Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat
mengiinginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu
berperan dalam membantu pelaksana tugas dokter, menjadi bagian
dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan
pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu
mengubah sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan
manajemen organisasi tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihat
sebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan,
ada kejelasan batasan.
Walaupun demikian namun jumlah tuntutan kasus-kasus malpraktik
pun juga meningkat seiring dengan majunya tingkat pendidikan
masyarakat sehingga diperlukan payung hukum bagi perawat dalam
menjalankan profesinya dilapangan praktik. Karena setiap perawat
miliki tanggung jawab dalam setiap keputusan yang diambil untuk
memberikan prosedur asuhan keperawatan terhadap klien. Agar
proses pengambilan keputusan tersebut terhindar dari resiko tuntutan
maka perlu adanya perlindungan praktik keperawatan yang sah
menurut hukum. Apalagi keperawatan di Indonesia masih tergolong
muda dibandingkan dengan di negara barat. Maka dari itu kami tertarik
untuk menulis makalah yang berjudul Aspek Legal dalam Praktik
Keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian aspek legal keperawatan?

2. Apa saja yang menjadi sumber-sumber hukum dalam praktik


keperawatan?
3. Apa pentingnya standar keperawatan dalam praktik keperawatan?
4. Apa saja aspek legal pilihan dalam praktik keperawatan?
5. Apa fungsi hukum dalam praktik keperawatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aspek legal keperawatan
2. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum praktik keperawatan
3. Untuk mengetahui pentingnya standar keperawatan dalam praktik
keperawatan
4. Untuk mengetahui aspek legal pilihan dalam praktik keperawatan
5. Untuk mengetahui fungsi hukum dalam praktik keperawatan
1.4 Manfaat
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti tentang aspek
legal dalam praktik keperawatan.

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Aspek Legal Praktik Keperawatan
Aspek legal keperawatan(Etika dalam Praktik Keperawatan dalam
website scribs,2006) adalah aspek aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk layanan
profesional yang merupakan bagian dari integral dari pelayanan
kesehatan, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang

ditujukan kepada indiividu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik


sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus hidup manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran tetapi kemampuannya dalam mengikuti
masalah-masalah dalam kesehatan harus dapat diandalkan.Agar
dapat terwujud keperawatan sebagai profesi yang utuh maka perawat
harus memiliki body of knowledge yang spesifik, memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian. Para
praktisi harus menempuh jalur pendidikan tinggi untuk mempersiapkan
diri.
Dalam praktik keperawatan diatur oleh berbagai konsep hukum.
Penting bagi perawat mengetahui dasar konsep hukum, karena
perawat bertanggung gugat atas penilaian dan tindakan dalam profesi
mereka.
2.2 Sumber Hukum dalam Praktik Keperawatan
1. Hukum Konstitusi
Hukum Konstitusi menurut Fundamental Keperawatan (2011:63-65)
menetapkan hak dan tanggung jawab hukum dan merupakan dasar
dalam sistem peradilan contohnya Konstitusi menjamin setiap warga
Negara Amerika Serikat hak untuk melakukan proses hukum,Hak
hukum individu perlindungan setara.
2. Hukum Legislasi (Perundang-undangan)
Hukum yang dikeluarkan oleh Badan Legislasi disebut hukum
perundang-undangan. Peraturan terkait keperawatan diatur oleh
hukum

negara.

mengeluarkan

Badan

pembuat

undang-undang

yang

undanag-undang
membatasi

dan

Negara
mengatur

keperawatan yaitu Undang-Undang Praktik Keperawatan.


Berikut ini adalah registrasi dan praktik keperawatan (Profesi dan
Praktik Keperawatan Profesional 2004:129) sesuai Kepmenkes No.
1239 tahun 2001. Perawat sebagai tenaga professional bertanggung
jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara
mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai
dengan kewenanganya. Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur
tentang hak dan kewajiban seseorang terkait dengan pekerjaan atau

profesi (legislasi). Legislasi yang dimaksudkan untuk memberikan


pengertian dan perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan dan
kesehatan untuk memberi perlindungan di atas perawat perlu
diregistrasi, sertifikasi dan izin praktik dilaksanakan oleh pejabat
Pemerintah Kantor Dinas Kesehatan dan organisasi profesi (PPNI).
Setiap lulusan pendidikan perawat yang menjalankan pekerjaan
keperawatan wajib memiliki Surat Izin Perawat (SIP) yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang (Dinas Kesehatan Provinsi) sebagai
syarat untuk mendapatkan Surat Izin Kerja (SIK) dan atau Surat Izin
Praktik Perawat (SIPP). Praktik profesi keperawatan diatur dalam
suatu ketetapan hukum Kepmenkes nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001
tentang registrasi dan praktik keperawatan (Revisi Kepmenkes nomor
647/Menkes/SK/IV/2000) sehingga diharapkan perlindungan terhadap
kepentingan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat dalam
praktik.
Sesuai undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
1. Pasal 32 ayat 4 Pelaksanaan dan pengobatan dan atau
keperawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu
keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
2. Pasal 53 ayat 1 dan 2 : (ayat 1) Tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya
(ayat 2) Tenaga kesehatan

dalam

melakukan

tugasnya

berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati


hak pasien.
Pasal krusial dalam kepmenkes 1239/2001 tentang praktik keperawatan,
antara lain :
1. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan
evaluasi.
2. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan
tertulis dokter

3. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :


a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku
d. Memberikan informasi
e. Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
f. Melakukan catatan perawatan dengan baik
4. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat
berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
5. Perawat
yang
menjalankan
praktik

perorangan

harus

mencantumkan SIPP di ruang praktiknya


6. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktik (sedang dlam proses amandemen)
7. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam
bentuk kunjungan rumah
8. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :
a. Tempat praktik memenuhi syarat
b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk
formulir /buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir
rujukan.
3. Hukum Pidana (publik)
Merupakan bagian hukum yang mengatur hubungan antara individu dan
pemerintah dan lembaga pemerintahan. Segmen hukum public yang
penting

adalah

hukum

pidana,

yang

mengatur

tindakan

yang

membahayakan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Contohnya


pembunuhan, pembunuhan tidak berencana,pencurian, penyerangan
seksual,dan kepemilikan obat tercatat secara illegal (Fundamental
Keperawatan,Kozier 2011:64)
4. Hukum Perdata atau Hukum Sipil
Merupakan bagian hukum yang mengatur hubungan antara individu
perorangan.

Hukum

ini

dapat

dikelompokan

kekhususan hukum seperti :

ke

dalam

beragam

1. Contract law adalah pembuatan persetujuan diantara individu


perorangan

atau

pembayaran

kompensasi

atas

kegagalan

memenuhi persetujuan tersebut, contohnya: perawat dan klien,


perawat dan atasan, perawat dan asuransi, klien dan instansi. Di
Hukum perikatan di atur dalam UU Hukum Perdata pasal 1239 :
semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun
yang tidak mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuanketentuan umum yang termasuk dalam bab ini dan bab yang lalu.
Lebih lanjut menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt, setiap
perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau untuk
tidak berbuat sesuatu. Perjanjian dapat diaktakan sah bila
memenuhi syarat sebagai berikut (Aditya,2012) :
1. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat
janji (Consencius)
2. Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian
(Capacity)
3. Ada sesuatu hal tertentu (a certain subject matter) dan ada
sesuatu sebab yang halal
4. Kontrak perawat pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan
keperawatan
5. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan diterima di
tempat kerja
6. Kontrak perawat pasien digunakan untuk melindungi hak-hak
kedua belah pihak yang bekerjasama
7. Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak
yang di sepakati.
2. Tort law adalah membatasi dan menetapkan tugas dan hak
diantara

individu

perorangan

yang

tidak

didasarkan

atas

persetujuan kontrak contoh kelalaian dan malpraktik, pelanggaran


privasi, penyerangan dan kekerasan.
2.3 Standar Perawatan (Standard of Care)
Standar perawatan adalah pedoman keperawatan/pedoman
legal bagi praktik keperawatan dan memberikan batasan minimum
pelayanan keperawatan yang diterima. Standar menetapkan harapan

bagi perawat untuk memberikan perawatan klien yang aman dan


tepat. Jika perawat melakukan tugas dalam standar perawatan yang
diterima, mereka dapat menempatkan diri mereka sendiri pada
bahaya tindakan legal dan yang lebih penting, menempatkan klien
mereka pada resiko bahaya dan cedera. Dalam perkara hukum
malpraktik, standar ini digunakan untuk menentukan apakah perawat
telah bertindak sebagai perawat bijaksana yang rasional dalam
lingkungan yang sama dengan surat mandat yang sama. Standar
tersebut mencerminkan nilai-nilai dan prioritas profesi. American
Nurses Association (ANA) telah membangun standar bagi praktik
keperawatan, pernyataan kebijakan, dan resolusi yang sama. Standar
tersebut menguraikan cakupan fungsi dan peran perawat dalam
praktik.

