Oleh : Kelompok 1
Anggota :
S1 Keperawatan
STIKES Bina Usada Bali
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Katharine Kolcaba.
2. Untuk mengetahui bagaimana paradigma keperawatan dari Kolcaba.
3. Untuk mengetahui konsep – konsep dari teori Kolcaba.
4. Untuk mengetahui contoh kasus dari teori Kolcaba.
1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan luas tentang teori dari Katharine Kolcaba.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Katharine Kolcaba
Teori kenyamanan pertama kali dikenal sekitar tahun 1990 an oleh seorang tokoh
bernama Katharine Kolcaba. Kolcaba lahir di Cleveland, Ohio pada tanggal 8 Desember
1944. Beliau adalah doktor keperawatan yang menerima sertifikat sebagai perawat
spesialis gerontologi dengan fokus penelitian pada perawatan paliatif dan perawatan
jangka panjang di rumah. Pada tahun 1965, ia menerima diploma di bidang keperawatan
dan praktik paruh waktu bertahun-tahun dalam keperawatan medical bedah, perawatan
jangka panjang, dan homecare. Pada tahun 1987, ia lulus RN pada kelas MSN di Case
Westren Reserve University (CWRU) francees Payne Bolton School of Nursing. Sejak
tahun 1900-1929, sebenarnya kenyamanan klien sudah merupakan tujuan utama dari
profesi perawat dan dokter, karena kenyamanan dianggap sangat menentukan proses
kesembuhan klien. Namun, setelah dekade tersebut, kenyamanan kurang mendapat
perhatian khusus dari pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan lebih difokuskan pada
tindakan pengobatan medis untuk mempercepat kesembuhan klien. Katharine Kolcaba
merupakan tokoh keperawatan yang kemudian membawa kembali konsep kenyamanan
sebagai landasan utama dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam sebuah teori yaitu
“Comfort Theory and Practice: a Vision for Holistic Health Care and Research”. Saat ini
Kolcaba bekerja sebagai Associate Professor of Nursing di Fakultas Keperawatan
Universitas Akron dan terus mengembangkan teori kenyamanan ini secara empiris
(March, A. & McCormack, D., 2009).
2.2 Paradigma Keperawatan
1. Keperawatan
Keperawatan adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan, perancangan
kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan dan penilaian kembali
digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah dilakukan implementasi. Pengkajian dan
evaluasi dapat dinilai secara subjektif, seperti ketika perawat menanyakan kenyamanan
pasien atau secara objektif, seperti observasi terhadap penyembuhan luka, perubahan
nilai laboratorium atau perubahan perilaku. Penilaian juga dapat dilakukan melalui
3
rangkaian penilaian sekala (VAS) atau daftar pertanyaan (kuisioner), yang mana
keduanya telah dikembangkan oleh Kolcaba.
2. Pasien
Penerima perawatan seperti individu, keluarga, institusi, atau masyarakat yang
membutuhkan perawatan kesehatan.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat dimanipulasi
oleh perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan kenyamanan.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal seperti yang digambarkan oleh pasien atau kelompok
dari pasien, keluarga, atau masyarakat.
4
2. Comforting Interventions
Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan ditujukan untuk mencapai
kebutuhan kenyamanan penerima asuhan, mencakup fisiologis, sosial, budaya, ekonomi,
psikologis, spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik (Kolcaba, 2001)
3. Intervening variables
Variable yang mengintervensi adalah interaksi yang mempengaruhi persepsi penerima
mengenai kenyamanan sepenuhnya. Hal ini mencakup pengalaman sebelumnya, usia, sikap,
status emosional, latar belakang budaya, system pendukung, prognosis, ekonomi, edukasi, dan
keseluruhan elemen lainnya dari pengalaman penerima (Kolcaba,1994). Variabel interpensi akan
memberikan pengaruh kepada perencanaan dan pencapaian intervensi asuhan keperawatan untuk
pasien.
4. Enhanced Comfort
Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat dalam
keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh penerima yang dapat
didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui
kebutuhan akan kelegaan (relief), ketentraman (ease), and (transcedence) yang dapat terpenuhi
dalam empat konteks kenyamanan yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan
lingkungan.
Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:
a. Relief, merupakan arti kenyamanan dari hasil penelitian Orlando (1961), yang
mengemukakan bahwa perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
b. Ease, merupakan arti kenyamanan dari hasil penelitian Henderson (1996), yang
mendeskripsikan ada 14 fungsi dasar manusia yang harus dipertahankan selama
pemberian asuhan.
5
(4) Bergerak dan mempertahankan postur tubuh yang diinginkan
(6) Memilih pakaian yang sesuai; memilih antara memakai atau melepas pakaian
(7) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan cara menyesuaikan pakaian dan
modifikasi lingkungan
(8) Mempertahankan kebersihan tubuh, berhias dengan pantas, dan melindungi kulit
(9) Mencegah bahaya di lingkungan dan mencegah dari aktivitas membahayakan orang lain
(14) Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mendukung pengembangan
diri dan kesehatan yang normal, serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia
c. Transedence, dijabarkan dari hasil penelitian Paterson dan Zderad (1975) yang menjelaskan
bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi kesulitannya.
Empat konteks kenyamanan, berdasarkan asuhan yang diberikan berasal dari literature
keperawatan (Kolcaba, 2003). Konteks fisiologis, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan.
Empat konteks dibandingkan dengan tiga jenis dari kenyamanan, pembuatan struktur taksonomi
(matriks) dan dari hal tersebut menjabarkan kompleksitas kenyamanan sebagai tujuan utamnya.
a. Fisik/fisiologis, berkenaan dengan sensasi tubuh
6
b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi harga diri, konsep diri,
sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan terhadap kebutuhan lebih tinggi.
7
Pengkajian dilakukan tanggal 6 November 2014. Klien mengeluh lemas, badan panas,
mual, muntah 2 kali perhari selama 2 hari, tidak nafsu makan, makan bubur habis 2-3 sendok.
Klien juga mengeluh diare lebih dari 5 kali perhari, konsistensi cair, dan nyeri perut tengah atas
dengan skala numerik 3. Tekanan darah 106/60 mmHg, suhu tubuh 39,2oC, frekuensi nadi 120
kali permenit, frekuensi pernafasan 20 kali permenit. Berat badan 27 kg, tinggi badan 107 cm.
hasil laboratorium menunjukan peningkatan angka leukosit dan pemeriksaan widal menunjukan
peningkatan titer salmonella typhi.
Masalah keperawatn yang terindentifikasi termasuk kedalam tipe relief dan tergolong
dalam konteks physical yaitu hipertermia, nyeri akut, resiko defisit volume cairan dan resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi yang telah dilakukan berupa
memonitor ttv dan tanda dehidrasi, memberi minum air sedikit demi sedikit, melakukan tepid
water sponge, dan menganjurkan bedrest. Klien mendapatkan terapi anti mikroba, anti piretik,
dan zink. Selain itu juga menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan dan mengajarkan
teknik manajemen nyeri distraksi, relaksasi, tata laksana demam serta berkolaborasi untuk
penyediaan diet makanan lunak 1600 Kkal.
Evaluasi setelah hari kelima perawatan, didapatkan data suhu tubuh 36,3oC, frekuensi
nadi 92 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit, dan berat badan 27 kg. Klien
tidak diare, tidak muntah, makan nasi tim habis 1 porsi, dan tidak nyeri perut. Masalah yang
teratasi yaitu hipertermi dan nyeri serta resiko perubahan nutrisi dan resiko defisit volume
cairan tidak menjadi aktual. Klien pulang tanggal 11 November 2014, keluarga diberi
penjelasan untuk kontrol tanggal 20 November 2014 dan ke IGD segera jika demam disertai
nyeri perut hebat, penurunan kesadaran atau muntah berwarna hijau.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman, pelayanan kesehatan di Indonesia ke depan harus mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara professional sesuai dengan tuntunan kebutuhan masyarakat
serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Dimana pelaksanaan asuhan
keperawatan di sebagian besar rumah sakit di Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan
ilmiah melalui proses keperawatan yang berdasarkan teori-teori keperawatan tertentu.
Berdasarkan hal itu, penting bagi perawat untuk memahami berbagai teori keperawatan termasuk
teori kenyamanan yang dikemukakan oleh Katherine Kolcaba. Melalui teori ini perawat dapat
memiliki pengetahuan mengenai pentingnya penerapan proses keperawatan yang disertai dengan
pemberian kenyamanan.