Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok
situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik.Teori-teori
yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus
pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu.Model konseptual
keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang
keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam
keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep
ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam
riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli
dalam bidang keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi Roy. Roy dalam
teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan ,
yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy
menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan
cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah
makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.

B. RUMUSAN MASALAH

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :


1. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model praktek Callista
Roy
3. Aplikasi pada Keperawatan Callista Roy

1
C. RIWAYAT HIDUP CALLISTA ROY

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet.Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California.Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister
Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerja dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964
ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan
Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan.Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang
sesuai dengan keperawatan.Dimulai dengan pendekatan teori sistem.Roy
menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis –
psikologis.Untuk memulai membangun pengertian konsepnya.Helsen mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat
adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis
stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga
mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.
Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme
dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkanderajatkesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-
ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970)
dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu
kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun
1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana
muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf
pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan
memperluas model.Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk
klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model
adaptasi.Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan
kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi
Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

2
BAB II
APLIKASI KONSEP MODEL KEPERAWATAN CALLISTA ROY

A. TEORI ADAPTASI CALLISTA ROY

Roy memandang individu sebagai individu makhluk bio-psiko-sosial yang harus


dilihat sebagai satu kesatuan utuh yang secara terus menerus berinteraksi dengan
lingkungan, berespons terhadap lingkungan, dan beradaptasi dengan lingkungan,.
Keperawatan dilihat sebagai kegiatan atau tindakan yang ditujukan pada upaya
menghilangkan stimuli dan memicu kemampuan adaptasi dari individu
Model keperawatan yang dikembangkannya selanjutnya dikenal sebagai “adaption
model”
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti
diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai
kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai
“Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-
bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991
), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .

3
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus
fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-
proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks
otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang
diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses
fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus
umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses
berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian
dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses
internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar
berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mend\alam). Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian
atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan,
mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar
.Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output
sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon
yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan
dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang
berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan.Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung
tujuan ini.

4
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem
pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang
dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy
memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol
yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan
bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
 Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
 Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuaii dengan perubahan yang terjadi.
Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy,
diantaranya:
 Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
 Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan
baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
 Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan
yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
 Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas
kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
 Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal
pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
 Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social
dalam berhubungan dengan orang lain.
 Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola
tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
 Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar
mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki
tujuan meningkatkan respon adaptasi.

5
Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu system
adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-
Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat
beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu
harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
b. Pengembangan konsep diri positif
c. Penampilan peran social
d. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
e. Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi
klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.
Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien
beradaptasi.
Menurut Roy terdapat empat objek
uta,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,ma dalam ilmu
keperawatan, yaitu :
 Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu,
keluarga, kelompok, komunitas atau social.Masing-masing dilakukan oleh
perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka.System terbuka
tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,
kejadian, energi antara system dan lingkungan.Interaksi yang konstan antara
individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal.Dengan
perubahan tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana
setiap individu secara kontunyu beradaptasi.

 Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.


Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses
umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia
dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat
mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.Sebagai sistem
adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi
manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa
tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan
menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu

6
sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang
umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus
internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus
manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.
Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping.
Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan
subsistem kognator.
4. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal
sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan
suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.Kondisi sehat dan
sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang
dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut
dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat
pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
5. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat
berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang
berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari
perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang
lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam
merubah dan mengurangi resiko akibatdarilingkungansekitar.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam
mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan
menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan,
intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses
keperawatan secara umum.

7
B. KONSEP DASAR DAN MODEL KEPERAWATAN CALLISTA ROY

Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek.


Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan
menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan
menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-
orang.Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan,
jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan.Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari
tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi
interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat
cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan
keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan
adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif
dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini
dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
 Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif
manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input,
control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah
karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan
antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.

 Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara
utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat
dihubungkan dengan konsep adaptasi.Adaptasi adalah komponen pusat dalam
model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang
adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng
terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam
lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping
yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

 Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang
adaptif.

8
Model Adaptasi Roy telah menggambarkan tahapan–tahapan dalam proses
keperawatan yang lengkap. Berdasarkan teori Roy, tahapan proses keperawatan
dimulai dari 2 level pengkajian , diagnosa keperawatan, tujuan tindakan
keperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Kelebihan proses
keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy inii adalah pada tahap 2 level
pengkajian yang harus dilakukan perawat.

Pengkajian keperawatan dimulai dengan; level 1) perawat mengkaji respon


prilaku pasien terhadap stimulus yaitu fisiologis adaptasi mode, konsep diri adaptasi
mode, peran adaptasi mode dan ketergantungan adaptasi mode, level 2) perawat
mengkaji stressor yang dihadapi pasein yaitu stimulus fokal & kontekstual ( yang
pada dasarnya merupakan faktor presipitasi dari masalah yang dihadapi pasien) dan
stimulus residual (yang pada dasarnya merupakan faktor predisposisi dari masalah
yang dihadapi pasien), sehingga pengkajian yang dilakukan perawat lebih lengkap
dan perawat dapat menegakkan diagnosa lebih akurat dari pengkajian tersebut.

Di tatanan keperawatan jiwa sendiri, pendekatan yang digunakan pada Teori


Adaptasi Roy ini sangat bermanfaat ketika perawat melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan jiwa, resiko gangguan dan sehat jiwa. Dengan teori
ini, perawat tidak hanya dapat mengintervensi tanda dan gejala tapi juga dapat
mengetahui & memberikan intervensi pada faktor presipitasi dan faktor predisposisi
dari masalah yang dihadapi pasien. Sehingga perawat dapat mencegah pasien
mengalami masalah resiko dan gangguan jiwa, mengatasi masalah resiko dan
gangguan jiwa dan meningkatkan individu yang sehat agar tidak mengalami masalah
resiko dan gangguan jiwa.

Selain itu, dengan Teori Adaptasi Roy ini, perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat lebih memahami tentang proses adaptasi yang terjadi pada
individu, yang dimulai dari adanya stimulus/stressor yang dapat menjadikan individu
mengalami stress, proses mekanisme koping (kognator dan regulator) dan effektor
sebagai upaya individu mengatasi stressor dan terakhir timbulnya respon prilaku
individu terhadap stressor yang dihadapinya. Teori ini hampir mirip dengan Teori
Stress Adaptasi Stuart-Laraia yang ada di keperawatan jiwa.

9
C. TUJUAN KEPERAWATAN CALLISTA ROY

Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon


adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan
eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping
seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang.
Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan
residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap
ancaman/input yang masuk.Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat
perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua
stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan
dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus
residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan
situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :


1) Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan
dengan 4 mode adaptif .dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada
kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
2) Menggunakan diagnosa dengan pernyataan atau mengobservasi dari perilaku
yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan
metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh
kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan
yang panas”.
3) Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan
stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami
nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini,
diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan
keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”

E. FOKUS INTERVENSI

Pelaksanaan direncanakan dengan tujuan mengubah atau memanipulasi


penyebab (stimulus), baik fokal, konsektual maupun residual dan difokuskan pada
kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap simulus.Hal ini dilakukan dengan

10
mempertimbangkan keseluruhan aspek yang ada pada klien meliputi bio-psikososial
(holistik).

F. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini, hal yang
dilakukan adalah membandingkan tingkah laku klien sebelum dan sesudah
implementasi.Hal ini terkait dengan kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah
timbulnya kembali masalah yang pernah dialami.Kemampuan adaptasi ini ini meliputi
seluruh aspek, baik bio, psiko maupun sosial.

G. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI CALLISTA ROY

Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga


dapat mengembangkan model perpaduannya.Yang hingga kini masih menjadi pegangan
bagi para perawat.Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan
dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya.Kelebihan dari teori dan
model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang
dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus
yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode
interdependensi.selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh
pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan
oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai
upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy
ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses
adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan
proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat
( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring
ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik
dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan
oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan
perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-
konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan kepada pasien yang telah
mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk
praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy
menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik.Roy memandang person secara
menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan
dan berinteraksi dengan lingkungannya.Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran
informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya
akan menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi
perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan
proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat

B. SARAN
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap
konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan
teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak
bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada
situasi sehat atau sakit .Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli
fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli
berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan
pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan
mekanisme koping yang lain.

12
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap
mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga.
Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana
meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya
perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.Misalnya, seseorang yang
mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan.Perawat perlu
mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita.Dimana pasien harus mampu
berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya.Kehilangan
salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima.Jika perawat
dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan
fungsi perannya secara optimal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Raenah Een, (2010),Konsep Dasar Keperawatan. CV Trans Into Media ; Jakarta


Timur.

Hidayat A. Aziz Alimul, (2004), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba


Medika; Jakarta

Basford, Lynn, 2006, Teori dan Praktik Keperawatan, EGC; Jakarta.

Roy S.C-Andrews H.A. 1991.The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement,

California: Appleton & Large.

14

Anda mungkin juga menyukai