Oleh:
Kelompok 2 :
Aldira Liza Septrani 183110162
Maisarah 183110180
KELAS 2A
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Sila Dewi Anggreni,S.Pd,M.Kep,Sp.KMB
Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul
“Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Gangguan Kardiovaskular’’ sesuai dengan waktu yang
sudah disediakan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Jiwa
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Dosen pembimbing mata kuliah Jiwa Program Studi DIII Keperawatan Poltekes Kemenkes
Padang Sila Dewi Anggreni,S.Pd,M.Kep,Sp.KMB.
2. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan
moral maupun material.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis,
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Pemeriksaa Tes Laboratorium........................................................................
2.2 Pemeriksaan Radiogradi Thoraks...................................................................
2.3 Elektrodiogram (EKG)...................................................................................
2.4 Pemeriksaan Ekokardiografi..........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh
organ-organ muskular, apex, dan basis cordis, atrium kanan, dan atrium kiri serta ventrikel kanan
dan ventrikel kiri. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu
jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7571 liter darah.
invasif dan non invasif. Pemeriksaan non invasif adalah prosedur-prosedur diagnostik yang
dilakukan tanpa menyebabkan luka pada kulit sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang
berarti.
fisik, pemeriksaan EKG, photo rontgent thorax dan pemeriksaan laboratorium rutin. Semuanya
B. RUMUSAN MASALAH.
Dari latar belakang tersebut dapat di ambl rumusan masalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
1) Laboratorium Rutin.
a. Darah.
Pemeriksaan darah rutin hampir selalu dilakukan pada setiap penderita jantung dan pembuluh
darah. Pemeriksaan darah seperti hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit dan trombosit, ureum
dan gula darah, merupakan pemeriksaan rutin yang penting dan sangat efektif.
Hemoglobin (Hb).
Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan hb merupakan salah satu dari sekian banyak tolak
ukur apakah anda terkena anemia atau tidak. Hemoglobin adalah suatu protein yang berada
didalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telh dihirup dan
masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin didalam darah untuk
didistribusikan keotak, jantung, ginjal, otot, tulang, dan seluruh organ tubuh. Tanda – tandanya
yaitu raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu. Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan
mudah lelah.
Nilai normal :
c. Anak : 12 – 16 gram/dl
d. Balita : 9 – 15 gram/dl
e. Bayi : 10 – 17 gram/dl
Hb rendah (<10 gram/dl) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari
rendahnya Hb antara pendarahan berat, hemolisis, leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan
Hb tinggi (>18 gram/dl) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik
dengan corpulmonale), dehidrasi atau diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk
Hematokrit (Ht).
Merupakan perbandingan antara proporsi volume sampel darah anda dengan sel darah merah
(eritrosit) yang diukur dalam satuan milimeter perdesiliter dari darah keseluruhan, biasa juga
dinyatakan dalam persen. Jadi pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan
darah. Semakin tinggi presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau
sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat
Wanita dewasa : 37 – 47 %
Bayi : 29 – 54 %
Balita : 35 – 44 %
Leukosit.
Leukosit terdiri atas sel leukosit basofil, eosinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan
neutrofil segmen), monosit dan limfosit. Besarnya kadar – kadar zat penyusun leukosit tersebut
dinyatakan dalam persen. Biasanya, presentase tertinggi ada pada neutrofil segmen dan limfosit,
sementara presentase terendah ada pada eosinofil, basofil, dan monosit. Kadangkala presentase
eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan, keracunan, dan
perdarahan.
Nilai normal :
1. Eosinofil : 1-3 %
2. Basofil : 0-1%
3. Neutrofil : 3-5 %
4. Limfosit : 25-35 %
5. Monosit : 4-6%
Trombosit.
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan
Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000 – 400.000 /mikroliter darah.
b. Urin.
Pemeriksaan analisis urin rutin dilakukan untuk mendeteksi dan memantau kelainan
intrinsik dari ginjal dan saluran kencing, atau perubahannya sekunder akibat penyakit lain.
