Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

W
INFARK MIOKARD
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat 1

Disusun Oleh :
Alfina Eka Prima
A12020008

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Infark Miokard


Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. (Suyono, 2005)
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang cepat
disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan
kebutuhan darah miokard. (Morton, 2012)
Infark myokardium merupakan blok total yang mendadak dari arteri koroner besar
atau cabang-cabangnya. Lamanya kerusakan myocardial bervariasi dan bergantung
kepada besar daerah yang diperfusi oleh arteri yang tersumbat. Infark myocardium
dapat berakibat nekrosis karena parut atau fibrosis, dan mendatangkan kematian
mendadak. (Barbara, 2006)
Dari ketiga pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Akut Miokard Infark
(AMI) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau kematian otot jantung
yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhambatnya aliran darah koroner
secara tiba-tiba atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai
perfusi arteri koroner yang cukup.

B. Etiologi
Menurut Nurarif (2013), penyebab IMA yaitu :
a. Faktor Penyebab
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor
a) Faktor pembuluh darah : Aterosklerosis, spasme, arteritis
b) Faktor sirkulasi : Hipotensi, stenosos Aurta, insufisiensi
c) Faktor darah : Anemia, hipoksemia, polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat
a) Aktifitas yang berlebihan
b) Emosi
c) Makan terlalu banyak
d) Hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada
a) Kerusakan miocard
b) Hypertropimiocard
c) Hypertensi diastoli
b. Faktor Predisposisi
1. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
a) Usia lebih dari 40 tahun
b) Jenis kelamin : Insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
c) Hereditas
d) Ras : Lebih tinggi insiden pada kulit hitam
2. Faktor resiko yang dapat diubah:
a) Mayor : Hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, aklori
b) Minor : Inaktivitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitif), stres psikologis berlebihan

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik IMA menurut Nurarif (2013), yaitu:
1. Lokasi substernal, rerosternal, dan prekordial
2. Sifat nyeri : Rasa sakit seperti ditekan, terbakar, tertindih benda berat, ditusuk,
diperas, dan diplintir
3. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
4. Faktor pencetus : Latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan
5. Gejala yang menyertai : Keringat dingin, mual, muntah, sulit bernafas, cemas dan
lemas
6. Dispnea

D. Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan
aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan
penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi
sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri.
Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga
naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan
transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan
hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah
iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi,
khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah
jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi
ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia
atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi
masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas
dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark
lama,tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi.
Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan
tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan
tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi
ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang
fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena
daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik
akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku.
Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik
akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infarkmeluas. Terjadinya penyulit
mekanis seperti ruptur septum ventrikel.

E. Pathway

F. Komplikasi
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus bradikardi, supraventrikular,
takiaritmia, aritmia ventricular, gangguan konduksi), disfungsi otot jantung (gagal
jantung kiri, hipotensi), infark ventrikel kanan, defek mekanik, rupture miokard,
aneurisma ventrikel kiri, perikarditis, dan thrombus mural.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang infakr miokard akut sebagau berikut:
1. EKG (Elektrokardiogram)
=> Untuk mengetahui fungsi jantung: T inverted, ST depresi, Q patologis
2. Enzim jantung
=> CPKMB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung), LDH, AST (aspartat
aminonittransferase), troponin I, troponin T
3. Ekokardiogram
=> Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup
4. Rontgen toraks
=> Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler

SKENARIO KASUS
Laki-laki usia 52 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada menjalar
sampai bahu. Hasil pengkajian nyeri didapatkan nyeri bertambah saat aktifitas, seperti
ditusuk, skala 7 dan terus menerus. Hasil pemeriksaan TD 168/125 mmHg, N 103x/menit,
RR 24x/menit dan SpO294% dengan pemberian NRM 10 lpm. Hasil pemeriksaan gula darah
181 pada pukul 05.45 WIB. Pasien mendapat terapi injeksi ranitidine 50 mg, ketorolac 30
mg, ondansentron 4 mg, fibrion 1.5 ml, aspilet 80 mg, clopidogrel 75 mg, ISDN mg,
lansoprazole 30 mg, sucralfate 500 mg. berikut Hasil Laboratorium pada pasien.

