Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. O DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI


DI RUANG KEDONDONG RSUD KLUNGKUNG

OLEH:
IRVANDY MILANO HENUKH
213213289
A15-A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. DEFINISI OKSIGENASI
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi
juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke dalam paru
dengan alat khusus.
Tujuan pemberian oksigenasi:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen
yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress
pada miokardium. Beberapa metode pemberian oksigen:
a. Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya
sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut
pola pernafasan pasien.
b. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan
dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan
pasien.
NILAI-NILAI NORMAL

Parameter Nilai normal


Tidal Volume (TV) 500 cc
Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml
Volume Residu 1200 ml
Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml
Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml
Kapasitas Vital 4600 ml
Kapasitas Total Paru 5800 ml

B. ETIOLOGO
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan
jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-
kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap
diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada
lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin
tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit
paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya
pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu
contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi
sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen
di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan
warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh
kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat
penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya
selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia
akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut
dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha
inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas yang
terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan
tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya
suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

C. FISIOLOGI PERNAFASAN
1. Struktur Sistem Pernafasan
a. Saluran pernafasan atas
Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang
dihirup. Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis
b. Saluran Pernafasan bawah
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa cilliary,
memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus, paru.

D. GEJALA KLINIS
1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi
ke jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernafasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa
CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan
rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala :
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh),
sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi
sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari
beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a. napas pendek
b. nyeri dada
c. sakit kepala ringan
d. pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan overdosis
obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.
Fisiologis :
a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. pada anak-anak yang sedang tidur
c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis :
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan
sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PAD


1. Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap
jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian
padat udara akan memberikan udara bayangan yang lebih padat karena sulit
ditembus sinar X. benda yang padat member kesan warna lebih putih dari
bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan
cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma
bronkogenik, atau untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini pasien
tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai tikmbul reflex muntah.
Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke dalam cabanga
trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang
bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme
penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta jamur.
Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses diagnosis
karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari
bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu
tidur.

2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a. Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang keluar
masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV), yaitu
volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal setelah
inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu jumlah
udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui kontraksi otot
ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700 ml.
d. Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa dlam
paru setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ±1100 ml. Kapasitas
pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau lebih dalam satu
kesatuan.
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang dapat
dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV + TV)
f. Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC), yaitu
jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV)
g. Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara maksimal yang
dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah
inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV)
Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu jumalh udara
maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC + RV). L = ± 6000 ml, P
= ± 4200 ml.
h. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran napas
yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.
i. Frekuensi napas (f), yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan permenit (±15
x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila
seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut
menekan ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru menungkat
sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.
j. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel darah yang
digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Bunyi nafas tambahan ( misalnya ronki basah halus, ronki basah kasar )
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif
4. Sianosis
5. Kesulitan untuk bersuara
6. Penurunan bunyi nafas
7. Ortopnea
8. Sputum

G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.
• Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan
• Pernah mengalami batuk dengan sputum
• Pernah mengalami nyeri dada
• Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala2 diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
• Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
• Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c. Gaya Hidup
• Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok

2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena
hipoksia)
b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor
c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan
mulut
d. Dada
• Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafsan)
• Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
• Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernafasan)
• Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
• Suara nafas tidak normal
• Bunyi perkusi ( resonansi
e. Pola pernafasan
• pernafasan normal
• pernafasan cepat
• pernafasan lambat
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap paling menentukan bagi tahapan proses


keperawatan selanjutnya. Pengkajian pada ibu post SC dengan gangguan pola tidur
sebagai berikut :

1)Identitas Pasien

a. Identitas pasien

Yang perlu dikaji adalah nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status


perkawinan, agama, suku, alamat, No. RM, tanggal MRS, tanggal
pengkajian, dan sumber informasi.

b. Identitas Penanggung Jawab

Yang perlu dikaji adalah nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan alamat

2) Status Kesehatan

a) Status kesehatan Saat ini

Yang perlu dikaji adalah keluhan utama dan Alasan masuk rumah sakit
,perjalanan penyakit saat ini dan Upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya

b) Status kesehatan masa lalu


yang perlu dikaji adalah Penyakit yang pernah dialami ,pernah
dirawat,alergi dan Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll).
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Diagnosa medis dan terapi

1. Pola kebutuhan dasar manusia


a)Pola pernafasan
b) Pola makan minum
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola berpakain
f) Pola rasa nyaman
g) Pola kebersihan diri
h) Pola rasa aman
i) Pola kebersihan diri j)
Pola beribadah
k) Pola produktivitas l)
Pola rekreasi
m) Kebutuhan belajar.
2. Pemeriksaan Fisik a)
head to toe
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Data laboratorium yang berhubungan b)
Pemeriksaan radiologi
c) Hasil konsultasi
d) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
4. Analisis data
a) data subjektif b)
data objektif
2. Diagnosis
No Tgl Dx Dx Keperawatan Tgl Teratasi TTD
dx
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan
membran alveolus kapiler

Bersihan jalan nafas tidak efektif


berhubungan dengan spasme
jalan nafas
3. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
( SLKI ) ( SIKI )
Gangguan Setelah dilakukan 1. Memonitor 1. Mengatahui
Pertukaran gas asuhan
berhubungan keperawatan frekuensi,irama, frekuensi,irama
dengan selama 3 x 24 jam kedalaman dalam Kedalaman dan
perubahan pertukaran gas
membran meningkat dengan upaya nafas upaya nafas
alveolus- kriteria hasil : 2. Monitor pola nafas pasien.
kapiler 1. Dispnea
menurun 2. Mengatahui
2. Bunyi
perubahan pola
nafas
tambahan (bradipnea, Nafas pasien
menurun
takipnea, 3. Mengatahui
3. Pusing
menurun hiperventilasi) bunyi nafas
4. Takikardia
menurun 3. Auskultasi bunyi pasien
5. Pola napas nafas 4. Menjaga
membaik
(16- 4. Dokumentasi hasil kestabilan
20x/menit)
pemantauan kondisi pasien
5. Informasikan hasil 5. Keluarga
pemantauan mengatahui
keadaan pasien

Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor pola 1. Mengatahui


asuhan
nafas tidak keperawatan 3 x nafas(frekuensi, pola nafas
efektif 24 jam, bunyi nafas, usaha pasien, mulai
kebersihan jalan
berhubungan nafas meningkat nafas) dari
dengan dengan kriteria 2. Monitor sputum frekuensi,kedal
hasil :
spasme jalan 1. Produksi (jumlah,warna,arom aman nafas.
nafas sputum a) 2. Mengatahui
menurun
2. Mengi 3. Posisi semi-fowler jumlah,warna,a
menurun atau fowler roma sputum
3. Wheesing
menurun 4. Berikan minum pasien.
4. Dispenia hangat 3. Mencegah
menurun
5. Frekuensi 5. Berikan oksigen, sesak nafas
nafas 4. Mengencerkan
bila perlu
membaik
(16- sputum
20x/menit)
5. Mencegah
sesak nafas
pasien.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
➢ Melakukan pengkajian dengan mengobservasi ttv dan keadaan
➢ Menerapkan teknik relaksasi
➢ Memberikan penanganan non farmakologi
5.Evaluasi
1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal
2. Tidak adanya hambatan pada pola napas
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta: EGC

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,
EGC.

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.

Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai