Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA 2

PALLIATIVE CARE

Disusun oleh:
Nama

: Oktaviana Rosalina

NIM

: 20100320066

Prodi

: Ilmu Keperawatan

Dosen Pengampu

: Yuni Permatasari, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB., HNC

Prodi ilmu keperawatan


Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2013

KATA PENGANTAR
Assalamualikum wa rohmatullaahi wa barakaatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat, berkah, dan iradat-Nya kepada kita
sehingga kami mampu memnyelesaikan makalah Keperawatan Dewasa 2 dengan judul Meningitis.
Sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam jahiliah (kebodohan) kea lam yang beradab.
Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen pengampu mata kulian
Keperawatan Dewasa 2 : Yuni Permatasari, yang telah memberikan begitu banyak ilmu sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Saya juga berterimakasih kepada kedua orang tua saya yang banyak
memberi ide dan masukan serta doa untuk saya. Selanjutnya saya berterimakasih kepada semua temanteman atas kerjasamanya dalam belajar, semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT.
Dengan menyusun makalah ini saya memperoleh ilmu sekaligus menuangkan ilmu dan
pengetahuan yang telah saya dapat selama belajar pelajaran Keperawatan Dasar, khususnya mengenai
pemahaman tentang Palliative care yang merupakan bidang yang juga saya tekuni saat ini. Harapan saya
adalah, dengan terselesaikannya makalah ini semoga dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Sehingga pembaca dapat memperoleh ilmu di dalamnya yang kemudian akan diterapkan.
Wassalamualaikum wa rohmatullaahi wa barakatuh

Yogyakarta, Mei 2013

Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN
Kematian tidak bisa dihindari dan semua orang cepat atau lambat pasti akan menemuinya.
Bagi sebagian orang, kematian adalah hal yang menakutkan. Mereka tidak mau memikirkan,
apalagi membicarakannya. Sebagian orang lain menganggap kematian adalah hal yang biasa,
sebagai awal kehidupan baru di akhirat. Karena setiap orang akan mati, setiap orang juga akan
melalui proses sekarat. Ada yang cepat ada juga yang lambat, menyakitkan dan menyengsarakan. Di
sinilah perawatan paliatif diperlukan.
Perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lainbaik fisik,
psikososial maupun spiritual.
Paliatif berasal dari bahasa Latin pallium, sejenis jubah pada zaman Yunani kuno dan
Romawi. Paliatif berarti berfungsi seperti jubah yang melindungi, menyamankan, dan
menyembunyikan atau mengurangi keburukan. Perawatan paliatif adalah perawatan yang menyelubungi
seorang yang sakit dengan terapi yang penuh cinta kasih. Perawatan ini tidak hanya memikirkan aspek
fisik, tetapi juga termasuk kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual seseorang.
Perawatan paliatif tidak lagi ditujukan untuk penyembuhan, tetapi untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien di sisa usianya. Perawatan ini diberikan ketika tidak ada lagi peluang
kesembuhan secara medis. Perawatan hanya ditujukan untuk mengurangi penderitaan sebanyak
mungkin. Selain itu, ada penekanan pada perawatan psikologis untuk pasien dan orang-orang
dekatnya.
Perawatan paliatif mulai dikenalkan pada tahun 60-an di Inggris oleh Cicely Saunders. Dia
adalah peletak konsep dasar perawatan paliatif. Sebagai perawat, pekerja sosial dan kemudian
dokter, Cicely banyak menghadapi pasien yang sakit parah dan tergerak untuk melakukan sesuatu
bagi mereka. Filosofi dasar perawatannya adalah bahwa kematian adalah fenomena yang sama alaminya
dengan kelahiran, sehingga melihat kematian sebagai proses yang harus meneguhkan hidup dan
bebas dari rasa sakit.
Berkat jasanya, saat ini ada sekitar 220 panti perawatan paliatif (hospis) di Inggris dan lebih
dari 8.000 di seluruh dunia. Di Indonesia, perawatan paliatif baru mulai berkembang akhir-akhir
ini. Perawatan paliatif pertama dimulai pada tahun 1992 oleh RS Dr. Soetomo (Surabaya), yang
disusul oleh RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin
Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).
Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya
mencakup dokter dan perawat tetapi juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial,
psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan melayani sepenuh
hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day care
dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien, terutama mereka yang

tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk memantau dan memberikan
solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya, baik masalah medis maupun
psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping
atau keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan anak).
Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling dengan psikolog atau
psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik.
Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:
Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.
Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.
Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah kematian.
Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya,
termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi perjalanan
penyakit.
Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti
kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih
memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.
Pada awalnya, perawatan paliatif hanya diberikan kepada pasien kanker stadium akhir yang
tidak mungkin sembuh. Namun, kini perawatan juga diberikan kepada pasien penyakit-penyakit lain
yang mengancam jiwa seperti HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru, dan penyakit saraf.
Lamanya perawatan paliatif mungkin hanya beberapa hari, tapi juga mungkin beberapa bulan.

