Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KONSEP DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH PADASISTEM


KARDIOVASKULER
Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah kardiovaskuler II
Dosen Pengampu : Partini, S.Kep

Nama Kelompok :
1. Apin Fadila H (S160)
2. Dyah Permatasari (S16015)
3. Friska andreas (S160)
4. Ina febriyanti (S16029)
5. Kirana Nandito (S160)
6. Nur Kholis (S160)
7. Muhammad Rasyid (S160)
8. Sari Malak Hanifah (S16055)
9. Utari riyanti (S160)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jantung adalah salah satu organ tubuh vital kita dan tentunya kita akan senangtiasa
menginginkan keadaan sehat bagi tubuh kita termasuk organ vital yang satu ini.agar
kita terjaga kesehatan jantungnya maka kit perlu untuk melakukan pemeriksaan
jantung lengkap.

Adapun pemeriksaan diagnostik pada kardiovaskuler dapat digolongkan atas


pemeriksan invasif dan non invasif.Pemeriksaan non invasif adalah prosedur-
prosedur diagnostik yang dilakukan tanpa menyebabkan luka pada kulit sehingga
tidak menimbulkan komplikasi yang berarti.

Pemeriksaan kardiologi yang dikerjakan secara rutin adalah anamnesis, pemeriksaan


fisik, pemeriksaan EKG, photo rontgent thorax dan pemeriksaan laboratorium
rutin.Semuanya digolongkan dalam pemeriksaan kardiologi atau kardiovaskuler
khusus.

B. Rumusan Masalah.

Dari latar belakang tersebut dapat di ambl rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana Pemeriksaan Test Laboratorium?

2.      Bagaimana Pemeriksaan Radiografi?

3.      Bagaimana Pemeriksaan EKG?

4.      Bagaimana Pemeriksaan Echocardiografi?


C. Tujuan  Penulisan.

Penulisan makalah ini bertujuan :

1.      Tujuan Umum.

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan
Medikal Bedah 1.

2.      Tujuan Khusus.

Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang:

a.       Mengetahui pemeriksaan test laboratorium.

b.      Mengetahui pemeriksaan radiografi.

c.       Mengetahui pemeriksaan EKG.

d.      Mengetahui pemeriksaan echocardiografi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Test Laboratorium.

Dalam pemeriksaan test laboratorium sistem kardiovaskuler di bagi menjadi 2 yaitu :

1)      Laboratorium Rutin.

a.       Darah.

Pemeriksaan darah rutin hampir selalu dilakukan pada setiap penderita jantung dan
pembuluh darah.Pemeriksaan darah seperti hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit
dan trombosit, ureum dan gula darah, merupakan pemeriksaan rutin yang penting dan
sangat efektif.

1)      Hemoglobin (Hb).

Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan hb merupakan salah satu dari sekian
banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak.Hemoglobin adalah suatu
protein yang berada didalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi,
oksigen yang telh dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh
hemoglobin didalam darah untuk didistribusikan keotak, jantung, ginjal, otot, tulang,
dan seluruh organ tubuh. Tanda – tandanya yaitu raut wajah akan terlihat pucat dan
kuyu. Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.

Nilai normal :

a.       Dewasa pria : 13,5 – 18,0 gram/dl

b.      Wanita dewasa : 10 – 15 gram/dl


c.       Anak : 12 – 16 gram/dl

d.      Balita : 9 – 15 gram/dl

e.       Bayi : 10 – 17 gram/dl

Hb rendah (<10 gram/dl) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi.Sebab


lainnya dari rendahnya Hb antara pendarahan berat, hemolisis, leukemik, lupus
eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan).

Hb tinggi (>18 gram/dl) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis
kronik dengan corpulmonale), dehidrasi atau diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan
pada penduduk pegunungan tinggi yang normal.

2)      Hematokrit (Ht).