Pemeriksaan yang paling bermakna untuk menilai kapasitas kemampuan kepekatan ginjal
adalah osmolalitas urin. Berat jenis urin dapat memperkirakan osmolalitas tersebut bila diukur
dengan alat urinometer yang baik dan bila tak ada proteinuria atau glukosuria berat. Berat jenis
urin akan tinggi pada keadaan azotemia prerenal dan gagal jantung. Volume urin akan berkurang
pada penderita gagal jantung dan poliuri akan terlihat pada setengah dari penderita dengan
Hematuria dapat merupakan petunjuk adanya infark ginjal yang terjadi sekunder akibat
emboli dari jantung bagian kiri atau suatu endokarditis bakterialis. Hematuri juga dapat terjadi
sekunder akibat necrotizing arteritis pada hipertensimalikna, penyakit kolagen atau obat
antikoagulansia. Proteinuria ringan atau sedang sering ditemukan pada penderita gagal ginjal
kongestif, dan akan bertambah pada gagal jantung yang berat dan disertai dengan penurunan
silinder eritrosit dalam sedimen urine menunjukkan adanya glomerulonefritis akut, lubus
eritematus, atau endokarditis bakterial. Leukosit mungkin ditemukan pada penderita dengan
2) Laboratorium Spesifik.
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik ini hanya dilakukan pada penyakit jantung dan
Pemeriksaan laboratorium khusus tertentu seperti kadar enzim jantung dalam darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosa infark miokard akut. Otot miokard yang megalami
kerusakan akan melepaskan beberapa enzim spesifik sehingga kadarnya dalam serum meningkat.
Peningkatan kadar enzim ini juga akan ditemukan pada penderita setelah operasi jantung,
b. Kreatin fosfokinase.
Pada infark miokard akut konsentrasi CK dalam serum akan meningkat dalam waktu
enam sampai delapan jam setelah onset infark, mencapai puncaknya setelah 24 jam dan turun
kembali ke normal dalam waktu 3-4 hari. Pemeriksaan ini tidak terlalu spesifik untuk kerusakan
otot miokard karena enzim ini juga terdapat dalam paru – paru, otot skelet, otak, uterus, saluran
pencernaan dan kelenjar tiroid, sehingga kerusakan pada organ – organ tersebut akan
c. CK – MB.
CK – MB adalah jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan yang terutama otot,
miokardium, dan otak. CK – MB ini mampu memberikan informasi yang tepat tetapi kadang –
kadang menimbulkan hasil positif palsu pada cedera otot lainnya. Hal ini dapat di jumpai,
misalnya pada pelari marathon atau pasien dengan distrofi otot yang menghasilkan CK – MB di
otot rangka, atau pasien dengan gagal ginjal yang mengalami gangguan mengeluarkan CK – MB
tinggi dari CPK. CKMB akan meningkat selama 3 – 6 jam setelah terjadi serangan jantung,
mencapai puncak dalam 12 – 24 jam, dan kembali normal dalam 48 – 72 jam. Selain itu karena
serangan jantung, CKMB juga meningkat pada miokarditis, gagal jantung, dan trauma pada otot
jantung.
Yang terpenting adalah mengetahui kapan kedua enzim ini akan meningkat, kapan
puncaknya, dan kapan akan kembali normal, sehingga pemeriksaan yang dilakukan memiliki
nilai diagnostik dan tidak sia – sia dilakukan. Contohnya, akan percuma jika dilakukan
d. Troponin.
Troponin adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung dan otot rangka.
Bersama dengan trompomiosin, tromponin, mengatur kontraksi otot. Kontraksi otot terjadi
karena pergerakan molekul miosin disepanjang filamen aktin intrasek. Troponin terdiri dari 3
polipeptida yaitu :
1. Troponin C (TnC) dengan berat molekul 18.000 dalton, berfungsi mengikat dan mendeteksi
2. Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen inhibitorik yang
3. Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat tropomiosin.
Dari tiga polipeptida tersebut, hanya bentuk troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT) yang
ditemukan didalam sel – sel miokardium, tidak pada jenis otot lain.
Uji troponin digunakan untuk membantu mendiagnosis serangan jantung, untuk
mendeteksi dan mengevaluasi cedera miokardium, dan untuk membedakan nyeri dada karena
serangan jantung atau mungkin penyebab lainnya. Troponin adalah tes yang lebih spesifik untuk
serangan jantung daripada tes lainnya (yang mungkin menjadi positif pada cedera otot rangka )
dan tetap tinggi untuk jangka waktu beberapa hari setelah serangan jantung.
