Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unit-
unit kecil yang disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses
atau perubahan yang terjadi di dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah
yang menunjang fungsi organ-organ dalam makhluk hidup itu dan dengan
demikian juga merupakan penunjang terlaksananya fungsi makhluk hidup itu
sendiri. Fenomena kehidupan yang ditandai oleh adanya pertumbuhan dan
reproduksi serta hal-hal yang berkaitan, merupakan ruang lingkup Biologi dan
ilmu-ilmu yang relevan, misalnya ilmu kedokteran atau kesehatan .Di sisi lain
Ilmu kimia adalah suatu ilmu tentang benda-benda serta proses perubahannya
yang ditinjau berdasarkan susunan dan sifat atom-atom atau molekul yang
membentuknya. Jadi Ilmu kimia menitikberatkan pembahasannya pada hubungan
antara struktur kimia benda-benda dengan fungsi dan reaksi-reaksinya dengan
benda lain.Interseksi sudut pandang ilmu kimia dengan biologi merupakan
disiplin ilmu yang meninjau organisme hidup serta proses yang terjadi di
dalamnya secara kimia. Disiplin ilmu tersebut yaitu Biokimia. Biokimia berasal
dari kata bio artinya organisme hidup, sedangkan kimia adalah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku dari bahan-bahan kimia. Ilmu
Kimia juga menitikberatkan terhadap komposisi bahan dan sifat-sifat yang
berhubungan dengan komposisi. Juga mengkonsentrasikan perbedaan interaksi
senyawa satu dengan senyawa lainnya dalam reaksi kimia untuk membentuk zat-
zat baru (Brady dan Humiston, 1986).
Biokimia adalah ilmu yang mempelajari proses kimia dalam organisme
hidup. Biokimia mengatur semua organisme hidup dan proses hidup. Dengan
mengontrol arus informasi melalui sinyal biokimia dan aliran energi kimia melalui
metabolisme, proses biokimia menimbulkan fenomena yang tampaknya magis
kehidupan. Sebagian besar berkaitan biokimia dengan struktur dan fungsi
komponen seluler seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan
biomolekul lainnya meskipun semakin proses, bukan molekul individu fokus
utama. Selama 40 tahun terakhir biokimia telah menjadi begitu sukses dalam
menjelaskan proses hidup yang sekarang hampir semua bidang ilmu kehidupan
dari botani untuk obat yang terlibat dalam penelitian biokimia. Hari ini fokus
utama biokimia murni adalah memahami bagaimana molekul biologis
menimbulkan proses-proses yang terjadi dalam sel-sel hidup yang pada gilirannya
sangat berhubungan dengan studi dan pemahaman seluruh organisme.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan pengertian dari biokimia !
2. Menjelaskan asal mula timbul biokimia !
3. Menjelaskan ruang lingkup biokimia !
4. Menyebutkan dan menjelaskan prinsip biokimia !
5. Menjelaskan manfaat biokimia !
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari biokimia.
2. Memahami asal mula timbulnya biokimia.
3. Memahami ruang lingkup biokimia.
4. Memahami prinsip biokimia
5. Memahami manfaat dari biokimia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Biokimia
Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unit-unit
kecil yang disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses atau
perubahan yang terjadi di dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah yang
menunjang fungsi organ-organ dalam makhluk hidup itu dan dengan demikian
juga merupakan penunjang terlaksananya fungsi makhluk hidup itu sendiri.
Fenomena kehidupan yang ditandai oleh adanya pertumbuhan dan reproduksi
serta hal-hal yang berkaitan, merupakan ruang lingkup Biologi dan ilmu-ilmu
yang relevan, misalnya ilmu kedokteran atau kesehatan .
Di sisi lain Ilmu kimia adalah suatu ilmu tentang benda-benda serta proses
perubahannya yang ditinjau berdasarkan susunan dan sifat atom-atom atau
molekul yang membentuknya. Jadi Ilmu kimia menitikberatkan pembahasannya
pada hubungan antara struktur kimia benda-benda dengan fungsi dan reaksi-
reaksinya dengan benda lain.Interseksi sudut pandang ilmu kimia dengan biologi
merupakan disiplin ilmu yang meninjau organisme hidup serta proses yang terjadi
di dalamnya secara kimia. Disiplin ilmu tersebut yaitu Biokimia. Biokimia berasal
dari kata bio artinya organisme hidup, sedangkan kimia adalah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku dari bahan-bahan kimia. Ilmu
Kimia juga menitikberatkan terhadap komposisi bahan dan sifat-sifat yang
berhubungan dengan komposisi. Juga mengkonsentrasikan perbedaan interaksi
senyawa satu dengan senyawa lainnya dalam reaksi kimia untuk membentuk zat-
zat baru (Brady dan Humiston, 1986).
Biokimia adalah ilmu yang mempelajari proses kimia dalam organisme hidup.
Biokimia mengatur semua organisme hidup dan proses hidup. Dengan mengontrol
arus informasi melalui sinyal biokimia dan aliran energi kimia melalui
metabolisme, proses biokimia menimbulkan fenomena yang tampaknya magis
kehidupan. Sebagian besar berkaitan biokimia dengan struktur dan fungsi
komponen seluler seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan
biomolekul lainnya meskipun semakin proses, bukan molekul individu fokus
utama. Selama 40 tahun terakhir biokimia telah menjadi begitu sukses dalam
menjelaskan proses hidup yang sekarang hampir semua bidang ilmu kehidupan
dari botani untuk obat yang terlibat dalam penelitian biokimia. Hari ini fokus
utama biokimia murni adalah memahami bagaimana molekul biologis
menimbulkan proses-proses yang terjadi dalam sel-sel hidup yang pada gilirannya
sangat berhubungan dengan studi dan pemahaman seluruh organisme.

Asal mula timbulnya biokimia


Istilah biokimia telah dikemukakan oleh Karl Neuberg, seorang ahli kimia Jerman
pada tahun 1903, namun satu setengah abad sebelumnya, yaitu pada pertengahan
abad XVIII Karl Wilhelm Scheele seorangahli kimia Swedia telah melakukan
penelitian mengenai susunan kimia jaringan pada tumbuhan dan hewan. Selain itu
ia juga telah dapat mengisolasi asam oksalat, asam laktat, asam sitrat serta
beberapa ester dan kasein dari bahan alam.
Biokimia memperoleh bentuk yang nyata sebagai suatu bidang studi pada awal
Abad XIX, dengan dipelopori oleh penelitian yang dilakukan Friedrich Wohler.
Sebelum itu orang percaya bahwa organisme hidup itu terdiri atas zat-zat yang
mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan zat yang terdapat paa benda-benda
mati, misalnya logam atau batu-batuan. Pada tahun 1828 Wohler menunjukkan
bahwa urea, suatu senyawa yang terdapat dalam urine, ternyata dapat dibuat
dalam laboratorium dengan jalan memanaskan alkali sianat dengan garam
amonium. Mula-mula ia memang mengharapkan akan terjadi amonium sianat,
tetapi akirnya ia memperoleh urea.
Meskipun telah dapat ditunjukan atau dibuktikan bahwa suatu senyawa yang
berasal dari dalam tubuh manusia atau organisme hidup dapat juga dibuat dalam
laboratorium dari zat-zat yang berasal dari banda mati, namun masih ada orang
yang percaya bahwa suatu senyawa dalam organisme hidup tentulah terbentuk
dalam sel hidup melalui suatu proses yang melibatkan “kekuatan hidup”. Pendapat
ini kemudian dapat dihilangkan oleh adanya penemuan dua bersaudara Eduard
dan Hans Buchner. Mereka menyatakan bahwa ekstrak dari sel-sel ragi yang telah
dirusak atau telah mati, tetap dapat menyebabkan terjadinya proses peragian atau
fermentasi gula menjadi alkohol. Penemuan mereka merupakan pembuka
kemungkinan dilakukannya analisis reaksi-reaksi biokimia dan proses-proses
biokimia dengan alat-alat laboratorium(in vitro) dan bukan dalam sel hidup (in
vivo). Selanjutnya metabolisme yang terjadi dalam sel dapat pula dilakukan dalam
laboratorium, termasuk reaksi-reaksi yang menggunakan enzim, yaitu biokatalis
yang mempercepat berlangsungnya reaksi biokimia tersebut.
2.3 Ruang lingkup biokimia
Diatas telah dibahas mengenai pengertian biokimia yaitu merupakan salah
satu cabang sains  menunjuk megenai bahan kimia yang dihasilkan oleh benda
hidup yang memanfaatkan bahan aktif untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Antara kelas bahan kimia yang dikaji dalam bidang yang termasuk biokimia yaitu:
a. Karbohidrat
Karbohidrat tersusun dari monomer yang disebut sebagai monosakarida. Contoh
dari monosakarida adalah glukosa (C6H12O6), fruktosa  (C6H12O6), dan
deoksiribosa (C5H10O4). Ketika 2 monosakarida melalui proses sintesis
dehidrasi, maka air akan terbentuk, karena 2 atom hydrogen dan satu atom 
oksigen telepas dari 2 gugus hidroksil monosakarida.
b. Lipid.
            Lipid  biasanya terbentuk dari satu molekul gliserol yang bergabung
dengan molekul lain. Di trigliserida, ada satu mol gliserol dan tiga molekul asam
lemak. Asam lemak merupakan monomer. Disini Lipid, terutama fosfolipid, juga
digunakan di beberapa produk obat-obatan, misalnya sebagai bahan pelarut
(contohnya di infus parenteral) atau sebagai komponen pembawa obat (contohnya
di liposom atau transfersom). Beberapa lipid mempunyaii sifat polar meskipun
kebanyakan dari mereka merupakan nonpolar/hidrofobik ("takut air"). Tapi ada
beberapa bagian dari strukturnya bersifat hidrofilik ("suka-air"), sehingga
membuat molekul ini menjadi amfifilik (mempunyai sifat hidrofobik dan
hidrofilik). Dalam kasus kolesterol, gugus polarnya hanya -OH (hidroksil atau
alkohol). Dalam kasus fosfolipid, gugus polarnya lebih besar sehingga dianggap
polar. Lipid merupakan salah satu unsur penting dalm tubuh. Kebanyakan produk
minyak dan produk susu yang kita gunakan untuk masak dan makan seperti
mentega, keju, dan minyak samin terdiri dari lemak. Makanan yang mengandung
lemak, jika dicerna dalam tubuh maka akan dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol
c. Protein
            Protein merupakan molekul yang sangat besar-atau makrobiopolimer-
yang tersusun dari monomer yang disebut asam amino. Ada 20 asam amino
standar, yang masing-masing terdiri dari sebuah gugus karboksil, sebuah gugus
amino, dan rantai samping (disebut sebagai grup "R"). Grup "R" ini yang
menjadikan setiap asam amino berbeda, dan ciri-ciri dari rantai samping ini akan
berpengaruh keseluruhan terhadap suatu protein. Ketika asam amino bergabung,
mereka membentuk ikatan khusus yang disebut ikatan peptida melalui sintesis
dehidrasi, dan menjadi Polipeptida, atau protein.
            Struktur dari protein bisa dijelaskan melalui empat tingkatan. Struktur
utama dari protein terdiri dari rangkaian linear asam amino, misalnya, "alanin-
glisin-triptofan-serin-glutamat-asparagin-glisin-lisin". Struktur sekunder lebih
kepada morfologi lokal. Beberapa kombinasi dari asam amino akan cenderung
membentuk gulungan yang disebut dengan α-helix atau menjadi lembaran yang
disebut dengan β-sheet. Struktur tersier adalah bentuk 3 dimensi protein tersebut
secara keseluruhan. Bentuk ini akan ditentukan oleh urutan asam amino. Jika ada
satu perubahan saja maka akan mengubah keseluruhan struktur. Rantai alfa
hemoglobin terdiri dari 146 residu asam amino, jika residu glutamat di posisi ke-6
digantikan dengan valin, maka akan mengubah sifat hemoglobin tersebut, dan
mengakibatkan penyakit anemia sel sabit. Struktur kuartener lebih memfokuskan
pada struktur dari protein dengan beberapa subunit peptida. Contohnya,
hemoglobin dengan keempat subunitnya
d. Asam nukleat
            Asam nukleat  adalah molekul yang membentuk DNA, substansi yang
sangat penting yang digunakan oleh semua organisme seluler untuk menyimpan
informasi genetik. Jenis asam nukleat yang paling umum adalah asam
deoksiribosa nukleat dan asam ribonukleat. Monomernya disebut nukleotida.
Nukleotida yang paling umum diantaranya Adenin, Sitosin, Guanin, Timin, dan
Urasil. Adenin berpasangan dengan timin dan urasil, timin.
            Selain bahan-bahan kimia yang telah dijelaskan diatas masih ada banyak
juga bahan kimia lainnya serta sistem biokimia yang dapat diketahui, seperti
misalnya Enzim dan Koenzim, Struktur dan Fungsi sel, Cairan tubuh dan
pernapasan, Pencernaan Makanan, Metabolisme Karbohidrat, Metabolisme Lipid,
Metabolisme Protein dan Asam Amino, Metabolisme Vitamin, Air dan Mineral,
Hormon, Jalur bersama Metabolisme.

Prinsip-prinsip biokimia
Dalam prosesnya sistem biokmia memiliki aturan ataupun prinsip kerja. Adapun
prinsip-prinsip biokimia antara lain yaitu:
Struktur kimia dari komponen mahluk hidup dan hubungan antara struktur kimia
dengan fungsi biologis
Mempelajari metabolisme yaitu keseluruhan reaksi kimia dalam mahluk hidup
Proses kimia dan subtansi yang menyimpan dan mengirimkan informasi biologis,
serta melekul genetis (sifat genetis).
Manfaat dari biokimia
Sebagai suatu disiplin ilmu, biokimia  mengalami kemajuan berkat penelitian
yang telah dilakukan oleh para ahli biokimia. Manfaat yang diperoleh tampak
pada penerapan hasil-hasil penelitian tersebut.
Pada dasarnya penerapan biokimia banyak dalam bidang pertanian dan
kedokteran. Sebagai contoh biokimia mempunyai peranan dalam mencegah
masalah gizi, penyakit-penyakit akibat dari kurang gizi terutama pada anak-anak.
Biokimia juga dapat menjelaskan hal-hal dalam bidang farmakologi dan
toksikologi karena dua bidang ini berhubungan dengan pengaruh bahan kimia dari
luar terhadap metabolisme. Obat-obatan biasanya mempengaruhi jalur metabolik
tertentu, misalnya antibiotik penisilin dapat membunuh bakteri dengan
menghambat pembentukan polisakarida pada dinding sel bakteri. Dengan
demikian bakteri akan mati karena tidak dapat membentuk dinding sel.
Penggunaan pestisida di bidang peartanian telah kita kenal lama. Pada umumnya
pestisida bekarja dengan jalan menghambat enzim yang bekerja pada hama atau
organisme tertentu. Dalam hal ini biokimai berperan dalam meneliti mekanisme
kerja pestisida tersebut sehingga dapat meningkatkan selektifitasnya dan dengan
demikian dapat dicegah dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang dapat
ditimbulkannya. Jadi biokimia juga merupakan komponen penting dalam
pengetahuan tentang lingkungan hidup.
Di atas telah dijelaskan tentang manfaat biokimia sebagai suatu disiplin ilmu.
Manfaat apakah yang dapat kita peroleh bagi diri kita sendiri maupun begi oreng
lain dengan mempelajari biokimai ini? Dengan mempelajari biokimia kita
mengetahui tentang reaksi-reaksi kimia penting yang terjadi dalam sel. Hal ini
berarti kita dapat memahami proses-proses yang terjadi di dalam tubuh. Dengan
demikian diharapkan kita akan mampu menghindari hal-hal dari luar yang akan
mempengaruhi proses dalam proses dalam sel-sel tubuh, misalnya kita akan dapat
mengatur makanan yang akan kita makan sehingga kita akan mampu menghindari
dampak dari suatu lingkungan yang tercemar oleh limbah yang membahayakan
kesehatan.
Manfaat mempelajari biokimia tersebut tentu dapat kita berikan kepada orang lain,
masyarakat atau kepada anak didik apabila kita bekerja sebagai guru. Bagi guru
sangat diperlukan adanya suatu wawasan yang luas. Misalnya dalam mengajarkan
ilmu kimia, maka pengetahuan kita tentang biokimia akan sangat membantu
dalam membrikan  contoh-contoh yang dapat menarik perhatian para anak didik.
Wawasan yang luas tentang masalah lingkungan hidup tentu akan meningkatkan
gairah dalam proses belajar-mengajar dan hal ini akan membantu upaya kita
dalam menjaga kelestarian lingkungan yang sehat
2.6 Pengertian Cairan dan Elektrolit
         Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,
2006). Kemudian elektrolit itu sendiri  adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
(Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh.