Merupakan perbandingan antara proporsi volume sampel darah anda dengan sel darah
merah (eritrosit) yang diukur dalam satuan milimeter perdesiliter dari darah
keseluruhan, biasa juga dinyatakan dalam persen.Jadi pengukuran ini bisa
dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah.Semakin tinggi presentasenya berarti
semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin,
kadar hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang diderita.

Nilai normal :

Pria dewasa : 40 – 54%

Wanita dewasa : 37 – 47 %

Bayi : 29 – 54 %

Balita : 35 – 44 %

3)      Leukosit.
Leukosit terdiri atas sel leukosit basofil, eosinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil
batang dan neutrofil segmen), monosit dan limfosit. Besarnya kadar – kadar zat
penyusun leukosit tersebut dinyatakan dalam persen. Biasanya, presentase tertinggi
ada pada neutrofil segmen dan limfosit, sementara presentase terendah ada pada
eosinofil, basofil, dan monosit.Kadangkala presentase eosinofil lebih tinggi, misalnya
pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan, keracunan, dan perdarahan.

Nilai normal :

Eosinofil : 1-3 %

Basofil : 0-1%

Neutrofil : 3-5 %

Limfosit : 25-35 %

Monosit : 4-6%

4)      Trombosit.

Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan
perdarahan dengan membentuk gumpalan. Penurunan sampai dibawah
100.000/mikroliter berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan pembekuan darah.

Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000 – 400.000 /mikroliter darah.

b.      Urin.

Pemeriksaan analisis urin rutin dilakukan untuk mendeteksi dan memantau kelainan
intrinsik dari ginjal dan saluran kencing, atau perubahannya sekunder akibat penyakit
lain.

Pemeriksaan yang paling bermakna untuk menilai kapasitas kemampuan kepekatan


ginjal adalah osmolalitas urin.Berat jenis urin dapat memperkirakan osmolalitas
tersebut bila diukur dengan alat urinometer yang baik dan bila tak ada proteinuria
atau glukosuria berat. Berat jenis urin akan tinggi pada keadaan azotemia prerenal
dan gagal jantung. Volume urin akan berkurang pada penderita gagal jantung dan
poliuri akan terlihat pada setengah dari penderita dengan episode takikardia
supraventrikuler yang paroksimal.

Hematuria dapat merupakan petunjuk adanya infark ginjal yang terjadi sekunder
akibat emboli dari jantung bagian kiri atau suatu endokarditis bakterialis.Hematuri
juga dapat terjadi sekunder akibat necrotizing arteritis pada hipertensimalikna,
penyakit kolagen atau obat antikoagulansia. Proteinuria ringan atau sedang sering
ditemukan pada penderita gagal ginjal kongestif, dan akan bertambah pada gagal
jantung yang berat dan disertai dengan penurunan glumerulo filtration rate dan aliran
darah ke ginjal yang nyata.

Urobilinogen dalam urine juga akan meningkatkan penderita gagal jantung. Adanya
silinder eritrosit dalam sedimen urine menunjukkan adanya glomerulonefritis akut,
lubus eritematus, atau endokarditis bakterial.Leukosit mungkin ditemukan pada
penderita dengan gagal jantung kongestif ringan.

2)      Laboratorium Spesifik.

Pemeriksaan laboratorium yang spesifik ini hanya dilakukan pada penyakit jantung
dan pembuluh darah tertentu sebagai penunjang dalam menegakkan diagnosis.

a.       Enzim Jantung.

Pemeriksaan laboratorium khusus tertentu seperti kadar enzim jantung dalam darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosa infark miokard akut. Otot miokard yang
megalami kerusakan akan melepaskan beberapa enzim spesifik sehingga kadarnya
dalam serum meningkat. Peningkatan kadar enzim ini juga akan ditemukan pada
penderita setelah operasi jantung, kardiofersi elektrikal, trauma jantung atau
perikarditis.
b.      Kreatin fosfokinase.