Enzim ini juga akan dilepaskan oleh sel otot miokard yang rusak atau mati. Konsentrasi
dalam serum akan meningkatkan dalam serum akan meningkat dalam 8-12 jam setelah onset
infark, mencapai puncaknya pada 18-36 jam dan mulai turun kembali ke normal setelah 3-4 hari.
Selain diotot jantung, enzim ini juga terdapat dalam hti dn otot skelet, sehingga pada peningkatan
kadar enzim ini merupakan indikator yang lemah dalam menegakkan diagnosa infark miokard
akut. Gagal jantung dengan bendungan pada hati atau hipoksia otot skelet sering juga disertai
LDH hampir terdapat disemua jaringan tubuh dan kadarnya dalam serum akan meningkat
pada berbagai keadaan. Pada infark miokard akut, konsentrasi akan meningkat dalam waktu 24-
48 jam, mencapai puncaknya dalam 3-6 hari setelah onset dan kembali normal setelah 8-14 hari.
LDH mempunyai 5 isoenzim. Isoenzim LDH 1 lebih spesifik untuk kerusakan otot jantung
sedangkan LDH 4 dan LDH 5 untuk kerusakan hati dan otot skelet.
g. SPGT (serum glutamik pyruvik transaminase).
Merupakan enzim transminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh
Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati.
Nilai normal :
2) Wanita : 32 U/L
Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan
menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga dada. Tekhnik
radiografi thorax terdiri dari bermacam – macam posisi yang harus dipilih disesuaikan dengan
indikasi pemeriksaan, misalnya bronchitis kronis, KP, fleural effusion, pneumo thorax dan lain –
lain.
Untuk menentukan posisi mana yang tepat, harus menyesuaikan antara tujuan
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding
thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru,
jantung, dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering
terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit paru yang terkait
dengan pekerjaan di industri – industri seperti pertimbangan dimana para pekerja terpapar oleh
debu.
Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :
infarct, varix. Kecepatan pertumbuhan, klasifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu
Yaitu struktur lubang berdinding didalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker, emboli paru,
infeksi staphllococcus, aureus, tuberculosis, bakteri anaerob dan jamur dan wegener’s
granulomatosis.
3. Abnormalitas pleura.
Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat terjadi
1) Meja pemeriksaan.
2) Film, kaset.
4) Pesawat rontgen.
b. Indikasi Pemeriksaan.
2) Batuk kronis.
3) Batuk berdarah.
4) Trauma dada.
5) Tumor.
6) Nyeri dada.
7) Metastase neoplasma.
c. Persiapan Pemeriksaan.
d. Posisi Pemeriksaan.
Pada posisi ini film diletakkan didepan dada, siku ditarik kedepan supaya skapula tidak menutupi
parenkim paru.
Dilakukan pada anak – anak atau pada pasien yang tidak kooperatif. Film diletakkan dibawah
punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih besar dari posisi
PA.
Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri kecuali
semua tanda dan gejala klinis terdapat disebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral kanan,
berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi berdiri.
4) Posisi Lateral Dekubitus.
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu, yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas dalam
cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita berbaring pada satu sisi
(kiri atau kanan). Film diletakkan dimuka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah
horizontal.
Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah apex
kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada
e. Prosedur Pemeriksaan.
C. Elektrokardiogram (EKG)
20. Pemeriksaan EKG ini sangat penting dan tak tergantikan dengan pemeriksaan-pemeriksaan
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang
Jantung dapat melakukan fungsinya sebagai pompa atau melakukan kontraksi dengan baik, hal
Jantung penghasil listrik otomatis ini terdiri atas 3 komponen, yakni nodus SA, nodus AV, dan
serabut Purkinje.
2. Konduksi listrik
Konduksi atau perambatan listrik yang terjadi di jantung secara sistematis dimulai dari nodus
SA, nodus AV, His, cabang berkas kiri dan kanan, serta berakhir di serabut Purkinje.
Otot-otot jantung akan mengalami kontraksi bila terjadi perubahan muatan listrik di dalam sel
miokard yang dinamakan depolarisasi, sedangkan peristiwa kembalinya muatan listrik di dalam
sel-sel miokard menjadi keadaan seperti semula dinamakan repolarisasi. Selanjutnya, akan
Nodus SA terletak di atrium kanan di dekat muara vena kava superior. Pada keadaan normal,
nodus ini mampu menghasilkan impuls listrik sebesar 60-100 kali per menit. Sesuai sifatnya
Nodus AV terletak di dalam dinding septum atrium atau sekat antara atrium kanan dan kiri,
tepatnya di atas katup trikuspidalis di dekat muara sinus koronarius, dan dalam keadaan normal
c. Berkas his.
Berkas his memiliki fungsi sebagai pengantar impuls listrik dari nodus AV. Berkas his terbagi
menjadi cabang berkas kiri (left bundle branches, LBB) dan berkas kanan (right bundle branches,
1) Fasikulus posterior menghantarkan impuls listrik ke ventrikel kiri bagian inferior dan
posterior.
2) Fasikulus anterior menghantarkan impuls ke ventrikel kiri bagian anterior dan superior.
d. Serabut bachman.
Serabut bachman merupakan jalur yang menghubungkan impuls listrik dari atrium kanan dengan
atrium kiri.
e. Serabut Purkinje.
Serabut purkinje terletak di dalam endokardium dan merupakan akhir dari perjalanan impuls
listrik untuk disampaikan ke endokardium agar terjadi depolarisasi di kedua ventrikel. Serabut
purkinje secara normal mampu menghasilkan impuls 20-40 kali per menit.
Tujuan dari pemeriksaan EKG yaitu untuk menilai kerja jantung, apakah normal atau
tidak normal. Beberapa hal yang dapat ditunjukkan oleh pemeriksaan EKG adalah :
3. Kekuatan dan sinyal listrik saat melewati masing – masing bagian jantung.
2. Menemukan penyebab nyeri dada, yang dapat disebabkan serangan jantung, inflamasi
3. Menemukan penyebab gejala penyakit gejala penyakit jantung, seperti sesak napas, pusing,
pingsan, atau detak jantung lebih cepat atau tidak beraturan (palpitasi).
5. Memeriksa apakah suatu alat mekanis yang dicangkok dalam jantung, misalnya pacemaker,
6. Memeriksa kesehatan jantung pada penderita penyakit atau kondisi tertentu, seperti
5. Pasien Perikarditis.
1. Mesin EKG.
5. Jelly.
6. Kertas tissue.
7. Kapas Alkohol.
8. Kertas EKG.
9. Spidol.
2. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama
perekaman.
disekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
4. Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan.
5. Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
6. Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai
kebahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
8. Bersihkan pula permukaan kulit di dada klien yang akan dipasang elektroda prekordial
dengan kapas alkohol dan beri jelly pada setiap elektroda, pasangkan pada tempat yang telah
dibersihkan.
1) C1 : untuk Lead V1 dengan kabel merah di ruang interkostal IV garis sternal kanan.
2) C2 : untuk Lead V2 dengan kabel kuning di Ruang interkostal IV garis sternal kiri.
3) C3 : untuk Lead V3 dengan kabel hijau di Pertengahan antara V2 dan V4.
4) C4 : untuk Lead V4 dengan kabel coklat di Ruang interkostal V garis midklavikula
kiri.
5) C5 : untuk Lead V5 dengan kabel hitam di Sejajar V4 garis aksila depan.
6) C6 : untuk Lead V6 dengan kabel ungu di Sejajar V4 garis mid-aksila kiri. Pada C2
3) Kalibrasi 1 mv (10mm).
4) Kecepatan 25 mm/detik. Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan menekan tombol run atau
start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2-3 kali berturut-turut dan diperiksa
apakah 10 mm.
5) Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut
dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG.
a) Nama Pasien.
b) Umur.
d) Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah.
c) Pasien diusahakan jangan terkena besinya, jangan batuk, dan tidak mengobrol, karena
a) Nama Pasien.
b) Status Klien (usia,jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tekanan darah).
h) Irama jantung.
i) Gelombang P.
j) Interval P.
k) Kompleks QRS.
D. Pemeriksaan Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah salah satu tekhnik pemeriksaan diagnostik yang menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk memvisualisasikan gambaran struktur dan fungsi
Pemeriksaan fisik ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga secara tekhnis relatif lebih
mudah dilakukan terhadap bayi, anak – anak, dan orang dewasa. Pemeriksaan ini dapat
mendeteksi gerakan otot – otot jantung baik yang normal maupun yang abnorma seperti pada
keadaan akibat serangan jantung. Pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan.
kelainan katup dan beberapa kebocoran (defek) di sekat – sekat jantung. Keluar masuk pembuluh
darah baik yang normal maupun abnormal dapat tervisualisasi dengan baik. Walaupun demikian
pada kelainan bawaan yang kompleks sekali dan sulit, tidak jarang masih diperlukan
pemeriksaan echocardio jika ditemukan gejala dan penyakit jantung. Pada orang dewasa
umumnya bila ada gejala sakit dada, sesak nafas dan tanda – tanda gagal jantung. Bayi dan anak
– anak yang dicurigai menderita jantung bawaan yaitu seperti PDA, VSD, ASD, TOF, dan lain –
lain.
2. Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat memompa darah dengan
sempurna. Kelemahan otot jantung dapat terjadi akibat tidak memperoleh aliran darah dengan
3. Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit jantung bawaan seperti pada
kebocoran sekat-sekat jantung.(VSD,ASD) kelainan katup dan pembuluh darah besar serta
4. Evaluasi atau pemantauan selama dilakukan tindakan operasi jantung atau selama prosedur
intevensi.
5. Adanya tumor di dalam jantung atau gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke.
6. Ditemukan bising jantung (murmur) baik pada anak maupun orang dewasa.
a) Pasien berbaring dengan tenang ditempat tidur, dan pada bayi sebaiknya dalam pangkuan
ibunya.
b) Menggunakan Jelly yang diletakkan diujung ‘probe’ dengan gelombang suara frekwensi
tinggi untuk memperoleh visualisasi gambaran struktur jantung termasuk katup jantung.
c) Sambil dilakukan pemeriksaan pasien dapat melihat atau menyaksikan di layar monitor dan
Merupakan salah satu jenis Echocardiography yang paling sering dilakukan. Tidak terasa sakit.
alat transduser diletakan dibeberapa tempat tertentu diatass dinding dada dengan mengirimkan
gelombang suara yang dikonversi oleh komputer menjadi gambar yang terlihat digambar
monitor.
Digunakan untuk melihat secara teliti struktur yang lebih dalam seperti aorta dan septum atrium
atau katup-katup jantung pada saat operasi atau pada saat dilakukan tindakan intervensi
penutupan ASD atau VSD. Transduser dimasukan dan didorong melalui mulut kemudian sampai
ke oesophagus. Oleh karena berada pada posisi yang cukup dekat kejantung maka gambaran
yang terlihat akan lebih jelas dan akurat dibandingkan dengan hasil TTE.
Pemeriksaan ini dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai janin dengan resiko atau dicurigai
Pemeriksaan ini dilakukan dengan exercise atau makan obat untuk meningkatkan fungsi dan
denyut jantung. Beberapa kelainan atau penyakit jantung koroner lebih mudah didiagnosis
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pemeriksaan echocardiografi.
Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan
menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga dada.
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang
B. SARAN
Penulis sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini
.DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/52259213/agd-ekg-cvp-umbah-lambung-bls-suction diunduh pada
.Craig R, Mindell J. Survei Kesehatan untuk Inggris, 2006. Volume 1, Penyakit kardiovaskular
Wang J, Nagueh SF. Current perspectives on cardiac function in patients with diastolic heart
Panggabean. M. Buku Ilmu Penyakit Dalam: Gagal Jantung. Volume 2. Jakarta: 2009
Aru W.Sudoyo,dkk. (2006) Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection fraction. J Am Coll
Cardiol. 2009;53:905–918.
Ramani GV, Uber PA, Mehra MR. Chronic heart fail-ure: contemporary diagnosis and
Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment
of acute and chronic heart failure 2008: the Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute
and Chronic Heart Failure 2008 of the European Society of Cardiology. Eur Heart J.
2008;29:2388– 2442.