Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGENDALIAN INFEKSI DAN PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN

DISUSUN OLEH:
ANUGRAH FITRI WULANDARI A12020026
ARIF PANDU JULIANSYAH A12020027
ARWANDANU FADILAH A12020028
ATHIKKAH SITI AMAIROH A12020030
BANGKIT PRAYOGO HIDAYATULLAH A12020031
CHANTIKA SHINTA RAHMA A12020032
DEA SAFRIDHA A12020033
DEWI ARIMBI HANGGONO RARAS A12020034
DILLA NUR AZIZAH A12020035
DWI FEBRIANTO A12020036
DWI SELFI AJI OKTAFIANI A12020037
DZIKRINA FARIKHATUSSOLIKHAH A12020038

KELOMPOK 3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG


2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “PENGENDALIAN INFEKSI DAN
PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan. Kami berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagipembaca.
Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak sekali hambatan yang telah penulis
rasakan. Oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Selain itu, kami juga sadar bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan serta jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................................................... 5
C. Manfaat .................................................................................................................. 5
BAB II KONSEP TEORI
A. Pengertian Infeksi .................................................................................................. 6
B. Pengertian Pengendalian Infeksi ............................................................................ 6
C. Tujuan Pengendalian Infeksi .................................................................................. 6
D. Strategi Pengendalian Infeksi .............................................................................. 6-9
E. Pengertian Alat Kesehatan ..................................................................................... 9
F. Pengertian Pengelolaan Alat Kesehatan .................................................................. 9
G. Prosedur Pengelolaan Alat Kesehatan ................................................................ 9-10
BAB III SEKENARIO KASUS ..................................................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................... 12
KESIMPULAN ............................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencegahan dan Pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) yang ektif menggambarkan
mutu pelayanan rumah sakit yang baik. Mengingat pentingnya program Pencegahan dan
Pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) tersebut maka pada tahun 1976 Join Commission on
Acreditation of Health Care Organization (JCAHO) memasukkan kegiatan pengawasan,
pelaporan, evaluasi perawatan, organisasi yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian
HAIs menjadi syarat untuk akreditasi rumah sakit yang merupakan ukuran kualitas dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya (WHO, 2004).Penyakit infeksi masih
merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis
infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh
dunia (WHO, 2005). Dalam pengendalian infeksi nosokomial rumah sakit membuat suatu program
pengendalian infeksi di rumah sakit dengan diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI),
yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta
monitoring dan evaluasi (Kemenkes, 2008).
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan, baik di rumah sakit maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Sebagaimana yang
tertuang dalam UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 98 mengatakan bahwa peralatan
kesehatan yang tersedia harus aman, bermanfaat, bermutu dan terjangkau. UU No 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit Pasal 7 mengatakan bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan
peralatan.Guna mencapai kondisi maupun fungsi peralatan kesehatan yang baik serta dapat
mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya pengelolaan peralatan kesehatan yang terpadu.
Pengelolaan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, diawali sejak perencanaan yang
didahului dengan penilaian teknologi dan evaluasi peralatan kesehatan yang ada, pengadaan,
penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan. Termasuk di dalamnya ada proses
inventarisasi, dekontaminasi, surveillance, dan recall.

4
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami bagaimana Pengendalian Infeksi dan Pengelolaan Alat
Kesehatan.
b. TujuanKhusus
1. Memahami apa yang dimaksud dengan Pengendalian Infeksi.
2. Mengetahui tujuan Pengendalian Infeksi.
3. Memahami bagaimana strategi Pengendalian Infeksi.
4. Mengetahui bagaimana Proses Pengelolaan Alat Kesehatan.

C. Manfaat
Manfaat makalah ini adalah untuk membagikan informasi dan wawasan kepada pembaca
mengenai Pengendalian Infeksi dan Pengelolaan Alat Kesehatan serta untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah K3.