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Leukosit 16,20 3,8-10,6 rb/ul
Eritrosit 5,94 4,4-5,9 juta/l
Eosinofil 1,0 2,0-4,0 %
Neotrofil 90,9 50-70,0 %
Limfosit 4,7 25,0-40,0 %
Creatinin 1,46 0,9-1,3 mg/dl
Cholesterol 379 0-200 mg/dl
Trigliserida 308,00 0-150 mg/dl
SGOT 167,00 0-50 u/l
SGPT 87,60 0-50 u/l
GDS 243 70-105 mg/dl
GDS 121 70-105 mg/dl

Hasil Pemeriksaan Ro Thoraks: Kesan Kardiomegali


Pemeriksaan EKG : Sinus Takikardia dengan stemi anteroseptal

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. W
Usia : 52 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : jl. Pemuda no. 5 Kebumen
Tanggal pengkajian : 16 Maret 2022
No RM : 123-456

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. O
Usia : 29 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : jl. Pemuda no. 5 Kebumen
Hubungan dengan klien: Istri

3. Pengkajian Primer
a. Airway : Terdapat sumbatan jalan nafas
b. Breathing : Spontan, Dispneu, RR: 24x/menit
c. Circulation : Terdapat Nadi Carotis, Nadi 103x/menit
d. Disability : GCS : E4V5M6
e. Exposure :-

4. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat kesehatan utama :
Klien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada menjalar sampai
bahu. Hasil pengkajian nyeri didapatkan nyeri bertambah saat aktifitas, seperti
ditusuk.

b. Pengkajian nyeri
P : klien mengatakan nyeri bertambah bila beraktivitas
Q : klien mengatakan sakit seperti ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan nyeri pada area dada menjalar sampai bahu
S : klien mengatakan kualitas nyeri pada skala 7
T : klien mengatakan nyeri dirasakan secara terus menerus

5. Tanda-Tanda Vital
TD : 168/125 mmHg
N : 103x/menit
RR : 24x/menit
S : 37°C
SPO2 : 94%

6. Pengkajian Head to Toe


Kepala : Kepala pasien tampak berbentuk mesosephal, simetris, rambut
hitam, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
Muka : Muka pasien tampak simetris, warna sama dengan bagian tubuh
lain
Mata : Mata pasien tampak simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Hidung pasien tampak normal, simetris, tidak polip, bersih
Telinga : Telinga pasien tampah simestris, bersih
Leher :I : Tidak ada luka pada area leher
Pa : Nadi karotis teraba
Dada : I : Bentuk dada simetris, frekuensi napas 24 x/menit, penggunaan
otot bantu napas
Pa : Terdapat kelainan pada jantung (dada kiri)
A : Terdapat bunyi jantung tambahan
Abdomen :I : Tampak penggunaan otot-otot perut saat klien
bernafas
Pa : Tidak teraba adanya massa
Pe : Tidak kembung
A : Tidak terdengar bising usus
Ekstremitas : I : Tidak terdapat luka di ekstremitas atas maupun
bawah
Pa : Tidak teraba krepitasi pada area ekstremitas
Integumen :I : Tampak pucat dan berkeringat dingin

7. Pengkajian Psikososial
- Klien mengatakan cemas dengan kondisi tubuhnya
- Nadi : 103x/menit

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Leokosit 16,20 3,8-10,6 rb/ul
Eritrosit 5,94 4,4-5,9 juta/l
Eosinofil 1,0 2,0-4,0 %
Neotrofil 90,9 50,0-70,0 %
Limfosit 4,7 25,0-40,0 %
Creatinin 1,46 0,9-1,3 mg/dl
Cholesterol 379 0-200 mg/dl
Tigliserida 308,00 0-150 mg/dl
SGOT 167,00 0-50 u/l
SGPT 87,60 0-50 u/l
DGS 243 70-105 mg/dl
GDS 121 70-10 mg/dl

9. Terapi Medis
No Jenis Obat Dosis Indikasi
1 Inj Ranitidin 50 mg Mengobati gejala asam
lambung berlebih
2 Ketorolac 30 mg Untuk meredakan nyeri
3 Ondansentron 4 mg Untuk mencegah mual dan
muntah
4 Fibrion 1,5 ml Untuk pengobatan infark
miokard
5 Aspilet 80 mg Untuk meredakan nyeri
6 Clopidogrel 75 mg Untuk mencegah gumpalan
trombosit
7 ISDN 1 mg Untuk meredakan nyeri dada
8 Lansoprazole 30 mg Untuk menurunkan asam
lambung
9 Sucralflate 500 mg Untuk mengatasi tukak
lambung

B. ANALISA DATA
Data fokus Diagnosa
DS : Pasien mengatakan sesak nafas dan merasa nyeri Pola nafas tidak efektif
dibagian dada yang menjalar sampai bahu dengan skala b.d hambatan upaya
nyeri 7 napas

DO :
TD : 168/125 mmHg
N : 103x/menit
RR : 24x/menit
S : 37°C
SPO2 : 94%
DS: - Penurunan curah jantung
b.d frekuensi jantung
DO :
TD : 168/125 mmHg
N : 103x/menit
RR : 24x/menit
S : 37°C
SPO2 : 94%
DS : Klien mengatakan nyeri dada menjalar sampai bahu Nyeri akut b.d agen
dengan skala nyeri 7, nyeri bertambah saat beraktivitas pencedera biologis
(miokard)
DO :
Pemeriksaan TTV
Data fokus Diagnosa
TD : 168/125 mmHg
N : 103x/menit
RR : 24x/menit
S : 37°C
SPO2 : 94%

Pengkajian PQRST
P : Klien mengatakan nyeri bertambah bila
beraktivitas
Q : Klien mengatakan sakit seperti ditusuk-tusuk
R : Klien mengatakan nyeri pada area dada
menjalar sampai bahu
S : Klien mengatakan kualitas nyeri pada skala 7
T : Klien mengatakan nyeri dirasakan secara terus
menerus

C. INTERVENSI
Hari/Tanggal Data fokus Diagnosa Intervensi
Rabu, 16 DS : Pasien Pola nafas tidak Tujuan :
Maret 2022 mengatakan sesak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan
nafas dan merasa hambatan upaya keperawatan, pola nafas
nyeri dibagian napas tidak efektif akan berkurang
dada yang Kriteria hasil :
menjalar sampai - Klien mengatakan dispnea
bahu dengan skala berkurang
nyeri 7 - Klien mengatakan
frekuensi nafas meningkat
DO :
TD : 168/125 Intervensi :
mmHg - Monitor pola nafas
N : (frekuensi kedalaman, usaha
Hari/Tanggal Data fokus Diagnosa Intervensi
103x/menit nafas)
RR : 24x/menit - Posisi semifowler/fowler
S : 37°C - Berikan oksigen
SPO2 : 94% - Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
Rabu, 16 DS : - Penurunan curah Tujuan :
Maret 2022 jantung b.d Setelah dilakukan tindakan
DO : frekuensi jantung keperawatan, penurunan
TD : 168/125 curah jantung akan
mmHg berkurang
N : Kriteria hasil :
103x/menit - Klien mengatakan dispnea
RR : 24x/menit berkurang
S : 37°C - Klien mengatakan sudah
SPO2 : 94% tidak merasa lemas
- Klien mengatakan nyeri
dada berkurang

Intervensi :
- Monitor keluhan nyeri
dada
- Posisikan pasien
semifowler/fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman
- Anjurkan aktivitas fisik
secara bertahap
- Kolaborasi pemberian anti
aritmia

Rabu, 16 DS : Klien Nyeri akut b.d Tujuan :


Hari/Tanggal Data fokus Diagnosa Intervensi
Maret 2022 mengatakan nyeri agen pencedera Setelah dilakukan tindakan
dada menjalar biologis keperawatan, nyeri akan
sampai bahu (miokard) berkurang
dengan skala nyeri Kriteria hasil :
7, nyeri bertambah - Klien akan mengatakan
saat beraktivitas nyeri berkurang
- Skala nyeri 7
DO :
Pemeriksaan TTV Intervensi :
TD : 168/125 - Kaji skala nyeri
mmHg - Jelaskan penyebab nyeri
N : - Lakukan imobilisasi pada
103x/menit daerah bahu sampai lengan
RR : 24x/menit kanan
S : 37°C - Ajarkan teknik relaksasi
SPO2 : 94% - Kolaborasikan pemberian
analgetik
Pengkajian
PQRST
P : klien
mengatakan nyeri
bertambah bila
beraktivitas
Q : klien
mengatakan sakit
seperti ditusuk-
tusuk
R : klien
mengatakan nyeri
pada area dada
menjalar sampai
bahu
S : klien
Hari/Tanggal Data fokus Diagnosa Intervensi
mengatakan
kualitas nyeri pada
skala 7
T : klien
mengatakan nyeri
dirasakan secara
terus menerus

