Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN BERISIKO DENGAN DISTOSIA

KELOMPOK 4 :

1. Welin Dwi Sagitari 04021281823020


2. Putri Puspita Sari 04021201823021
3. Suci Andresta 04021201823022
4. Dwi Meidinasari Kusumajaya 04021201823023
5. Anjar Dwi Fahni 04021281823024

Dosen Pengampu : Ns. Jum Natosba, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada
Persalinan berisiko dengan Distosia” berjalan dengan lancar.

Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang terpercaya. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen keperawatan maternitas 2, Ns. Jum Natosba, S.Kep., M.Kep.,
Sp.Kep.Mat atas bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, diharapkan kriktik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik. Akhir kata, kami berharap tugas ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.

Indralaya, 19 januari 2020

Kelompok 04
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

I. Definisi .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

II. Etiologi .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

III. Klasifikasi.................................................................. Error! Bookmark not defined.

IV. Patofisiologi .............................................................. Error! Bookmark not defined.

V. Penatalaksanaan solusio plasentae ................................ Error! Bookmark not defined.

VI. Komplikasi ................................................................ Error! Bookmark not defined.

VII. WOC.......................................................................... Error! Bookmark not defined.

VIII. Rencana Keperawatan ............................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. Error! Bookmark not defined.

I. Definisi
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandi dengan adanya
hambatan kemajuan dalam persalinan (tim obstetric.FKUNPAD, 2005)

Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau


abnormal, yang timbul akibat sebagai kondisi yang berhubungan dengan
berbagai macam keadaan. (editor renata komalasari, 2005)

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan disebabkan kelainan


his, letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. (Manjoer A.
1999 : 302).

Distosia adalah perlambatan pada saat persalinan atau dikenal dengan


istilah partus macet. Patofisiologi perlambatan atau arrest persalinan ini
dapat terjadi pada kala 1 maupun kala 2. Berdasarkan penyebabnya maka
patofisiologi distosia dapat diklasifikasikan menjadi gangguan kontraksi,
abnormalitas pada janin, dan adanya gangguan pada jalan lahir (Caughey
AB . 2014 dan ACOG, 2003 )
II. Etiologi

Distosia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1. disproporsi sefalopelvis,
2. kontraksi uterus yang tidak adekuat
3. posisi janin yang abnormal.
4. pada primipartus
5. Multipara
6. menggunakan analgesia epidural
7. berat janin diatas 4.000 gram
8. posisi kepala janin yang tinggi saat dilatasi serviks maksimal
9. dan usia ibu diatas 35 tahun.
10. kehamilan ganda
11. hidramnion,
12. uterus bikornis unikolis. ( Ness A, Goldberg J. 2005 dan
Grobman WA, 2016)
III. Klasifikasi
1.Distosia karena kelainan tenaga/his
a. Inersia uteri
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri
dibagi menjadi 2 :
a. Inersia uteri primer : terjadi pada awal fase laten
b. Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif
(Prof. Dr. Rustam mochtar, MPH, sinopsis obstetri, 305)
Etiologi :
Multipara, kelainan letak janin , disproporsi sefalovelvik, kehamilan
ganda, hidramnion, utrus bikornis unikolis.
Faktor predesposisi :
Anemia, hidromnion, grande multipara, primipara, pasien dengan emosi
kurang baik.
b. Incordinate uterina action
Incoordinate uterina action yaitu kelainan his pada persalinan brupa
perubahan sifat his, yaitu meningkatnya tonus otot uterus, di dalam dan di
luar his, serta tidak ada kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah,
dan bawah, sehingga his tidak efisien mengadakan pembukaan
serviks.(Arif mansjoer,kapita selekta, edisi ketiga, hal 303)
Etiologi :
Pemberian oksitoksin yang berlebihan atau ketuban pecah lama yang
disertai infeksi.

