Oleh
JIHAN AFIFAH
NIM : 201211667
Kelas : 1A
Dosen Pengampu
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia –nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini tepat pada waktunya
Laporan ini membahas tentang Rasa Nyaman Dan Aman.
.
Dalam penyusun laporan ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak itu bisa teratasi.Oleh sebab itu,kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusun laporan ini,semoga bantuannya mendapat yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Kami menyadari bahwan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
Jihan Afifah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Tujuan.........................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rasa Aman dan Nyaman....................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah
suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang
terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah
Nyeri mungkin suatu hal yang tidak asing. Nyeri menjadi alasan yang paling
itulah sulit untuk memberikan batasan yang pasti terhadap nyeri. Sensasi nyeri yang
dilaporkan tiap individu berbeda-beda, hal inilah yang menyebabkan pengertian nyeri
subjektif karena perasaan nyeri berbeda setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas
(Kushariyadi, 2010). 2 Artritis Rematoid dapat mengenai semua kelompok umur dan
etnis. Wanita 2,5 kali lebih sering dari pria. Onset penyakit tertinggi didapat pada usia
Prevalensi artritis rematoid meningkat sesuai dengan usia, pada orang Asia
sekitar 0,2%-0,3% dan 1,2% pada ras lainnya (Setyohadi & Kasjmir, 2009). Dalam
memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi rasa nyeri pada pasien rematik,
pasien (Prasetyo,2010).
B. Rumusan masalah
8. Penatalaksanaan Nyeri
C. Tujuan
PEMBAHASAN
2013). Menurut Ambarwati (2014), rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai
Menurut Susanto (2015), kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
transenden(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti di
pandang secara holistic yang mencakup empat aspek yaitu sebagai berikut:
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi
B. Pengalaman Nyeri
hanya mempunyai pengalaman nyeri yang sering terjadi yaitu nyeri saat haid pada setiap
bulannya. Nyeri yang dirasakan pada daerah abdomen bagian bawah lebih tepatnya di atas
mons pubis. Nyeri yang dirasakan sangat melilit, skala nyeri yang dirasakan adalah 6. Nyeri
yang dirasakan hari pertama dan kedua saat menstruasi, nyeri yang dirasakan seringkali tidak
menentu.
C. Jenis Nyeri
Menurut Susanto (2015), jenis nyeri secara umum dibagi menjadi tiga klasifikasi nyeri,
1. Nyeri perifer. Nyeri ini ada tiga macam, yaitu (1) nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang
muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; (2) nyeri fiseral, yakni rasa nyeri yang
muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks; (3) nyeri
alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral. Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak dan
talamus.
3. Nyeri psikogenik. Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain nyeri ini
Menurut Susanto (2015) dan menurut Uliyah (2014) nyeri akut dan nyeri kronis memiliki
perbedaan karakteristik.
dan ia berhasil
menginterpretasikan sensasi
mendalam.
tersembunyi.
Penyebab/Etiologi nyeri
1. Trauma
a. Mekanik, yaitu rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung syaraf bebas mengalami kerusakan.
b. Termal, yaitu nyeri timbul karena ujung syaraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas
c. Kimia, yaitu timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat.
d. Elektrik, yaitu timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri
2. Peradangan, yakni nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung syaraf reseptor akibat adanya
4. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema. Akibat terjadinya penekanan pada
reseptor nyeri.
6. Iskemi pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteri koronaria yang menstimulasi
Menurut Susanto (2015), proses nyeri terdiri dari empat fase, yakni sebagai berikut:
1. Transduksi. Pada fase transduksi, stimulus, atau rangsangan yang membahayakan (missal,
bahan kimia, suhu, listrik, atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia (misal,
2. Transmisi. Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama, nyeri
merambat dari serabut saraf perifer ke medula spinalis. Dua jenis serabut nosisepton yang
terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C, yang menstransmisikan nyeri tumpul dan
menyakitkan, serta serabut A-Delta yang menstransmisikan nyeri yang tajam dan
terlokalisasi. Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medula spinalis menuju batang otak
dan thalamus melalui jaras spinotalamikus (spinothalamic tract[STT]). STT merupakan suatu
sistem diskriminatif yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi stimulus ke talamus.
