

sering bengkak jika

bangun tidur.

- pasien mengatakan buang


air kecil hanya satu kali

sehari

- jumlahnya sedikit

berwarna kuning jernih

DO :

- extremitas bawah tampak

edema

- Ureum 234mg/dl ( 20-40

mg/dl )

- Albumin 3,0 gr/dl ( 3,5 –

5,3 gr/dl)

- Rr 22x/menit ( 12-20

x/menit)

- Creatinin 15,2 mg/dl (0,5

– 1,5 mg/dl)

- BB 40 kg

- TB 155

- IMT ≤16,0
DS : Anorexia Kekurangan nutrisi

- pasien mengatakan

mengalami penurunan

nafsu makan

- pasien mengatakan berat

badannya turun

- Pasien mengatakan

merasa cepat lelah

DO :

- BB 40 kg

- TB 155cm

- IMT ≤16,0

- Gizi kurang Ketidakedekuatan Keletihan

DS : oksigenasi jaringan

- pasien mengatakan cepat sekunder akibat :

lelah Anemia

- pasien mengatakan lemas

- Pasien mengatakan

penurunan energi saat

beraktivitas
DO :
- Kesadaran composmentis

- HB 6,4mg/dl

- kedua mata anemis

- lidah pucat

- Rr 22x/menit

- Hemoktokrit 18,3%

- intervensi

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi/perencanaan

Kelebihan volume Pasien Tn. K akan 1. Pantau kulit untuk

cairan berhubungan menunjukkan berkurangnya mengetahui adanya

dengan Sekunder akibat edema extremitas bawah tanda-tanda ulkus

gagal ginjal kronik dengan indikator sekunder dekubitus

gagal ginjal kronik 2. Ubah posisi setidaknya

setiap 2 jam

3. Posisikan ekstremitas

yang mengalami edema

di atas ketinggian

jantung apabila

mungkin (kecuali di

kontraindikasikan

karena gagal jantung)


4. Kolaborasi dengan

dokter urologi

dengan pemberian

obat lasix

Kekurangan nutrisi Pasien Tn.K dapat mencerna 1. Timbang berat badan

berhubungan dengan kebutuhan nutrisi harian setiap hari

anorexia sesuai dengan tingkat 2. Tentukan kebutuhan

aktivitas dan kebutuhan kalori harian yang

metabolik. realistis dan adekuat.

3. Jelaskan pentingnya

nutrisi yang adekuat

4. Anjurtkan klien untuk

menggunakan rempah-

rempah untuk

membantu memperkaya

rasa dan aroma

makanan.

5. Ciptakan suasana yang

menyenangkan
dan santai untuk

makan

6. Anjurkan atau bantu

pasien untuk istirahat

sebelum makan.

7. Pertahankan

kebersihan mulut

yang baik sebelum

dan sesudah makan

8. Atur agar klien

mendapatkan nutrien

dengan kandungan

protein/ kalori

tertinggi yang

disajikan pada saat

klien merasa sangat

ingin makan.
keletihan berhubungan Pasien Tn. K mampu 1. Kaji TTV pasien
dengan menyeimbangkan aktivitas 2. Kaji penyebab keletihan
Ketidakedekuatan dan istirahat mengatur 3. Pantau asupan nutrisi
oksigenasi jaringan jadwal aktivitas untuk pasien
sekunder akibat : anemia menghemat energi
4. Ajarkan pengaturan

aktivitas dan teknik

manajemen waktu

untuk mencegah

kelelahan.

5. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi

aktivitas pasien

6. Bantu pasien untuk

mengubah posisi secara

berkala jika perlu

- implementasi

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Implementasi


keperawatan anestesi indikator

Kelebihan volume 1. Pantau kulit untuk 1. Memantau kulit untuk


cairan berhubungan mengetahui adanya mengetahui adanya tanda-
dengan Sekunder tanda-tanda ulkus tanda ulkus dekubitus
akibat gagal ginjal dekubitus 2. Mengubah posisi
kronik 2. Ubah posisi setidaknya setiap 2 jam
setidaknya setiap 2 3. Memposisikan
jam ekstremitas yang
3. Posisikan mengalami edema di atas
ekstremitas yang ketinggian jantung
mengalami edema apabila mungkin (kecuali
di atas ketinggian dikontraindikasikan
jantung apabila karena gagal jantung)
mungkin (kecuali 4. Melakukan kolaborasi
di dengan dokter urologi
kontraindikasikan dengan pemberian obat
karena gagal lasix
jantung)
4. Kolaborasi dengan
dokter urologi dengan
pemberian obat lasix
Kekurangan nutrisi 1. Timbang berat 1. Menimbang berat
berhubungan dengan
badan setiap hari badan setiap hari
anorexia
2. Tentukan 2. Menentukan kebutuhan

kebutuhan kalori kalori harian yang

harian yang realistis realistis dan adekuat.