BAB II

Pembahasan
Perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lainbaik
fisik, psikososial maupun spiritual.
Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya
mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial,
psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan melayani sepenuh
hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day care
dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien, terutama mereka
yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk memantau dan
memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya, baik masalah
medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah menitipkan pasien selama jam kerja jika
pendamping atau keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan
anak). Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling dengan
psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, dll.
Tujuan dalam keperawatan paliatif :
Meyakini bahwa hidup dan mati adalah proses yang normal, tidak menghambat
atau menundan kematian, mengurangi nyeri dan gejala penyakit lainnya, integrasi
fisik, psikis, sosial, emosional dan spiritual dalam memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan individu dan keluarga.
Menyediakan sistem untuk membantu individu hidup seoptimal mungkin sampai
menjelang kematiannya.
Menyediakan sistem dukungan untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah
sepanjang perawatan pasien dan masa berduka.
Sasaran kebijakan pelayanan paliatif :
Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang memerlukan
perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga
terkait lainnya.
Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota,
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta,
c. Puskesmas,
d. Rumah perawatan/hospis,
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

Lingkup kegiatan perawatan paliatif


a. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :

a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat
rumah. Aspek midokelegal dalam perawatan paliatif di ruang kritis :
a. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.
b. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif
Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi
dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan
paliatif.
Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat
pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk
membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat
diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam
informed consentmenjelang ia kehilangan kompetensinya.
Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan
tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive
tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas
pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh
seluruh anggota keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan
pengadilan untuk pengesahannya.
Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan
untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu
apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas
hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
c. Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di
ICU mengikuti
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas.
Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus
mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-supporting.
d. Beberapa karakteristik perawat paliatif di ruangan kritis :
Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses
yang normal.
Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan
pasien.
Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.

Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit


dan setelah kematian.
Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif
memengaruhi perjalanan penyakit.
Bersamaan
dengan terapi
lainnya
yang
ditujukan untuk
memperpanjang usia, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan
mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih memahami dan
mengelola komplikasi klinis yang berat.
e. Isu Kebijakan Perawatan Paliatif :
Kurangnya SDM serta mekanisme pembiayaan kesehatan merupakan
hambatan yang besar untuk mengakses Palliative and end-of-life care
Palliative care dipengaruhi oleh isu sosial, organisasi dan kebijakan
ekonomi secara keseluruhan
Mengintegrasikan konsep palliative care untuk seluruh penyakit
dalam konteks pelayanan dan pendidikan
Ada sistem yang mengatur pendidikan berkelanjutan terkait dengan
Palliative Care untuk tenaga kesehatan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada
dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic
fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti
HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan
pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana
prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas
hidup yang terbaik bagi pasien yang berada di ruang keperawatan kritis dan keluarganya.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan
pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka
diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan
kesehatan yang berada di keperawatan kritis untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif
secara maksimal.

B. SARAN
Pada permasalahan dalam keperawatan paliatif di ruang perawatan kritis memerlukan
kesiapan yang baik oleh setiap perawat yang berada dalam tatanan kerja tersebut sehingga dalam
pelayanannya dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson , Ian .D : Care of the Critically Ill Surgical Patient,


of Surgeons of England

1999, The Royal College

Hopkinson R.B : General Care Units, in Critical Care, Standards Audit and Ethics, ED.
Tinker, Browne and Sibbald, 1996, Arnold p. 37 54
Moore E.E, Mattox K.L,
Feliciano D.V ; Principles of Critical Care, in Trauma
Manual, ED. Moore E.E, Mattox K.L, Feliciano D.V ; 2003, McGraw Hill Book Coy.,p. 441
451
Rivet E.B and Coopersmith C.M : Critical Care, in The Washington MANUAL OF surgery, 5 th
ed. , Ed. Klingensmith M.E, Lie E.C, Glasgow S.C et al, 2008, Lippincot Williams & Wilkins,
Philadelphia, p. 134 52.

Anda mungkin juga menyukai