Pada infark miokard akut konsentrasi CK dalam serum akan meningkat dalam waktu
enam sampai delapan jam setelah onset infark, mencapai puncaknya setelah 24 jam
dan turun kembali ke normal dalam waktu 3-4 hari. Pemeriksaan ini tidak terlalu
spesifik untuk kerusakan otot miokard karena enzim ini juga terdapat dalam paru –
paru, otot skelet, otak, uterus, saluran pencernaan dan kelenjar tiroid, sehingga
kerusakan pada organ – organ tersebut akan meningkatkan kadar CK dalam darah.

c.       CK – MB.

CK – MB adalah jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan yang terutama otot,
miokardium, dan otak.CK – MB ini mampu memberikan informasi yang tepat tetapi
kadang – kadang menimbulkan hasil positif palsu pada cedera otot lainnya.Hal ini
dapat di jumpai, misalnya pada pelari marathon atau pasien dengan distrofi otot yang
menghasilkan CK – MB di otot rangka, atau pasien dengan gagal ginjal yang
mengalami gangguan mengeluarkan CK – MB dan mioglobin dari sirkulasi.

CKMB ini merupakan isoenzim dari CK atau CPK, memiliki tingkat spesifitas yang
lebih tinggi dari CPK. CKMB akan meningkat selama 3 – 6 jam setelah terjadi
serangan jantung, mencapai puncak dalam 12 – 24 jam, dan kembali normal dalam 48
– 72 jam. Selain itu karena serangan jantung, CKMB juga meningkat pada
miokarditis, gagal jantung, dan trauma pada otot jantung.

Yang terpenting adalah mengetahui kapan kedua enzim ini akan meningkat, kapan
puncaknya, dan kapan akan kembali normal, sehingga pemeriksaan yang dilakukan
memiliki nilai diagnostik dan tidak sia – sia dilakukan. Contohnya, akan percuma jika
dilakukan pemeriksaan CKMB pada hari ke empat setelah serangan jantung.
d.      Troponin.

Troponin adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung dan otot
rangka.Bersama dengan trompomiosin, tromponin, mengatur kontraksi otot.Kontraksi
otot terjadi karena pergerakan molekul miosin disepanjang filamen aktin intrasek.
Troponin terdiri dari 3 polipeptida yaitu :

1.      Troponin C (TnC) dengan berat molekul 18.000 dalton, berfungsi mengikat dan
mendeteksi ion kalsium yang mengatur kontraksi.

2.      Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen
inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.

3.      Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat
tropomiosin.

Dari tiga polipeptida tersebut, hanya bentuk troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT)
yang ditemukan didalam sel – sel miokardium, tidak pada jenis otot lain.

Uji troponin digunakan untuk membantu mendiagnosis serangan jantung, untuk


mendeteksi dan mengevaluasi cedera miokardium, dan untuk membedakan nyeri
dada karena serangan jantung atau mungkin penyebab lainnya.  Troponin adalah tes
yang lebih spesifik untuk serangan jantung daripada tes lainnya (yang mungkin
menjadi positif pada  cedera otot rangka ) dan tetap tinggi untuk jangka waktu
beberapa hari setelah serangan jantung.

e.       Serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT).

Enzim ini juga akan dilepaskan oleh sel otot miokard yang rusak atau mati.
Konsentrasi dalam serum akan meningkatkan dalam serum akan meningkat dalam 8-
12 jam setelah onset infark, mencapai puncaknya pada 18-36 jam dan mulai turun
kembali ke normal setelah 3-4 hari. Selain diotot jantung, enzim ini juga terdapat
dalam hti dn otot skelet, sehingga pada peningkatan kadar enzim ini merupakan
indikator yang lemah dalam menegakkan diagnosa infark miokard akut. Gagal
jantung dengan bendungan pada hati atau hipoksia otot skelet sering juga disertai
dengan peningkatan kadar SGOT.

f.       Lactic Dehydrogenase (LDH).