Selanjutnya, pada bagian ketiga signal tersebut diteruskan ke korteks sensoris somatik-tempat
nyeri dipersepsikan. Inpuls yang ditransmisikan melalui STT mengaktifkan respon otonomi
dan limbik.
3. Persepsi. Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri
4. Modulasi. Fase ini disebut juga “sistem desenden”. Pada fase ini, neuron di batang otak
melepaskan substansi seperti opioit, serotonin, dan norepinefrin yang akan menghambat
Menurut Uliyah (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri sebagai berikut
1. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negative, seperti membahayakan, merusak, dll. Keadaan ini dipengaruhi
beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan
pengalaman.
2. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif tepatnya pada korteks ( pada
fungsi evaluatif kognituf ) persepis ini dipengaruhi oleh faktir yang dapat memicu setimulasi
nociceptor.
3. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sementara itu faktor yang menurunkan
toleransi antara lain kellahan, rasa marah, tosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang,
sakit, dll.
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperiti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons
nyeri, pemgalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa
F. Pengkajian nyeri
dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri serta apapun yang berhubungan dengan
ketidaknyamanan
membentuk pengertian pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri.
Penggunaan instrument untuk menghitung luas dan derajat nyeri bergantung pada kesadaran
klien secara kognitif dan kemampuan klien untuk memahami instruksi perawat.
Provoking incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri
berkurang apabila beristirahat, apakah nyeri bertambah berat bila beraktifitas (aggravation).
Faktor-faktor yang dapat meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang bergerak, pengerahan
Quality or quantity of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Region : radiation, relief : dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien,
apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi. Tekanan pada syaraf atau akar syaraf akan memberikan gejala nyeri yang
disebut radiatik pain misalnya pada skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari bokong sampai
anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi syaraf. Nyeri lain yang disebut nyeri kiriman
atau referred pain adalah nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya akibat kelainan dari
tempat lain misalnya nyeri lutut akibat kelainan pada sendi panggul.
Severity (scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan
skala nyeri deskriptip (tidak ada nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri tak
tertahankan) dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan
fungsinya terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari (misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi,
interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai). Nyeri akut
Time : berapa lama nyeri berlangsung (bersifat akut atau kronis), kapan apakah ada waktu-
b. Respons fisiologis
Respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, tergantung pada sumber dan durasi nyeri pada
awal awitan nyeri akut, respons fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan darah, nadi dan
pernafasan, diaforesis, serta dilatasi pupil akibat tersetimulasinya sisitem syaraf simpatis.
Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama dan syaraf simpatis telah beradaptasi, respons
fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau bahkan tidak ada. Oleh karenanya penti ng
bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu respons fisiologis sebab bisa jadi respons
c. Respons perilaku
Respons perilaku banyak respons nonverbal yang bisa dijadikan indicator nyeri. Salah
satu yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau
membukannya lebar-lebar, menggigit bibir bawah dan seringai wajah dapat mengindikasikan
nyeri. Selain ekspresi wajah, respos perilakul lain yang dapat menandakan nyeri adalah
d. Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situsasi,derajat dan
durasi nyeri , interpretasi tentang nyeri, serta banyak faktor lainnya. Perawat perlu mengkajii
adanya persasaan ansietas, takut , lelah , depresi, atau perasaan gagal pada diri klien.
Wong-Baker Faces Paint Rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu
menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak
mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognisi dan
komunikasi.
H. Penatalaksanaan Nyeri
a. Non-Farmakologi
1. Terapi Distraksi
Teknik distraksi menurut Tamsuri (2007), adalah pengalihan dari fokus perhatian
terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tekhnik distraksi dapat mengatasi neyri berdasarkan
teori bahwa aktivitas retikuler menghambat stimulus. Stimulus yang menyenangkan dari luar
juga dapat merangsang sekresi endorphin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan berkurang.
