Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI PADA ANAK

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Keperawatan Anak II

Yang Dibina Oleh :

Ns. Lilla Maria., M,Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Alifinka Oktaviona P.S (1814314201002)

Diba Berliana Indah (1814314201007)

Dewi Retnowati (1814314201045)

Istikama Subur (1814314201041)

Riko Umbu Maramba A (1814314201022)

Muhammad Tri Wahyudi Irianto (1614314201026)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat serta karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT
ATRESIA ANI” tanpa ada halangan apapun. Selama dalam proses penyusunan
makalah ini, kami mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami agar dapat menyelesaikan makalah ini,dan pihak-pihak tersebut
adalah :

1. Bapak dan ibu dosen Stikes Maharani Malang yang telah memberikan
berbagai ilmu dan keterampilan kepada kami sebagai bekal masa depan.
2. Orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung.
3. Teman-teman Stikes Maharani Malang yang senantiasa mendukung dalam
penyusunan makalah.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Anak
II dan selain itu makalah ini disusun untuk meningkatkan kreativitas dan
keterampilan mahasiswa terutama dalam bidang kebahasan sehingga diharapkan
mampu memberikan motivasi bagi mahasiswa. Kami menyadari bahwa tidak ada
hal yang sempurna di dunia ini. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna memperbaiki makalah ini.

Malang, 26 September 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

1.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Definisi...........................................................................................................3

2.2 Etiologi...........................................................................................................3

2.3 Faktor Resiko.................................................................................................4

2.4 Klasifikasi.......................................................................................................4

2.5 Patofisiologi....................................................................................................5

2.6 Gejala Klinik..................................................................................................5

2.7 Komplikasi.....................................................................................................6

2.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................6

2.9 Penatalaksanaan..............................................................................................6

BAB III....................................................................................................................8

ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................8

3.1 Pengkajian......................................................................................................8

3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................10

ii
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................11

BAB IV..................................................................................................................23

PENUTUP..............................................................................................................23

4.1 Kesimpulan...................................................................................................23

4.2 Saran.............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal
anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001).
Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia
ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni
down syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya
fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks vesikoureter,
hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk,
1990).

Insiden penyakit atresia ani adalah 1 dalam 5000 kelahiran hidup, dengan
jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka
diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit atresia ani.
Kartono mencatat 20-40 pasien penyakit atresia ani yang dirujuk setiap tahunnya
ke RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta dengan rasio laki-laki: perempuan
adalah 4:1. Insidensi ini dipengaruhi oleh group etnik, untuk Afrika dan Amerika
adalah 2,1 dalam 10.000 kelahiran, Caucassian 1,5 dalam 10.000 kelahiran dan
Asia 2,8 dalam 10.000 kelahiran (Holschneider dan Ure, 2005; Kartono,1993).
Menurut catatan Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki.
Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada
penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga).

Atresia ani dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremia, infeksi saluran


kemih yang bisa berkepanjangan, kerusakan uretra (akibat prosedur bedah),
komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi
jaringan perut dianastomosis), masalah atau k elambatan yang berhubungan
dengan toilet training, inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi), prolaps
mukosa anorektal dan fistula (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi atresia ani ?

1
2. Apa etiologi atresia ani ?
3. Apa yang menjadi faktor resiko dari atresia ani ?
4. Bagaimana klasifikasi atresia ani?
5. Bagaimana patofisiologi atresia ani ?
6. Bagaimana gejala klinik atresia ani ?
7. Bagaimana komplikasi atresia ani ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada atresia ani?
9. Bagaimana penatalaksanaan atresia ani?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi atresia ani
2. Mengetahui etiologi atresia ani
3. Mengetahui yang menjadi faktor resiko dari atresia ani
4. Mengetahui klasifikasi atresia ani
5. Mengetahui patofisiologi atresia ani
6. Mengetahui gejala klinik atresia ani
7. Mengetahui komplikasi atresia ani
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada atresia ani
9. Mengetahui penatalaksanaan atresia ani

1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat memberikan pengetahuan baru kepada mahasiswa
atau pembaca tentang “Asuhan Keperawatan Atresia Ani Pada Anak”. Makalah
ini juga bermanfaat sebagai informasi kepada pembaca tentang asuhan
keperawatan anak dengan penyakit atresia ani.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Atresia Ani/Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara
congenital (Dorland, 1998). Atrisia ani adalah suatu keadaan dimana lubang anus
tidak berlubang atau tidak berbentuk. Suatu perineum tanpa apertura anal
diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata
dalam 4 golongan, yaitu :

1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus


2. Membran anus menetap
3. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-
macam jarak dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi wanita yang
sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan
jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat
terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang
rektoperineal.

2.2 Etiologi
Penyebab atrisia ani, adalah sebagai berikut :

1. Terjadi akibat ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.


2. Secara embriologis, bindgut dari aparatus genitourinari yang terletak
didepannya atau mekanisme pemisahaan struktur melakukan penetrasi
sampai perinium
3. Pada atresia letak tinggi atau supralevator, septum anorektal turun secara
tidak sempurna atau berhenti pada suatu tempat di jalan penurunannya
4. Anus imperforata dapat terjadi dalam beberapa bentuk.
5. Kondisi stenosis anus atau hilangnya anus daat terjadi
6. Ketidaknormalan perkembangan janin selama kehamilan

3
2.3 Faktor Resiko
Atresia ani biasanya merupakan kelainan bawaan dimana sewaktu dalam
kandungan rahim ibu perkembangan organ reproduksi yaitu perkembangan tinja
tidak sempurna. Pada bayi wanita mekoneum akan keluar dari vagina, sedangkan
pada bayi laki-laki akan keluar melalui penis atau uretra

2.4 Klasifikasi
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak :
1. Tinggi (supralevator) : Rektum berakhir di atas M. levator ani (M.
puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu
rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran
kencing atau saluran genital.
2. Intermediate : Rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
3. Rendah : Rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga
jarak antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1
cm.

4
2.5 Patofisiologi

Kelainan

Gg pertumbuhan fusi dan pembentukan


anus serta tonjolan embrionik

ATRESIA ANI

Feses tidak keluar vistelrekto vaginal

Feses menumpuk feses masuk lewat uretra

Peningkatan tekanan intra abdomen mikro organisme msk ke saluran kemih

ISK Gangguan
eliminasi urin
pre oprasi Oprasi anoplasi post oprasi mual muntah
Colostomy
Kurang informasi perubahan defekasi Ketidak seimbangan
Perubahan defekasi nutrisi
Defekasi tidak
Defisit
pengeluaran tidak terkontrol
pengetahuan
Tidak terkontrol

Inkontinsensia
Intansi mukosa
defekasi

Resti
kerusakan
integritas
Trauma jaringan

Perawatan tidak ekudet


nyeri

Resiko infeksi

2.6 Gejala Klinik


Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi
usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
1. Tidak adanya apertura anal
2. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
3. Muntah dengan abdomen yang kembung
4. Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis

5
Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir
harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan
sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking
yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari
tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih
tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa
perut kembung, muntah berwarna hijau.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada atresia ani, antara lain :
1. Asidosis hiperkioremia
2. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
3. Kerusakan uretra (akibat prosedure bedah )
4. Komplikasi jangka panjang
 Eversi mukosa anal
 Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilettrening
6. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impalsi )
7. Prolaps mukosa anorektal
8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi )
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus
2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya
suatu sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan
rektourinarius dan kelainan urinarius
3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
mekonium
2.9 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit
prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa
hari setelah lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen

6
(prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12
bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk
memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot
untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan
ringan di atas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai
lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa
hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut
dilubangi dengan hemostr atau skapel
2. Pengobatan
1. Aksisi membran anal (membuat anus buatan) 
2. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3
bulan dilakukankorksi sekaligus (pembuat anus permanen)

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
b. Identitas Penanggung Jawab
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar,
meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu:
Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/penyakit menurun
sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan:
Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang
dirasakan dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena
masih bayi
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium

8
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan
baik pada orang lain
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang
lain secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon
terhadap adanya suatu masalah
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien lemah
b. Tanda-tanda vital
 Nadi : 120 – 140 kali per menit
 Tekanan darah : normal
 Suhu : 36,5ºC – 37,6ºC
 Pernafasan : 30 – 40 kali per menit
 BB : > 2500 gram
 PB : normal
c. Data sistematik
1) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah normal

9
Denyut nadi normal (120 – 140 kali per menit )
2) Sistem respirasi dan pernafasan
Klien tidak mengalami gangguan pernapasan
3) Sistem gastrointestinal
Klien mengalami muntah-muntah, perut kembung dan membuncit
4) Sistem musculosceletal
Klien tidak mengalami gangguan sistem muskuloskeletal
5) Sistem integumen
Klien tidak mengalami gangguan sistem integumen
6) Sistem perkemihan
Terdapat mekonium di dalam urin.

DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
 Ibu klien mengatakan anaknya  Perut klien kembung
muntah-muntah pada umur 24-  Tidak terdapat lubang
48 jam kelahiran anus/salah letak pada klien
 Ibu klien mengatakan anaknya  Terdapat feses yang keluar
tidak mengeluarkan mekonium bersama urin
melalui lubang anus

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Konstipasi b/d penumpukan feses

2. Ketidakseimbangan nutrisi b/d mual muntah

3. Gangguan eliminasi urine b/d vistula rectal-uretra

4. Nyeri b/d trauma jaringan post operasi

5. Inkontinensia defekasi b/d perubahan pola defekasi

6. Resiko Infeksi b/d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan

7. Kerusakan integritas jaringan b/d trauma jaringan post operasi

10
8. Defisit pengetahuan b/d kurang informasi mengenai prosedur pembedahan

3.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
(Kriteria Hasil) (Intervensi)

1 Konstipasi b.d Eliminasi Usus Manajemen Saluran


penumpukan feses Cerna
Kode: 0501
Kode: 0430
Definisi:
Definisi:
Pembentukan dan pengeluaran feses
Pembentukan dan
Skala Terget Outcome:
pemeliharaan pola yang
Dipertahankan pada 2, ditingkatkan ke 4 teratur dalam hal eliminasi
saluran cerna
1= Sangat Terganggu
Aktivitas-aktivitas:
5= Tidak terganggu
 Monitor buang air
Indikator: 1 2 3 4 5
besar termasuk
05010 Pola eliminasi
frekuensi, konsistensi,
1
bentuk, volume dan
05010 Kontrol gerakan warna dengan cara
2 usus yang tepat
05010 Warna feses  Monitor bising usus
3  Monitor adanya tanda
05011 Tekanan sfinger gejala diare, konstipasi
8 dan impasi

05011 Otot untuk  Catat masalah BAB


9 mengeluarkan yang sudah ada
feses sebelumnya

05011 Konstipasi
0 Manajemen Konstipasi/

11
Impaksi

Kontinensi Usus Kode: 0450

Kode: 0500 Definisi:

Definisi: Pencegahan dan


menghilangkan
Mengontrol pengeluaran fesses dari usus
konstipasi/ impaksi
Skala Terget Outcome:
Aktivitas-aktivitas:
Dipertahankan pada 4, ditingkatkan ke 2
 Monitor tanda dan
1= Tidak pernah menunjukkan gejala konstipasi
 Monitor (hasil
5= Secara konsisten menunjukkan
produksi) pergerakan
Indikator: 1 2 3 4 5 usus (feses), meliputi
05000 Mengeluarkan frekuensi, konsistensi,
3 feses minimal 3x bentuk, volume dan
per hari warna dengan cara

05000 Persarafan yang tepat

7 sfingter  Dukung peningkatan

fungsional asupan cairan, jika


tidak ada kontra
05001 Minum cairan
indikasi
3 secara adekuat
 Hilangkan impaksi
05001 Menggambarkan
feses secara manual,
5 hubungan asupan
jika diperlukan
makanan dengan
 Lakukan enema atau
konsistensi feses
irigasi, dengan tepat
05001 Memantau
8 jumlah dan
konsistensi feses

12
Fungsi Gastrointestinal

Kode: 1015

Definisi:

Kemampuan saluran pencernaan untuk


memasukkan dan mencerna makanan,
menyerap nutrisi dan membuang zat sisa

Skala Terget Outcome:

Dipertahankan pada 2, ditingkatkan ke 4

1= Sangat terganggu

5= Tidak terganggu

Indikator: 1 2 3 4 5

10152 Waktu
5 pengosongan
lambung

10150 Frekuensi BAB


3

10150 Konsistensi feses


5

10150 Bising usus


8

2 Ketidakseimbangan Status Nutrisi Bayi Manajemen Gangguan


nutrisi: kurang dari Makan
Kode: 1020
kebutuhan tubuh
Kode: 1030
b.d mual muntah Definisi:
Definisi:
Jumlah nutrisi dicerna dan diserap untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme serta Pencegahan dan
meningkatkan pertumbuhan bayi perawatan terhadap

13
Skala Terget Outcome: pembatasan diet ketat dan
olahraga yang berrlebihan
Dipertahankan pada 2, ditingkatkan ke 4
atau perilaku
1= Tidak adekuat memuntahkan makanan
dan cairan
5= Sepenuhnya adekuat
Aktivitas-aktivitas:
Indikator: 1 2 3 4 5

10200 Intake nutrisi  Monitor tanda-tanda


1 fisiologis (tanda-tanda
vital, elektrolit), jika
10200 Hidrasi
diperlukan
6
 Mmonitor intake/
10200 Pertumbuhan
asupan cairan secara
7
tepat
10200 Hemoglobin
 Observasi klien selama
9
dan setelah pemberian
10202 Intake cairan makanan untuk
2 intravena meyakinkan bahwa
intake makanan yang
cukup tercapai dan
Status Nutrisi: Asupan Makanan & Cairan
dipertahankan
Kode: 1008  Rundingkan dengan
tim kesehatan lainnya
Definisi:
setiap hari tentang
Jumlah makanan dan cairan yang masuk ke perembangan klien
dalam tubuh lebih dari suatu periode 24 jam

Skala Terget Outcome: Manajemen Nutrisi

Dipertahankan pada 2, ditingkatkan ke 4 Kode: 1100

1= Tidak adekuat Definisi:

5= Sepenuhnya adekuat Menyediakan dan

14
Indikator: 1 2 3 4 5 meningkatkan intake

100801 Asupan nutrisi yang seimbang

makanan secara Aktivitas-aktivitas:


oral
 Tentukan status gizi
100802 Asupan makan
pasien dan kemampuan
secara tube
pasien untuk
feeding
memenuhi kebutuhan
010080 Asupan cairan
gizi
3 secara oral
 Instruksikan mengenai
100804 Asupan cairan
kebutuhan nutrisi
intravena
 Ciptakan lingkungan
100805 Asupan nutrisi yang optimal pada saat
parenteral mengkonsumsi makan
(misalnya, bersih,
berventilasi, santai dan
Eliminasi Usus
bebas dari bau yang
Kode: 0501 menyengat)

Definisi:

Pembentukan dan pengeluaran feses

Skala Terget Outcome:

Dipertahankan pada 2, ditingkatkan ke 4

1= Sangat Terganggu

5= Tidak terganggu

Indikator: 1 2 3 4 5

05010 Pola eliminasi


1

05010 Kontrol gerakan

15
2 usus

05010 Warna feses


3

05011 Tekanan sfinger


8

05011 Otot untuk


9 mengeluarkan
feses

05011 Konstipasi
0

3 Gangguan Eliminasi Urine Bantuan Perawatan Diri


eliminasi urine b.d
Kode: 0503 Kode: 1800
vistula rectal-uretra
Definisi: Definisi:

Pengumpulan dan pembuangan urine Membantu orang lain


untuk melakukan aktivitas
Skala Terget Outcome:
hidup sehari-hari
Dipertahankan pada 2, ditingkatkan ke 4
Aktivitas-aktivitas:
1= Sangat Terganggu
 Monitor kebutuhan
5= Tidak terganggu pasien terkait eliminasi
 Berikan lingkungan
Indikator: 1 2 3 4 5
yang terapeutik
05030 Pola eliminasi
 Ciptakan rutinitas
1
aktivitas perawatan diri
05030 Intake cairan
Monitor Cairan
7
Kode: 4130
05031 Mengosongkan
3 kantung kemih Definisi:
sepenuhnya
Pengumpulan dan analisis

16
05030 Nyeri saat data pasien dalam
9 kencing pengaturan keseimbangan

05031 Inkontinensia cairan

2 urine Aktivitas-aktivitas:
05033 Inkontinensia
 Tentukan jumlah dan
6 fungsional
jenis intake/asupan
cairan serta kebiasaan
Keparahan Gejala eliminasi
 Tentukan faktor-faktor
Kode: 2103
resiko yang mungkin
Definisi: menyebabkan
ketidakseimbangan
Keparahan respon fisik, emosi dan sosial yang
cairan (misalnya,
tidak diharapkan
kehilangan albumin,
Skala Terget Outcome: luka bakar, malnutrisi,
sepsis, sindrom
Dipertahankan pada 2, ditingkatkan ke 4
nefrotik, hipertermia,
1= Berat terapi diuretik,
diaforesis, pasca
5= Tidak ada
operasi, poliuria dan
Indikator: 1 2 3 4 5 muntah)
21030 Intensitas gejala  Periksa turgor kulit
1  Catat dengan akurat
21030 Terkait asupan dan
4 ketidaknyamanan pengeluaran

21030 Gangguan  Cek grafik asupan dan

8 mobilitas fisik pengeluaran secara


berkala untuk
21031 Kekurangan tidur
memastikan pemberian
6
layanan yang baik
21031 Kehilangan nafsu

17
4 makan Kateterisasi Urine

Kode: 0580

Kontinensia Urin Definisi:

Kode: 0502 Insersi kateter ke dalam

Definisi: kandung kemih untuk


drainase urine sementara
Mengendalikan eliminasi urin dari kandung
atau permanen
kemih
Aktivitas-aktivitas:
Skala Terget Outcome:
 Pasang alat dengan
Dipertahankan pada 4, ditingkatkan ke 2
tepat
1= Tidak pernah menunjukkan  Pertahankan teknik
aseptik yang ketat
5= Secara konsisten menunjukkan
 Pertahankan
Indikator: 1 2 3 4 5 kebersihan tangan

05021 Mengkonsumsi yang baik sebelum,

5 cairan dalam selama dan setelah

jumlah yang insersi atau saat

cukup memanipulasi kateter


 Gunakan ukuran
05020 Mengosongkan
kateter terkecil yang
9 kantung kemih
sesuai
sepenuhnya
 Monitor intake dan
05020 Respon berkemih
output
3 sudah tepat
 Lakukan pengosongan
waktu
kantung kateter jika
diperlukan

4 Inkontinensia Kontinensi Usus (0500) Perawatan

18
. defekasi b. d Definisi: Inkontinensia Saluran
perubahan Mengontrol pengeluaran feses dari usus Cerna (0410)
pola defekasi Skala Target Outcome: Definis:
Dipertahankan pada 4 Ditingkatkan ke 1 Peningkatan penahan
1= tidak pernah menunjukkan buang air besar dan
5= secara konsisten menunjukkan pemeliharaan integritas
Indikator 1 2 3 4 5 kulit perineum
05000 Mengenali keinginan
8 untuk defekasi Aktivitas-aktivitas:
05000 Mengeluarkan feses paling
 Bersihkan area
3 tidak 3 kali per hari
05000 Tekanan sfingter memadai perineum dengan
6 untuk mengontrol BAB sabun dan air dan
05001 Memantau jumlah dan keringkan
8 konsistensi feses sepenuhnya setiap
selesai BAB
 Lindungi kulit dari
kelembaban yang
berlebihan dari
adanya urin, tinja
atau keringat
dengan
menggunakan krim
pengurang
kelembaban
 Gunakan bedak dan
krim diarea
perineum dengan
hati-hati
 Pertahankan tempat
tidur dan pakaian
dalam keadaan
bersih

19
5 Nyeri akut Tingkat nyeri (2102) Manajemen Nyeri
. b.d trauma Definisi: (1400)
jaringan post Keparahan dari nyeri yang diamati atau dilaporkan Definisi:
operasi Skala Target Outcome: Pengurangan atau
Dipertahankan pada 2 Ditingkatkan ke 5 reduksi nyeri sampai
1= Berat / deviasi berat dari kisaran normal pada tingkat
5= Tidak ada / tidak ada deviasi dari kisaran normal kenyamanan yang dapat
Indikator 1 2 3 4 5 diterima oleh pasien
21021 Mengerang dan menangis
7 Aktivitas-aktivitas:
21020 Tidak bisa beristirahat
 Lakukan
6
21022 Mengeluarkan keringat pengkajian nyeri
5 secara
21021 Frekuensi nafas komprehensif
0
 Kendalikan faktor
21021 Denyut jantung apikal
lingkungan yang
1
21022 Denyud nadi radial dapat
0 mempengaruhi
21021 Tekanan darah respon pasien
2 terhadap
ketidaknyamanan
misanya suhu,
pencahayaan, dan
suara bising
 Pilih dan
implementasikan
tindakan yang
beragam misalnya
farmakologi,
nonfarmakologi
untuk memfasilitasi
penurunan nyeri

