Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA PASIEN


GANGGUAN KARDIOVASKULER

Oleh:
Kelompok 2 :
Aldira Liza Septrani 183110162

Chairunnas Amnussy 183110167

Ghina Ridwan 183110175

Maisarah 183110180

Nicky Patricia 183110185

Rezi Aulia Busman 183110191

Tiara Hestin 183110196

KELAS 2A
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Sila Dewi Anggreni,S.Pd,M.Kep,Sp.KMB

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul
“Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Gangguan Kardiovaskular’’ sesuai dengan waktu yang
sudah disediakan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Jiwa
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Dosen pembimbing mata kuliah Jiwa Program Studi DIII Keperawatan Poltekes Kemenkes
Padang Sila Dewi Anggreni,S.Pd,M.Kep,Sp.KMB.
2. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan
moral maupun material.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, Maret 2020

Penulis,
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Pemeriksaa Tes Laboratorium........................................................................
2.2 Pemeriksaan Radiogradi Thoraks...................................................................
2.3 Elektrodiogram (EKG)...................................................................................
2.4 Pemeriksaan Ekokardiografi..........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh

organ-organ muskular, apex, dan basis cordis, atrium kanan, dan atrium kiri serta ventrikel kanan

dan ventrikel kiri. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu

jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7571 liter darah.

Adapun pemeriksaan diagnostik pada kardiovaskuler dapat digolongkan atas pemeriksan

invasif dan non invasif. Pemeriksaan non invasif adalah prosedur-prosedur diagnostik yang

dilakukan tanpa menyebabkan luka pada kulit sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang

berarti.

Pemeriksaan kardiologi yang dikerjakan secara rutin adalah anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan EKG, photo rontgent thorax dan pemeriksaan laboratorium rutin. Semuanya

digolongkan dalam pemeriksaan kardiologi atau kardiovaskuler khusus.

B. RUMUSAN MASALAH.

Dari latar belakang tersebut dapat di ambl rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana Pemeriksaan Test Laboratorium?

2.      Bagaimana Pemeriksaan Radiografi?

3.      Bagaimana Pemeriksaan EKG?

4.      Bagaimana Pemeriksaan Echocardiografi?


C.     TUJUAN  

1. Tujuan umum

1) Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien gangguan kardiovaskuler

2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pemeriksaan test laboratorium.

2) Mengetahui pemeriksaan radiografi.

3) Mengetahui pemeriksaan EKG.

4) Mengetahui pemeriksaan echocardiografi.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pemeriksaan Test Laboratorium.

Dalam pemeriksaan test laboratorium sistem kardiovaskuler di bagi menjadi 2 yaitu :

1)  Laboratorium Rutin.

a. Darah.

Pemeriksaan darah rutin hampir selalu dilakukan pada setiap penderita jantung dan pembuluh

darah. Pemeriksaan darah seperti hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit dan trombosit, ureum

dan gula darah, merupakan pemeriksaan rutin yang penting dan sangat efektif.

 Hemoglobin (Hb).

Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan hb merupakan salah satu dari sekian banyak tolak

ukur apakah anda terkena anemia atau tidak. Hemoglobin adalah suatu protein yang berada

didalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telh dihirup dan

masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin didalam darah untuk

didistribusikan keotak, jantung, ginjal, otot, tulang, dan seluruh organ tubuh. Tanda – tandanya

yaitu raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu. Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan

mudah lelah.
Nilai normal :

a.       Dewasa pria : 13,5 – 18,0 gram/dl

b.      Wanita dewasa : 10 – 15 gram/dl

c.       Anak : 12 – 16 gram/dl

d.      Balita : 9 – 15 gram/dl

e.       Bayi : 10 – 17 gram/dl

Hb rendah (<10 gram/dl) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari

rendahnya Hb antara pendarahan berat, hemolisis, leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan

diet vegetarian ketat (vegan).

Hb tinggi (>18 gram/dl) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik

dengan corpulmonale), dehidrasi atau diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk

pegunungan tinggi yang normal.

 Hematokrit (Ht).