LDH hampir terdapat disemua jaringan tubuh dan kadarnya dalam serum akan
meningkat pada berbagai keadaan. Pada infark miokard akut, konsentrasi akan
meningkat dalam waktu 24-48 jam, mencapai puncaknya dalam 3-6 hari setelah onset
dan kembali  normal setelah 8-14 hari. LDH mempunyai 5 isoenzim.Isoenzim LDH 1
lebih spesifik untuk kerusakan otot jantung sedangkan LDH 4 dan LDH 5 untuk
kerusakan hati dan otot skelet.

g.      SPGT (serum glutamik pyruvik transaminase).

Merupakan enzim transminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan
tubuh terutama hati.Sering disebut juga ALT (Alanin aminotransferase).

Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada
hati.

Nilai normal :

1)      Laki – laki : 42 U/L

2)      Wanita : 32 U/L

B. Pemeriksaan Radiografi Thorax.

Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan
menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga
dada. Tekhnik radiografi thorax terdiri dari bermacam – macam posisi yang harus
dipilih disesuaikan dengan indikasi pemeriksaan, misalnya bronchitis kronis, KP,
fleural effusion, pneumo thorax dan lain – lain.
Untuk menentukan posisi mana yang tepat, harus menyesuaikan antara tujuan
pemeriksaan dengan kriteria foto yang dihasilkan.

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding
thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-
paru, jantung, dan saluran-saluran yang besar.Pneumonia dan gagal jantung kongestif
sering terdiagnosis oleh foto thorax.CXR sering digunakan untuk skrining penyakit
paru yang terkait dengan pekerjaan di industri – industri seperti pertimbangan dimana
para pekerja terpapar oleh debu.

Secara umum kegunaan foto thorax / CXR adalah :

1.      Untuk melihat abnormalitas congenital (jantung,vaskuler).

2.      Untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax).

3.      Untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB).

4.      Untuk memeriksa keadaan paru – paru.

Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :

1.      Nodule (daerah buram yang khas pada paru).

Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malign, granuloma, infeksi


(pneumoniae), vascular infarct, varix.Kecepatan pertumbuhan, klasifikasi, bentuk dan
tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis.Nodul juga dapat multiple.

2.      Kavitas.

Yaitu struktur lubang berdinding didalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker,
emboli paru, infeksi staphllococcus, aureus, tuberculosis, bakteri anaerob dan jamur
dan wegener’s granulomatosis.

3.      Abnormalitas pleura.


Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax.Efusi pleura dapat
terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseasse dan
lymphangioleiomyomatosis.

Langkah – langkah Pembuatan Foto Thorax :

a.       Persiapan Alat dan Bahan.

1)      Meja pemeriksaan.

2)      Film, kaset.

3)      Marker dan asesoris lain.

4)      Pesawat rontgen.

b.      Indikasi Pemeriksaan.

Indikasi dilakukannya foto torak antara lain :

1)      Infeksi traktus respiratorius bawah, misalnya : TBC Paru, bronkitis, Pneumonia.

2)      Batuk kronis.

3)      Batuk berdarah.

4)      Trauma dada.

5)      Tumor.

6)      Nyeri dada.

7)      Metastase neoplasma.

8)      Penyakit paru akibat kerja.

9)      Aspirasi benda asing.


c.       Persiapan Pemeriksaan.

1)      Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan.

2)      Memilih tekhnik radiografi yang tepat.

3)      Memberikan instruksi kepada pasien.

d.      Posisi Pemeriksaan.

1)      Posisi PA (Postero Anterior).

Pada posisi ini film diletakkan didepan dada, siku ditarik kedepan supaya skapula
tidak menutupi parenkim paru.

2)      Posisi AP (Antero Posterior).