5
BAB II
KONSEP TEORI

A. Pengertian Infeksi
Infeksi merupakansuatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/tanpa disertai gejala klinik. Menurut (Potter & perry : 2005) infeksi merupakan invasi
tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yangmampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut
asimptomatik apa bila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel
atau jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada
jaringan normal. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections)yang
selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,juga
infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Pengertian Pengendalian Infeksi


Pengendalian infeksi adalah mengendalikan penyebaran agen penyebab penyakit dengan
melakukan prosedur tertentu. Pengendalian infeksi adalahseperangkat kebijakan dan prosedur yang
digunakan untuk meminimalkan resiko penyebaran infeksi, terutama di luar kesehatan, melainkan
juga harus menjadi bagian penting dari kehidupan pribadi kita, terutama di rumah kita (Miller
danPalenik, 2003).

C. Tujuan Pengendalian Infeksi


Program pengendalian infeksi bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan,
pengunjung dan lain-lain di dalam lingkungan rumah sakit serta penghematan biaya dan
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Dan yang paling
penting adalah menurunkan angka kejadian infeksi nokosomial (Scheckler et al. 1998).

D. Strategi Pengendalian Infeksi

6
Menurut Depkes RI (2008) pengendalian infeksi terdiri dari :
1. Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat dengan pemberian
imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin).
Promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi yangadekuat akan meningkatkan daya tahan
tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebabinfeksi. Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode fisik
maupunkimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi)
danmemasak makanan seperlunya.Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
3. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada ketaatan petugas
dalammelaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telahdisusun
dalam suatu Isolation Precautions (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri daridua pilar/tingkatan
yaitu Standard Precaution (Kewaspadaan Standar) danTransmission-based Precautions
(Kewaspadaan Berdasarkan Cara Penularan).
4. Tindakan pencegahan paska pajanan (Post Exposure Prophylaxis/PEP) terhadap petugas
kesehatan. Hal ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen infeksiyang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karenaluka tusuk jarum bekas pakai atau
pajanan lainnya.
5. Kebersihan tangan, Menurut WHO (2004) kebersihan tangan yang tepat dapat
meminimalkanmikro-organisme yang diperoleh dari tangan selama tugas sehari-hari danketika
ada kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan peralatanyang terkontaminasi
dikenal dan tidak dikenal. Ada enam langkah dalam kebersihan tangan sebagai berikut :
1) Gosokkan kedua telapak tangan;
2) Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan, lakukansebaliknya;
3) Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan salingmenyilang;
4) Gosok ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan kanan,lakukan sebaliknya;
5) Gosok ibu jari tangan kiri dengan telapak tangan kanansecara memutar, lakukan sebaliknya;
6) Gosokkan semua ujung jari tangankanan di atas telapak tangan kiri, lakukan sebaliknya.
6. Alat Pelindung Diri (APD), Menurut WHO (2004) penggunaan alat pelindung diri memberikan
penghalang fisik antara mikroorganisme dan pemakainya. Alat pelindungdiri meliputi sarung
tangan, masker, alatpelindung mata (pelindung wajah dankaca mata), topi, gaun, apron, sepatu

7
dan pelindung lainnya. Alat pelindungdiri harus digunakan oleh :
a. Petugas kesehatan yang memberikan perawatanlangsung kepada pasien dan yang bekerja
dalam situasi di mana merekamungkin memiliki kontak dengan cairan darah, tubuh,
ekskresi atau sekresi.
b. Staf dukungan termasuk pembantu medis, pembersih, dan staf laundry disituasi di mana
mereka mungkinmemilikikontak dengan darah, cairan tubuh,sekresi dan ekskresi.
c. Staf laboratorium yang menangani spesimen pasiendan.
d. Anggota keluarga yang memberikan perawatan kepada pasien dan berada dalam situasi di
mana mereka mungkin memiliki kontak dengan darah,cairan tubuh, sekresi danekskresi.
7. Sterilisasi Alat, Menurut Depkes (2003) pengelolaan alat-alat kesehatan bertujuan
untukmencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau untuk menjamin alattersebut
dalam keadaan steril dan siap pakai.WHO (2004) bahwa pengolahanulang instrumen dan
peralatan, berisiko infeksi mentransfer dari instrumen dan peralatan tergantung pada faktor-
faktor berikut :
a. Adanya mikro-organisme, jumlah dan virulensi organisme;
b. Jenis prosedur yang akan dilakukan(invasif atau non-invasif).
c. Bagian tubuh mana instrumen atau peralatanyang akan digunakan (menembus jaringan
mukosa atau kulit atau digunakan pada kulit utuh). Pengolahan ulang instrumen dan
peralatan dengan cara yangefektif meliputi : Pembersihan instrumen dan peralatan segera
setelah digunakan untuk menghapus semua bahan organik, bahan kimia, Disinfeksi(oleh
panas dan air atau disinfektan kimia),Sterilisasi.
8. Pengendalian Lingkungan, Menurut WHO (2004) sebuah lingkungan yang bersih memainkan
peranan penting dalam pencegahan dari Health Care Associated Infections(HAIs).Pengendalian
lingkungan RS meliputi penyehatan air, pengendalian seranggadan binatang pengganggu,
penyehatan ruang dan bangunan, pemantauanhygiene sanitasi makanan, pemantauan
penyehatan linen, disinfeksi permukaan udara, lantai, pengelolaan limbah cair, limbah B3
limbah padatmedis, non medis dikelola oleh lnstalasi Kesehatan Lingkungan dan SubBagian
Rumah Tangga bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasidengan komite PPI RS,
sehingga aman bagi lingkungan.Pengelolaan limbah padat medis dipisahkan dan dikelola
khusus sampai dengan pemusnahannyasesuai persyaratan Kementerian Lingkungan Hidup
sebagai limbah infeksius(ditempatkan dalam kantong plastik berwarna kuning berlogo

8
infeksius),limbah padat tajam (ditempatkan dalam wadah tahan tusuk, tidak tembus basah dan
tertutup). Pengelolaan limbah padat non medis ditempatkan dalamkantong plastik berwarna
hitam.
9. Pengelolaan Linen,Manajemen linen yang baik merupakan salah satu upaya untuk
menekankejadian infeksi nosokomial. Selain itu pengetahuan dan perilaku petugaskesehatan
juga mempunyai peran yang sangat penting. Pengelolaan linen bertujuan mencegah
kontaminasi linen kotor atau infeksius kepada petugas, pasien dan lingkungan, meliputi proses
pengumpulan, pemilahan, pengangkutan linen kotor, pemilahan dan teknik pencucian sampai
dengan pengangkutan dan distribusi linen bersih. Pengelolaan linen kotor dan bersihsecara
terpisah untuk mengurangi risiko infeksi pada pasien, petugas danlingkungan dilakukan
menyeluruh dan sistematis agar mencegah kontaminasi,di bawah tanggung jawab lnstalasi
Laundry berkoordinasi dengan Komite PPIRS. Jenis linen di RS diklasifikasikan menjadi linen
bersih, linen steril, linenkotor infeksius, linen kotor non infeksius (linen kotor berat dan linen
kotorringan).

E. Pengertian Alat Kesehatan


Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.

F. Pengertian pengelolahan alat kesehatan


Pengelolaan alat kesehatan adalah melakukan pemeliharaan alat-alat kesehatan dengan cara
membersihkan, mendisinfektan, menyeterilkan atau menyimpan yang tujuannya untuk pencegahan
dari penyebaran infeksi melalui alat kesehatan dalam keadaan steril siap pakai.

G. Prosedur pengelolaan alat kesehatan.


a. Disinfeksi :
1. Petugas masih memakai APD (minimal memakai sarung tangan),
2. Petugas melakukan pemilihan alat-alat medis kotor yang terkontaminasi (habis pakai),
3. Petugas merendam alat habis pakai dalam larutan korin 0,5% selama 10 menit.

9
b. Dekontaminasi :
1. Petugas memakai alat APD (masker, kacamata, gaun, sarung tangan),
2. Petugas mengambil alat dari bak perendaman yang sudah diberi dengan larutan klorin
0,5%,
3. petugas membersihkan dan menggosok alat menggunakan sikat, sabun, dan air yang
dilakukan dibawah air mengalir,
4. Petugas membilas alat dibawah air mengalir,
5. Petugas mengeringkan alat dengan kain atau handuk,
6. Petugas memilah alat apa bila alat memiliki bahan yang terbuat karet dan plastik untuk
mempermudah menentukan alat yang akan dilakukan mensterilisasi,
7. Petugas memasukkan alat dalam wadah dan dibungkus dengan kain, kemudian serahkan ke
ruang pengendalian dan pencegahan infeksi untuk dilakukan sterilisasi setelah selesai
pelayanan.
8. Petugas mengisi buku ekspedisi alat apa saja yang akan diseril dan kapan waktu dilakukan
sterilisasi.
c. Sterilisasi
1. Petugas unit layanan menyerahkan alat yang sudah dilakukan disinfeksi/dekontaminasi
dan membungkus kain ke ruang PPI.
2. Petugas mengisi buku serah terima alat yang akan disteril.
3. Petugas mulai melakukan proses sterilisasi menggunakan dryheat atau dengan autoklav.
4. Petugas mensteriliasi alat tanpa bahan karet/plastik menggunakan mesin dryheat dalam
suhu 1700C dalam waktu 1 jam atau dengan suhu 1600C dalam waktu 2 jam.
5. Petugas dapat menggunakan mesin autoklav jika alat mengandung bahan karet/plastik
dengan suhu 1210C dalam waktu 20 menit.
6. Setalah selesai petugas mengambil alat yang telah steril menggunakan korentang atau
sarung tangan .
7. Petugas memberikan label yang berisi cara sterilisasi, tanggal sterilisasi, waktu sterilisasi
dan tanggal kadaluwarsa steriliasi pada alat yang sudah steril.
8. Petugas unit layanan mengambil kembali alat yang sudah steril untuk diletakkan pada
lemari penyimpanan alat.

10
BAB III
SEKENARIO KASUS

2 bulan setelah menjabat, direktur PKU Muhammadiyah Gombong dihadapi dengan kasus
kematian bayi B yang dirujuk kerumah sakit karena lahir premature. Beberapa hari setelah dirawat,
bayi tersebut meninggal dunia, karena infeksi nosokomial. Dan beberapa hari pun rumah sakit,
ruang ICU kedapatan 3 anak terdiagnosa terkontaminasi terinfeksi dan meninggal dunia yang dari
hasil evaluasi tersebut ditemukan bahwa hal ini terjadi akibat buruknya kebersihan tangan tenaga
medis. Ketidakdisiplinan tenaga medis dalam melakukan hand hygiene diakibatkan kurangnya
kontrol dari pimpinan. Kasus ini terjadi baru pertama kalinya di RS yang terjadi sejak
kepemimpinan yang baru.

Analisa kasus
Dari kasus tersebut dapat dianalisa bahwa tenaga medis di rumah sakit kurang pengendalian
infeksi yang menyebabkan adanya resiko tinggi seseorang untuk terpapar infeksi nosokomial.
Diantaranya, yaitu :
1. Tidak mematuhi SOP yang berlaku (tidak mencuci tangan dan memakai sarung tangan)
karean tenaga medis lalai.
2. Ketidakdisiplinan tenaga medis dalam melakukan hand hygiene diakibatkan kurangnya
kontrol dari pimpinan.
3. Direktur kepemimpinan dianggap bersikap terlalu santai dan banyak memberikan
kebebasan.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pembahasan teori dan analisa kasus diatas, maka dapat dilakukan upaya pengendalian
dan pencegahan kasus dengan cara :
1. Mencuci tangan.
2. Jaga kebersihan lingkungan Rumah Sakit.
3. Gunakan alat sesuai dengan prosedur (SOP).
4. Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi.
5. Gunakan APD (alat pelindung diri) sesuai SOP.

12
KESIMPULAN

Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, dengan
atau tanpa disertai gejala klinik. Tentunya proses keperawatan ini kita banyak menemukan
mikoorganisme patogen walaupun kita bisa lihat dengan mata telanjang namun harus diimbangi
dengan adanya pengendalian agar tidak terinfeksi, seperti mencuci tangan, menggunakan sarung
tangan, masker, dan di infektan. Tak hanya itu tenaga medis juga harus memahami pengelolaan alat
kesehatan adalah melakukan pemeliharaan alat-alat kesehatan dengan cara membersihkan,
mendisinfektan, menyeterilkan atau menyimpan yang tujuannya untuk pencegahan dari
penyebaran infeksi melalui alat kesehatan dalam keadaan steril siap pakai. Yang bertujuan agar
tidak adanya kesalahan atau kelalaian dalam bertuga

13

Anda mungkin juga menyukai