Merupakan perbandingan antara proporsi volume sampel darah anda dengan sel darah merah

(eritrosit) yang diukur dalam satuan milimeter perdesiliter dari darah keseluruhan, biasa juga

dinyatakan dalam persen. Jadi pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan

darah. Semakin tinggi presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau

sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat

anemia yang diderita.


Nilai normal :

 Pria dewasa : 40 – 54%

 Wanita dewasa : 37 – 47 %

 Bayi : 29 – 54 %

 Balita : 35 – 44 %

 Leukosit.

Leukosit terdiri atas sel leukosit basofil, eosinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan

neutrofil segmen), monosit dan limfosit. Besarnya kadar – kadar zat penyusun leukosit tersebut

dinyatakan dalam persen. Biasanya, presentase tertinggi ada pada neutrofil segmen dan limfosit,

sementara presentase terendah ada pada eosinofil, basofil, dan monosit. Kadangkala presentase

eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan, keracunan, dan

perdarahan.

Nilai normal :

1. Eosinofil : 1-3 %

2. Basofil : 0-1%

3. Neutrofil : 3-5 %

4. Limfosit : 25-35 %

5. Monosit : 4-6%
 Trombosit.

Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan

dengan membentuk gumpalan. Penurunan sampai dibawah 100.000/mikroliter berpotensi terjadi

perdarahan dan hambatan pembekuan darah.

Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000 – 400.000 /mikroliter darah.

b. Urin.

Pemeriksaan analisis urin rutin dilakukan untuk mendeteksi dan memantau kelainan

intrinsik dari ginjal dan saluran kencing, atau perubahannya sekunder akibat penyakit lain.

Pemeriksaan yang paling bermakna untuk menilai kapasitas kemampuan kepekatan ginjal

adalah osmolalitas urin. Berat jenis urin dapat memperkirakan osmolalitas tersebut bila diukur

dengan alat urinometer yang baik dan bila tak ada proteinuria atau glukosuria berat. Berat jenis

urin akan tinggi pada keadaan azotemia prerenal dan gagal jantung. Volume urin akan berkurang

pada penderita gagal jantung dan poliuri akan terlihat pada setengah dari penderita dengan

episode takikardia supraventrikuler yang paroksimal.

Hematuria dapat merupakan petunjuk adanya infark ginjal yang terjadi sekunder akibat

emboli dari jantung bagian kiri atau suatu endokarditis bakterialis. Hematuri juga dapat terjadi

sekunder akibat necrotizing arteritis pada hipertensimalikna, penyakit kolagen atau obat

antikoagulansia. Proteinuria ringan atau sedang sering ditemukan pada penderita gagal ginjal

kongestif, dan akan bertambah pada gagal jantung yang berat dan disertai dengan penurunan

glumerulo filtration rate dan aliran darah ke ginjal yang nyata.


Urobilinogen dalam urine juga akan meningkatkan penderita gagal jantung. Adanya

silinder eritrosit dalam sedimen urine menunjukkan adanya glomerulonefritis akut, lubus

eritematus, atau endokarditis bakterial. Leukosit mungkin ditemukan pada penderita dengan

gagal jantung kongestif ringan.

2)      Laboratorium Spesifik.

Pemeriksaan laboratorium yang spesifik ini hanya dilakukan pada penyakit jantung dan

pembuluh darah tertentu sebagai penunjang dalam menegakkan diagnosis.


a.       Enzim Jantung.

Pemeriksaan laboratorium khusus tertentu seperti kadar enzim jantung dalam darah

diperlukan untuk menegakkan diagnosa infark miokard akut. Otot miokard yang megalami

kerusakan akan melepaskan beberapa enzim spesifik sehingga kadarnya dalam serum meningkat.

Peningkatan kadar enzim ini juga akan ditemukan pada penderita setelah operasi jantung,

kardiofersi elektrikal, trauma jantung atau perikarditis.

b.      Kreatin fosfokinase.

Pada infark miokard akut konsentrasi CK dalam serum akan meningkat dalam waktu

enam sampai delapan jam setelah onset infark, mencapai puncaknya setelah 24 jam dan turun

kembali ke normal dalam waktu 3-4 hari. Pemeriksaan ini tidak terlalu spesifik untuk kerusakan

otot miokard karena enzim ini juga terdapat dalam paru – paru, otot skelet, otak, uterus, saluran

pencernaan dan kelenjar tiroid, sehingga kerusakan pada organ – organ tersebut akan

meningkatkan kadar CK dalam darah.

c.       CK – MB.

CK – MB adalah jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan yang terutama otot,

miokardium, dan otak. CK – MB ini mampu memberikan informasi yang tepat tetapi kadang –

kadang menimbulkan hasil positif palsu pada cedera otot lainnya. Hal ini dapat di jumpai,

misalnya pada pelari marathon atau pasien dengan distrofi otot yang menghasilkan CK – MB di

otot rangka, atau pasien dengan gagal ginjal yang mengalami gangguan mengeluarkan CK – MB

dan mioglobin dari sirkulasi.


CKMB ini merupakan isoenzim dari CK atau CPK, memiliki tingkat spesifitas yang lebih

tinggi dari CPK. CKMB akan meningkat selama 3 – 6 jam setelah terjadi serangan jantung,

mencapai puncak dalam 12 – 24 jam, dan kembali normal dalam 48 – 72 jam. Selain itu karena

serangan jantung, CKMB juga meningkat pada miokarditis, gagal jantung, dan trauma pada otot

jantung.

Yang terpenting adalah mengetahui kapan kedua enzim ini akan meningkat, kapan

puncaknya, dan kapan akan kembali normal, sehingga pemeriksaan yang dilakukan memiliki

nilai diagnostik dan tidak sia – sia dilakukan. Contohnya, akan percuma jika dilakukan

pemeriksaan CKMB pada hari ke empat setelah serangan jantung.

d.      Troponin.

Troponin adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung dan otot rangka.

Bersama dengan trompomiosin, tromponin, mengatur kontraksi otot. Kontraksi otot terjadi

karena pergerakan molekul miosin disepanjang filamen aktin intrasek. Troponin terdiri dari 3

polipeptida yaitu :

1.  Troponin C (TnC) dengan berat molekul 18.000 dalton, berfungsi mengikat dan mendeteksi

ion kalsium yang mengatur kontraksi.

2.  Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen inhibitorik yang

berfungsi mengikat aktin.

3. Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat tropomiosin.

Dari tiga polipeptida tersebut, hanya bentuk troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT) yang

ditemukan didalam sel – sel miokardium, tidak pada jenis otot lain.
Uji troponin digunakan untuk membantu mendiagnosis serangan jantung, untuk

mendeteksi dan mengevaluasi cedera miokardium, dan untuk membedakan nyeri dada karena

serangan jantung atau mungkin penyebab lainnya.  Troponin adalah tes yang lebih spesifik untuk

serangan jantung daripada tes lainnya (yang mungkin menjadi positif pada  cedera otot rangka )

dan tetap tinggi untuk jangka waktu beberapa hari setelah serangan jantung.

e.  Serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT).

Enzim ini juga akan dilepaskan oleh sel otot miokard yang rusak atau mati. Konsentrasi

dalam serum akan meningkatkan dalam serum akan meningkat dalam 8-12 jam setelah onset

infark, mencapai puncaknya pada 18-36 jam dan mulai turun kembali ke normal setelah 3-4 hari.

Selain diotot jantung, enzim ini juga terdapat dalam hti dn otot skelet, sehingga pada peningkatan

kadar enzim ini merupakan indikator yang lemah dalam menegakkan diagnosa infark miokard

akut. Gagal jantung dengan bendungan pada hati atau hipoksia otot skelet sering juga disertai

dengan peningkatan kadar SGOT.

f. Lactic Dehydrogenase (LDH).

LDH hampir terdapat disemua jaringan tubuh dan kadarnya dalam serum akan meningkat

pada berbagai keadaan. Pada infark miokard akut, konsentrasi akan meningkat dalam waktu 24-

48 jam, mencapai puncaknya dalam 3-6 hari setelah onset dan kembali  normal setelah 8-14 hari.