dan adekuat. 3. Menjelaskan pentingnya

3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

nutrisi yang adekuat 4. Menganjurkan klien

4. Anjurkan klien untuk menggunakan

untuk rempah- rempah untuk

menggunakan membantu

rempah- rempah memperkaya rasa dan

untuk membantu aroma makanan.

memperkaya rasa 5. Menciptakan suasana

dan aroma yang menyenangkan

makanan. dan santai untuk makan

5. Ciptakan suasana 6. Menganjurkan atau


yang bantu pasien untuk

menyenangkan dan istirahat sebelum

santai untuk makan makan

6. Anjurkan atau 7. Mempertahanakan

bantu pasien untuk kebersihan mulut yang

istirahat sebelum baik sebelum dan

makan sesudah makan

7. Pertahankan 8. Mengatur agar klien

kebersihan mulut mendapatkan nutrien

yang baik sebelum dengan kandungan

dan sesudah makan protein/kalori tertinggi

8. Atur agar klien yang disajikan pada

mendapatkan saat klien merasa

nutrien dengan sangat ingin makan

kandungan

protein/kalori

tertinggi yang

disajikan pada saat

klien merasa sangat

ingin makan

keletihan 1. Kaji TTV pasien 1. Mengkaji TTV pasien


berhubungan 2. Kaji penyebab 2. Mengkaji penyebab
dengan keletihan keletihan
Ketidakedekuata 3. Pantau asupan nutrisi 3. Memantau asupan
n pasien nutrisi pasien
oksigenasi jaringan 4. Ajarkan pengaturan 4. Mengajarkan
sekunder akibat : aktivitas dan teknik pengaturan aktivitas
anemia manajemen waktu dan teknik manajemen
untuk mencegah waktu untuk mencegah
kelelahan. kelelahan.
5. Bantu pasien untuk 5. Membantu pasien
mengidentifikasi untuk mengidentifikasi
aktivitas pasien aktivitas pasien
6. Bantu pasien untuk 6. Membantu pasien
mengubah posisi untuk mengubah posisi
secara berkala jika secara berkala jika
perlu perlu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif

dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara

metabolisme, gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang

berakibat pada peningkatan ureum (Sumah, 2020). Penyebab penyakit ginjal

kronik antara lain peradangan, penyakit vaskular hipertensif, gangguan

jaringan ikat, gangguan kongenital, penyakit metabolik, nefropati toksik dan

nefropati obstruktif (Price dan Wilson, 2006).

Didalam asuhan keperawatan terdapat diagnosa sebagai berikut :

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Sekunder akibat gagal ginjal


kronik
2. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan Anorexia
3. keletihan berhubungan dengan Ketidakedekuatan oksigenasi jaringan
sekunder akibat : Anemia

B. Saran

Bagi mahasiswa keperawatan anestesiologi agar dapat terus

meningkatkan wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal

kronik untuk menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah & A,T. (2014). CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V: Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung. Medula, Vol 2 No 3, maret 2014. Diakses 7

Oktober 2021, dari

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/325/326.

Sumah DF.(2020). Kecerdasan Spiritual Berkorelasi dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa

RSUD dr. M. HAULUSSY Ambon. Jurnal BIOSAINSTEK, Volume 2, Nomor

1 : 87– 92.

Suwitra Ketut. 2007. Penyakit ginjal kronik. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam.

Editor:Sudoyo, Aru W, dkk. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI. hlm 570-3

Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi. Ed 6. Jakarta: EGC.

Sukandar E. 2010. Neurologi klinik. Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah

(PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD.

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2011). Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:

Salemba Medika

Black, MJ & Hawk. HJ. 2005. Medical Surgical Nursing Clinical Management For

Positive Outcomes. 7th Edition. St. Louis: Elsevier Saunders.


Long, Barbara C. (1996). Perawatan medikal bedah:suatu pendekatan proses

keperawatan. Mosby Company

Smeltzer & Bare. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing volume 1).

Philladelphia: Lippincott Williams 7 Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai