KELOMPOK 4 :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada
Persalinan berisiko dengan Distosia” berjalan dengan lancar.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang terpercaya. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen keperawatan maternitas 2, Ns. Jum Natosba, S.Kep., M.Kep.,
Sp.Kep.Mat atas bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, diharapkan kriktik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik. Akhir kata, kami berharap tugas ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.
Kelompok 04
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
I. Definisi
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandi dengan adanya
hambatan kemajuan dalam persalinan (tim obstetric.FKUNPAD, 2005)
1. disproporsi sefalopelvis,
2. kontraksi uterus yang tidak adekuat
3. posisi janin yang abnormal.
4. pada primipartus
5. Multipara
6. menggunakan analgesia epidural
7. berat janin diatas 4.000 gram
8. posisi kepala janin yang tinggi saat dilatasi serviks maksimal
9. dan usia ibu diatas 35 tahun.
10. kehamilan ganda
11. hidramnion,
12. uterus bikornis unikolis. ( Ness A, Goldberg J. 2005 dan
Grobman WA, 2016)
III. Klasifikasi
1.Distosia karena kelainan tenaga/his
a. Inersia uteri
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri
dibagi menjadi 2 :
a. Inersia uteri primer : terjadi pada awal fase laten
b. Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif
(Prof. Dr. Rustam mochtar, MPH, sinopsis obstetri, 305)
Etiologi :
Multipara, kelainan letak janin , disproporsi sefalovelvik, kehamilan
ganda, hidramnion, utrus bikornis unikolis.
Faktor predesposisi :
Anemia, hidromnion, grande multipara, primipara, pasien dengan emosi
kurang baik.
b. Incordinate uterina action
Incoordinate uterina action yaitu kelainan his pada persalinan brupa
perubahan sifat his, yaitu meningkatnya tonus otot uterus, di dalam dan di
luar his, serta tidak ada kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah,
dan bawah, sehingga his tidak efisien mengadakan pembukaan
serviks.(Arif mansjoer,kapita selekta, edisi ketiga, hal 303)
Etiologi :
Pemberian oksitoksin yang berlebihan atau ketuban pecah lama yang
disertai infeksi.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus ialah keadaan terjadinya penimbunan cairan serebrospinal
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel antara
500 sampai 1500 ml, akan tetapi kadang-kadang mencapai 5 liter.
Hidrosefalus sering disertai dengan spina bifida. Hidrosefalus akan selalu
menyebabkan disproporsi sefalopelvik
Prognosis
Apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahaya rupture uteri akan
mengancam penderita. Rupture uteri hidrosefalus dapat terjadi sebelum
pembukaan serviks menjadi lengkap, karena tengkorak yang besar ikut
meregangkan segmen bawah uterus
c. Prolaps funikuli
Prolaps funikuli ialah keadaan di mana tali pusat berada di samping atau
melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Etiologi
Keadaan-keadaan yang menyebabkan prolaps funikuli seperti gangguan
adaptasi bagian bawah janin, sehingga PAP tidak tertutup oleh bagian bawah
janin. Janin dengan letak lintang, letak sungsang terutama presentais bokong
kaki, dan disproporsi sefalopelvik.
4. Distosia karena kelainan pelvis.
a. Kelainan bentuk panggul
Jenis-jenis panggul mempunyai ciri penting yaitu :
1. Panggul ginekoid dengan PAP yang bundar
2. Panggul antropoid dengan arkus pubis menyempit
3. Panggul android dengan PAP berbentuk segitiga
4. Panggul platilloid dengan diameter yang lebih pendek dengan arkus pubis
yang luas
IV. Patofisiologis
Patofisiologi distosia adalah terjadinya perlambatan/arrest proses
persalinan, baik pada kala 1 maupun kala 2. Penyebabnya adalah
gangguan kontraksi, abnormalitas pada janin, atau adanya gangguan pada
jalan lahir.
Gangguan Kontraksi
Kontraksi yang dibutuhkan untuk dapat melakukan persalinan secara
normal adalah minimal 200 unit Montevideo. Ketika terdapat gangguan
kontraksi, maka proses persalinan akan terhambat. Kondisi yang dapat
menyebabkan gangguan kontraksi adalah penggunaan anestesi atau
analgesik karena dapat menurunkan kontraktilitas rahim dan usaha ibu
untuk mengejan, abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan kehamilan lebih
dari 42 minggu. Adanya jaringan parut, fibroid, atau hal lain yang
mengganggu hubungan antara segmen uterus juga dapat menyebabkan
kontraksi yang tidak adekuat.