LDH mempunyai 5 isoenzim. Isoenzim LDH 1 lebih spesifik untuk kerusakan otot jantung

sedangkan LDH 4 dan LDH 5 untuk kerusakan hati dan otot skelet.
g. SPGT (serum glutamik pyruvik transaminase).

Merupakan enzim transminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh

terutama hati. Sering disebut juga ALT (Alanin aminotransferase).

Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati.

Nilai normal :

1)      Laki – laki : 42 U/L

2)      Wanita : 32 U/L

B. Pemeriksaan Radiografi Thorax

Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan

menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga dada. Tekhnik

radiografi thorax terdiri dari bermacam – macam posisi yang harus dipilih disesuaikan dengan
indikasi pemeriksaan, misalnya bronchitis kronis, KP, fleural effusion, pneumo thorax dan lain –

lain.

Untuk menentukan posisi mana yang tepat, harus menyesuaikan antara tujuan

pemeriksaan dengan kriteria foto yang dihasilkan.

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding

thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru,

jantung, dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering

terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit paru yang terkait

dengan pekerjaan di industri – industri seperti pertimbangan dimana para pekerja terpapar oleh

debu.

Secara umum kegunaan foto thorax / CXR adalah :

1.      Untuk melihat abnormalitas congenital (jantung,vaskuler).

2.      Untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax).

3.      Untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB).

4.      Untuk memeriksa keadaan paru – paru.

 Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :

1.      Nodule (daerah buram yang khas pada paru).

Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malign, granuloma, infeksi (pneumoniae), vascular

infarct, varix. Kecepatan pertumbuhan, klasifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu

dalam diagnosis. Nodul juga dapat multiple.


2.      Kavitas.

Yaitu struktur lubang berdinding didalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker, emboli paru,

infeksi staphllococcus, aureus, tuberculosis, bakteri anaerob dan jamur dan wegener’s

granulomatosis.

3.      Abnormalitas pleura.

Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat terjadi

pada kanker, sarcoid, connective tissue diseasse dan lymphangioleiomyomatosis.

Langkah – langkah Pembuatan Foto Thorax :

a.  Persiapan Alat dan Bahan.

1) Meja pemeriksaan.

2)  Film, kaset.

3)  Marker dan asesoris lain.

4)  Pesawat rontgen.

b. Indikasi Pemeriksaan.

Indikasi dilakukannya foto torak antara lain :

1) Infeksi traktus respiratorius bawah, misalnya : TBC Paru, bronkitis, Pneumonia.

2) Batuk kronis.

3) Batuk berdarah.

4) Trauma dada.

5) Tumor.

6) Nyeri dada.
7) Metastase neoplasma.

8) Penyakit paru akibat kerja.

9)  Aspirasi benda asing.

c. Persiapan Pemeriksaan.

1)  Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan.

2)  Memilih tekhnik radiografi yang tepat.

3)  Memberikan instruksi kepada pasien.

d. Posisi Pemeriksaan.

1)      Posisi PA (Postero Anterior).

Pada posisi ini film diletakkan didepan dada, siku ditarik kedepan supaya skapula tidak menutupi

parenkim paru.

2)      Posisi AP (Antero Posterior).

Dilakukan pada anak – anak atau pada pasien yang tidak kooperatif. Film diletakkan dibawah

punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih besar dari posisi

PA.

3)      Posisi Lateral Dextra dan Sinistra.

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri kecuali

semua tanda dan gejala klinis terdapat disebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral kanan,

berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi berdiri.
4)      Posisi Lateral Dekubitus.

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu, yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas dalam

cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita berbaring pada satu sisi

(kiri atau kanan). Film diletakkan dimuka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah

horizontal.

5)      Posisi Apikal (Lordotik).

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah apex

kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada

kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.

e.       Prosedur Pemeriksaan.

1)      Memasang kaset dan memberikan marker.

2)      Mengatur posisi pasien.

3)      Mengatur jarak (FFD).

4)      Menentukan Arah sinar (CR) dan Pusat (CP).

5)      Mengatur kolimasi menentukan faktor eksposi dan proteksi radiasi.

6)      Melakukan eksposi, melakukan processing film.

7)      Mengevaluasi hasil foto.

f.       Syarat / Kriteria Gambaran Foto Thorax PA.

1)      Seluruh lapangan paru tampak atau tercover.

2)      Batas atas apex paru tampak (tidak terpotong).

3)      Batas bawah kedua sinus prenico costalis tidak terpotong.


4)      Kedua sterno clavicular joint tampak simetris kanan dan kiri.

5)      Lapangan pulmo terbebas dari gambaran os. Scapula.

6)      Inspirasi penuh ditunjukkan dengan terlihatnya Costae 9-10 Posterior.

7)      Faktor eksposi cukup ditunjukkan dengan terlihatnya CV Thoracal 3 atau 4.

C. Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiogram dalah pemeriksaan penunjang jantung tertua, sejak permulaan abad

20. Pemeriksaan EKG ini sangat penting dan tak tergantikan dengan pemeriksaan-pemeriksaan

lain yang lebih baru.

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang

merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.


 Sistem Konduksi Listrik Jantung.

Jantung dapat melakukan fungsinya sebagai pompa atau melakukan kontraksi dengan baik, hal

ini disebabkan jantung memiliki 3 hal, yaitu:

1.      Penghasil listrik sendiri yang otomatis (pacemaker).

Jantung penghasil listrik otomatis ini terdiri atas 3 komponen, yakni nodus SA, nodus AV, dan

serabut Purkinje.

2.       Konduksi listrik

Konduksi atau perambatan listrik yang terjadi di jantung secara sistematis dimulai dari nodus

SA, nodus AV, His, cabang berkas kiri dan kanan, serta berakhir di serabut Purkinje.

3.      Miokardium (otot-otot jantung).

Otot-otot jantung akan mengalami kontraksi bila terjadi perubahan muatan listrik di dalam sel

miokard yang dinamakan depolarisasi, sedangkan peristiwa kembalinya muatan listrik di dalam

sel-sel miokard menjadi keadaan seperti semula dinamakan repolarisasi. Selanjutnya, akan

menghasilkan relaksasi kembali dinding miokradium.

a.       Nodus sinoatrial (Nodus SA).

Nodus SA terletak di atrium kanan di dekat muara vena kava superior. Pada keadaan normal,

nodus ini mampu menghasilkan impuls listrik sebesar 60-100 kali per menit. Sesuai sifatnya

sebagai sel pacemaker, nodus SA mampu menghasilkan impuls dengan sendirinya.


b.      Nodus atrioventrikuler (Nodus AV).

Nodus AV terletak di dalam dinding septum atrium atau sekat antara atrium kanan dan kiri,

tepatnya di atas katup trikuspidalis di dekat muara sinus koronarius, dan dalam keadaan normal

mampu menghasilkan impuls 40-60 kali per menit.

c.       Berkas his.

Berkas his memiliki fungsi sebagai pengantar impuls listrik dari nodus AV. Berkas his terbagi

menjadi cabang berkas kiri (left bundle branches, LBB) dan berkas kanan (right bundle branches,

RBB). LBB terbagi menjadi:

1)      Fasikulus posterior menghantarkan impuls listrik ke ventrikel kiri bagian inferior dan

posterior.

2)      Fasikulus anterior menghantarkan impuls ke ventrikel kiri bagian anterior dan superior.

RBB menghantarkan impuls listrik dari berkas his ke ventrikel kanan.

d.      Serabut bachman.

Serabut bachman merupakan jalur yang menghubungkan impuls listrik dari atrium kanan dengan

atrium kiri.

e.       Serabut Purkinje.

Serabut purkinje terletak di dalam endokardium dan merupakan akhir dari perjalanan impuls

listrik untuk disampaikan ke endokardium agar terjadi depolarisasi di kedua ventrikel. Serabut

purkinje secara normal mampu menghasilkan impuls 20-40 kali per menit.
 Tujuan dari pemeriksaan EKG yaitu untuk menilai kerja jantung, apakah normal atau

tidak normal. Beberapa hal yang dapat ditunjukkan oleh pemeriksaan EKG adalah :

1.      Laju (kecepatan) denyut jantung.

2.      Ritme denyut jantung.

3.      Kekuatan dan sinyal listrik saat melewati masing – masing bagian jantung.

 Kegunaan pemeriksaan EKG yaitu :

1.      Memeriksa aktivitas elektrik jantung.

2.      Menemukan penyebab nyeri dada, yang dapat disebabkan serangan jantung, inflamasi

kantung sekitar jantung (perikarditis), atau angina.

3.      Menemukan penyebab gejala penyakit gejala penyakit jantung, seperti sesak napas, pusing,

pingsan, atau detak jantung lebih cepat atau tidak beraturan (palpitasi).

4.      Mengetahui apakah dinding ruang-ruang jantung terlalu tebal.

5.      Memeriksa apakah suatu alat mekanis yang dicangkok dalam jantung, misalnya pacemaker,

bekerja dengan baik untuk mengendalikan denyut jantung.

6.      Memeriksa kesehatan jantung pada penderita penyakit atau kondisi tertentu, seperti

hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes.


 Indikasi  Pemeriksaan EKG :

1.      Pasien dengan kelainan irama jantung.

2.      Pasien dengan kelainan miokard seperti infark.

3.      Pasien dengan pengaruh obat – obat jantung terutama digitalis.

4.      Pasien dengan pembesaran jantung.

5.      Pasien Perikarditis.

6.      Pasien dengan kelainan penyakit inflamasi pada jantung.

7.      Pasien diruang ICU

8.      Pasien dengan gangguan elektrolit.

 Persiapan pemeriksaan EKG :

1.      Mesin EKG.

2.      Kabel untuk sumber listrik.

3.      Kabel untuk bumi (ground).

4.      Kabel elektroda ekstremitas dan dada.

5.      Jelly.

6.      Kertas tissue.

7.      Kapas Alkohol.
8.      Kertas EKG.

9.      Spidol.

 Persiapan pemeriksaan EKG pada pasien :

1.      Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG.

2.      Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama

perekaman.

3.      Cara menempatkan elektrode sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien

disekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.

4.      Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan

telapak tangan.

5.      Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.

6.      Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai

kebahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.

7.      Kemudian kabel-kabel dihubungkan :

1)      Merah (RA/R) lengan kanan.

2)      Kuning (LA/L) lengan kiri.

3)      Hijau (LF/F) tungkai kiri.

4)      Hitam (RF/N) tungkai kanan (sebagai ground).


5)      Hubungkan kabel dengan elektroda :

a.       Kabel merah dihubungkan pada elektroda dipergelangan tangan kanan.

b.      Kabel kuning dihubungkan pada elektroda dipergelangan tangan kiri.

c.       Kabel hijau dihubungkan pada elektroda dipergelangan kaki kiri.

d.      Kabel hitam dihubungkan pada elektroda dipergelangan kaki kanan.

8.      Bersihkan pula permukaan kulit di dada klien yang akan dipasang elektroda prekordial

dengan kapas alkohol dan beri jelly pada setiap elektroda, pasangkan pada tempat yang telah

dibersihkan.

9.      Hubungkan kabel dengan elektroda :

1)      C1 : untuk Lead V1 dengan kabel merah di ruang interkostal IV garis sternal kanan.

2)      C2 : untuk Lead V2 dengan kabel kuning di Ruang interkostal IV garis sternal kiri.

3)      C3 : untuk Lead V3 dengan kabel hijau di Pertengahan antara V2 dan V4.

4)      C4 : untuk Lead V4 dengan kabel coklat di Ruang interkostal V garis midklavikula

kiri.

5)      C5 : untuk Lead V5 dengan kabel hitam di Sejajar V4 garis aksila depan.

6)      C6 : untuk Lead V6 dengan kabel ungu di Sejajar V4 garis mid-aksila kiri. Pada C2

dan C4 merupakan titik-titik untuk mendengarkan bunyi jantung I dan II.

10.  Cara merekam EKG.

1)      Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.

2)      Periksa kembali standarisasi EKG.

3)      Kalibrasi 1 mv (10mm).
4)      Kecepatan 25 mm/detik. Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan menekan tombol run atau

start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2-3 kali berturut-turut dan diperiksa

apakah 10 mm.

5)      Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut

yaitu sandapan (lead) I,II,III,aVR,aVL,VI,V2,V3,V4,V5,V6. Setelah pencatatan, tutup kembali

dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG.

6)      Rapikan pasien dan alat-alat.

7)      Catat dipinggir kiri atas kertas EKG :

a)      Nama Pasien.

b)      Umur.

c)      Tanggal atau Jam.

d)     Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah.

8)      Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa.

9)      Hal – hal penting yang harus diperhatikan :

a)      Status kesehatan klien, pantau setiap saat.

b)      Pemasangan EKG harus sesuai dengan cara yang benar.

c)      Pasien diusahakan jangan terkena besinya, jangan batuk, dan tidak mengobrol, karena

akan mempengaruhi hasil EKG.

10)  Hal – hal penting yang harus dicatat :

a)      Nama Pasien.

b)      Status Klien (usia,jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tekanan darah).

c)      Tanggal atau jam.


d)     Dokter yang merawat.

e)      Yang membuat perekaman pada kiri bawah.

f)       Rekam medik pasien.

g)      Frekuensi jantung permenit.

h)      Irama jantung.

i)        Gelombang P.

j)        Interval P.

k)      Kompleks QRS.

l)        Kelainan EKG yang ditemukan.

D.    Pemeriksaan Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah salah satu tekhnik pemeriksaan diagnostik yang menggunakan

gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk memvisualisasikan gambaran struktur dan fungsi

jantung dilayar monitor.

Pemeriksaan fisik ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga secara tekhnis relatif lebih

mudah dilakukan terhadap bayi, anak – anak, dan orang dewasa. Pemeriksaan ini dapat

mendeteksi gerakan otot – otot jantung baik yang normal maupun yang abnorma seperti pada

keadaan akibat serangan jantung. Pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan.

Echocardiografi akan dapat mengidentifikasikan berbagai kelainan struktur jantung termasuk

kelainan katup dan beberapa kebocoran (defek) di sekat – sekat jantung. Keluar masuk pembuluh

darah baik yang normal maupun abnormal dapat tervisualisasi dengan baik. Walaupun demikian

pada kelainan bawaan yang kompleks sekali dan sulit, tidak jarang masih diperlukan

pemeriksaan katerisasi jantung sebelum dilakukan tindakan. Dokter akan merekomendasikan

pemeriksaan echocardio jika ditemukan gejala dan penyakit jantung. Pada orang dewasa

umumnya bila ada gejala sakit dada, sesak nafas dan tanda – tanda gagal jantung. Bayi dan anak
– anak yang dicurigai menderita jantung bawaan yaitu seperti PDA, VSD, ASD, TOF, dan lain –

lain.

 Echocardiography dapat memberikan informasi tentang hal-hal sebagai berikut :

1.      Pembesaran jantung(kardiomegali) yang dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi,

kebocoran katup jantung atau gagal jantung.

2.      Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat memompa darah dengan

sempurna. Kelemahan otot jantung dapat terjadi akibat tidak memperoleh aliran darah dengan

baik karena penyakit jantung koroner.

3.      Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit jantung bawaan seperti pada

kebocoran sekat-sekat jantung.(VSD,ASD) kelainan katup dan pembuluh darah besar serta

berbagai kelainan yang telah ditemukan sejak janin dalam kandungan.

4.      Evaluasi atau pemantauan selama dilakukan tindakan operasi jantung atau selama prosedur

intevensi.

5.      Adanya tumor di dalam jantung atau gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke.

6.      Ditemukan bising jantung (murmur) baik pada anak maupun orang dewasa.

7.      Pada demam rematik dan penjakit jantung rematik.

 Cara Pemeriksaan Echocardiografi yaitu :

a)      Pasien berbaring dengan tenang ditempat tidur, dan pada bayi sebaiknya dalam pangkuan

ibunya.
b)      Menggunakan Jelly yang diletakkan diujung ‘probe’ dengan gelombang suara frekwensi

tinggi untuk memperoleh visualisasi gambaran struktur jantung termasuk katup jantung.

Pemeriksaan ini tidak menggunakan sinar-X.

c)      Sambil dilakukan pemeriksaan pasien dapat melihat atau menyaksikan di layar monitor dan

pemeriksa dapat memberi penjelasan singkat.

Secara umum ada 4 jenis Ecocardiography yang sering dilakukan yakni :

a)      Transthoracal Echocardiography (TTE).

Merupakan salah satu jenis Echocardiography yang paling sering dilakukan. Tidak terasa sakit.

alat transduser diletakan dibeberapa tempat tertentu diatass dinding dada dengan mengirimkan

gelombang suara yang dikonversi oleh komputer menjadi gambar yang terlihat digambar

monitor.

b)      Transsesophageal Echocardiography (TEE).

Digunakan untuk melihat secara teliti struktur yang lebih dalam seperti aorta dan septum atrium

atau katup-katup jantung pada saat operasi atau pada saat dilakukan tindakan intervensi

penutupan ASD atau VSD. Transduser dimasukan dan didorong melalui mulut kemudian sampai

ke oesophagus. Oleh karena berada pada posisi yang cukup dekat kejantung maka gambaran

yang terlihat akan lebih jelas dan akurat dibandingkan dengan hasil TTE.

c)      Fedal Echocargraphy (janin).

Pemeriksaan ini dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai janin dengan resiko atau dicurigai

menderita penyakit jantung bawaan.Biasanya dapat dilakukan mulai kehamilan 18 – 22 minggu.


d)     Stress Echocargraphy.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan exercise atau makan obat untuk meningkatkan fungsi dan

denyut jantung. Beberapa kelainan atau penyakit jantung koroner lebih mudah didiagnosis

dengan teknik ini.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemeriksaan diagnostik pada sistem kardiovaskuler ini dibagi menjadi beberapa

pemeriksaan yaitu pemeriksaan test laboratorium, pemeriksaan radiografi, pemeriksaan EKG,

pemeriksaan echocardiografi.

Pemeriksaan test laboratorium sendiri dibagi menjadi 2 yaitu,pemeriksaan laboratorium

rutin dan pemeriksaan spesifik.

Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan

menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga dada.

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang

merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.

Pemeriksaan Ekokardiografi yaitu salah satu tekhnik pemeriksaan diagnostik yang

menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk memvisualisasikan gambaran

struktur dan fungsi jantung dilayar monitor.

B.  SARAN

              Penulis sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini
.DAFTAR PUSTAKA

Ruhyanudin,Faqih.2006.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskule.Malang : UMM Press

http://www.scribd.com/doc/52259213/agd-ekg-cvp-umbah-lambung-bls-suction diunduh pada

tanggal 22 Mei 2013.

.Craig R, Mindell J. Survei Kesehatan untuk Inggris, 2006. Volume 1, Penyakit kardiovaskular

dan faktor risiko pada orang dewasa.

Wang J, Nagueh SF. Current perspectives on cardiac function in patients with diastolic heart

failure. Circulation. 2009;119:1146–1157.

Panggabean. M. Buku Ilmu Penyakit Dalam: Gagal Jantung. Volume 2. Jakarta: 2009

Aru W.Sudoyo,dkk. (2006) Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam FKUI.

Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection fraction. J Am Coll

Cardiol. 2009;53:905–918.

Ramani GV, Uber PA, Mehra MR. Chronic heart fail-ure: contemporary diagnosis and

management. Mayo Clin. Proc. 2010;85:180–195.

Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment

of acute and chronic heart failure 2008: the Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute

and Chronic Heart Failure 2008 of the European Society of Cardiology. Eur Heart J.

2008;29:2388– 2442.

Anda mungkin juga menyukai