2. Distosia karena kelainan letak


a. Presentasi belakang kepala oksiput posterior menetap
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui
PAP dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun
kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan
depan, kiri belakang atau kanan depan.
Dalam keadaan fleksi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul
ialah oksiput. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-kadang ubun-ubun
kecil tidak berputar kedepan, sehingga tetap di belakang.
Etiologi
Adanya usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk ukuran panggul, otot
otot panggul yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang
kecil dan bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin
untuk memutar ke depan
Mekanisme persalinan
Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka dibawah simfisis pubis.
Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil di belakang menyebabkan
regangan besar pada vagina dan perineum yang diikuti bagian kepala janin
yang lain
Prognosis
Persalinan pada umumnya berlansung lebih lama, kemungkinan kerusakan
jalan lahir lebih besar, sedangkan kematian perinatal lebih tinggi.
b. Presentasi belakang kepala oksiput melintang
Letak lintang ialah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus
dengan sumbu memanjang tubuh. Bila sumbu memanjang tersebut
membentuk sudut lancip, disebut letak oblik, yang biasanya karena
kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal pada persalinan
Etiologi
Relaksasi berlebih dinding abdomen akibat multiparitas uterus abnormal,
panggul sempit, tumor daerah panggul, pendulum dari dinding abdomen,
plasenta previa, insersi plasenta di fundus, bayi prematur, hidramnion,
kehamilan ganda.
c. Presentasi dahi
Keadaan di mana kedudukan kepala berada di antara fleksi maksimal dan
defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah, namun pada
umumnya keadaan ini hanya bersifat sementara dan sebagian besar akan
berubah menjadi presentasi muka.
Etiologi
- Defleksi kepala
- Panggul sempit dan janin besar
- Multiparitas dan perut gantung
- Kelainan janin seperti : anensefalus dan tumor dileher.
Prognosis
Janin yang kecil masih dapat lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan
besar normal tidak dapat lahir spontan per vainam, hal ini karena kepala
turun melalui PAP dengan sirkumferensia maksilloparietalis yang lebih
besar dari pada lingkaran PAP.
d. Presentasi muka
Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga
oksiput tertekan pada punggung dan muka yang merupakan terendah
menghadap ke bawah.
Etiologi
- Defleksi kepala
- Panggul sempit dan janin besar
- Multiparitas dan perut gantung
- Kelainan janin seperti : anensefalus dan tumor dileher.
Faktor predisposisi
Multipara, perut gantung
Prognosis
Pada umumnya berlansung tanpa kesulitan, tetapi kesulitan persalinan dapat
terjadi karena adanya panggul sempit dan janin besar, letak belakang kepala,
muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna dan bagian
terendah harus turun sampai dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala
melewati PAP. Angka kematian perinatal pada presentasi muka adalah 2,5-
5%
e. Presentasi puncak
Presentasi puncak kepala adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala
janin ketika memasuki ruang panggul sehingga ubun – ubun besar
merupakan bagian terendah.
f. Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri
Etiologi
Multiparitas , prematuritas, kehamilan ganda, hidramnion, hidrosefallus,
anensefalus, plasenta previa, panggul sempit, kelainan uterus dan kelainan
bentuk uterus, implantasi plasenta di kornu fundus uteri
Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi
dibanding dengan letak kepala

g. Distosia presentasi ganda


Presentasi ganda ialah keadaan di mana di samping kepala janin di dalam
rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di mana di
samping bokong janin di jumpai tangan. Presentasi ganda jarang ditemukan
yang paling sering diantaranya ialah adanya tangan atau lengan di samping
kepala. Apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli, maka
penanganan bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks.
Bila janin baik dan pembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan seksio
sesarea. Dalam keadaan janin sudah meninggal, diusahakan untuk persalinan
spontan, sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya
dilakukan atas indikasi ibu.
h. Distosia bahu

3.Kehamilan karena kelainan bentuk


a. Pertumbuhan janin berlebih
Berat neonatus pada umumnya < 4000 gram dan jarang melebihi 5000
gram. Yang dinamakan bayi besar ialah berat janin > 4000 gram. Pada
panggul normal, janin dengan BB 4000-5000 gram pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Pada janin besar faktor
keturunan memegang peranan penting, selain itu kehamilan dengan Dm,
grande multipara, pola makan ibu hamil dan bertambah besarnya janin
masihdiragukan
Diagnosis
Untuk menentukan besarnya janin secara klinis kadang sulit, namun adanya
janin besar terdeteksi setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada
panggul normal dan his yang kuat, dan perlu pemeriksaan untuk menentukan
apakah terdapat disproporsi sefalopelvik
Prognosis
Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram
pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat
terjadi akibat kepala yang besar, karena bahu yang lebar sehingga sulit
melewati PAP. Jika kepala janin telah dilahirkan dan bagian-bagian lain
belum lahir akibat besarnya bahu dapat mengakibatkan asfiksia.

