Oksigen cair
Oksigen berubah secara fisik dari gas menjadi cair pada temperatur yang rendah. Oksigen ini
akan dihangatkan dan berubah menjadi gas agar bisa digunakan oleh pasien, metode yang
digunakan rumah sakit untuk menyediakan oksigen secara besar, selain itu didesain khusus
seperti termos dan digunakan di beberapa negara sebagai konsep terapi oksigen dirumah.
Konsentrator oksigen
Metode ini menggunakan penyalur konsentrator dengan operasi aliran listrik, dan akan
memisahkan oksigen dari komponen udara yang lain dan menyimpannya. Oksigen yang
diperoleh dapat langsung dialirkan melalui kanula nasal, keuntungannya adalah oksigen bisa
dialirkan kapan pun karena konsepnya yang menggunakan aliran udara dari sekitar, namun alat
ini jarang digunakan di Indonesia.
b) Kondisi yang membutuhkan suplemen oksigen dosis rendah dan terkontrol untuk pasien dewasa
dengan PPOK dan kondisi yang lain yang membutuhkan terapi oksigen dosis rendah dan
terkontrol. Target saturasi : 88-92%, oksigen inisial diberikan hingga diperoleh SpO 2 yang
reliable, lalu aliran oksigen disesuaikan untuk mencapai target saturasi dalam rentang 88-92%.
Kondisi pasien Dosis inisial Metode administrasi
PPOK 4 liter/menit (jika RR > 28% sungkup venturi
30x/menit, menggunakan
sungkup venturi, aliran
oksigen diberikan 50%
lebih tinggi daripada aliran
oksigen yang dispesifikasi
untuk sungkup tersebut)
- Penyakit kronik 4 liter/menit 28% sungkup venturi
- Neuromuskular
- Kelainan dinding dada
- Morbid obesity
- Bmi > 40 kg/m2)
Jika saturasi oksigen tetap 5-10 liter/menit Sungkup muka sederhana
berada di bawah 88%,
tukar ke sungkup muka
sederhana
Penyakit kritis dan faktor Pemberian oksigen sesuai kondisi klinis bagian (d)
resiko lain untuk
hiperkapnia
c) Kondisi penyakit serius yang membutuhkan suplemen oksigen tingkat sedang (moderat) jika
pasien mengalami hipoksemia. Target saturasi : 94-98%, berikan oksigen dengan dosis inisial
hingga diperoleh SpO2 yang stabil, setelah itu diberikan aliran oksigen dengan target saturasi 94-
98%.
Kondisi pasien Dosis inisial Metode administrasi
Akut hipoksemia atau SpO2 <85% Reservoir mask (non-
sianosis sentral (kausa 10-15 liter/menit rebreath mask)
belum diidentifikasi)
- Akut hipoksemia (kausa
belum diketahui)
- Asma akut SpO2 ≥85-93% Nasal kanul
- Gagal jantung akut 2-6 liter/menit
- Pneumonia
- Sesak napas pasca-bedah
- Efusi pleura SpO2 ≥85-93% Sungkup muka sederhana
- Pneumotoraks 5-10 liter/menit
- Anemia berat
d) Kondisi yang membutuhkan suplemen oksigen tingkat tinggi untuk pasien dewasa dengan
penyakit kritis (critical illness). Target saturasi : 94-98%, berikan oksigen dengan dosis inisial
sehingga tanda vital normal, setelah itu kurangi dosis oksigen dan target saturasi 94-98%
tercapai.
Kondisi pasien Dosis inisial Metode administrasi
Henti jantung atau Dosis maksimal sehingga Sungkup katup kantung
resusitasi : tanda vital normal (bag valve mask)
- Bantuan hidup dasar
- Bantuan hidup lanjut
- Obstruksi bahan asing
- Henti jantung traumatik
- Resusitasi maternal
Trauma mayor : 15 liter/menit Masker reservoir (non-
- Trauma abdomen rebreath mask)
- Luka bakar
- Renjatan listrik
- Trauma kepala
- Trauma tungkai
- Trauma leher/spinal
- Trauma pelvis
- Trauma thoraks
- Trauma sewaktu hamil
Anafilaksis
Perdarahan pulmonan
mayor
Sepsis karena
meningococcal
Septisemia
Syok
Konvulsi aktif
Hypothermia
- Pasien diobservasi 5 menit setelah terapi oksigen ditingkatkan dan jika saturasi tetap tidak
meningkat serta terdapat kondisi klinis setelah dievaluasi, AGD harus diulang.
- Jika sasaran saturasi diantara 88-92%, AGD harus diulang 30-60 menit jika dilakukan
peningkatan terapi oksigen untuk memastikan agar CO2 tidak meningkat.
c) Bahaya fisik
Meliputi ledakan tangki, kebakaran, iritasi lokal dan pengeringan membran mukosa, Akan terjadi
penurunan mucociliary clearance sebesar 40% bila digunakan FiO2 75% selama lebih dari 9 jam
dan penurunan sebesar 50% bila digunakan selama lebih dari 30 jam. (Patria & Fairuz. 2012)
KESIMPULAN
Terapi oksigen dapat diartikan sebagai suatu terapi yang memasukkan O 2kedalam paru-
paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat khusus, yang bertujuan untuk
membantu menambah kekurangan O2 dan menghindari serta memperbaiki hipoksia,
meningkatkan tekanan alveolar. Terjadinya hipoksia dipengaruhi oleh beberapa sistem organ
yang saling terkait baik itu sistem respirasi, kardiovaskuler dan hematologi. Gangguan dari salag
satu atau lebih dari sistem tersebut akan mengakibatkan manifestasi klinis hipoksia bila tidak
ditangani dengan tepat. Suatu obat dalam terapi oksigen diberikan apabila terdapat indikasi,
dalam dosis tertentu dan harus dievaluasi pemberiannya.
Kondisi hipoksemia dan hipoksia merupakan dasar dari diberikannya terapi oksigen,
karena itu harus diketahui dan diatasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi
tersebut. Sehingga menjadi sangat penting untuk mengatasi penyakit dasar yang mengakibatkan
hipoksemia dan hipoksia apabila parameter tidak menunjukkan perbaikan setelah diberikan
terapi oksigen. Semua faktor yang mempeengaruhi yaitu pH, temperatur, PaCO2, SaO2 harus
dievaluasi untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal.
Metode dalam pemberian terapi oksigen disesuaikan dengan gejala klinis pasien, AGD,
dan pulse oximetry. Sedangkan, kapan dosis terapi oksigen harus mengalami proses peningkatan,
penurunan ataupun penyapihan harus berdasarkan pada gejala klinis ataupun hasil laboratorium.
Ada empat kunci yang harus dipahami dan diingat dalam pemberian terapi oksigen yaitu siapa
yang memerlukan, bagaimana cara pemberian dan bagaimana cara memonitor serta haruslah
diwaspadai akan terjadinya resiko toksisitas.
DAFTAR PUSTAKA
Asih dan effendi. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Guyton & Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi XII. Saunders Elsevier.