Dilakukan pada anak – anak atau pada pasien yang tidak kooperatif.Film diletakkan
dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru.Jantung juga terlihat
lebih besar dari posisi PA.

3)      Posisi Lateral Dextra dan Sinistra.

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri
kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat disebelah kanan, maka dibuat proyeksi
lateral kanan, berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi
berdiri.

4)      Posisi Lateral Dekubitus.

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu, yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas
dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral.Penderita berbaring
pada satu sisi (kiri atau kanan).Film diletakkan dimuka dada penderita dan diberikan
sinar dari belakang arah horizontal.
5)      Posisi Apikal (Lordotik).

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada
daerah apex kedua paru.Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat setelah foto rutin
diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.

e.       Prosedur Pemeriksaan.

1)      Memasang kaset dan memberikan marker.

2)      Mengatur posisi pasien.

3)      Mengatur jarak (FFD).

4)      Menentukan Arah sinar (CR) dan Pusat (CP).

5)      Mengatur kolimasi menentukan faktor eksposi dan proteksi radiasi.

6)      Melakukan eksposi, melakukan processing film.

7)      Mengevaluasi hasil foto.

f.       Syarat / Kriteria Gambaran Foto Thorax PA.

1)      Seluruh lapangan paru tampak atau tercover.

2)      Batas atas apex paru tampak (tidak terpotong).

3)      Batas bawah kedua sinus prenico costalis tidak terpotong.

4)      Kedua sterno clavicular joint tampak simetris kanan dan kiri.

5)      Lapangan pulmo terbebas dari gambaran os. Scapula.

6)      Inspirasi penuh ditunjukkan dengan terlihatnya Costae 9-10 Posterior.

7)      Faktor eksposi cukup ditunjukkan dengan terlihatnya CV Thoracal 3 atau 4.


C. Elektrokardiogram (EKG).

Adalah pemeriksaan penunjang jantung tertua, sejak permulaan abad 20.Pemeriksaan


EKG ini sangat penting dan tak tergantikan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain
yang lebih baru.

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf,


yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.

Sistem Konduksi Listrik Jantung.

Jantung dapat melakukan fungsinya sebagai pompa atau melakukan kontraksi dengan
baik, hal ini disebabkan jantung memiliki 3 hal, yaitu:

1.      Penghasil listrik sendiri yang otomatis (pacemaker).


Jantung penghasil listrik otomatis ini terdiri atas 3 komponen, yakni nodus SA, nodus
AV, dan serabut Purkinje.

2.       Konduksi listrik

Konduksi atau perambatan listrik yang terjadi di jantung secara sistematis dimulai
dari nodus SA, nodus AV, His, cabang berkas kiri dan kanan, serta berakhir di
serabut Purkinje.

3.      Miokardium (otot-otot jantung).

Otot-otot jantung akan mengalami kontraksi bila terjadi perubahan muatan listrik di
dalam sel miokard yang dinamakan depolarisasi, sedangkan peristiwa kembalinya
muatan listrik di dalam sel-sel miokard menjadi keadaan seperti semula dinamakan
repolarisasi. Selanjutnya, akan menghasilkan relaksasi kembali dinding miokradium.

a.       Nodus sinoatrial (Nodus SA).


Nodus SA terletak di atrium kanan di dekat muara vena kava superior.Pada keadaan
normal, nodus ini mampu menghasilkan impuls listrik sebesar 60-100 kali per
menit.Sesuai sifatnya sebagai sel pacemaker, nodus SA mampu menghasilkan impuls
dengan sendirinya.

b.      Nodus atrioventrikuler (Nodus AV).

Nodus AV terletak di dalam dinding septum atrium atau sekat antara atrium kanan
dan kiri, tepatnya di atas katup trikuspidalis di dekat muara sinus koronarius, dan
dalam keadaan normal mampu menghasilkan impuls 40-60 kali per menit.

c.       Berkas his.

Berkas his memiliki fungsi sebagai pengantar impuls listrik dari nodus AV. Berkas
his terbagi menjadi cabang berkas kiri (left bundle branches, LBB) dan berkas kanan
(right bundle branches, RBB). LBB terbagi menjadi:

1)      Fasikulus posterior menghantarkan impuls listrik ke ventrikel kiri bagian


inferior dan posterior.

2)      Fasikulus anterior menghantarkan impuls ke ventrikel kiri bagian anterior dan
superior. RBB menghantarkan impuls listrik dari berkas his ke ventrikel kanan.

d.      Serabut bachman.

Serabut bachman merupakan jalur yang menghubungkan impuls listrik dari atrium
kanan dengan atrium kiri.

e.      Serabut Purkinje.
Serabut purkinje terletak di dalam endokardium dan merupakan akhir dari perjalanan
impuls listrik untuk disampaikan ke endokardium agar terjadi depolarisasi di kedua
ventrikel.Serabut purkinje secara normal mampu menghasilkan impuls 20-40 kali per
menit.
Tujuan dari pemeriksaan EKG yaitu untuk menilai kerja jantung, apakah normal atau
tidak normal. Beberapa hal yang dapat ditunjukkan oleh pemeriksaan EKG adalah :

1.      Laju (kecepatan) denyut jantung.

2.      Ritme denyut jantung.

3.      Kekuatan dan sinyal listrik saat melewati masing – masing bagian jantung.

Kegunaan pemeriksaan EKG yaitu :

1.      Memeriksa aktivitas elektrik jantung.

2.      Menemukan penyebab nyeri dada, yang dapat disebabkan serangan jantung,
inflamasi kantung sekitar jantung (perikarditis), atau angina.

3.      Menemukan penyebab gejala penyakit gejala penyakit jantung, seperti sesak
napas, pusing, pingsan, atau detak jantung lebih cepat atau tidak beraturan (palpitasi).

4.      Mengetahui apakah dinding ruang-ruang jantung terlalu tebal.

5.      Memeriksa apakah suatu alat mekanis yang dicangkok dalam jantung, misalnya
pacemaker, bekerja dengan baik untuk mengendalikan denyut jantung.

6.      Memeriksa kesehatan jantung pada penderita penyakit atau kondisi tertentu,
seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes.

Indikasi  Pemeriksaan EKG :

1.      Pasien dengan kelainan irama jantung.

2.      Pasien dengan kelainan miokard seperti infark.

3.      Pasien dengan pengaruh obat – obat jantung terutama digitalis.

4.      Pasien dengan pembesaran jantung.


5.      Pasien Perikarditis.

6.      Pasien dengan kelainan penyakit inflamasi pada jantung.

7.      Pasien diruang ICU

8.      Pasien dengan gangguan elektrolit.

Persiapan pemeriksaan EKG :

1.      Mesin EKG.

2.      Kabel untuk sumber listrik.

3.      Kabel untuk bumi (ground).

4.      Kabel elektroda ekstremitas dan dada.

5.      Jelly.

6.      Kertas tissue.

7.      Kapas Alkohol.

8.      Kertas EKG.

9.      Spidol.

Persiapan pemeriksaan EKG pada pasien :

1.      Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG.

2.      Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama
perekaman.
3.      Cara menempatkan elektrode sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit
pasien disekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode
dengan pasien.

4.      Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri
searah dengan telapak tangan.

5.      Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.

6.      Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang
sampai kebahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.

7.      Kemudian kabel-kabel dihubungkan :

1)      Merah (RA/R) lengan kanan.

2)      Kuning (LA/L) lengan kiri.

3)      Hijau (LF/F) tungkai kiri.

4)      Hitam (RF/N) tungkai kanan (sebagai ground).

5)      Hubungkan kabel dengan elektroda :

a.       Kabel merah dihubungkan pada elektroda dipergelangan tangan kanan.

b.      Kabel kuning dihubungkan pada elektroda dipergelangan tangan kiri.

c.       Kabel hijau dihubungkan pada elektroda dipergelangan kaki kiri.

d.      Kabel hitam dihubungkan pada elektroda dipergelangan kaki kanan.

8.      Bersihkan pula permukaan kulit di dada klien yang akan dipasang elektroda
prekordial dengan kapas alkohol dan beri jelly pada setiap elektroda, pasangkan pada
tempat yang telah dibersihkan.
9.      Hubungkan kabel dengan elektroda :

1)      C1 : untuk Lead V1 dengan kabel merah di ruang interkostal IV garis sternal
kanan.

2)      C2 : untuk Lead V2 dengan kabel kuning di Ruang interkostal IV garis sternal
kiri.

3)      C3 : untuk Lead V3 dengan kabel hijau di Pertengahan antara V2 dan V4.

4)      C4 : untuk Lead V4 dengan kabel coklat di Ruang interkostal V garis


midklavikula kiri.

5)      C5 : untuk Lead V5 dengan kabel hitam di Sejajar V4 garis aksila depan.

6)      C6 : untuk Lead V6 dengan kabel ungu di Sejajar V4 garis mid-aksila kiri.Pada
C2 dan C4 merupakan titik-titik untuk mendengarkan bunyi jantung I dan II.

10.  Cara merekam EKG.

1)      Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.

2)      Periksa kembali standarisasi EKG.

3)      Kalibrasi 1 mv (10mm).

4)      Kecepatan 25 mm/detik. Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan menekan


tombol run atau start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2-3 kali
berturut-turut dan diperiksa apakah 10 mm.

5)      Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara
berturut-turut yaitu sandapan (lead) I,II,III,aVR,aVL,VI,V2,V3,V4,V5,V6. Setelah
pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah
itu matikan mesin EKG.
6)      Rapikan pasien dan alat-alat.

7)      Catat dipinggir kiri atas kertas EKG :

a)      Nama Pasien.

b)      Umur.

c)      Tanggal atau Jam.

d)     Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah.

8)      Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa.

9)      Hal – hal penting yang harus diperhatikan :

a)      Status kesehatan klien, pantau setiap saat.

b)      Pemasangan EKG harus sesuai dengan cara yang benar.

c)      Pasien diusahakan jangan terkena besinya, jangan batuk, dan tidak mengobrol,
karena akan mempengaruhi hasil EKG.

10)  Hal – hal penting yang harus dicatat :

a)      Nama Pasien.

b)      Status Klien (usia,jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tekanan darah).

c)      Tanggal atau jam.

d)     Dokter yang merawat.

e)      Yang membuat perekaman pada kiri bawah.

f)       Rekam medik pasien.

g)      Frekuensi jantung permenit.


h)      Irama jantung.

i)        Gelombang P.

j)        Interval P.

k)      Kompleks QRS.

l)        Kelainan EKG yang ditemukan.

D. Pemeriksaan Ekokardiografi.

Yaitu salah satu tekhnik pemeriksaan diagnostik yang menggunakan gelombang suara
dengan frekuensi tinggi untuk memvisualisasikan gambaran struktur dan fungsi
jantung dilayar monitor.

Pemeriksaan fisik ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga secara tekhnis relatif
lebih mudah dilakukan terhadap bayi, anak – anak, dan orang dewasa.Pemeriksaan ini
dapat mendeteksi gerakan otot – otot jantung baik yang normal maupun yang
abnorma seperti pada keadaan akibat serangan jantung.Pada anak-anak dengan
penyakit jantung bawaan. Echocardiografi akan dapat mengidentifikasikan berbagai
kelainan struktur jantung termasuk kelainan katup dan beberapa kebocoran (defek) di
sekat – sekat jantung. Keluar masuk pembuluh darah baik yang normal maupun
abnormal dapat tervisualisasi dengan baik.Walaupun demikian pada kelainan bawaan
yang kompleks sekali dan sulit, tidak jarang masih diperlukan pemeriksaan katerisasi
jantung sebelum dilakukan tindakan. Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan
echocardio jika ditemukan gejala dan penyakit jantung. Pada orang dewasa umumnya
bila ada gejala sakit dada, sesak nafas dan tanda – tanda gagal jantung. Bayi dan anak
– anak yang dicurigai menderita jantung bawaan yaitu seperti PDA, VSD, ASD,
TOF, dan lain – lain.

Echocardiography dapat memberikan informasi tentang hal-hal sebagai berikut :


1.      Pembesaran jantung(kardiomegali) yang dapat terjadi akibat tekanan darah
tinggi, kebocoran katup jantung atau gagal jantung.

2.      Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat memompa darah
dengan sempurna. Kelemahan otot jantung dapat terjadi akibat tidak memperoleh
aliran darah dengan baik karena penyakit jantung koroner.

3.      Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit jantung bawaan
seperti pada kebocoran sekat-sekat jantung.(VSD,ASD) kelainan katup dan pembuluh
darah besar serta berbagai kelainan yang telah ditemukan sejak janin dalam
kandungan.

4.      Evaluasi atau pemantauan selama dilakukan tindakan operasi jantung atau
selama prosedur intevensi.

5.      Adanya tumor di dalam jantung atau gumpalan darah yang dapat menyebabkan
stroke.

6.      Ditemukan bising jantung (murmur) baik pada anak maupun orang dewasa.

7.      Pada demam rematik dan penjakit jantung rematik.

Cara Pemeriksaan Echocardiografi yaitu :

a)      Pasien berbaring dengan tenang ditempat tidur, dan pada bayi sebaiknya dalam
pangkuan ibunya.

b)      Menggunakan Jelly yang diletakkan diujung ‘probe’ dengan gelombang suara
frekwensi tinggi untuk memperoleh visualisasi gambaran struktur jantung termasuk
katup jantung.Pemeriksaan ini tidak menggunakan sinar-X.

c)      Sambil dilakukan pemeriksaan pasien dapat melihat atau menyaksikan di layar
monitor dan pemeriksa dapat memberi penjelasan singkat.
Secara umum ada 4 jenis Ecocardiography yang sering dilakukan yakni :

a)      Transthoracal Echocardiography (TTE).

Merupakan salah satu jenis Echocardiography yang paling sering dilakukan.Tidak


terasa sakit.alat transduser diletakan dibeberapa tempat tertentu diatass dinding dada
dengan mengirimkan gelombang suara yang dikonversi oleh komputer menjadi
gambar yang terlihat digambar monitor.

b)      Transsesophageal Echocardiography (TEE).

Digunakan untuk melihat secara teliti struktur yang lebih dalam seperti aorta dan
septum atrium atau katup-katup jantung pada saat operasi atau pada saat dilakukan
tindakan intervensi penutupan ASD atau VSD.Transduser dimasukan dan didorong
melalui mulut kemudian sampai ke oesophagus. Oleh karena berada pada posisi yang
cukup dekat kejantung maka gambaran yang terlihat akan lebih jelas dan akurat
dibandingkan dengan hasil TTE.

c)      Fedal Echocargraphy (janin).

Pemeriksaan ini dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai janin dengan resiko atau
dicurigai menderita penyakit jantung bawaan.Biasanya dapat dilakukan mulai
kehamilan 18 – 22 minggu.

d)     Stress Echocargraphy.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan exercise atau makan obat untuk meningkatkan
fungsi dan denyut jantung. Beberapa kelainan atau penyakit jantung koroner lebih
mudah didiagnosis dengan teknik ini.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN.

B.     SARAN.
DAFTAR PUSTAKA

Ruhyanudin,Faqih.2006.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskule.Malang : UMM Pres

Anda mungkin juga menyukai