20
 Gunakan tindakan
pengontrol nyeri
sebelum nyeri
bertambah berat
 Beri tahu dokter
jika tindakan belum
berhasil.
6 Resiko Keparahan infeksi (0703) Perlindungan Infeksi
. infeksi b.d Definisi: (6550)
perawatan Keparahan tanda dan gejala infeksi Definisi:
tidak Skala Target Outcome : Pencegahan dan deteksi
adekuat, Dipertahankan pada 2, Ditingkatkan ke 4 dini infeksi pada pasien
trauma 1= Berat berisiko
jaringan 5= Tidak ada
Indikator 1 2 3 4 5 Aktivitas-aktivitas:
07030 Kemerahan
 Batasi jumlah
1
pengunjung
07030 Cairan luka yang berbau
 Pertahankan teknik-
3 busuk
07030 Demam teknik isolasi yang
7 sesuai
07033 Ketidakstabilan suhu
 Berikan perawatan
0
kulit yang tepat
07033 Nyeri
untuk area luka
3
 Periksa kulit dan
selaput lendir untuk
adanya kemerahan,
kehangatan
ektstrim atau
drainase
 Periksa kondisi
setiap sayatan atau
luka

21
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Atresia ani merupakan suatu penyakit dimana tidak ada lubang anus pada
tempat yang seharusnya. Penyakit ini biasanya terjadi pada bayi baru lahir. Atresia

22
ani ini dapat disebabkan oleh kelainan genetik dan lingkungan. Bentuk mencegah
terjadinya atresia ani ini dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan kepada
keluarga khususnya ibu hamil mengenai informasi kesehatan ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan promosi kesehatan
mengenai sanitasi lingkungan dan menjauhkan ibu hamil dari bahan beracun
seperti asap rokok, nikotin dan zat yang berbahaya lainnya. Bentuk
penanganannya dapat dilakukan dengan kolostomi yaitu pembuatan lubang pada
abdomen yang fungsinya sebagai pengganti anus.

4.2 Saran
Bentuk mencegah penyakit atresia ani ini sebaiknya keluarga dengan ibu
hamil memperbaiki pola nutrisi saat kehamilan, serta menjaga kebersihan
lingkungan sekitar dan bagi perawat sebaiknya dapat memberikan asuhan
keperawatan secara profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Tando Naomy Marie.2016. ASUHAN KEBIDANAN Neonatus Bayi Dan Anak.


Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

23
Yongki, Mohamad Judha, Rodiyah, dan Sudarti. 2012. Asuhan Pertumbuhan
Kehamilan, Persalinan, Bayi, Neonatus, dan Balita. Yogyakarta.
Nuha Medika.
Herdman, T Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2018. NANDA International
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta:
EGC
Maryanti, Dwi & Kusumawati, Dhiah Dwi. 2015. Faktor-Faktor Resiko
Terjadinya Kelainan Kongenital. Cilacap: Prodi DIII Kebidanan
STIKES Al- Irsyah Al-Islamiyah
Adiyanto, Bowo & Sari, Djayanti, dkk. 2017. Manajemen Anestesi pada
Neonatus Umur 3 hari dengan Atresia Ani tanpa Fistel dan Atresia
Esofagus Tipe C Pro Gastrotomi Dekompresi, Jejunostomi Feeding
dan Stoma. Yogyakarta: FK UGM
Muslim, Kroirul & Marnis, Musni, dkk. 2016. Beberapa Kejadian Cacat Bawaan
Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit M. Yunus Bengkulu dalam Satu
Dekade Terakhir. Makasar: Jurusan Biologi, Fakultas sains dan
Teknologi UIN Alauddin Makasar
https://www.academia.edu/8685826/ASKEP_PADA_PASIEN_ATRESIA_ANI
Diakses pada 26 september 2020

24

Anda mungkin juga menyukai