Janin yang akan dilahirkan akan melewati bagian bawah rahim, rongga
panggul, dan vagina. Ketika ada obstruksi pada jalan lahir yang akan
dilewati janin, maka perlambatan persalinan dapat terjadi. Beberapa
kondisi yang dapat menghalangi jalan lahir adalah adanya cincin Bandl
(jaringan otot antara segmen uterus bagian atas dan bawah), abnormalitas
pada rahim, atau rongga pelvis non ginekoid (bentuk android, platipeloid,
atau antropoid).
Disproporsi kepala janin dengan rongga pelvis juga akan menyebabkan
distosia. Malonga et al. 2018, melaporkan hasil penelitian tiga ukuran
antropometri ibu untuk memprediksi terjadinya distosia mekanik. Dari 535
wanita nulipara, faktor prediktif untuk distosia mekanik adalah tinggi ibu
< 150 cm, diameter bi-ischiatic <8 cm, dan diameter pra-pubis Trillat <11
cm.
V. Penatalaksanaan
Penanganan Umum
1. Perawatan pendahuluan
o Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk
tanda vital dan tingkat dehidrasinya).
o Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam
persalinan; nilai frekuensi dan lamanya his.
o Suntikan cortone asetat: 100-200 mg IM.
o Penisilin prokain: 1 juta IU IM.
o Streptomisin: 1 gr IM.
o Infus cairan: larutan garam fisiologis; larutan glukose 5% pada
janin pertama: 1 liter/jam.
o Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali harus segera bertindak.
2. Pertolongan
Penanganan Khusus
a. Fase laten memanjang
c. Kala II lama
o Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum.
o Jika kepala antara 1/5 – 3/5 di atas simfisis pubis lakukan ekstraksi
vakum.
o Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakuka
VI. Komplikasi
Persalinan dengan distosia dapat menyebakan timbulnya komplikasi, baik
pada ibu maupun perinatal. Komplikasi yang ditimbulkan adalah sebagai
berikut (Prawirohardjo Sarwono, 2010) :
1) Komplikasi bagi ibu
a) Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya terutama
bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus
amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh karion sehingga terjadi
bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin akibat
aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.
b) Ruptur Uteri
Apabila disproporsi diantara kepala janin dan panggul sedemikian besar
sehingga kepala tidak cakap dan tidak adanya penurunan, segmen bawah
uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.
Pada kasus ini mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat
diraba sehingga sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simfisis dan umbilikus.
c) Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terletak dantaranya dan dinding panggul dappat mengalami tekanan yang
berlebihan, karena gangguan sirkulasi dapat terjadi nekrosis yang akan
jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula
vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal.
d) Cedera dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fasia penghubungnya
merupakan konsekuensi yang tidak terelakan pada persalinan pervaginam,
terutama persalinannya sulit. Saat pelahiran bayi dasar panggul mendapat
tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya
mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul
sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomis di otot, saraf, dan
jaringan ikat. Terdapat semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada
otot dasar panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia
urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
2) Komplikasi bagi bayi
Komplikasi yang mungkin ditimbukan karena partus macet bagi janin
adalah sebagai berikut :
a) Kaput suksadaneum
Apabila panggul sempit sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang
serius. Biasanya kaput suksadaneum bahkan yang besar sekalipun akan
menghilang dalam beberapa hari.
b) Moulase kepala janin
VII. WOC
VIII. Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetrics and Gynecology Committee on Practice
Bulletins-Obstetrics. ACOG Practice Bulletin Number 49, December 2003:
Dystocia and augmentation of labor. Obstet Gynecol. 2003 Dec;102(6):1445-54
Caughey AB, Cahill AG, Guise JM, Rouse DJ. Safe prevention of the primary
cesarean delivery. Am J Obstet Gynecol. 2014 Mar 1;210(3):179-93.
Malonga, FK, Mukuku, O., et al. Anthropometric and pelvic external study in
nulliparas of Lubumbashi: risk factors and predictive score of mechanical
dystocia. Pan African Medical Journal, 31. 2018 doi: 10.11604 /
pamj.2018.31.69.16014
Sheiner E, Levy A, Katz M, Mazor M. Short stature –an independent risk factor
for cesarean delivery. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2005;120(2):175-8