D. IMPLEMENTASI
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Respon
Kep
Rabu, 16 Pola nafas 1. Memonitor pola nafas 1. Pasien kooperatif
Maret 2022 tidak (frekuensi kedalaman,
2. Pasien mampu
efektif b.d usaha nafas)
melakukan
hambatan 2. Memposisi
anjuran dari
upaya semifowler/fowler
perawat dengan
napas 3. Memberikan oksigen
baik
4. Melakukan kolaborasi
pemberian bronkodilator, 3. Pasien mampu

ekspektoran, mukolitik menerima


penjelasan dari
perawat dengan
baik

4. Perawat dan
dokter dapat
bekerja sama dg
baik untuk
pemberian obat

Rabu, 16 Penurunan 1. Memonitor keluhan nyeri 1. Pasien kooperatif


Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Respon
Kep
Maret 2022 curah dada 2. Pasien mampu
jantung 2. Memposisikan pasien melakukan
b.d semifowler/fowler dengan anjuran dari
frekuensi kaki kebawah atau posisi perawat dengan
jantung nyaman baik
3. Menganjurkan aktivitas
3. Pasien mampu
fisik secara bertahap
menerima
4. Melakukan kolaborasi
penjelasan dari
pemberian anti aritmia
perawat dengan
baik

4. Perawat dan
dokter dapat
bekerja sama dg
baik untuk
pemberian obat
Rabu, 16 Nyeri akut 1. Mengkaji skala nyeri 1. Pasien kooperatif
Maret 2022 b.d agen 2. Menjelaskan penyebab
2. Pasien mampu
pencedera nyeri
melakukan
biologis 3. Melakukan imobilisasi
anjuran dari
(miokard) pada daerah bahu sampai
perawat dengan
lengan kanan
baik
4. Mengajarkan teknik
relaksasi 3. Pasien mampu

5. Melakukan kolaborasikan menerima

pemberian analgetik penjelasan dari


perawat dengan
baik

4. Perawat dan
dokter dapat
bekerja sama dg
baik untuk
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Respon
Kep
pemberian
analgetik

D. EVALUASI
Hari/Tanggal Dx Catatan Perkembangan
Rabu, 9 Maret 1 S: Psien mengatakan sesak nafas dan merasa nyeri
2022 dibagian dada yang menjalar sampai bahu dengan skala
nyeri 7
O: TD : 168/125 mmHg
N : 103x/menit
RR : 24x/menit
S : 37°C
SPO2 : 94%
A: Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
P: Melanjutkan intervensi
1. Memonitor pola nafas (frekuensu kedalaman, usaha
nafas)
2. Memposisi semifowler/fowler
3. Memberikan oksigen
4. Melakukan kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
Rabu, 9 Marer 2 S:
2022
O: TD : 168/125 mmHg
N : 103x/menit
RR : 24x/menit
S : 37°C
SPO2 : 94%
A: Penurunan curah jantung b.d frekuensi jantung
P: Melanjutkan intervensi
Hari/Tanggal Dx Catatan Perkembangan
1. Memonitor keluhan nyeri dada
2. Memposisikan pasien semifowler/fowler dengan
kaki kebawah atau posisi nyaman
3. Menganjurkan aktivitas fisik secara bertahap
4. Melakukan kolaborasi pemberian anti aritmia
Rabu, 16 Maret 3 S: Klien mengatakan nyeri dada menjalar sampai bahu
2022 dengan skala nyeri 7, nyeri bertambah saat beraktivitas
O: Pemeriksaan TTV
TD : 168/125 mmHg
N : 103x/menit
RR : 24x/menit
S : 37°C
SPO2 : 94%

Pengkajian PQRST
P : klien mengatakan nyeri bertambah bila
beraktivitas
Q : klien mengatakan sakit seperti ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan nyeri pada area dada menjalar
sampai bahu
S : klien mengatakan kualitas nyeri pada skala 7
T : klien mengatakan nyeri dirasakan secara terus
menerus
A: Nyeri akut b.d agen pencedera biologis (miokard)
P: Melanjutkan intervensi
1. Mengkaji skala nyeri
2. Menjelaskan penyebab nyeri
3. Melakukan imobilisasi pada daerah bahu sampai
lengan kanan
4. Mengajarkan teknik relaksasi
5. Melakukan kolaborasikan pemberian analgetik

Anda mungkin juga menyukai