Anda di halaman 1dari 17

II.

KONSEP KEPERAWATAN
    

A.     Pengertian
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah fisik,
psikologis, sosiologis, udaya dan spiritual dari individu.
Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya tergantung pada
ketrampilan merawat dan kemampuan perawat secara individual. Pentingnya perawat dalam
sistem perawatan kesehatan telah dikenal dalam banyak hal yang posiif, dan profesi
keperawatan itu sendiri sedang mengatakan kebutuhan untuk para praktisinya agar menjadi
profesional dan bertanggung jawab.

B. Proses Keperawatan
    

Proses keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses
yang meliputi tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang berdasarkan pada
metode ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan data dan menganalisis
temuan-temuan tertentu. Dengan penelitian, penggunaan data dan perbaikaan selama
bertahun-tahun telah menghantarkan perawat untuk memperluas proses keperawatan menjadi
5 tahap yang memberikan metode proses berpikir yang terorganisasi untuk pengambilan
keputusan klinik, pemecahan masalah, dan memberikan perawatan yang berkualitas,
perawatan klien secara individual.
  Tahap-tahap proses keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaang spesifik yaitu :
1.       Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan diare
dehydrasi adalah: a.   Data Subyektif;
-          Frekuensi BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.
-          Napsu makan berkurang.
-          Nyeri perut.
-          Konsistensi feces encer yang terjadi perubahan warna.
-          Mual.
-          Vomoting
-          Lemas, lemah.
-          Orang tua cemas
b.       Data Obyektif
-          Feces encer mungkin disertai lendir atau darah.
-          Anak menjadi cengeng dan gelisah.
-          Suhu badan meningkat (36ºC - 37ºC)
-          Muntah
-          Anus dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.
-          BB menurun.
-          Turgor kulit menurun atau jelek.
-          Selaput lendir dan bibir kering.
-          Peristaltik meningkat.
2.       Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurun, membatasi, mencegah, dan mengubah (A. Carpenito, 200)
  Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi;
1)      Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
2)      Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis); dan
3)      Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
  Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :
1)      Klasifikasi dan analisa data.
2)      Interpretasi data.
3)      Validasi data.
4)      Penentuan diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa keperawatan pada anak
dengan diare yaitu :
1)      Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
2)      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3)      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
4)      Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
5)      Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
6)      Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
7)      Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
anaknya.
3.       Intervensi Keperawatan
1)      Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan keseimbangan input dan
out put serta bebas dari tanda dehidrasi.
Intervensi :
-          Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembabab membran mukosa.
Rasional :   Merupakan indikator adanya dehidrasi/hipovolemia dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
-          Pantau input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Rasional :   Untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi dan pedoman untuk penggantian cairan .
-          Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Rasional :   Pemberian cairan yang teratur dapat membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit klien .
-          Timbang BB klien secara teratur/sesuai jadwal.
Rasional :   Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan cairan yang berlebihan .
-          Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Rasional :   Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan membantu
mengembalikan fungsi usus normal.
-          Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Rasional :   Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan.
-          Observasi tetesan infus secara ketat.
Rasional :   Memberikan informasi tentang status cairan. Kecenderungan keseimbangan cairan negatif
dapat menunjukan terjadinya defisit.
-          Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
Rasional :   Mempercepat proses penyembuhan dan berguna untuk meminimalkan kehilangan cairan.
2)      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk
mepertahankan berat badan dalam rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil porsi makan
dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.
Intervensi :
-          Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau makanan dan minuman
sedikit demi sedikit.
Rasional :   Pemberian makanan dan minuman yang teratur dapat membantu mempertahankan
keseimbangan nutrisi klien.
-          Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional:    Merupakan indikator terhadap asupan makanan yang adekuat.
-          Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional :   Gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung.
-          Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika klien
dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral.
Rasional :   Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi ganstrointestinalnya
baik.
-          Libatkan keluarga (ibu klien) pada perencanaan makanan sesuai indikasi.
Rasional :   Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam perawatan klien dan memberikan informasi
untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
3)      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi :
-          Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien menggigil.
Rasional :   Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C – 41,1˚ C menunjukan proses
infeksi. Menggigil sering mendahului puncak peningkatan suhu.
-          Pertahankan lingkungan yang sejuk.
Rasional :   Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu mendekati normal.
-          Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional :   Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es dapat menyebabkan kedinginan dan
mengeringkan kulit.
-          Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen, ibuprofen) sesuai indikasi.
Rasional :   Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus.
4)      Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas dari tanda-tanda infeksi sistemik
atau lokal.
Intervensi :
-          Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional :   Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
-          Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional :   Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
-          Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :   Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar anus.
-          Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan kulit tetap kering.
Rasional :   Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan pemahaman tentang perawatan
klien.
5)      Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.
Intervensi :
-          Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional :   Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.
-          Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien agar tetap kering dan steril.
Rasional :   Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan penyembuhan.
-          Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih. Observasi ketat pada lipatan
kulit
Rasional :   Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi.
-          Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh tertentu.
Rasional :   Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan sirkulasi perifer dan menurunkan resiko
kerusakan kulit.
6)      Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan secara teratur.
Intervensi       :
-          Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional:    Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.
-          Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional:    Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi – psikologis.
-          Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan.
Rasional:    Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
-          Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya; membangunkan untuk obat dan terapi)
Rasional:    Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin tidak dapat tidur
setelah di bangunkan.
7)      Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya kurangnya pengetahuan tentang
penyakit anaknya.
Tujuan :   Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan mereka
dalam mendampingi dan memberi dukungan pada anak dengan menjelaskan kondisinya.
Intervensi :
-          Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.
Rasional :   Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam membantu proses perawatan
klien.
-          Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama hospitalisasi.
Rasional :   Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang kondisi anaknya.
-          Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran perawatan.
Rasional :   Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua tentang konsi anaknya dan gambaran
perawatan sehingga dapat membantu dalam melaksanakan intervensi selanjutnya.
-          Jelaskan semua prosedur pada orang tua (keluarga).
Rasional :   Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap hal-hal yang tidak diketahui.
-          Beri dukungan emosional pada orang tua  selama anak masih dirawat di RS.
Rasional :   Diharapkan orang tua dapat mengenal dan menghadapi rasa cemas dengan adanya
dukungan dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, DIVA Press, Jogjakarta.

Bets C dan Linda A.S, 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,
Edisi 2, EGC, Jakarta.

Hidayat Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Selemba Medika, Jakarta.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi 2, ECG, Jakarta.

Puji Esse, dkk, 2014, Panduan Penulisan Skripsi Edisi 10 Makassar, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Makassar, Makassar.

Pudiastuti Dewi R, 2011, Waspada Penyakit Pada Anak, PT Indeks, Jakarta.


B. KONSEP DASAR ASKEP

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 Riwayat kesehatan untuk mengetahui awitan dan pola diare serta pola eliminasi pasien
sebelumnya, terapi obat-obatan saat ini, riwayat medis dan bedah terdahulu, asupan diet
harian.
 Ditanyakan tentang kram abdomen dan nyeri, frekuensi dan dorongan mengeluarkan feses,
adanya feses cair atau berminyak, mukus, pus dan darah dalam feses.
 Pengkajian obyektif mencakup penimbangan BB, mengkaji adanya hipotensi postural,
takikardia, dan inspeksi feses dalam hal konsistensi bau dan warna.
 Auskultasi abdomen menunjukkan bising usus dan karakternya.
 Distensi abdomen dan nyeri tekan perlu dikaji, membran mukosa dan kulit perlu diinspeksi
untuk menentukan status hidrasi.
 Kulit perianal diinspeksi terhadap adanya iritasi.
        2. DIAGNOSA KEPERAWATAN/POTENSIAL KOMPLIKASI
1) Diare b.d infeksi, ingesti makanan pengiritasi, atau gangguan usus.
2) Kurang volume cairan b.d kehilangan cairan aktif akibat diare dan muntah.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutrisi tak adekuat akibat mual
dan anoreksia.
4) Risiko terhadap kurang volume cairan b.d pasase feses yang sering dan kurangnya asupan
cairan.
5) Ansietas b.d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol.
6) Risiko kerusakan integritas kulit b.d pasase feses yang sering dan encer.
7) Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d efek dehidrasi akibat diare.
8) Kurang pengetahuan tentang pencegahan penularan b.d informasi yang tak adekuat.
9) Nyeri akut b.d terangsangnya reseptor nyeri akibat peningkatan peristaltik.        
10) PK : Asidosis Metabolik.
3.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Diare (mengontrol diare)
 Pantau konsistensi dan frekuensi defekasi.
 Dorong pasien beristirahat di tempat tidur selama periode akut.
 Anjurkan minum cairan dan makan makanan rendah serat selama periode  akut.
 Anjurkan diet saring dari semi padat hingga padat jika asupan makanan ditoleransi.
 Batasi minuman yang mengandung kafein dan karbonat.
 Anjurkan pasien menghindari makanan terlalu panas atau terlalu dingin.
 Batasi pemberian susu, lemak, buah segar dan sayuran selama beberapa hari.
 Kolaborasi pemberian anti diare.
2) Mempertahankan keseimbangan cairan.
 Kaji tanda-tanda dehidrasi (penurunan turgor kulit, takikardi, nadi lemah, penurunan natrium
serum dan haus).
 Pantau intake dan output cairan.
 Pantau berat jenis urine
 Timbang BB setiap hari.
 Anjurkan asupan cairan oral (air, jus, kaldu, atau jenis minuman lain yang dijual).
 Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
3) Meningkatkan keseimbangan nutrisi.
 Kaji faktor-faktor yang menurunkan nafsu makan.
 Pantau jumlah asupan nutriasi.
 Jelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk mempecepat penyembuhan.
 Diskusikan diet yang diperbolehkan.
 Dorong pasien makan secara bertahap sesuai batasan diet.
 Kolaborasi pemberian vitamin.
4) Mengurangi ansietas.
 Berikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan rasa takut dan kekhawatirannya akibat
kurang terkontrolnya eliminasi usus.
 Bantu pasien mengidentifikasi makanan pengiritasi dan stressor yang mencetuskan diare.
 Dukung pasien untuk menggunakan mekanisme koping.
   5) Perawatan kulit.
Pantau tanda-tanda iritasi kulit perianal.
 Instruksikan pasien untuk melakukan perawatan kulit perianal seperti mengelap atau
mengeringkan area setelah defikasi.
 Berikan pelindung kulit dan barier pelembab sesuai kebutuhan.
    6) Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh.
 Pantau tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
 Diskusikan kemungkinan penyebab kenaikan suhu tubuh seperti infeksi, dehidrasi.
 Pertahankan hidrasi yang adekuat.
 Kolaborasi pemberian anti piretika.
    7) Meningkatkan pengetahuan tentang cara penularan.
 Kaji tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara penularan diare.
 Jelaskan cara penularan diare.
 Anjurkan pasien/keluarga meningkatkan kewaspadaan umum (universal precaution) untuk
mencegah penyebaran penyakit seperti mencuci tangan dengan sabun, membersihkan pakaian
dan linen terkontaminasi dengan deterjen.
     8) Mengatasi nyeri
 Kaji toleransi pasien terhadap nyeri (PQRST).
 Jelaskan penyebab nyeri abdomen.
 Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
 Kolaborasi pemberian analgetika.
     9) Pemantauan dan penanganan komplikasi : asidosis metabolik.
 Pantau kadar elektrolit serum setiap hari.
 Pantau tanda vital terutama adanya pernapasan kussmaul.
 Kolaborasi pemberian elektrolit sesuai program.

4. EVALUASI KEPERAWATAN

  Evaluasi hasil yang diharapkan dari tindakan diatas adalah ;


1) Melaporkan pola defikasi normal.
             2) Mempertahankan keseimbangan cairan :
 Mengkonsumsi cairan peroral dengan adekuat.
 Melaporkan tidak adanya keletihan dan kelemahan otot.
 Memperlihatkan membran mukosa lembab dan turgor normal.
 Mengalami keseimbangan masukan dan haluaran.
 Mengalami berat jenis urine normal.
3) Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
4) Mengalami penurunan tingkat ansietas.
5) Mempertahan integritas kulit :
 Mempertahankan kulit tetap bersih setelah defikasi.
 Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit.
             6) Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh (tidak terjadi hipertermia)
7) Melaporkan nyeri yang terkontrol
8) Menunjukkan tindakan yang mendukung pencegahan penularan.
9) Tidak mengalami komplikasi :     
 Elektolit tetap dalam batas normal.
 Tanda vital stabil.
 Tidak ada pernapasan kussmaul.
VIII. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Dasar data pengkajian klien :

1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman
karena diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja s/d efek proses
penyakit.
2. S i r k u l a s i
Tanda : Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri).
Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K). Hipotensi termasuk postural.
Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
3. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis. Perasaan tidak berdaya/tidak ada
harapan. Faktor stress akut/kronis mis. Hubungan dengan keluarga/pekerjaan,
pengobatan yang mahal. Faktor budaya – peningkatan prevalensi.
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4. E l i m i n a s i
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair. Episode
diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tidak dapat dikontrol,
perasaan dorongan/kram (tenesmus). Defakasi berdarah/pus/mukosa dengan atau
tanpa keluar feces. Peradarahan perektal.
Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang
dapat dilihat. Haemoroid, oliguria.
5. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah. Penurunan BB. Tidak toleran terhadap
diet/sensitive mis. Buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
Tanda : Penurunan lemak subkutan/massa otot. Kelemahan, tonus otot dan turgor
kulit buruk. Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
6. H i g i e n e
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukkan
kekurangan vitamin. Bau badan.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin hilang dengan
defakasi). Titik nyeri berpindah, nyeri tekan, nyeri mata, foofobia.
Tanda : Nyeri tekan abdomen/distensi.
8. Keamanan
Gejala : Anemia hemolitik, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi akut),
penglihatan kabur. Alergi terhadap makanan/produk susu.
Tanda : Lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uveitis, konjungtivitis/iritis.
9. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah hubungan/peran s/d kondisi, ketidakmampuan aktif dalam sosial.
10. Penyuluhan Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit Diare.

B. Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Rasionalisasi Yang Lazim Terjadi


1. Diare b/d imflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus, adanya toksin dan penyempitan
segemental usus ditandai dengan :
 Peningkatan bunyi usus/peristaltik.
 Defakasi sering dan berair (fase akut)
 Perubahan warna feses.
 Nyeri abdomen tiba-tiba, kram.

Tujuan :

 Keluarga akan melaporkan penurunan frekuensi defakasi, konsistensi kembali normal.


 Keluarga akan mampu mengidentifikasi/menghindari faktor pemberat.

Intervensi :
a. Observasi dan catat ferkuensi defakasi, karekteristik, jumlah dan faktor pencetus.
R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
b. Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
R/ : Istirahat menurunkan motalitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau
perdarahan sebagai komplikasi. Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak
terkontrol, peningkatan resiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan
tangan.
c. Buang feses dengan cepat dan berikan pengharum ruangan.
R/ : Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu klien.
d. Identifikasi makanan/cairan yang mencetuskan diare.
R/ : Menghindari iritan dan meningkatkan istirahat usus.
e. Observasi demam, takhikardi, lethargi, leukositosis/leukopeni, penurunan protein serum,
ansietas dan kelesuan.
R/ : Tanda toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi
memerlukan intervensi medik segera.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :

 Antikolinergik.
R/ : Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk
menghilangkan kram dan diare.
 Steroid
R/ : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi.
 Antasida
R/ : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan menurunkan resiko infeksi
pada kolitis.
 Antibiotik
R/ : Mengobati infeksi supuratif lokal.

g. Bantu/siapkan intervensi bedah.


R/ : Mungkin perlu bila perforasi atau obstruksi usus terjadi atau penyakit tidak berespon
terhadap pengobatan medik.
2. Resiko kurang volume cairan b/d Kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat,
muntah), status hipermetabolik dan pemasukan terbatas. :
Klien akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan cairan adekuat dibuktikan
oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik, TTV stabil,
keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces, perkirakan IWL dan hitung
SWL.
R/ : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit
usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
b. Observasi TTV.
R/ : Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap
dan/atau efek kehilangan cairan.
c. Observasi adanya kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit,
prngisisan kapiler lambat.
R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
d. Ukur BB tiap hari.
R/ : Indikator cairan dan status nutrisi.
e. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari kerja.
R/ : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus.
f. Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung
R/ : Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit.
Gangguan minor pada kadar serum dapat mengakibatkan adanya dan/atau gejala ancaman
hidup.
g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :

 Cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.


R/ : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggatntian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/anemia.
 Anti diare.
R/ : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
 Antiemetik
R/ : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut.
 Antipiretik
R/ : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
 Elektrolit tambahan
R/ : Mengganti kehilangan cairan melalui oral dan diare.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ganguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik,
secara medik masukan dibatasi ditandai dengan:

 Penurunan BB, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk.


 Bunyi usus hiperaktif.
 Konjungtiva dan membran mukosa pucat.
 Menolak untuk makan.

Tujuan :
Klien akan menunjukkan/menampakkan BB stabil atau peningkatan BB sesuai sasaran dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
a. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi.
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
b. Dorong tirah baring dan/atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.
R/ : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi.
c. Anjurkan istirahat sebelum makan.
R/ : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
d. Berikan kebersihan mulut terutama sebelum makan.
R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
R/ : Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
f. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus.
R/ : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
g. Dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makanan/diet.
R/ : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makan akan menyebabkan
eksaserbasi gejala.
h. Kolaborasi dengan tim gizi/ahli diet sesuai indikasi, mis : cairan jernih berubah menjadi
makanan yang dihancurkan, rendah sisa, protein tinggi, tinggi kalori dan rendah serat.
R/ : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses pencernaan. Protein perlu
untuk penyembuhan integritas jaringan. Rendah serat menurunkan respon peristaltik terhadap
makanan.
i. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :

 Preparat Besi.
R/ : Mencegah/mengobati anemi.
 Vitamin B12
R/ : Penggantian mengatasi depresi sumsum tulang karena proses inflamasi
lama, Meningkatkan produksi SDM/memperbaiki anemia.
 Asam folat.
R/ : Kehilangan folat umum terjadi akibat penurunan masukan/absopsi.
 Nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
R/ : Program ini mengistirahatkan GI sementara memberikan nutrisi
penting.

4. Nyeri b/d Hiperperistaltik,diare lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura perirektal


ditandai dengan :

 Laporan nyeri abdomen kolik/kram/nyeri menyebar.


 Perilaku distraksi, gelisah.
 Ekspresi wajah meringis
 Perhatian pada diri sendiri.

Tujuan :

 Klien akan melaporkan nyeri hialng/terkontrol.


 Klien akan menampakkan perilaku rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi :
a. Dorong klien/keluarga untuk melaporkan nyeri yang dialami oleh klien.
R/ : Mencoba untuk mentoleransi nyeri daripada meminta analgesik.
b. Observasi laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 –
10), selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
R/ : Nyeri sebelum defakasi sering terjadi dengan tiba-tiba dimana dapat berat dan terus
menerus. Perubahan pada karakterisik nyeri dapat menunjukkan penyebaran
penyakit/terjadinya komplikasi.
c. Amati adanya petunjuk nonverbal , selidiki perbedaan petunjuk verbal dan nonverbal.
R/ : Bahasa tubuh/petunjuk nonverbal dapat secara psikologis dan fisiologis dapat digunakan
pada hubungan petunjuk verbal untuk untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
d. Kaji ulang faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya/ menghilangnya nyeri.
R/ : Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat atau mengidentifikasi
terjadinya komplikasi.
e. Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi dan aktifitas senggang.
R/ : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan
koping.
f. Observasi/catat adanya distensi abdomen dan TTV.
R/ : Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema dan jaringan
parut.
g. Kolaborasi dengan timgizi/ahli diet dalam melakukan modifikasi diet dengan memberikan
cairan dan meningkatkan makanan padat sesuai toleransi.
R/ : Istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri/kram.
h. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :

 Analgesik
R/ : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat secara adekuat dan prose penyembuhan.
 Antikolinergik
R/ : Menghilangkan spasme saluran GI dan berlanjutnya nyeri kolik.
 Anodin supp.
Merilekskan otot rectal dan menurunkan nyeri spasme.

5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan
penanganan ditandai dengan :

 Eksaserbasi penyakit tahap akut.


 Peningkatan ketegangan, distress, ketakutan.
 Menunjukkan masalah tentang perubahan hidup.
 Perhatian pada diri sendiri.

Tujuan :

 Orang tua akan menampakkan perilaku rileks dan melaporkan penurunan kecemasan
sampai tingkat mudah ditangani.
 Orang tua akan menyatakan kesadaran perasaan kecemasan dan cara sehat
menerimanya.

Intervensi :
a. Amati petunjuk perilaku mis : gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata,
perilaku menarik perhatian.
R/ : Indikator derajat kecemasan/stress. Hal ini dap terjadi akibat gejala fisik kondisi juga
reaksi lain.
b. Dorong orang tua untuk mengeksplorasi perasaan dan berikan umpan balik.
R/ : Membuat hubungan teraupetik. Membantu klien/orang terdekat dalammengidentifikasi
masalah yang menyebabkan stress. Klien dengan diare berat/konstipasi dapat ragu-ragu untuk
meminta bantuan karena takut terhadap staf.
c. Berikan informasi nyata/akurat tentang apa yang dilakukan mis : tirah baring, pembatasan
masukan peroral dan posedur.
R/ : Keterlibatan klien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan
membantu menurunkan kecemasan.
d. Berikan lingkungan tenang dan istitahat.
R/ : Memindahkan klien dari stress luar meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan
kecemasan.
e. Dorong orang tua untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
R/ : Tindakan dukungan dapat membantu klien merasa stress berkurang, memungkinkan
energi dapat ditujukan pada penyembuhan/perbaikan.
f. Bantu orang tua untuk mengidentifikasi/memerlukan perilaku koping yang digunakan pada
masa lalu.

R/ : Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah/stress saat ini,
meningktkan rasa kontrol diri klien.
g. Bantu orang tua belajar mekanisme koping baru mis : teknik mengatasi stress,
keterampilan organisasi.
R/ : Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress
dan kecemasan, meningkatkan kontrol penyakit.

6. Kurang pengetahun orang tua (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis kebutuhan
pengobatan b/d kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat dan tidak mengenal
sumber informai ditandai dengan :

 Pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah konsep.


 Tidak akurat mengikuti instruksi.
 Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah.

Tujuan :

 Orang tua akan menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
 Orang tua akan dapat mengidentifikasi situasi stress dan tindakan khusus untuk
menerimanya.
 Orang tua akan berpartisipai dalam program pengobatan.
 Orang tua akan melakukan perubahan pola hidup tertentu.

Intervensi :
a. Kaji persepsi orang tua tentang proses penyakit yang diderita anaknya.
R/ : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
b. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan
gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor penyebab. Dorong orang tua untuk
mengajukan pertanyaan.
R/ : Pengetahuan dasar yang akurat memberikan orang tua kesempatan untuk membuat
keputusan informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun
kebanyakan klien tahu tentang proses penyakitnya sendiri, merek dapat mengalami informai
yang tertinggal atau salah konsep.
c. Jelaskan tentang obat yang diberikan, tujuan, frekuensi, dosis dan
kemungkinan efek samping.
R/ : Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
d. Tekankan pentingnya perawatan kulit mis : teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan
perineal yang baik.
R/ : Menurunkan penyebran bakteri dan risiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.

C. Implementasi (Pelaksanaan dari Intervensi)

D. E v a l u a s i
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama diare dikatakan berhasil/efektif jika :

1. Klien mampu menampakkan hilangnya diare melalui fungsi usus optimal/stabil.


2. Komplikasi minimal/dapat dicegah.
3. Stres mental/emosi keluarga (orang tua) minimal/dapat dicegah dengan menerima
kondisi dengan positif.
4. Orang tua mampu mengetahui/memahami/menyebutkan informasi tentang proses
penyakit, kebutuhan pengobatan dan aspek jangka panjang/potensial komplikasi
berulangnya penyakit.

Sumber Dari: http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatan-


diare.html#ixzz4X8vL7n00

Anda mungkin juga menyukai