Anda di halaman 1dari 45

SATUAN ACARA PENGAJARAN

(SAP)

1. Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan I (IDK 1)


2. Pokok Bahasan : Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan.
3. Waktu Pembelajaran : 2 x 50 menit
4. Tujuan Intruksional Umum :
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep anatomi dan fisiologi sistem Persarafan
pada manusia
5. Tujuan Intruksional khusus :
Setelah mengikuti pembelajaran dalam 2 x 50 m mahasiswa mampu :
a. Mahasiswa mampu menyebutkan definisi sistem persyarafan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan organisasi, Sel dan Implus Syaraf dengan
tepat
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sistem syaraf pusat dan perifer
dengan benar.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan reseptor sensorik dengan tepat.
e. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis syaraf dan Fungsinya dengan benar.
f. Mahasiswa mampu mempraktekkan pemeriksaan fisik pada sistem syaraf
dengan tepat.
6. Media Pembelajaran : LCD, Laptop, video sistem perkemihan
7. Strategi Pembelajaran : Lecture, praktek
8. Rencana Evaluasi : Lisan dan praktek
9. Matrik Kegiatan Dosen Mahasiswa :
Tahap Waktu Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa
Tahap 15 menit  Membuka dengan salam  Menjawab salam
membuka  Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menyampaikan tujuan  Memperhatikan
perkuliahan
pembelajaran
 Menyampaikan buku
 Mendengarkan dan mencatat
referensi/ rujukan
 Mengkaji kemampuan  Menjawab dan
mahasiswa terhadap menyampaikan apa yang
70 menit materi yang akan diketahui
Tahap inti  Mendengarkan, mebuat
diberikan
 Menjelaskan organisasi catatan resume materi dan
sel dan imlus syaraf bertanya
 Mendengarkan, membuat
 Menjelaskan sistem

1
syaraf pusat dan perifer. resume materi, dan bertanya
 Mendengarkan dan membuat
 Menjelaskan reseptor
catatan resume materi
sensorik ( mata dan indra
penglihatan, telinga dan
indra pendengaran,
 Mendengarkan dan membuat
gustasi dan indra
catatan resume mater.
pengecapan, olfaksi dan
indra penciuman )  Mendengarkan dan membuat
 Menjelaskan jenis syaraf
catatan resume materi
dan fungsinya.
 Menanyakan materi yang

 Menjelaskan dan belum jelas

mempraktekan
pemeriksaan fisik pada
sistem syaraf.
Tahap 15 menit  Mengevaluasi materi  Menjawab pertanyaan
menutup yang telah disampaikan
perkuliahan dengan pertanyaan
 Menunjukan antusiasime dan
terarah
 Memberikan semangat
reinforcement positif
kepada mahasiswa yang  Memperhatikan
aktif
 Menyimpulkan hasil
 Mahasiswa memperhatikan
pembelajaran
dan mencatat tugas yang
 Menyampaikan tugas
disampaikan
terstruktur
 Menutup perkuliahan
 Menjawab salam
dengan salam

10. Rangkuman Materi : Terlampir


11. Soal Evaluasi : Terlampir
12. Kunci Jawaban : Terlampir

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Saraf


Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah
laku individu.
Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta
Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan
terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.

B. Fungsi Sistem Saraf


Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf
mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan
oleh alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah.

3
Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui
adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat
bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf,
semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang
akurat.
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan
atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai
pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf
terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.

C. Bagian – Bagian Sel Saraf


Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
1. Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
a. Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
1) Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain
seperti konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak
memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
2) Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-
ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
3) Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat
melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b. Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta
berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
c. Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite.
Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel
lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal
akson.

4
Gambar 2.1 Stuktur Neuron

2. Sel Neuroglia
Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam se yang
secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada
otak dan medulla spinalis, sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan
penyokong neuron-neuron diluar sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih
banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu.
Ada empat sel neuroglia yang berhasil diindentifikasi yaitu :
a. Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus
panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui
pedikel atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi
neuron yang halus. Badan sel astroglia berbentuk bintang dengan banyak
tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki
perivaskular. Bagian ini juga membentuk dinding perintang antara aliran
kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat
diantara keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron mempertahankan
potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi
sinaptik. Dengan cara ini pula sel-sel saraf terlindungi dari substansi yang
berbahaya yang mungkin saja terlarut dalam darah, tetapi fungsinya
sebagai sawar darah otak tersebut masih memerlukan pemastian lebih
lanjut, karena diduga celah endothel kapiler darahlah yang lebih berperan
sebagai sawar darah otak.
b. Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang

5
bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel
ini mempunyai lapisan dengan subtansi lemak mengelilingi penonjolan
atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin.
c. Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya
memiliki peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf
pusat dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi.
d. Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga
serebral dan ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang
membatasi system ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang
merupakan epithel dari Plexus Coroideus ventrikel otak.

3. Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang
mengisolasi tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium
melintasi membran neuronal dengan hamper sempurna. Selubung myelin
tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat celah-selah yang tidak
memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan saraf pada sumsum
saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang
mempunyai selubung myelin dinamakan serabut myelin dan dalam sistem
saraf pusat dinamakan massa putih (substansia Alba). Serabut-serabut yang
tak bermielin terdapat pada massa kelabu (subtansia Grisea).
Myelin ini berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi
di sepanjang serabut yang tak bermyelin karena impuls berjalan dengan cara
“meloncat” dari nodus ke nodus lain di sepanjang selubung myelin. Cara
transmisi seperti ini dinamakan konduksi saltatorik.
Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di sebaut saraf
dapat terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat
myelin disana. Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin
yang mengelilingi serabut saraf menjadi hilang. Sejalan dengan hal itu orang
tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-otonya dan
akhirnya menjadi tidak mampu sama sekali.

6
Gambar 2.4 Struktur Myelin dan Nodus Ranvier

D. Synaps
Synaps merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan
neuron lain atau dengan organ-organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat
dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor.
Ruang antara satu neuron dan neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik
(Synaptic cleft). Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut
neuron prasinaptik dan neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron
postsinaptik.

Gambar 2.5 Sinaps dari Neuron

Sinaps sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis :


1. Alkalosis
Diatas PH normasl 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8
konvulsi dapat terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga
memicu output secara spontan.
2. Asidosis
Dibawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada
output neuronal. Penurunan 7,0 akan mengakibatkan koma.
3. Anoksia
Atau biasa yang disebut deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan
eksitabilitas neuronal hanya dalam beberapa detik.
4. Obat-obatan

7
Dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal.
a. Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah
aliran impuls.
b. Anestetik local (missal novokalin dan prokain) yang membekukan suatu
area dapat meningkatkan ambang membrane untuk eksitasi ujung saraf.
c. Anastetik umum menurunkan aktivasi neuronal di seluruh tubuh.
E. Impuls Saraf
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja
atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan
yang panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)
2. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
tidak melewati otak..
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
a. Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
b. Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang
masuk ke mata.
c. Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
d. Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
e. Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

8
F. Pembagian Sistem Saraf

Gambar 2.8 Pembagian Sistem Saraf

Sistem saraf dibagi dua yakni :


a. Saraf Pusat berupa Otak dan Medulla Spinalis.
b. Saraf Tepi

G. Saraf Pusat Manusia


Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada
tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi
penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Otak manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang
tengkorak. Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas
tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh
suatu membran yang melindungi keduanya. Membran pelindung tersebut

9
dinamakan meninges. Meninges dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu
piameter, arachnoid, dan durameter. Cairan ini berfungsi melindungi otak atau
sumsum tulang belakang dari goncangan dan benturan.
Selaput ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf
pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b. Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater
dan duramater.
c. Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di
antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Dengan adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap
goncangan dan benturan dengan kranium. Kadangkala seseorang mengalami
infeksi pada lapisan meninges, baik pada cairannya ataupun lapisannya yang
disebut meningitis.

Gambar 2.9 Lapisan Otak

1. Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks.
Berat total otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau
sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan
informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus sesuai dengan area
penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-
lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin

10
berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang
berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke
atas (gunungan) dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12
pasang saraf kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak
yang khusus. Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak
depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli mempercayai bahwa
dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian yang
mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah
laku, otak tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi
dalam penciuman (Campbell, et al, 2006: 578)

Gambar 2.10 Otak

a) Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
1) Otak besar
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari
volume seluruh bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling
penting dalam penerjemahan informasi yang Anda terima dari mata,
hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri
atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak kanan.
Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang
berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan

11
hemisfer otak kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja
organ tubuh bagian kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan
masalah yang berkaitan dengan seni atau kreativitas. Bagian otak kiri
mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja aktif pada
saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa atau komunikasi. Di
antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan jaringan
saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum.

Gambar 2.11 Belahan pada Otak Besar

2) Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju
otak besar. Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya
semua sinyal sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu
sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah itu talamus
menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk
diterjemahkan dan ditanggapi.
3) Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai
macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh,
tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus
juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi

12
oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin
dan kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel
neuron yang berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga
ritme tubuh harian, seperti siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian
permukaan otak besar terdapat bagian yang disebut telensefalon serta
diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar
yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan kelenjar pituitari
(hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar yang mudah
kita amati dari model torso

Gambar 2.12 Pembagian Fungsi pada Otak Besar

Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap


informasi yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
i. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
ii. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari
penglihatan.
iii. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta
berhubungan dengan pengenalan posisi tubuh.
iv. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan
perencanaan kegiatan manusia.

b) Otak tengah

13
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam
sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat
pengaturan refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah
otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi
sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi
neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan
pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat
relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.

c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata,
dan pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan
koordinasi gerakan otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang
diterima dari sistem gerak sehingga berperan penting dalam menjaga
keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan
dengan sistem keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran
keseimbangan di telinga yang menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi
dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar
akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli.
Di bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan
sumsum tulang belakang yang dinamakan medula oblongata. Medula
oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan, denyut jantung,
pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Batas
antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena
itu, medula oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan.

14
Gambar 2.13 Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata

Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai


pengatur sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga
berperan dalam pengaturan pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak
kecil seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena detak jantung dan
pernapasannya yang masih normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi
medula oblongata yang masih baik. Peristiwa ini umum terjadi pada
seseorang yang mengalami koma yang berkepanjangan. Bersama otak
tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional
yang disebut batang otak (brainstem).
2. Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari
sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi
oleh tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi
oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari
pangkal leher, hingga ke selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini
mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf
disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah
tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem
saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang
belakang atau biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem

15
saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang
melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri
dari 7 pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5
pasang dari segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang
dari segmen koxigeus

Gambar 2.14 Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)

 Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan


membentuk daerah tengkuk.
 Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan
membentuk bagian belakang torax atau dada.
 Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk daerah lumbal atau pinggang.
 Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk os sakrum (tulang kelangkang).
 Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan
membentuk tulang koksigeus (tulang tungging)

H. Saraf Tepi Manusia

16
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum
tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak
sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas
tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau
otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri
atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke
dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan
cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita.
Ketika Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang
mengkoordinirnya. Saraf ini mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot
kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial,
yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum
tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-
saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua
belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini
merupakansaraf sensori.
b. Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima
saraf tersebut merupakan saraf motorik.
c. Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf
tersebut merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan
motorik. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis saraf kranial.

2. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)


Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak
di bawah kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut
jantung, perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran
keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak
dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat kembali fungsi

17
hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus
dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh
yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan
pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf
otonom ini dibedakan menjadi dua.

a. Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini
terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa
yang malah menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara
lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata,
memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat, antara lain
memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan
menghambat kontraksi kantung seni.
b. Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan
dengan saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain
menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil
bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan
mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu
berlawanan, makamengakibatkan keadaan yang normal.

18
Gambar 2.15 Saraf Parasimpatik dan Simpatik
I. Saraf Kranialis
Klasifikasi fungsional dari saraf kranialis lebih rumit, karena beberapa
dari saraf tersebut berhubungan dengan organ sensorik khusus yang sangat
tinggi, dan melayani fungsi seperti penglihatan, pendengaran, penciuman
dan pengecapan. Saraf-saraf kranialis lainnya adalah brankiomerik (V, VI,
IX, X dan XI), dan serat eferennya
mempersarafi otot yang berasal dari
arkus brankialis.

19
Tipe serat-serat di bawah ini, ditemukan pada saraf kranialis:
a. serat aferen somatic (mengirim rasa nyeri, suhu, raba, tekanan, dan
propioseptif melalui reseptor pada kulit, sendi, tendon, dan lain-lain)
b. serat otonom (visceral) aferen, mengirim impuls (nyeri) dari visera
1) serat somatic aferen special, mengirim impuls dari reseptor
special (mata, telinga)
2) serat visceral aferen special, mengirim impuls pengecapan dan
penciuman.
c. Serat somatic eferen umum, mempersarafi otot-otot skelet (III, IV, VI,
XII)
d. Serat eferen visceral, mempersarafi otot polos, otot jantung, dan
kelenjar parasimpatik seperti juga simpatik.
e. Serat eferen brankiomerik special, mempersarafi otot-otot yang berasal
dari arkus brankialis (V untuk otot-otot dari arkus pertama, VII untuk
otot-otot dari arkus kedua, IX untuk otot-otot dari arkus ketiga, X dan
XI untuk otot-otot dari arkus keempat dan selanjutnya)
1. Sistem Olfaktorius (I)
Dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius, sistem ini
terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal;
fila olfaktoria; bulbus olfaktorius; traktus olfaktorius; korteks pada lobus
temporal unkus dan area subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis.
Mukosa olfaktorius menutupi daerah seluas kurang lebih 2 cm 2 pada atap
tiap kavum nasi dan meluas kea rah konka nasalis superior dan septum nasi.
Sel sensorik kecil dan sel-sel penunjuanganya, tersebar pada epitel olfaktori
khusus kelas tinggi. Kelenjar Bowman juga terletak di sini, menghasilkan
cairan serosa, yang juga disebut mucus olfaktoeius, dan bahan aromatic
mungkin menjadi larutan. Sel-sel sensorik merupakan neuron bipolar.
Prosesus perifernya berakhir pada permukaan epitel dalam bentuk rambut-

20
rambut olfaktorius pendek. Prosesus sentralis lebih halus. Beratus-ratus
prosesus sentralis bergabung membentuk fasikulus yang tidak bermielin,
yaitu filum olfaktorius. Pada setiap sisi lebih kurang terdapat 20 filum; yang
berjalan melalui foramen dalam lempeng kribiformis tulang etmoidalis dan
ber hubungan dengan bulbus olfaktorius. Filum tersebut adalah pendahulu
dari saraf olfaktorius, dan dipercaya mempunyai kecepatan konduksi yang
paling lambat dari semua saraf.
Bulbus olfaktorius adalah bagian yang menonjol dari otak. Merupakan
tempat dari sinaps atau dendrit sel mitral yang rumit, sel tufted dan sel
granular. Jadi, sel olfaktorius bipolar adalah neuron pertama dalam sistem
penciuman, sel mitral dan sel tufted dari bulbus olfaktorius mewakili neuron
kedua. Akson dari neuron-neuron ini membangun traktus olfaktorius, yang
pada tiap sisi terletak dari girus rekti di atas sulkus olfaktorius. Di depan
subtansi anterior yang berlubang-lubang, dimana pembuluh darah korpus
striatum keluar dan masuk, traktus olfaktorius membentuk trigonum
olfaktorius, dan setiap traktus memecah ke dalam stria medial dan lateral.
Serat stria lateral berlanjut di atas limen insula (sambungan korteks orbital
dan insula) ke giri semilunaris dan ambient ke dalam amigdala. Di sini,
neuron ketiga dimulai, yang meluas ke bagian anterior girus parahipokampus,
mewakili area Brodmann 28. Daerah ini merupakan region kortikal dari
lapangan proyeksi dan daerah asosiasi dari sistem olfaktorius.
Akson stria medialis bersambung dengan daerah di bawah rostrum korpus
kalosum dan dengan area septalis di depan komisura anterior. Ini merupakan
komisura paleokorteks, yang menghubungkan kedua daerah olfaktorius dan
membawa serat yang berkomunikasi dengan sistem limbic. Juga
menghubungkan giri temporalis medialis dan sebagian giri temporalis inferior
dari hemisfer tersebut. Sistem olfaktorius adalah satu-satunya sistem
saensorik di mana impuls mencapai korteks tanpa dihubungkan lebih dahulu
ketalamus. Interkoneksi sentralnya kompleks dan beberapa tidak sepenuhnya
dimengerti.
Bau yang mencetuskan nafsu makan, menginduksi reflex salvias,
sedangkan bau yang amis mencetuskan mual, dan muntah. Reaksi ini
berhubungan dengan emosi. Penciuman dapat menyenangkan atau

21
menjijikan. Serat utama yang berhubungan dengan daerah otonom adalah
berkas otak depan medial dan stria medularis thalamus.
Berkas otak depan medial terdiri dari serat-serat yang muncul dari region
olfaktorius basalis, region periamigdaloid dan nucleus septalis. Pada
perjalanannya melalui hipotalamus, beberapa serat berakhir pada nucleus
hipotalamik. Kebanyakan serat berlanjut ke dalam batang otak dan
berhubungan dengan daerah otonom pada formasio retikularis dan dengan
nucleus salivatorius dan nucleus dorsalis saraf vagus.
Stria talamikus medialis bersinaps dalam nucleus habenularis. Traktus
habenulopedunkularis berlanjut dari nucleus nucleus ini ke nucleus
inpendukularis dank e nucleus tegmentalis, kemudian jauh ke bawah, ke
pusat otonom formasio retikularis batang otak.
2. Sistem Optik (II, III, IV, VI)
Jaras Penglihatan
Retina merupakan reseptor dari impuls penglihatan. Retina mewakili ke
depan dari otak dan secara penting terdiri dari tiga lapisan neuron.
Traktus serat yang berjalan naik dari mata ke kiasma disebut saraf optikus.
Setelah saraf tiba pada kiasma, separuh dari seratnya yang berasal dari
separuh sisi nasal retina, menyeberang melalui kiasma ke sisi yang
berlawanan. Separuh lainnya, yang berasal dari separuh sisi temporal retina,
terus berjalan ipsilateral. Di belakang kiasma, semua bergabung dengan serat
yang menyeberang dari mata kontralateral dan membentuk traktus optikus.
Setiap traktus berakhir pada korpus genikulata lateralnya. Pada saraf optikus,
traktus dan juga pada radiasio optika, yang berasal dari neuron baru dalam
korpus genikulatum lateral, serat-serat tersusun dalam urutan retinotopik yang
sempurna, yang juga ditemukan pada korteks penglihatan atau korteks
kalkarina.

3. Pergerakan Mata (III, IV, VI)


Otot-otot dari setiap mata, dipersarafi oleh saraf okulomotorius (III),
troklearis (IV) dan abdusens (VI). Nucleus dari tiga pasang saraf ini, terletak
pada masing-masing sisi garis tengah dari tegmentum otak tengah dan pons
bagian bawah, dekat akuaduktus dan ventrikel keempat.
Saraf Okulomotorius (III)
Nucleus saraf okulomotoris terletak sebagian di depan subtansia
grisea periakuaduktal dan sebagian lagi di dalam subtansia grisea.

22
Nucleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus
medialis, superios, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator
palpebra superior. Pada setiap nucleus, neuron bertanggung jawab
untuk setiap otot, membentuk kolumna.
Beberapa akson dari motor neuron bertanggung jawab untuk otot-
otot eksterna yang menyeberang pada tingkay nucleus. Bersama dengan
akson yang tidak menyeberang dan serat parasimpatik, akson ini
berayun di sekeliling dan melalui nucleus rubra pada perjalanan ke
dinding lateral bawah dari fosa interpedunkularis, di mana semuanya
bergabung dan muncul sebagai saraf okulomotorius. Kedua saraf
berjalan di antara arteri serebri posterior dan arteri serebelaris superior.
Pada perjalanannya ke orbita, kedua saraf pertama-tama berjalan
melalui spasium subarakanoid dari sisterna basalis dan kemudian
melalui spasium subdural. Di mana masing-masing serat menyeberangi
ligamentum sfenopetrosal sebelum memasuki sinus kavernosus, dan
menjadi rentan terhadap tekanan yang disebabkan oleh herniasi unkus.
Setelah melewati sinus, saraf memasuki orbita melalui fisura orbita
superior. Kemudian, serat parasimpatik meninggalkan saraf dan
bergabung dengan ganglion siliar, di mana serat preganglionik
dihubungkan ke serat postganglionic pendek yang mempersarafi otot-
otot mata interna.
Setelah memasuki orbita, serat somatic saraf okulomorius terbagi
menjadi dua cabanga, cabang atas atau dorsal berlanjut ke levator
palpebra superior dan otot rektus superior. Cabang bawah atau ventral
mempersarafi rektus medial dan inferior dan otot oblikus inferior.
Saraf Troklearis (IV)
Nucleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan
subtansia grisea periakuaduktal, dan segera berada di bawah nucleus
saraf okulomotoris. Radiks interna membentuk lingkaran di sekeliling
bagian lateral subtansia grisea sentralis dan meyilang dibelakang
akuaduktus di dalam velum medularis superior, membran tipis yang
membentuk lektum ventrikel keempat rostralis. Setelah menyeberang,
saraf tersebut meninggalkan otak tengah di bawah kolikulus inferior.
Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi

23
dorsal batang otak. Dalam perjalanan ventralnya ke sinus kavernosus,
saraf-saraf tersebut pertama-tama melewati fisura pontosereberalis
rostralis dan kemudian berlanjut di bawah tepi tentorium ke sinus
kavernosus, dan dari sana ke dalam orbita disertai oleh saraf
okulomotorius.
Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus superior, untuk
menggerakkan mata ke bawah, ke dalam, dan abduksi dalam derajat
kecil. Paralisis otot ini menyebabkan deviasi mata yang sakit ke atas
dan sedikit ke dalam kea rah mata yang sehat. Deviasi ini terutama
terlihat jika mata yang terlibat melihat ke bawah dan ke dalam, pada
arah mata normal.

Saraf Abdusens (VI)


Nucleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons
bagian bawah dekat medulla oblongata, dan segera terletak di bawah
lantai ventrikel keempat. Krus interna saraf fasialis (VII) berjalan di
antara nucleus saraf VI dan ventrikel keempat. Serat radiks dari
abdusens, berlanjut melalui basis pons di setiap sisi garis tengah, dan
muncul sebagai saraf dari sambungan pontomedular tepat di atas
pyramid.
Dari sini, kedua saraf berjalan ke atas melalui spasium subaraknoid
pada masing-masing sisi arteri basilaris. Kemudian berjalan melalui
spasium subdural di depan klivus, melubangi dura, dan bergabung
dengan dua saraf motorik dalam sinus kavernosus. Di sini saraf-saraf
tersebut berhubungan erat dengan cabang pertama dan kedua saraf
trigeminus dan dengan arteri karotis interna, yang juga berjalan melalui
sinus kavernosus. Saraf-saraf tersebut juga tidak berjalan jauh dari
bagian lateral sinus sphenoid dan sinus etmoidalis.

4. Saraf Trigeminus (V)


Saraf trigeminus bersifat campuran: bagian mayornya membawa serat
sensorik dari wajah, dan bagian yang lebih kecil membawa serat motorik
untuk otot-otot pengunyah. Bagian sensorik berasal dari ganglion
trigeminalis yang berkaitan dengan ganglion spinalis dan mengandung sel-
sel ganglion pseudounipolar. Akson-akson perifer dari sel-sel ini

24
berhubungan dengan reseptor untuk raba, diskriminasi, tekanan, nyeri, dan
suhu. Prosesus sentral memasuki pons dan berakhir dalam nucleus
sensorik utama (raba, diskriminasi) dan nucleus spinalis (nyeri, suhu) dari
saraf. Satu aspek dari nucleus traktus mesensefalik trigeminus
menunjukkan gambaran khusus dari saraf. Neuron dari nucleus ini
berhubungan dengan neuron ganglion spinalis. Jadi, nucleus dapat
dianggap sebagai ganglion yang dikatakan berpindah tempat ke dalam
batang otak. Akson-akson dari sel-selnya berhubungan dengan reseptor
perifer dalam gelendong otot dari otot pengunyah dan dengan reseptor
yang berespons terhadap tekanan.
Tiga nucleus meliputi daerah yang luas, yang berjalan dari medulla
spinalis bagian servikalis ke atas ke otak tengah.
Ganglion Gasseri berhenti pada sulkus yang dangkal dari apeks rostral
tulang petrosa, di luar bagian lateral dari sinus cavernous. Akson perifer
dari neuron ganglionik membentuk tiga bagian mayor:
a. Saraf oftalmikus, yang berjalan melewati fisura orbita superior
b. Saraf maksilaris, yang menuju ke foramen rotundum
c. Saraf mandibularis, yang berlanjut melalui foramen ovale

Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit dahi dan wajah,


mukosa mulut, hidung, dan sinus; gigi maksilar dan mandibular; dan
daerah luas dari dura dalam fosa kranii anterior dan tengah. Untuk telinga,
saraf ke-5 hanya melaporkan dari bagian anterior telinga luar dan kanalis
auditorius menerima persarafan sensorik dari saraf intermediate,
glosofaringeus dan vagus. Saraf mandibularis, di antara impuls-impuls
lain, membawa impuls propioseptif dari otot-otot pengunyah dan dari atap
mulut untuk mengendalikan kekuatan menggigit.

Di dalam pons, serat saraf membawa rasa nyeri dan suhu, berlanjut
kea rah kaudal sebagai trakus trigeminus spinal. Traktus ini berakhir pada
nucleus spinalis dari saraf, yang berlanjut ke bawah sejauh medulla
spinalis atas. Di sini traktus menggambarkan perpanjangan cranial dari
zona Lissauer dan substansia gelatinosa kornu posterior, yang menerima
rasa nyeri dari segmen servikal paling atas.

25
Bagian kaudal dari nucleus spinalis memperlihatkan beberapa pola
somatotopik. Bagian yang terendah menerima serat rasa nyeri dari saraf
oftalmikus. Lebih cranial,tiba serat dari saraf maksilaris, saraf ini diikuti
oleh serat dari saraf mandibularis. Serat saraf VII (saraf intermediet) dan
IX serta X mengirimkan impuls nyeri dari telinga, sepertiga posterior
lidah, faring, dan laring, bergabung dengan traktus spinalis dari saraf
trigeminus. Segmen tengah dan segmen cranial dari nucleus spinalis
barangkali menerima serat aferen yang mengirimkan impuls tekanan dan
raba. Dianggap bahwa segmen tengah menerima serat rasa nyeri yang
berasal dari pulpa gigi. Fungsi dari daerah nucleus ini memerlukan
penjelasan lebih lanjut.

Serat neuron kedua dari nucleus spinalis menyebar sewaktu


menyeberang ke sisi yang berlawanan, di mana neuron berlanjut melalui
tegmentum pons ke thalamus, bersama-sama dengan traktus
spinotalamikus lateral. Serat berakhir dalam nucleus posteromedial
ventralis dari thalamus.

Nucleus sensorik utama dari saraf V mengisi daerah sirkumskripta


tegmentum dorsolateral dari pons. Nucleus ini menerima impuls aferen
dari rasa raba, diskriminasi, dan tekanan, yang pada medulla spinalis,
dikirim oleh funikuli posterior. Serat neuron kedua dalam nucleus ini juga
menyeberang ke sisi lain dari nucleus posteromedial ventral dari thalamus.

Neuron ketiga dari jaras trigeminalis terletak pada thalamus,


mengirimkan akson-aksonnya melalui ekstremitas posterior dari kapsula
interna ke sepertiga bawah girus postsentralis.

Bagian motorik atau bagian minor dari saraf trigeminus


mempunyai nucleus di dalam tegmentum pontin, terletak di sebelah medial
dari nucleus sensorik utama. Saraf motorik meninggalkan tengkorak
bersama dengan saraf mandibularis. Saraf motorik ini mempersarafi otot
masseter, pterigoideus temporalis, lateralis, dan medialis, milohioideus,
digastrikus anterior dan otot tensor veli palatine.

26
5. Saraf Fasialis atau Intermediat (VII)
Saraf fasialis yang sebenarnya
Nucleus motorik terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum
pontin bawah dekat medulla oblongata. Sewaktu masih di tegmentum
pons, akson dari neuron pertama-tama berjalan ke arah sudut
pontosereberal, di mana akson ini muncul pada sambungan pontomedular
tepat di depan saraf kranialis VIII. Krus dari saraf fasialis memberikan
kolikulus fasialis pada lantai ventrikel keempat tepat di atas striae medular
horizontal. Saraf intermediate muncul di antara saraf fasialis dan
akustikus, dan ketiganya semua (fasiatis, intermediate, dan
vestibulokoklearis) berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Di dalam kanalis, saraf fasialis dan intermediate berpisah dari saraf
kranialis VIII dan terus ke lateral dalam kranalis fasialis, kemudian ke atas
ke tingkat ganglion genikulatum.
Di sini kanalis fasialis membuat belokan tajam ke arah kaudal.
Karena saraf fasialis mengikuti kanalis, maka saraf fasialis juga ikut
berbelok, yang disebut sebagai krus eksterna atau krus luar dari saraf
fasialis. Pada ujung akhir fasialis, saraf fasialis meninggalkan cranium
melalui foramen stilomastoideus. Dari titik ini, serat motorik menyebar di
atas wajah. Dalam melakukan penyebaran itu, beberapa melubangi
glandula paroitis. Otot-otot yang dipersarafi oleh saraf VII, melayani
ekspresi fasial dan berasal dari arkus brankialis kedua. Otot-otot
orbikularis oris dan okuli, buksinator, oksipital, frontal, stapedius,
stilohioideus, digastrikus posterior dan plastima, termasuk dalam
kelompok ini.
Nucleus motorik dari saraf fasialis merupakan bagian dari beberapa
arkus reflex. Reflex kornea sebelumnya telah disebutkan. Impuls optic
juga tiba pada nucleus dari kolikulus superior melalui traktus
tektobulbaris, menyebabkan penutupan kelopak mata jika terdapat cahaya
yang cukup terang (reflex berkedip). Impuls akustik mencapai nucleus
melalui nucleus dorsalis badan trapezoid. Tergantung pada intensitas suara,
arkus reflex ini menghasilkan relaksasi atau tegangan otot stapedius.
Persarafan supranuklear dari otot-otot dahi, terletak pada kedua
hemisfer serebri, sedangkan otot wajah sisanya mendapat persarafan hanya

27
dari girus presentralis kontralateral. Akibatnya, gangguan unilateral dari
traktus kortikonuklear oleh suatu lesi, seperti misalnya infark, membiarkan
persarafan otot frontalis tetap utuh. Tetapi jika sebuah lesi melibatkan
nucleus atau saraf perifer, semua otot fasial ipsilateral mengalami
kelumpuhan.

6. Sistem Auditorius (VIII)


Sistem auditorius terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam. Yang akan dibicarakan sekarang, terbatas pada telinga
dalam, yang terdiri dari koklea, mengandung organ korti, dan saraf
akustikus atau koklearis dan hubungannya di dalam sistem saraf pusat.
Gelombang suara yang masuk dari telinga luarm dirubah menjadi
gerakan mekanis oleh osikel auditorius dari telinga tengah, dan pada
gilirannya diubah menjadi gelombang tekanan dari perilimfe, pada waktu
stapes menggetarkan fenestra ovalis. Gelombang tekanan dari perilimfe
menggetarkan dua setengah putara koklea melalui skala vestibule ke
helikotrema, dan kemudian berjalan turun melalui skala timpani ke
fenestra rotundum. Gelombang tekanan ini menghasilkan getaran pada
membrane basilar, menyebabkan stimulasi sel rambut dari organ korti.
Gelombang ini adalah reseptor sensorik khusus yang mampu mengubah
gelombang mekanis menjadi potensial aksi elektris.
Ganglion spiralis terletak dalam kanalis spiraslis dari organ Korti.
Cabang perifer sel bipolar dari ganglion ini berhubungan dengan sel
sensorik di dalam organ Korti. Akson sentral dari ganglion ini membentuk
saraf koklearis, yang bergabung dengan saraf vestibularis pada
perjalanannya melalui meatus akustikus interna ke arah sudut
pontoserebelaris. Di sana, kedua saraf tersebut memasuki batang otak tepat
di belakang pendukel sereberal inferior. Beberapa serat saraf koklearis,
berakhir pada nucleus koklearis ventralis dan lainnya pada nucleus
koklearis dirsalis. Neuron kedua menghantarkan impuls melalui jaras yang
berbeda dan dengan beberapa interupsi di sentral dari kolikulus inferior
dan korpus genikulatum medial.
Akson yang berasal dari nucleus koklearis ventral menyeberang
garis tengah sebagai serat ‘trapezoid’. Beberapa serat tersebut pada titik ini

28
menghantarkan impuls ke neuron dari nucleus korpus trapezoid; yang
lainnya menghantarkan impuls ke neuron dalam nucleus olivarius superior,
dalam nucleus lemniskus lateralis atau dalam formasio retikularis.
Kemudian impuls akustik berjalan melalui lemniskus lateral ke rostral ke
kolikulus inferior, dan beberapa dari impuls ini kemungkinan berjalan
langsung ke korpus genikulatum medial.
Akson dari nucleus koklearis dorsal berjalan di dorsal dari
pedunkel sereberalis inferior ke sisi yang berlawanan, sebagian sebagai
stria medulares, sebagian melalui formasio retikularis. Akhirnya, mereka
bergabung dengan serat yang datang dari nucleus koklearis ventral dalam
lemnikus lateralis dan menyertainya ke kolikulus inferior.
Satu kelompok dari serat-serat ini berjalan ipsilaterall oleh karena
itu gangguan pada satu lemnikus lateralis tidak menyebabkan tuli
unilateral. Lebih mungkin terjadi penurunan daya pendengaran pada
telinga sisi yang lain dan beberapa kegagalan dalam mengenal arah
datangnya suara.
Dimulai pada kolikulus inferior, neuron baru berhubungan dengan
korpus genikulatum medial dari thalamus. Dari sini, impuls akustik
berjalan melalui radiasio akustik melalui ekstremitas posterior ventral dari
kapsula interna ke lapangan kortikal primer dalam konvulasi tranversal
temporal Heschl.
Pada pejalanannya dari organ korti ke korteks, serat jaras
auditorius melewati empat sampai enam stasiun penyambung. Pada titik
ini serat memberikan kolateral yang merupakan bagian dari arkus reflex.
Beberapa kolateral berhubungan dengan serebelum. Yang lainnya berjalan
sepanjang berkas longitudinalis medialis ke nucleus otot mata dan
merupakan sarana dalamgerakan mata konjugat ke arah suara. Ada juga
serat lain yang berjalan melalui kolikulus superior dan inferior ke nucleus
pretektalis dan melalui traktus tektobularis ke nucleus berbagai saraf
kranialis dan sel-sel motorik kornu anterior dalam medulla spinalis bagian
servikal. Hubungan yang disebut terakhir, bertanggung jawab untuk
menolehkan kepala ke arah atau menjauh dari sumber kepala.
Impuls kolateral ke dalam sistem aktivasi asenden formasio
retikularis melayani kesadaran. Beberapa impuls berjalan turun melalui

29
lemnikus lateralis ke neuron interkalasi yang mempunyai pengaruh
regulator, pada tegangan membrane basilar. Dianggap bahwa neuron ini
memungkinkan telinga untuk memusatkan perhatian pada frekuensi suara
tertentu secara simultan menghambat frekuensi yang berdekatan.

7. Sistem Vestibular atau Keseimbangan (VIII)


Untuk mempertahankan keseimbangan dibutuhkan tiga sistem: sistem
vestibular, sistem propiosepsi dari otot dan sendi dan sistem optikal.
Organ reseptor mempertahankan keseimbangan tubuh dan terletak
dalam utrikulus, sakulus dan dalam ampula kanalis semisirkularis. Pada
kedua utrikuli dan sakuli, organ reseptor adalah maculae staticae. Macula
dari utrikulus mengisi lantai utrikulus, sejajar dengan basis cranium.
Macula sakulus mengisi dinding medial dari sakulus dalam posisi vertical.
Sel rambut dari masing-masing macula tertanam dalam membrane
gelatinosa yang berisi otolit dan dikelilingi oleh sel-sel penunjang.
Reseptor ini mengirim impuls static secara sentral dan memberikan
informasi tentang posisi dari kepala dalam ruangan; impuls ini juga
mempengaruhi tonus otot.
Tiga kanalis semisirkularis dihubungkan dengan utrikulus. Setiap ujung
yang melebar atau ampula mengandung suatu reseptor yang disebut
Krista. Sel rambut dari setiap Krista ampularis tertanam dalam materi
gelatinosa yang membentuk kupula tinggi, yang tidak mengandung otolit.
Sel rambut dari Krista sensitive terhadap pergerakan endolimfe di dalam
kanalis semisirkularis. Semua itu adalah reseptor kinetic. Impuls yang
dihasilkan oleh reseptor dalam labirin merupakan stimuli pada arkus reflex
yang mengatur otot-otot mata, leher, dan tubuh sedemikian rupa sehingga
keseimbangan dapat dipertahankan tanpa tergantung posisi atau gerakan
kepala.
Ganglion vestibularis terletak dalam meatus akustikus interna dan
mengandung sel bipolar. Semua serat perifernya berhubungan dengan
reseptor dalam apparatus vestibularis, dan serat-serat sentralnya
membentuk saraf vestibularis. Bersama dengan saraf kklearis, saraf
vestibularis berjalan melewati meatus akustikus interna ke arah sudut
pontosereberalis, dimana saraf vestibular memasuki batang otak pada

30
sambungan pontomedular dalam pejalanannya ke nucleus vestibularis
dekat lantai ventrikel keempat.
Serat saraf vestibularis terbagi sebelum berakhir pada kelompok sel
nucleus vestibularis, dari sini neuron kedua berlanjut. Pola anatomi yang
tepat dari serat aferen dan eferen dalam nucleus ini belum jelas secara
sepenuhnya.
Beberapa serat dari saraf vestibularis mengirimkan impuls secara
langsung melalui traktus jukstarestiformis, yang terletak dekat pedunkel
serebelaris inferior dan berjalan ke lobus flokulonodular dari serebelum.
Stimuli eferen dari nucleus fastigialis Russel kembali ke nucleus
vestibularis, dan melalui saraf vestibularis ke sel rambut dari labirin
menggunakan pengaruh regulator, terutama inhibisi.
Arkiserebelum juga menerima serat sekunder dari nucleus vestibularis
superior, medial dan inferior. Arkiserebelum mengembalikan stimuli
eferen secara langsung ke kompleks nucleus vestibularis dan ke neuron
motorik spinalis melalui hubungan serebeloretikularis dan retikulospinalis.
Dalam nucleus vestibularis lateral, berasal traktus vestibulospinalis lateral
yang penting. Traktus ini berjalan turun ipsilateral dalam funikulus
anterior ke motoneuron spinalis gama dan alfa, sejauh segmen sakralis.
Traktus ini mempunyai pengaruh yang mempermudah reflex ekstensor
dan menjaga tonus otot cukup tinggi pada seluruh tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan.
Serat nucleus vestibularis medial bergabung dengan fasikulus
longitudinalis medialis pada masing-masing sisi, berhubungan dengan sel-
sel motorik dari kornu anterior segmen servikalis, dan berjalan turun
sebagai traktus vestibulospinalis medial ke dalam bagian rostral medulla
spinalis bagian torakalis. Serat-serat ini terletak dekat sulkus medianus
anterior dari medulla spinalis bagian torakalis. Serat-serat ini membentuk
fasikulus sulkomarginalis, yang berjalan turun dan berakhir dalam bagian
rostral medulla spinalis bagian torakalis. Serat-serat ini mempengaruhi
tonus otot leher, sesuai dengan berbagai posisi dari kepala, dan mungkin
juga merupakan bagian dari arkus reflex yang membantu mempertahankan
keseimbangan dengan memulai gerakan kompensasi dari lengan.

31
Bersama dengan bagian flokulonodular dari serebelum, nucleus
vestibularis membentuk kompleks yang sangat penting untuk
keseimbangan dan tonus otot-otot skeletal. Ada sistem tambahan yang
melayani keseimbangan, spinoserebelaris dan serebroserebelaris.
Semua nucleus vestibularis, dihubungkan dengan nucleus saraf motorik
ocular oleh fasikulus longitudinalis medialis. Beberapa serat terlihat
berhubungan dengan nucleus interstisial cajal dan nucleus Darkschewitsch
dann berlanjut ke thalamus.

8. Sistem Vagus (VII Intermediat, IX, X, Kranial XI)


Saraf Glosofaringeus (IX)
Saraf glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius
pada waktu meninggalkan cranium melalui foramen jugularis. Pada
foramen tersebut, saraf IX mempunyai dua ganglion, ganglion
intrakranialis superior dan ganglion intrakranialis inferior. Setelah
melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena
jugularis interna ke otot stiloglosal, saraf berlanjut antara arteri karotis
interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini
dan otot stiloglosal saraf berlanjut ke basis lidah dan mensarafi mukosa
faring, tonsik dan sepertiga posterior lidah.
Saraf ini mempunyai cabang-cabang sebagai berikut:
a. Saraf timpanikus, berasal dari ganglion ekstrakranialis inferior,
melewati telinga tengah dan pleksus timpanikus (Jacobson),
berlanjut melalui saraf petrosus minor dan ganglion otikum ke
glandula parotis. Merupakan saraf sensorik untuk telinga tengah dan
tuba eustakius
b. Cabang stilofaringeal, mensarafi otot stilofaringeal
c. Cabang faringeal, bersama dengan cabang saraf vagus membentuk
pleskus faringeal. Semua mempersarafi otot-otot serat lintang dari
faring.
d. Cabang sinus karotikus, semua menyertai arteri karotis interna ke
sinus karotikus dan ke glomus karotikum
e. Cabang lingualis, semua mengambil impuls pengecapan dari
sepertiga posterior lidah.

9. Saraf Vagus (X)

32
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion, ganglion superior atau
jugularis dan ganglion inferior atau nodosum. Keduanya terletak pada
daerah foramen jugularis.
Saraf vagus mewakili arkus brankialis ke empat dan selanjutnya.
Kaudal dari ganglion inferior, saraf ini berjalan turun sepanjang arteri
karotis interna dan arteri karotis komunis dan tiba di mediastinum melalui
aperture torakalis superior. Saraf kanan berjalan di atas arteri subklavia
dan yang kiri berjalan di atas arkus aortikus dan di belakang radiks paru.
Dari titik tersebut kedua saraf sangat dekat dengan esophagus, serat saraf
kanan melekat pada sisi posterior dan serat saraf kiri melekat ke sisi
anterior esophagus. Cabang terminal berjalan dengan esophagus ke dalam
rongga abdomen melalui hiatus esophagus diafragmatik.

10. Saraf Asesorius (XI)


Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranalis. Radiks kranali
adalah akson dari neuron dalam nucleus ambiguous yang terletak dekat
dengan neuron dari saraf vagus.
Nucleus Ambiguus
Nucleus ambiguous terdiri dari motoneuron saraf glosofaringeus,
vagus dan asesorius cranial. Nucleus ini menerima impuls supranuklear
dari kedua hemisfer serebri melalui traktus kortikonuklear. Oleh karena
itu, gangguan unilateral dari serat sentral tidak memberikan gangguan
fungsi yang nyata. Akson dari nucleus, menyertai saraf glosofaringeus,
vagus dan asesorius kranialis dan mempersarafi otot palatum mole, otot
faring, laring dan otot lurik bagianrostral esophagus. Nukeus ambiguous
menerima impuls aferen dari nucleus spinal trigeminus dan dari nucleus
traktus solitaries. Nukleus ini merupakan bagian dari arkus reflex yang
berasal dari mukosa traktus respiratorius dan digestivus, dan mencetuskan
batuk dan muntah.

Saraf asesorius Spinalis

Bagian spinal dari saraf asesorius berasal dari kolumna sel kornu
anterior ventrolateral. Akson pertama-tama berjalan naik dalam funikulus
lateral untuk satu sampai dua segmen sebelum meninggalkan medulla

33
spinalis di lateral dan dorsal dari ligamentum dentatum. Beberapa radiks
yang terletak di antara segmen anterior dan radiks posterior bergabung
untuk membentuk batang bersama. Di rostral, batang berjalan melalui
foramen magnum ke dalam cranium dan bersatu dengan bagian kranialis
dari saraf; saraf kemudian meninggalkan cranium melalui foramen
jugularis. Saraf asesorius cranial menjadi bagian dari saraf vagus, dansaraf
asesorius spinalis sekarang disebut sebagai ramus eksternus. Cabang
eksterna ini berjalan turun pada leher dan memberikan persarafan motorik
ke otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

11. Saraf Hipoglosus (XII)


Nucleus saraf hipoglosus terletak pada medulla oblongata bawah
pada setiap sisi garis tengah dan dekat lantai ventrikel keempat, dimana
semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Setiap nucleus terbuat dari
beberapa kelompok motoneuron, dan setiap kelompok mempersarafi otot
lidahnya masing-masing. Sesuai dengan perkembangan, neuron identik
denganmotoneuron pada kornu anterior spinalis. Hipoglosus adalah saraf
eferen somatic. Aksonnya berjalan di ventral ke arah sulkus lateral anterior
di antara olive inferior dan pyramid. Di sana akson menuju permukaan
dalam berkas tipis multiple yang segera bersatu untuk membentuk saraf.
Saraf meninggalkan cranium melalui kanalisnya sendiri, yaitu kanalis
hipoglosi, di atas tepi lateral foramen magnum. Di dalam leher, saraf
berjalan di antara arteri karotis interna disertai oleh serat tiga segmen atas.
Serat-serat ini tidak bersatu dengan saraf hipoglosus, tetapi segera berpisah
dan mempersarafi otot tulang hioideus.
Saraf hipoglosus mempersarafi otot lidah: stiloglosus, hioglosus
dan genioglosus. Persarafan volunteer berjalan melalui traktus
kortikonuklear yang datang dari korteks presentralis, menyertai traktus
kortikospinalis pada perjalanannya melalui kapsula interna.
Nucleus hipoglosus menerima impuls terutama dari traktus
kortikonuklearis kontra-lateral. Sebagai tambahan, serat aferen dari
formasio retikularis, nucleus nucleus traktus tektospinalis, dan dari arkus
reflex yang melayani menelan, mengunyah, mengisap dan menjilat.

34
J. PEMERIKSAAN SISTEM PERSYARAFAN

1. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS


a. Pemeriksaan N. I : Olfaktorius
Fungsi : Sensorik khusus (menghidu, membau)
Cara Pemeriksaan :
1) Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan
setempat, misalnya ingus atau polip, karena dapat mengurangi
ketajaman penciuman.
2) Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari-hari seperti kopi, teh,
tembakau dan jeruk.
3) Jangan gunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (N V)
seperti mentol, amoniak, alkohol dan cuka.
4) Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh pasien
menciumnya
5) Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup
lobang hidung yang lainnya dengan tangan.

b. Pemeriksaan N. II : Optikus
Fungsi : Sensorik khusus melihat
Tujuan pemeriksaan :
1) Mengukur ketajaman penglihatan / visus dan menentukan apakah
kelaianan pada visus disebabkan oleh kelaianan okuler lokal atau
kelaianan syaraf.
2) Mempelajari lapangan pandangan
3) Memeriksa keadaan papil optic
Cara Pemeriksaan :
Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan
nervus II dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan,
maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II , yaitu :
1) Ketajaman penglihatan
2) Lapangan pandangan

35
Bila ditemukan kelainan, dilakuakn pemeriksaan yang lebih teliti.
Perlu dilakukan pemeriksaan oftalmoskopik.
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan :
1) Dilakukan dengan cara memandingkan ketajaman penglihatan
pasien dengan pemeriksa yang normal.
2) Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya
jam dinding dan ditanyakan pukul berapa.
3) Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di
buku.
4) Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksa, maka
dianggap normal.
5) Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan
pemeriksaan visus dengan menggunakan gambar snellen.
6) Pemeriksaan snellen chart
a) Pasien disuruh membaca gambar snellen dari jarak 6 m
b) Tentukan sampai barisan mana ia dapat membacanya.
c) Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah,
maka ketajaman penglihatannya norma (6/6)
d) Bila tidak normal :
i. Misal 6/20, berarti huruf yang seharusnya dibaca pada jarak
20 m, pasien hanya dapat memaca pada jaral 6 m, namun
bila pasien dapat melihat melalui lubang kecil (kertas
yang berluang, lubang peniti), huruf bertambah jelas,
maka pasien mengalami kelainan refraksi.
ii. 1/300 = Pasien dapat melihat gerakan tangan / membedakan
adanya gerakan atau tidak
iii. 1/~ = pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang
Pemeriksaan Lapangan Pandangan :
Dilakukan dengan jalan membandingkan dengan penglihatan pemeriksa
yang dianggap normal., dengan menggunakan metode konfrontasi dari
donder.

36
1) Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa
dengan jarak kira-kira 1 m.
2) Jika kita hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus
ditutup, misalnya dengan tangan atau kertas, sedangkan pemeriksa
harus menutup mata kanannya.
3) Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan
pemeriksa harus selalu melihat mata kanan pasien.
4) Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang
pertengahan antara pemeriksa dan pasien.
5) Lakukan gerakan dari arah luar ke dalam
6) Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus
memberi tahu dan dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa
juga melihatnya
7) Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa
akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut.
8) Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien.

c. Pemeriksaan N. III Okulomotorius


Fungsi : Sematomotorik, visero motoric
Meninervasi m. Rektus internus (medialis), m. Rektus superior dan m.
Rektus inferior, m levator palpebra, serabut visero motorik mengurus m.
Sfingter pupil dan m. Siliare (lensa mata).

d. Pemeriksaan N. IV Trokhlearis
Fungsi : Somatomotorik
Menginervasi m. Obliqus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat
dilirikkan ke bawah dan nasal.

e. Pemeriksaan N. V Trigeminus
Fungsi : Somatomotorik, somatosensorik

37
Bagian motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah, ayitu menutup
mulut, menggerakkan rahang ke bahwa dan samping dan membuka mulut.
Bagian sensorik cabang Oftalmik mengurus sensibilitas dahi, mata,
hidung, kening, selaput otak, sinus paranasal dan sebagian mukosa
hidung.
Bagian sensorik cabang maksilaris mengurus sensibilitas rahang atas, gigi
atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung.
Bagian sensorik cabang mandibularis mengurus sensibilitas rahang
bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bagian depan lidah dan sebagian
telinga, meatus dan selaput otak.
Cara pemeriksaan fungsi motorik :
1) Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m.
Masseter dan m. Temporalis, perhatikan besarnya, tonus serta
bentuknya.
2) Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah
ada deviasi rahang bawah.
3) Bila ada parise, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang
lumpuh
Cara pemeriksaan fungsi sensorik :
1) Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah
yang dipersyarafi.
2) Periksa reflek kornea

f. Pemeriksaan N. VI Abdusen
Fungsi : Somatomotorik
Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini menyebabkan
lirik mata ke arah temporal
Untuk N. III, IV dan VI fungsinya saling berkaitan. Fungsinya ialah
menggerakkan otot mata ekstra okuler dan mengangkat kelopak mata.

38
Searbut otonom N III, mengatur otot pupil. Cara pemeriksaannya
bersamaan, yaitu :
1) Pemeriksa melakukan wawancara dengan pasien
2) Selama wawancara, pemeriksa memperhatikan celah matanya,
apakah ada ptosis, eksoftalmus dan strabismus/ juling dan apakah ia
cendrung memejamka matanya karena diplopia.
3) Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis,
besar pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola
mata, gerakan bola mata dan nistagmus.
4) Untuk menilai m. Levator palpebra, pasien disuruh memejamkan
matanya, kemudia disuruh ia membuka matanya.
5) Waktu pasien membuka matanya, kita tahan gerakan ini dengan jalan
memegang / menekan ringan pada kelopak mata.
6) Dengan demikian dapat dinilai kekuatan kelopak mata.
7) Untuk menilai pupil, perhatikan besarnya pupil pada kiri dan kanan,
apakah sama ukurannya, apakah bentuknya bundar atau tidak rata
tepinya. Miosis = pupil mengecil, midriasis = pupil membesar
8) Reflek cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung atau tidak
langsung., caranya :
i. Pasien disuruh melihat jauh.
ii. Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter/ diberi cahaya
dan lihat apakah ada reaksi pada pupil. Normal akan
mengecil
iii. Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut
mengecil karena penyinaran pupil mata tadi disebut
dengan reaksi cahaya tak langsung
iv. Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap
melihat jauh.

g. Pemeriksaan N. VII Fasialis


Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan,
somatosensorik

39
Cara Pemeriksaan fungsi motorik :
1) Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidak, perhatikan
kerutan dahi, pejaman mata, plika nasolabialis dan sudut mulut.
2) Bila asimetris muka jelas disebabkan kelumpuhan jenis perifer.
3) Pada kelumpuhan jenis sentral, kelumpuhan nyata bila pasien disuruh
melakukan gerakan seperti menyeringai dan pada waktu istirahat,
muka simetris.
4) Suruh pasien mengangkat alis dan mengkerutkan dahi
5) Suruh pasien memejamkan mata
6) Suruh pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi)
7) Gejala chvostek, dengan mengetuk N. VII di bagian depan telinga. (+)
bila ketokan menyebabkan kontraksi otot mata yang di persyarafi.
Fungsi pengecapan :
1) Pasien disuruh menjulurkan lidah
2) Taruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam secara bergiliran
3) Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut.
4) Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan
isyarat.

h. Pemeriksaan N. VIII Akustikus


Fungsi : Sensorik khusus pendengaran dan keseimbangan
Cara Pemeriksaan syaraf kokhlerais :
1) Ketajaman pendengaran
2) Tes swabach
3) Tes Rinne
4) Tes weber
Cara untuk menilai keseimbangan :
1) Tes romberg yang dipertajam :
a) Pasien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain,
tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lain
b) Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup

40
c) Orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih
2) Tes melangkah di tempat
a) Pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup, sebanyak
50 langkah dengan kecepatan berjalan seperti biasa
b) Suruh pasien untuk tetap di tempat
c) Tes abnormal jika kedudukan pasien beranjak lebih dari 1 m dari
tempat semula atau badan berputar lebih 30o
3) Tes salah tunjuk
a) Pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya
menyentuh telunjuk pemeriksa
b) Kemudian pasien disuruh menutup mata, mengangkat lengannya
tinggi-tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula
c) Gangguan (+) bila didapatkan salah tunjuk

i. Pemeriksaan N. IX Glossofaringeus
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan,
somatosensorik

j. Pemeriksaan N. X Vagus
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, somatosensorik
N IX dan N X diperiksa bersamaan. Cara Pemeriksaan Fungsi motorik :
1) Pasien disuruh menyebutkan aaaaaa
2) Perhatikan kualitas suara pasien, apakah suaranya normal,
berkurang, serak atau tidak sama sekali.
3) Pasien disuruh memakan makanan padat, lunak dan menelan air
4) Perhatikan apakah ada kesalahan telan / tidak bisa menelan /
disfagia
5) Pasien disuruh membuka mulut
6) Perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum
mole, arkus faring dan uvula dalam keadaan istirahat dan

41
bagaimana pula waktu bergerak, misalnya waktu bernafas atau
bersuara. Abnormal bila letaknya lebih rendah terhadap yang sehat.

k. Pemeriksaan N. XI aksesorius
Fungsi : Somatomotorik
Cara Pemeriksaan :

1) Untuk mengukur kekuatan otot sternocleidomastoideus dilakukan dengan


cara :
a) pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang digerakkan oleh otot
ini dan kita tahan gerakannya.
b) Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya.
c) Dapat dinilai kekuatan ototnya.
2) Lihat otot trapezius
a) apakah ada atropi atau fasikulasi,
b) apakah bahu lebih rendah,
c) apakah skapula menonjol
d) Letakkan tangan pemeriksa diatas bahu pasien
e) Suruh pasien mengangkat bahunya dan kita tahan.
f) Dapat dinilai kekuatan ototnya.

l. Pemeriksaan N. XII Hipoglosus


Fungsi : Somatomotorik
Cara Pemeriksaan :
1) Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan
istirahat dan bergerak
2) Dalam keadaan istirahat kita perhatikan :
a) besarnya lidah,
b) kesamaan bagian kiri dan kanan
c) adanya atrofi
d) apakah lidah berkerut

2. PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS

42
a. Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada
sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.

b. Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan
bawah pada sendi siku.

c. Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os


symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon :
fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi
m.brachiradialis.

d. Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna,


posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon :
pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.

e. Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer.


Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.

f. Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar


fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.

g. Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal.


Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus
berlangsung.

h. Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi


tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis
selama stimulus berlangsung.

i. Reflek kornea : Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil


positif bila mengedip (N IV & VII )

j. Reflek faring : Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada
reaksi muntahan ( N IX & X )

43
k. Reflek Abdominal : Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke
umbilicus, hasil negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas,
hasil positif bila terdapat reaksi otot.

l. Reflek Kremaster : Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif


bila skrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )

m. Reflek Anal : Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter
ani ( S 3-4-5 )

n. Reflek Bulbo Cavernosus : Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain
masukkan kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf
spinal )

o. Reflek Moro : Refleks memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan


tangan

p. Reflek Babinski : Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak


kaki mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada
orang dewasa abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi )

q. Sucking reflek : Reflek menghisap pada bayi

r. Grasping reflek : Reflek memegang pada bayi

s. Rooting reflek : Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi

3. PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS

a. Babinski
Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal
ibu jari, timbul dorso fleksi ibu jari dan pemekaran jari-jari lainnya.
b. Chadock
Tanda babinski akan timbul dengan menggores punggung kaki dari arah
lateral ke depan
c. Openheim

44
Mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari tengah dari lutut
menyusur kebawah (+ = babinski)
d. Gordon
Otot gastroknemius ditekan (+ sama dengan Babinski)

e. Scahaefer
Tanda babinski timbul dengan memijit tendon Achiles
f. Rosollimo
Mengetok bagian basis telapak jari kaki (+) fleksi jari-jari kaki
g. Mendel Rechterew
Mengetok bagian dorsal basis jari kaki. (+) fleksi jari kaki
h. Hoffman –Trommer
Positif timbul gerakan mencengkram pada petikan kuku jari telunjuk atau
jari tengah

45

Anda mungkin juga menyukai