b. Hidrosefalus
Hidrosefalus ialah keadaan terjadinya penimbunan cairan serebrospinal
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel antara
500 sampai 1500 ml, akan tetapi kadang-kadang mencapai 5 liter.
Hidrosefalus sering disertai dengan spina bifida. Hidrosefalus akan selalu
menyebabkan disproporsi sefalopelvik
Prognosis
Apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahaya rupture uteri akan
mengancam penderita. Rupture uteri hidrosefalus dapat terjadi sebelum
pembukaan serviks menjadi lengkap, karena tengkorak yang besar ikut
meregangkan segmen bawah uterus

c. Prolaps funikuli
Prolaps funikuli ialah keadaan di mana tali pusat berada di samping atau
melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Etiologi
Keadaan-keadaan yang menyebabkan prolaps funikuli seperti gangguan
adaptasi bagian bawah janin, sehingga PAP tidak tertutup oleh bagian bawah
janin. Janin dengan letak lintang, letak sungsang terutama presentais bokong
kaki, dan disproporsi sefalopelvik.
4. Distosia karena kelainan pelvis.
a. Kelainan bentuk panggul
Jenis-jenis panggul mempunyai ciri penting yaitu :
1. Panggul ginekoid dengan PAP yang bundar
2. Panggul antropoid dengan arkus pubis menyempit
3. Panggul android dengan PAP berbentuk segitiga
4. Panggul platilloid dengan diameter yang lebih pendek dengan arkus pubis
yang luas

Distosia pelvis dapat menyertai terjadinya kontraktur diameter pelvis yang


mengurangi kapasitas tulang pelvis, termasuk pintu atas panggu (pelvicinlet),
panggul tengah (mid pelvic), pintu bawah panggul (pelvic outlet) atau setiap
kombinasi tulang tulang tersebut.kontraktur pelvis dapat disebab kan kelainan
kongenital, malnutrisi ibu, neoplasma dan ganguan spinal bagian bawah (lower
spinaldisorder) ukuran pelvis yang tidak matur merupakan faktor predis posisi
bagi para ibu remaja untuk mengalami distosia pelvis.deformitas pelvis dapat
terjadi akibat kecelakaan mobil dan kecelakaan lain.
Kontraktur pintu atas panggul terjadi 1%-2% pada kelahiran aterm dan
diagnosis ditegakan bila konyugata kurang dari 11,5cm.insiden presentasi muka
dan bahu terus meningkat.presentasi ini mencegah penancapan(engagement)dan
penurunan janin,sehingga neningkatkan resiko prolaps tali pusat.kontraktur pintu
atas panggul berkaitann dengan penyakit riketsia maternal dan panggul datar atau
panggul sempit.kontraksi uterus yang lemah dapat ditemukan selama kal satu
persalinan.
Kontraktur midplane, penyebab umum terjadinya distosia pelvis, diterpkan
sebagai diagnosis bila jumlah spina interiskiumdan diameter sagital posterior
panggul tengah kurang atau sama dengan 13,5cm. Penurunan janin tertahan/posisi
lintang tetap (trans verse arrest) karena kepal tidak dapat melakukan putaran paksi
dalam (rotasi internal).
Kontraktur pintu bawah panggul terjadi bila interiskium 8 cm atau kurang.ini
jarang terjadi bila arkus pubissempit, panjang dan pelvis berbentuk
android.penurunan janin tertahan. Komplikasi maternal meliputi laserasi perineum
yang luas selama kelahiran pervagina karena kepala janin terdorong ke arah
posterior.
b. Distosis jaringan lunak
Ditosia jaringan lunak terjadi akibat obstruksi jalan lahir oleh kelainan anatomi,
selain kelainan pada tulang pelvis. Obstruksi .bisa terjadi karena plasenta previa
(plasenta letak rendah) yang sebagian atau seluruhnya menutup ostium internal
pada serviks.penyebab lain seperti lelomioma (fibroid uterus) di segmen bawah
uterus, tumor ovrium, dan kandung kemih atau rektum penuh dapat mencegah
lanin masuk kewdalam pelvis.kadang kadang terjadi edema serviks selama
persalinan waktu serviks terjepit antara bagian terendah simfisis, sehingga
mencegah dilatasi lengkap. Lingkaran bandl,suatu cincin retraksi
patologis,berhubungan dengan ruptur selaput ketuban yang lama dan partus yang
lama (cunning ham,dkk,1993)

IV. Patofisiologis
Patofisiologi distosia adalah terjadinya perlambatan/arrest proses
persalinan, baik pada kala 1 maupun kala 2. Penyebabnya adalah
gangguan kontraksi, abnormalitas pada janin, atau adanya gangguan pada
jalan lahir.

Gangguan Kontraksi
Kontraksi yang dibutuhkan untuk dapat melakukan persalinan secara
normal adalah minimal 200 unit Montevideo. Ketika terdapat gangguan
kontraksi, maka proses persalinan akan terhambat. Kondisi yang dapat
menyebabkan gangguan kontraksi adalah penggunaan anestesi atau
analgesik karena dapat menurunkan kontraktilitas rahim dan usaha ibu
untuk mengejan, abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan kehamilan lebih
dari 42 minggu. Adanya jaringan parut, fibroid, atau hal lain yang
mengganggu hubungan antara segmen uterus juga dapat menyebabkan
kontraksi yang tidak adekuat.

Anim et al. melaporkan di Cochrane tahun 2018, hasil meta analisis


penelitian manajemen nyeri persalinan dengan epidural versus nonepidural
atau tanpa analgesia. Berdasarkan hasil ulasan ditemukan pada penelitian
yang membandingkan penggunaan antinyeri epidural versus nonepidural,
maka persalinan lebih lama dan lebih cenderung membutuhkan tambahan
terapi oxytocin pada kelompok epidural dibandingkan kelompok opioid.
Sedangkan pada penelitian yang membandingkan persalinan dengan
epidural versus persalinan tanpa analgesia, maka tidak didapatkan
perbedaan yang jelas pada lama persalinan, tambahan terapi oxytocin,
maupun angka kejadian sectio caesarea karena gawat janin atau distosia

Abnormalitas pada janin yang dapat menyebabkan perlambatan persalinan


seperti makrosomia, malposisi, dan malpresentasi. Kondisi makrosomia
dapat meningkatkan faktor risiko distosia bahu, yaitu ketika ada
ketidaksesuaian antara diameter panggul ibu dengan jarak antar bahu
janin.
Hasil penelitian pada persalinan ibu nulipara dengan posisi kepala janin
yang masih tinggi (floating) memiliki risiko kegagalan kemajuan
persalinan yang signifikan sehingga memerlukan prosedur sectio
caesarean. Yang paling banyak ditemukan adalah perpanjangan persalinan
kala 2 dan bayi yang dilahirkan memiliki bobot lebih besar dengan skor
Apgar rendah

Janin yang akan dilahirkan akan melewati bagian bawah rahim, rongga
panggul, dan vagina. Ketika ada obstruksi pada jalan lahir yang akan
dilewati janin, maka perlambatan persalinan dapat terjadi. Beberapa
kondisi yang dapat menghalangi jalan lahir adalah adanya cincin Bandl
(jaringan otot antara segmen uterus bagian atas dan bawah), abnormalitas
pada rahim, atau rongga pelvis non ginekoid (bentuk android, platipeloid,
atau antropoid).
Disproporsi kepala janin dengan rongga pelvis juga akan menyebabkan
distosia. Malonga et al. 2018, melaporkan hasil penelitian tiga ukuran
antropometri ibu untuk memprediksi terjadinya distosia mekanik. Dari 535
wanita nulipara, faktor prediktif untuk distosia mekanik adalah tinggi ibu
< 150 cm, diameter bi-ischiatic <8 cm, dan diameter pra-pubis Trillat <11
cm.
V. Penatalaksanaan
Penanganan Umum

1. Perawatan pendahuluan
o Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk
tanda vital dan tingkat dehidrasinya).
o Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam
persalinan; nilai frekuensi dan lamanya his.
o Suntikan cortone asetat: 100-200 mg IM.
o Penisilin prokain: 1 juta IU IM.
o Streptomisin: 1 gr IM.
o Infus cairan: larutan garam fisiologis; larutan glukose 5% pada
janin pertama: 1 liter/jam.
o Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali harus segera bertindak.
2. Pertolongan

Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi


forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin
meninggal, SC, dll

Penanganan Khusus
a. Fase laten memanjang

1. Jika his berhenti, pasien disebut belum inpartu atau persalinan


palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah
lebih dari 4 cm, masuk dalam fase laten.
2. Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda
kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks:

o Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks


dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.
o Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin (lakukan penilaian setiap 4 jam; jika pasien tidak
masuk fase aktif setelah pemberian oksitosin selama 8 jam,
lakukan SC).
o Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,
cairan vagina berbau), maka lakukan akselerasi persalinan
dengan oksitosin; berikan antibiotik kombinasi sampai persalinan.
o Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin (lakukan penilaian setiap 4 jam; jika pasien tidak
masuk fase aktif setelah pemberian oksitosin selama 8 jam,
lakukan SC).
o Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,
cairan vagina berbau), maka lakukan akselerasi persalinan
dengan oksitosin; berikan antibiotik kombinasi sampai persalinan.

b. Fase aktif memanjang

1. Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau


obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.
2. Nilai his
a) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit
dan lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan
adanya inertia uteriJika his adekuat (3 kali dalam 10
menit dan lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangkan
adanya disproporsi, obstruksi, malposisi atau
malpresentasi.
b) Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki
his dan mempercepat kemajuan persalinan.

c. Kala II lama

1. Memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran


spontan.
2. Jika tidak ada malposisi/malpresentasi berikan
drip oksitosin.
3. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:

o Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum.
o Jika kepala antara 1/5 – 3/5 di atas simfisis pubis lakukan ekstraksi
vakum.
o Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakuka

VI. Komplikasi
Persalinan dengan distosia dapat menyebakan timbulnya komplikasi, baik
pada ibu maupun perinatal. Komplikasi yang ditimbulkan adalah sebagai
berikut (Prawirohardjo Sarwono, 2010) :
1) Komplikasi bagi ibu
a) Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya terutama
bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus
amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh karion sehingga terjadi
bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin akibat
aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.

b) Ruptur Uteri
Apabila disproporsi diantara kepala janin dan panggul sedemikian besar
sehingga kepala tidak cakap dan tidak adanya penurunan, segmen bawah
uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.
Pada kasus ini mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat
diraba sehingga sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simfisis dan umbilikus.
c) Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terletak dantaranya dan dinding panggul dappat mengalami tekanan yang
berlebihan, karena gangguan sirkulasi dapat terjadi nekrosis yang akan
jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula
vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal.
d) Cedera dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fasia penghubungnya
merupakan konsekuensi yang tidak terelakan pada persalinan pervaginam,
terutama persalinannya sulit. Saat pelahiran bayi dasar panggul mendapat
tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya
mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul
sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomis di otot, saraf, dan
jaringan ikat. Terdapat semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada
otot dasar panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia
urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
2) Komplikasi bagi bayi
Komplikasi yang mungkin ditimbukan karena partus macet bagi janin
adalah sebagai berikut :
a) Kaput suksadaneum
Apabila panggul sempit sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang
serius. Biasanya kaput suksadaneum bahkan yang besar sekalipun akan
menghilang dalam beberapa hari.
b) Moulase kepala janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tuan tengkorak saling


bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang
disebut moulase. Biasanya batas median tulang perietal yang berkontak
dengan promontorium sakrum bertumpang tindih dengan tulang
disebelahnya, hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal, namun
tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan
ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata, namun apabila
distosia yang terjadi mencolok, moulase dapat menyebabkan robekan
tentorium, laserasi pembuluh darah janin dan perdarahan intrakranial pada
janin.

VII. WOC
VIII. Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetrics and Gynecology Committee on Practice
Bulletins-Obstetrics. ACOG Practice Bulletin Number 49, December 2003:
Dystocia and augmentation of labor. Obstet Gynecol. 2003 Dec;102(6):1445-54

Anim-Somuah M, Smyth RM, Cyna AM, Cuthbert A. Epidural versus non-


epidural or no analgesia for pain management in labour. Cochrane Database Syst
Rev.2018;5(5):CD000331

Caughey AB, Cahill AG, Guise JM, Rouse DJ. Safe prevention of the primary
cesarean delivery. Am J Obstet Gynecol. 2014 Mar 1;210(3):179-93.

Debby A, Rotmensch S, Girtler O, Sadan O, Golan A, Glezerman M. Clinical


significance of the floating head in nulliparous women in labour. J Reprod Med.
2003;48(1):37-40

Malonga, FK, Mukuku, O., et al. Anthropometric and pelvic external study in
nulliparas of Lubumbashi: risk factors and predictive score of mechanical
dystocia. Pan African Medical Journal, 31. 2018 doi: 10.11604 /
pamj.2018.31.69.16014

Mochtar, R.1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:


EGC. Hlm: 384-386.

Ness A, Goldberg J, Berghella V. Abnormalities of the first and second stages of


labor. Obstet Gynecol Clin North Am. 2005 Jun;32(2):201-20
Grobman WA, Bailit J, Lai Y, et al. Association of the Duration of Active
Pushing With Obstetric Outcomes. Obstet Gynecol. 2016;127(4):667–673
5

Sheiner E, Levy A, Katz M, Mazor M. Short stature –an independent risk factor
for cesarean delivery. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2005;120(2):175-8

Anda mungkin juga menyukai