2.7 Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia               

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1.    Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60%
dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari
berat badannya.
2.    Solut(terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
elektrolit dannon-elektrolit.
masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan
di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.
a.    Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif
dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama
lain( miliekuivalen/liter
 ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan
selalu sama. mol/L ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter
mEq/L)
  Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama
adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa
natrium ke luar dan kalium ke dalam.
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama
adalah ion fosfat (PO4ɜ).
b.    Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-
elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
2.8 Cairan dan Elektolit dalam Tubuh
   Cairan dalam Tubuh Manusia
            Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di
berbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver
fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh.
Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya.
Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55%
tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative
banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit
dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh,
yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh
tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya
sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation
terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-,
protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular,
cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan  interstisial terdapat dalam ruang
antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi,  jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan
cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua
arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah :  kation dan anion.
2.9 Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan
asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium
(K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-),
fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan
negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari
elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci dalam
tabel di bawah ini :
No. Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler
Plasma
1.  Kation :
Natrium (Na+)  144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++)  2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg + 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
+)
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
(HCO3-)
Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Sulfat (SO42-)
Protein 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
1,2 mEq 0,2 mEq 4        mEq

2.10 Fungsi Cairan  dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia


1. Fungsi Cairan dalam Tubuh
a.    Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin
dan mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b.    Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses
metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c.    sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d.   katalisator reaksi biologik sel,
e.    pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f.     Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap
berada pada kondisi ideal yaitu ± 37C.
2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh
a.    Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat
maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
b.    Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c.    Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan
terjadi perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan
terjadinya kontraksi otot.

2.11  Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


          Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara
sejumlah komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian
cairan, ruang cairan, membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi
cairan dan elektolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di
seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan
komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan
substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme
pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
A Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses
ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua
kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang.
Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi
larutan dan temperature larutan.
b.    Osmosis. adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel.. Pada
proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane.
Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak
merata. Karena ukuran molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan
osmotic koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang
intravaskular.
c.    Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan
oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient
konsentrasinya. Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari
konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy
dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan
konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui
suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium”.
2.12 Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
1. Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-
diuretik (ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai hal tersebut antara lain :
Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan. Rasa
haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg.
Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap
perubahan osmolalitas pada cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan
mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi.
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya
menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neuron yang bertanggungjawab meneruskan sensasi haus.
Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan
mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
 Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi
kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.
  Hormon ADH. 
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di  dalam neurohipofisis pada
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat terjadi
pada kondisi stres, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa
jenis anestetik dan obat-obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada
duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume
cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopresin karena mempunyai efek
vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Hormon aldosteron. 
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar
natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin.
Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di
banyak jaringan dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah,
kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan
mengatur sirkulasi ginjal, reabsorpsi natrium.
Glukortikoid. Glukortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga
memperbesar volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu,
perubahan kadar glukortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan
volume darah (Tambayong, 2000).

Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan


haluaran cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui
beberapa organ, yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan ginjal.
a.    Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini
disebabkan oleh aktivitas otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi
demam. Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan istilah insensible water
loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.
b.    Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru
merupakan suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman
napas karena pergerakan atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400
ml/hari.
c.    Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem
pencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara
keseluruhan adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL
normal setiap kenaikan suhu 10C.
d.   Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada
tubuh. Pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.
2.  Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit akan
memengaruhi keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada
fungsi sel.  Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan,
regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi
neuromuskular. Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh adalah kation dan anion.
a)   Kation. Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi :
1.  Natrium(Na+). Natrium merupakan kation utama d Elektrolit yang terbanyak di
dalam tubuh adalah kation dan anion alam CES. Konsentrasi normal natrium
diatur oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke
dalam dan keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan
utama. Natrium berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls
dan kontraksi otot. Fungsi utama natrium adalah untuk membantu
mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel dan ekstrasel, dengan
menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”. Regulasi ion natrium dilakukan
dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan haluaran urin.
2.  Kalium(K+). Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS.
Sumber kalium diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting
untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls
jantung dan kontraksi otot. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan
perubahan dan penggantian dengan ion kalium di tubulus ginjal.
3.  Calcium(Ca2+). Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di
dalam tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan fungsi
syaraf dan muscle, meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan
proses pengaktifan protrombin dan thrombin. Sumber : susu dengan kalsium
tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll.
b)     Anion. Anion yang terdapat dalam tubuh meliputi :
1.  Klorida (Cl-). Klorida temasuk salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel.
Klorida berfungsi mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal klorida
adalah 95-105 mEq/l.
2.  Bikarbonat(Cl-). Bikarbonat merupakan buffer kimia utama dalam tubuh yang
terdapat di cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
Nilai normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/l.
3.  Fosfat(PO42-). Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan
ekstrasel. Fosfat berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga
keutuhannya. Selain itu, fosfat juga membantu kerja neuromuscular, metabolisme
karbohidrat, dan pengaturan asam-basa. Kerja fosfat ini diatur oleh hormon
paratiroid dan diaktifkan oleh vitamin D.
2.13 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
            Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
antara lain:
a.     Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-
anak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka
yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat
terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada
individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan
oleh   masalah jantung atau gangguan ginjal
b.      Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini  mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c.       Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas  tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan
yang rendah akan lebih sering mengalami   kehilangan  cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu
tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan  kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang
tidak biasa  berada di lingkungan  panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter
per jam.
d.      Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih  dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e.       Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone
anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f.       Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g.      Tindakan Medis
  Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
h.      Pengobatan
  Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat  menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya,
terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan
kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i.          Pembedahan
  Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan
beban cairan  akibat asupan cairan   berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat
anastesia.

2.14 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit


2.8.1  Gangguan keseimbangan cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa
defisit volume cairan atau sebaliknya.
1.    Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]). Defisit volume cairan
adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan
dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan
elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia.
Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga
cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial
sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume cairan
(dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
a)     Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
b)     Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c)     Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah
adalah 130 mEq/l.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa
perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan
perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak
faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein
dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih,
berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat
digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :

a.     Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari


berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang
lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat.
Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung melalui kulit, saluran
pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
b.   Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-
10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-
158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c.    Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6
liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita
dapat mengalami hipotensi.
2.    Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]). Volume cairan
berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga
dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan
pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini adalah
peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan
hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah mata,
jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah
perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung
hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan
melalui titik tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang
menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak
dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida
menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma
yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan
pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat
diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum,
dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.
2.15 Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium
di cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini
mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel
menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat
berlebih, dieresis, serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan
kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of
inappropriate antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan,
hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik.
Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural, postural
dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine
<1,010. Hipernatremia  adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan
berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan
natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan
cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan
gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang,
oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum
>144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.
Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di
cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion
hydrogen dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau
perubahan pH plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot,
distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0
mEq/l.  hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini
jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan
sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan
jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah  satu upaya yang dapat dilakukan adalah
memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium masuk ke
dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas,
irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan pada
pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR
memanjang.
Hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah  kekurangan kadar
kalsium di cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat
menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan
kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia
meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan
kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi
kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya interval
Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek
positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel.
Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada
akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi
penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi,
nyeri punggung, dan serangan jantung.  Temuan laboratorium meliputi kadar
kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat
kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta
pembentukan kavitas tulang yang menyebar.
Hipomagnesemia  dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila kadar
magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh
konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi
usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda
yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi.
Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4
mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di
dalam serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita
gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung
magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi
refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi
ini meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.
Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion
klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan
sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta
pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis
metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion klorida  >95
mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini
kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan
masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat
sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini
bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan
laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar
fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat
di usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.
Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes,
dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia,
kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah
peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus
gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau
penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium
berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir
sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat,
spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus, masalah
kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan
osteoporosis.  Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0
mEq/l.

Anda mungkin juga menyukai