Peredaan nyeri yang secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensoris yang digunkan dan minta individu dalam stimulasi, oleh karena
itu stimulasi pendengaran, penglihatan, dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam
menurunkan nyeri.
Menurut Tamsuri (2007), ada distraksi visual dan distraksi pendengaran yaitu sebagai
berikut :
a. Distraksi Visual
Melihat pertandingan, menonton televise, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air,
individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti seperti
music klasik, dan diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu.
2. Employing Humor
dan mengekspresikan sesuatu yang lucu, menghibur atau konyol dalam rangka membina
atau mengatasi perasaan nyeri. Aktivitas yang bisa dilakukan dalam employing humor yaitu
cari tahu jenis humor yang disenangi pasien, cari tahu bagaimana reaksi pasien terhadap
humor ( tertawa terbahak atau hanya tersenyum), cari tahu waktu-waktu dimana pasien
rileks,hindari candaan yang sensitif bagi pasien dan hindari menggunakan humor pada pasien
3. Terapi musik
fisiologi. Aktivitasnya dapat dilakukan dengan identifikasi music yang disukai klien.
Pertimbangkan minat klien pada musik. Pilih musik-musik tertentu yang mewakili musik
yang disukai klien. Fasilitai partisipasi aktif klien (misalnya, bermain alat musik atau
bernyanyai) jika hal ini diinginkan klien dan sesuai dengan tempat. Hindari stimulasi music
yang disadari maupun tidak disadari terhadap tubuhnya. Aktivitas dalam peningkatan citra
tubuh dengan monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh mana yang berubah dan
5. Terapi Relaksasi
memperoleh relaksasi demi tujuan mengurangi tanda gejala yang tidak diinginkan seperti
nyeri, kau otot dan ansietas. Aktivitas dalam terapi relaksasi dapat dilakukan dengan ciptakan
lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan
yang nyaman, jika memungkinkan, tunjukkan dan praktikkan Teknik relaksasi jika
memungkinkan(seperti nafas dalam), dan minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi
6. Stimulasi Kutaneus
bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri, kejang otot,
peradangan atau mual. Aktivitas yang bisa dilakukan adalah diskusikan berbagai metode
stimulasi kulit efeknya terhadap sensasi dan harapan pasien selama kegiatan, pilih jenis
rangsangan kulit yang paling tepat untuk pasien dan kondisinya( misal: pijat,es, dingin, panas
7. Akupuntur
Akupuntur merupakan tindakan menusukkan jarum pada titik-titik tertentu ditubuh manusia
8. Hypnosis
Hipnosis merupakan membantu klien untuk mencapai keadaan yang peka dan fokus
sensasi, pikiran dan perilaku. Aktivitas yang bisa dilakukan siapkan lingkungan yang tenang
dan nyaman, jangan menebak apa yang dipikirkan pasien , dan gunakan bahasa klien
9. Biofeedback
respons fisiologis dengan menggunakan umpan balik dari peralatan elektronik yang
diigunakan untuk proses fisiologis. Aktivitas dapat dilakukan dengan wawancarai pasien
untuk mendapatkan data riwayat kesehatan, analisa kondisi kesehatan spesifik yang perlu
diterapi, bantu pasien untuk mempelajari dan memodifikasi respon tubuh sesuai tanda yang
diberikan oleh alat yang dipakai dan sediakan umpan balik dari perkembangan setiap selesai
sensitifitas alami dari tangan yang dialirkan ke tubuh dengan fokus yang lembut, langsung
mengatur lapang energi manusia. Aktivitasnya dapat dilakukan dengan ciptakan lingkungan
yang nyaman tanpa distraksi, fokuskan niat untuk memfasilitasi kesimetrisan dan
penyembuhan dalam area yang terganggu, dan memindahkan tangan dengan lembut dnegan
gerakan turun melalui lapang pasien, memikirkan pasien dan memfasilitasi sebagai aliran
b. Farmakologi
Menurut Jitowiyono (2017), terdapat beberapa obat untuk menangani rasa nyeri yaitu sebagai
berikut :
berbagai obat yang secara kimia dan farmakologi memberikan efek meringankan nyeri,
demam, dana tau inflamasi yang berkaitan dengan cireda dan penyakit. NSAIDs memiliki
prostaglandin.
2. Opioid Analgesik
Analgesik opioid merupakan analgesic yang diperoleh dari tanaman opium. Opiat
merupakan zat alami yang diperoleh dari opium mentah. Opiate mencakup morfin sulfat,
kodein, dll. Sistem saraf pusat memiliki reseptor opia. Meskipum opia memiliki aksi berbeda
pada situs reseptor yang berbeda, reseptor mu dan kappa menghasilkan efek analgesik,
Analgesik opioit menghasilkan beberapa reaksi yang tidak dikehendaki. Pada SSP,
opioit berdampak pada eoforia, kelemahan, sakit kepala, sedatif, insomnia, tremor, atau
gangguan mental atau fisik. Pada sistem respirasi berdampak pada depresi laju dan
bagi pasien dengan hipersensitifitas obat, gangguan konvulsif dan renal parah.
3. Anastesi Lokal
a. Anastesia topikal
Anastesia topikal merupakan proses pemberian anastesia pada permukaan kulit, area
terbuka, dan membran mokus. Anastesia local dapat diberikan dengan kapas atau di
semprotkan. Tujuan pemberiam ini adalah untuk membuat kulit atau membrane mokus
kurang sensitis untuk selanjutnya di injeksi anastesia lokal yang lebih dalam.
c. Anastesia infiltrasi lokal merupakan injeksi obat anastesia lokal pada jaringan. Tipe ini
d. Anastesia regional
Anastesia regional merupakan injeksi anastesia lokal di sekitar saraf, sehingga area yang
dipasok oleh saraf tersebut tidak akan memberikan sinyal nyeri pada otak. Anastesia regional
· Anastesia spinal
Anastesia spinal merupakan tipe anastesia regional yang menggunakan injeksi obat anastesia
· Penghambat konduksi
Penghambat konduksi merupakan anastesia regional yang diberikan dengan injeksi obat
berbagai macam nyeri termasuk nyeri pasca operasi. Selain itu diketahui bahwa narkotik
epidural bisa menghasilkan analgesia selama 15-16 jam tanpa gangguan pernapasan, motorik,
5. Adjuvant analgesik
Adjuvant analgesic adalah obat yang mempunyai sifat analgesik lemah atau tidak ada
sifat analgesic sama sekali apabila diberikan sendiri, namun dapat meningkatkan efek agen
analgesic lain. Obat ini dapat dikombinasikan dengan analgesic primer sesuai dengan sistem
WHO analgesic ladder untuk mengurangi rasa nyeri. Analgesic adjuvant biasanya diberikan
kepada pasien yang menggunakan berbagai obat sehingga keputusan mengenai administrasi
dan dosis obat harus dibuat dengan pemahaman yang jelas dari tahap penyakit dan tujuan
perawatan.
Sebagaian analgesic adjuvant mempunyai efek yang bagus pada beberapa situasi nyeri
radiopharmaceuticals), nyeri otot (muscle relaxants), atau nyeri pada epstruksi usus
(octreotide, anticholinergics).
Adjuvant analgesic merupakan obat tambahan atau pengobatan lain yang dirancang
untuk meningkatkan efek terapi utama. Pengobatan yang diberikan setelah pengobatan utama
terapi radiasi, terapi hormon, atau terapi biologi. Pengobatan tambahan yang ditambahkan
untuk meningkatkan efektivitas terapi utama, jenis umum dari terapi adjuvant, termasuk
terapi hormonal, kemoterapi atau radiasi ditambahkan setelah operasi untuk meningkatkan
Ambarwati, R, F. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Dua Satria Offset.
Uliyah, M, Hidayat, A. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: BINARUPA AKSARA
Publisher.
Susanto, J, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Buku 2. Jakarta : Salemba Medika.