Standar perawatan menekankan tanggung gugat atau

kewajiban untuk menghitung tindakan mereka. Tugas umum perawat


adalah bertanggung jawab secara legal untuk memenuhi standar yang
sama sebagai tugas umum perawat lain dalam lingkungan yang sama.
Bagaimanapun

perawat

spesialisasi

seperti

perawat

anestetik,

perawat-perawatan intensif, bidan bersertifikat, atau perawat ruang


operasi menjalankan standar perawatan dan terampil terlatih di bidang
yang sama seperti didefinisikan dengan standar yang digunakan.
Semua perawat harus mengetahui standar perawatan yang harus
mereka penuhi dalam spesialisasi dan lingkungan kerja mereka yang
spesifik. Pengabaian hukum atau standar perawatan bukan suatu
pertahanan terhadap malpraktik (Fundamental Keperawatan, Potter &
Perry, 2005:435)
2.4 Aspek Legal Pilihan dalam Praktik Keperawatan
Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal
pada berbagai peran mereka. Contohnya, sebagai advokat klien,
perawat memastikan klien mendapatkan haknya untuk menyetujui atau
menolak tindakan setelah diberikan informasi yang benar, serta
mengidentifikasi dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian

terhadap pasienyang rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung


jawab

untuk

penyalahgunaan

melaporkan
zat

kimia

perawat

yang

(Fundamental

diduga

melakukan

Keperawatan,

Kozier

2011:64)

Informed Consent
Informed consent

adalah

persetujuan

klien

untuk

menerima

serangkaian terapi atau prosedur setelah diberi informasi lengkap,


termasuk manfaat dan resiko prosedur, alternative terapi tersebut, dan
prognosis jika tidak ditangani oleh penyedia layanan kesehatan.
Terdapat dua jenis persetujuan, yakni langsung dan tidak langsung.
Persetujuan langsung dapat berbentuk persetujuan lisan atau tulisan.
Persetujuan tidak langsung terjadi jika perilaku nonverbal individu
menunjukkan persetujuan. Persetujuan juga bersifat tidak langsung
dalam situasi kedaruratan saat individu tidak dapat mengungkapkan
persetujuannya karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan.
Hukum menyatakan bahwa kuantitas informasi yang memadai
yang dibutuhkanoleh klien untuk membuat keputusan berdasarkan
informasi adalah semua hal yang diungkap oleh dokter atau praktisi
kesehatan dalam situasi yang sama (Dunn, 1999, hlm. 42 dalam
Fundamental Keperawatan,Kozier). Pedoman umum mencakup :
1. Tujuan terapi
2. Apa yang mungkin dihadapi atau dialami klien
3. Manfaat yang diharapkan dari terapi
4. Kemungkinan risiko atau hasil negatif terapi
5. Manfaat atau kerugian kemungkinan alternatif terapi (termasuk
bila tidak mendapatkan terapi).
Tiga elemen utama informed consent, yaitu :
1. Persetujuan harus diberikan tanpa ada paksaan.
2. Persetujuan harus diberikan oleh klien atau individu yang cakap
dan mampu memahami penjelasan.
3. Klien atau individu harus diberikan informasi yang cukup agar
dapat menjadi pengambil keputusan akhir.
Klien tidak boleh meras terpaksa agar dapat memberikan informed
consent secara sukarela. Pemaksaan membuat persetujuan menjadi

tidak valid. Dengan demikian, individu yang meminta persetujuan


harus mempersilakan dan menjawab pertanyaan klien.
Klien juga harus mengerti apa yang dijelaskan. Klien yang bingung,
disorientasi, dan sedasi harus diberi informasi yan memadai atau
orang dewasa yang cakap dapat mengambil keputusan mandiri terkait
kesehatan. Orang dewasa yang cakap adalah individu berusia lebih
dari 18 tahun dan sadar orientasi.
Regulasi informed consent

awalnya

ditulis

dengan

mempertimbangkan tatanan perawat akut. Namun, memastikan


informed consent juga penting saat memberikan asuhan keperawatan
di rumah. Karena asuhan keperawatan di rumah sering berlangsung
dalam jangka panjang, perawat memiliki banyak kesempatan untuk
memastikan bahwa klien menyetujui rencana.
Pengecualian
Terdapat tiga kelompok orang yang tidak dapat memberikan
persetujuan, antara lain :
1. Anak di bawah umur
2. Orang yang tidak sadar atau mengalami cedera
3. Orang sakit jiwa
Peran Perawat
Perawat sering diminta untuk mendapatkan formulir persetujuan yang
ditanda tanganii oleh klien. Perawat tidak bertanggung jawab
menjelaskan prosedur, tetapi harus menyaksikan penandatanganan
formulir oleh klien. Sullivan (1998) menyatakan bahwa tanda tangan
perawat memperjelas tiga hal :
Klien memberikan persetujuannya dengan sukarela.
Tanda tangan asli.
Klien terlihat cakap untuk memberikan persetujuan.
Perawat menjadi advokat klien dengan memastikan bahwa klien telah
mendapatkan cukup informasi yang diperlukan untuk memberikan
persetujuan. Jika klien memiliki pertanyaan atau jika perawat
meragukan pemahaman klien, perawat harus memberi tahu penyedia
layanan kesehatan. Selain itu, perawat tidak bertanggung jawab
menjelaskan prosedur medis maupun pembedahan. Bahkan, perawat
dapat disalahkan atas pemberian informasi yang tidak tepat atau tidak

lengkap atau mencampuri hubungan antara klien-penyedia layanan


kesehatan (Dunn, 1999).
Menurut Guido (2001),

hak

emberikan

persetujuan

juga

mencakup hak untuk menolak. Ingatkan klien bahwa mereka dapat


mengubah pikiran mereka dan membatalkan prosedur kapan pun juga
karena hak untuk menolak tetap ada meski telah menandatangani
surat persetujuan. Perawat perlu member tahu penyedia layanan
kesehatan

mengenai

penolakan

klien dan

mendokumentasikan

penolakan status klien.


Delegasi
National Council of State Board of Nursing (1995) mendefinisikan
delegasi sebagai menyerahkan kewenangan kepada individu yang
kompeten untuk melakukan tugas keperawatan tertentu dalam situasi
tertentu.

Dari

perspektif

hukum,

kewenangan

perawat

untuk

mendelegasikan didasarkan atas hukum dan undang-undang yang


berlaku. Oleh karena itu, perawat harus terbiasa dengan undangundang praktik perawat (Nurse Practice Act / NPA) mereka. Sheehan
(2001) menyatakan bahwa perawat perlu menentukan jawaban atas
pertanyaan berikut :
Apakah NPA membolehkan delegasi?
Apakah NPA membuat daftar mengenai

dapatdidelegasikan oleh perawat?


Apakah dewan keperawatan negara
panduan

yang

menjelaskan

tanggung

bagian
jawab

hal-hal

yang

mengeluarkan
perawat

saat

melakukan delegasi?
Kekerasan, Penganiyaan, dan Pengabaian
perilaku kekerasan dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga,
penganiyaan anak, penganiyaan lansia, dan penganiyaan seksual.
Pengabaian adalah tidak diberikannya asuhan yang dibutuhkan untuk
memelihara kesehatan dan keselamatan individu yang ringkih, seperti
anak-anak atau lansia. Perawat, dengan peran mereka yang beragam
(mis, perawat kesehatan di rumah, perawat anak, perawat UGD)
sering mengidentifikasi dan mengkaji kasus kekerasan terhadap orang

10

lain. Akibatnya, mereka sering disebut sebagai pelapor yang diberi


mandate. Brent (2001, dalam Fundamental Keperawatan,Kozier)
menyatakan bahwa jika kejadian cedera yang diidentifikasi tampak
sebagai akibat penganiyaan, pengabaian, atau eksploitasi, pelapor
yang diberi mandat harus melaporkan situasi ini kepada pihak yang
berwenang.
Americans with Disabilities Act
Americans with Disabilities Act (ADA), yang disahkan oleh Kongres
Amerika Serikat pada tahun 1990 dan benar-benar diimplementasikan
pada

tahun

1994,

melarang

adanya

diskriminasi

atas

dasar

ketunadayaan dalam pekerjaan, layanan umum, dan akomodasi


public. Tujuan undang-undang ini antara lain :
Memberikan mandate nasional yang jelas dan komprehensif untuk

menghapus diskriminasi terhadap individu tunadaya.


Memberikan standar yang jelas, kokoh dan konsisten dalam
menyelesaikan masalah diskriminasi terhadap individu dengan

tunadaya.
Memastikan

bahwa

pemerintah

federal

menjalankan

peran

utamanya dalam menerapkan standar yang ditetapkan di bawah


undang-undang.
ADA membahas tentang masalah seputar produktivitas, kemandirian
ekonomi, dan kemampuan untuk bergerak secara bebas dalam
masyarakat. Perawat berperan penting dalam membantu individu
tunadaya dalam memahami kesempatan yang diberikan oleh hukum
yang berlaku (Watson, 2000, hlm. 199).
Zat Tercatat
Hukum di Amerika Serikat mengatur pendistribusian dan penggunaan
zat-zat tercatat, seperti narkotik, depresan, stimulant, dan halusinogen.
Penyalahgunaan zat-zat tercatat menimbulkan sanksi hukuman
pidana.
Perawat Pecandu

11

Istilah perawat pecandu menunjuk pada perawat yang praktiknya


terganggu karena penyalahgunaanzat-zat kimia, terutama penggunaan
alkohol dan obat-obatan. Kecanduan pada zat-zat kimia di kalangan
tenaga kesehatan menjadi masalah karena tingginya kadar stres yang
terjadi di banyak tatanan perawatan kesehatan dan kemudahan akses
untuk mendapatkan obat-obatan adiktif.
Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak
individu dan bentuk diskriminasi. Pada tahun 1987, hukum yang
melarang diskriminasi seksual diperjels untuk diterapkan pada semua
institusi pendidikan dan instansi kerja yang menerima suntikan dan
dari pemerintah. Equal Employment Opportunity Commission (EEOC)
mendefinisikan pelecehan seksual sebagai percumbuan, permintaan
hubungan intim, dan verbal dan fisik lain yang berbau seks dan di luar
kehendakyang terjadi dalam kondisi berikut (EEC, 2000, bagian
1604.11) :
1. Jika penerimaan terhadap tingkah laku tersebut secara ekplisit
maupun implisit dianggap sebagai patokan penilaian kerja
individu.
2. Jika penerimaan atau penolakan terhadap tingkah laku tersebut
digunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan kerja
individu.
3. Jika tingkah laku tersebut mengganggu kinerja individu atau
menciptakan

lingkungan

kerja

yang

mengintimidasi,

bermusuhan atau tidak nyaman.


Aborsi
Hukum aborsi memberikan panduan spesifik bagi perawat mengenai
hal-hal yang diperbolehkan menurut hukum. Pada tahun 1973, saat
kasus Roe v. Wade dan Doe v. Bolton diputuskan, Mahkamah Agung
Amerika Serikat berpedoman bahwa hak privasi berdasarkan hukum
konstitusi memberi hak kepada wanita untuk memegang kendali atas

12

tubuhnya pada tingkat tertentu sehingga ia dapat mengaborsi janinnya


pada tahap awal kehamilannya.
Kematian dan Isu Terkait
Isu hukum terkait kematian termasuk instruksi lanjutan, euthanasia, do
not resuscitate (DNR), surat kematian, otopsi, penyelidikan yudisial,
dan donor organ.
2.5 Fungsi Hukum dalam Praktik Keperawatan
1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menentukan jenis
2.

tindakan keperawatan yang sah dalm asuhan klien.


Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga

professional kesehatan lain.


3. Hukum membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri.
4. Hukum membantu dalam

mempertahankan

standar

praktik

keperawatan dengan membuat perawat bertanggung gugat di


bawah hukum yang berlaku.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Aspek legal

keperawatan

merupakan

aspek

aturan

keperawatan dalam menjalankan profesi yang bertanggung jawab


dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

sesuai

lingkup

wewenang. Aturan-aturan tersebut tertuang dalam sumber hukum


yang melindungi perawat dalam melaksanakan praktik tentunya
sesuai dengan pasal krusial dalam kepmenkes 1239/2001 tentang
praktik keperawatan dan undang-undang no. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan. Dalam menjalankan praktik keperawatan yang
beraspek legal diperlukan standar keperawatan agar perawat
bijaksana menjalankan tindakannya dalam memberikan asuhan
keperawatan serta memiliki tanggung jawab terhadap tindakannya

13

kemudian ada juga aspek legal pilihan yang perlu diterapkan saat
praktik keperawatan.
3.2 Saran
Bagi mahasiswa keperawatan agar mampu memahami
mengenai aspek legal dalam praktik keperawatan karena nanti
setelah

lulus

akan

menjalani

profesi

keperawatan

yang

menjalankan praktik keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya.2012.Aspek
Legal
dalam
Praktek
Keperawatan.
http://theadityaarizka.blogspot.com/2012/11/aspek-legal-praktik-dalamkeperawatan.html.(16 September 2014)
Kusnanto.2004.Pengantar Profesi

Dan

Praktik

Profesional.Jakarta:EGC
Kozier.2011.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC
Potter,Parry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC

14

Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai