Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN FIELD TRIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

INSTALASI PELAYANAN KESEHATAN JIWA TERPADU

RSUD BANYUMAS

Tanggal 27 Desember 2021 s/d 01 Januari 2022

PUTRI PRAMUDYA WARDHANI

(190103073)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENGESAHAN

Telah melakukan Field Trip Keperawatan Jiwa

Pada,

Hari / Tanggal : Senin, 27 Desember 2021 – Sabtu, 01 Januari 2022

Tempat : RSUD BANYUMAS

Ruang : Sadewa

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(………………………………) (…………………..)
LAPORAN FIELD TRIP DI RUMAH SAKIT

A. PENDAHULUAN
Dilakukannya Field Trip Keperawatan Jiwa II ini bertujuan untuk memenuhi
tugas PKK II dengan stase jiwa, selain untuk memenuhi tugas juga dilakukan agar
mahasiswa mampu mengetahui cara melakukan pengkajian pada klien dengan
kondisi gangguan jiwa, mengetahui cara menentukan diagnose keperawatan yang
biasa ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa sesuai hasil pengkajian,
mengetahui penatalaksanaan keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa,
mengetahui obat - obatan yang digunakan pada klien gangguan jiwa.
Selain mempelajari tentang cara berkomunikasi dan proses keperawatan
pada pasien gangguan jiwa, mahasiswa juga dapat mengetahui profil dari RSUD
Banyumas, khususnya Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu.
Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu dibentuk untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan jiwa di semua kelas pelayanan kesehatan jiwa yang
terpadu sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan jiwa bagi individu dan
masyarakat khususnya wilayah Banyumas. Adapun visi dan misi Instalasi Pelayanan
Kesehatan Jiwa Terpadu, sebagai berikut :
Visi : menjadi instalasi kesehatan jiwa yang menyelenggarakan kesehatan jiwa
terintegritas dan komprehensif.
Misi : memberikan pelayanan kesehatan jiwa individu, keluarga, masyarakat secara
holistic dan terpadu.
Adapun pelayanan yang terdapat pada Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa RSUD
Banyumas, meliputi Rawat Inap, Rawat Jalan, Psikologi, IGD, Psikiatri, NAPZA,
Psikiatri Forensik, Gelandangan Psikotik, Ruang. Ruang perawat meliputi :
1. Ruang Arjuna
Merupakan ruang kelas utama dengan pasien GMO (Gangguan Mental Organik),
disini keluarga pasien dapat menemani pasien. Kapasitasnya sejumlah 18
tempat tidur.
2. Ruang Bima
Merupakan ruang kelas dua dengan pasien gangguan jiwa yang dapat terkontrol
dengan psikofarmaka. Kapasitasnya sejumlah 26 tempat tidur.
3. Ruang Sadewa
Merupakan ruangan yang digunakan bagi pasien dengan gangguan jiwa pada
fase akut, biasanya saat pasien pertama kali masuk akan ditempatkan di ruangan
ini. Kapasitasnya sejumlah 42 tempat tidur.
4. Ruang Nakula
Merupakan ruangan yang digunakan untuk pasien yang sudah pada tahap
maintenance, biasanya pasien dari ruang Sadewa yang sudah masuk tahap
maintenance akan ditempatkan pada ruang ini. Kapasitasnya sejumlah 18
tempat.
B. ISI (HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI)
1. Cara perawat melakukan pengkajian kepada klien dengan gangguan jiwa
Cara perawat melakukan pengkajian terhadap pasien yaitu dengan cara
menggali informasi tentang pasien kepada keluarga atau orang – orang terdekat
pasien. Kemudian nanti perawat nanti akan memasukkannya kedalam rekam
medis untuk keperluan pengobatan pasien dan untuk menentukan apa diagnose
yang tepat untuk pasien.
Perawat juga akan melakukan pengkajian secara langsung terhadap pasien
jika pasien sudah kooperatif atau ketika diajak ngobrol sudah nyambung. Namun
ketika tiba – tiba pasien menangis atau bahkan marah – marah pengkajian
dihentikan meskipun data yang diperoleh belum lengkap. Pengkajian yang biasa
dilakukan perawat diantaranya :
a. Alasan kenapa pasien masuk
b. Faktor predisposisi, faktor pendukung. Maksudnya adalah faktor yang
melatarbelakangi kenapa seseorang terkena gangguan jiwa. Misalnya, faktor
genetic, faktor personality, dan periode perkembangan kritis yaitu seseorang
akan belajar untuk mengenali dan mencari solusi terbaik dalam menghadapi
setiap masalah yang datang untuk dapat diadaptasikan sesuai dengan
keadaan yang sehat. Sehingga apabila seseorang tidak mampu mengatasi
berbagai stressor yang ada pada periode perkembangan kritis ini akan dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan jiwa.
c. Faktor presipitasi, yaitu faktor yang mencetuskan terjadinya gangguan jiwa
pada seseorang untuk pertama kalinya. Misalnya, faktor fisik dan faktor
psikis
d. Pola hubungan social
e. Konsep diri
 Citra tubuh / kesadaran seseorang melihat tubuh dan dirinya sendiri
 Identitas
 Ideal diri / harapan dan cita – cita tentang dirinya sendiri,
 Peran / sikap perilaku ,
 Harga diri / persepsi tentang seberapa banyak kesesuaian tingkah
laku dengan ideal dirinya.
f. Status mental
g. Mekanisme koping
2. Memberikan psikofarmaka

NO NAMA DOSIS WARNA RUTE FUNGSI


1. Clozapine 25 mg Putih Oral Mengurangi gejala
psikosis (kondisi
dimana penderitanya
tidak dapat
membedakan
kenyataan dengan
khayalan)
2. Alpazolam 0,5 mg Putih Oral Mengatasi
kecemasan dan
panik
3. THP 2 mg Kuning Oral Untuk mengatasi
(Trihexyphenidyl gejala
) ekstrapiramidal
(gejala yang
ditimbulkan akibat
penggunaan obat
antipsikotik)
4. Clobazam 20 – 40 Putih Oral Mengatasi
mg kecemasan
5. Resperidon 2 mg Putih Oral Mengatasi gangguan
mood, depresi
6. Trifluoperazine 5 mg Pink Oral Membantu berpikir
(TFP) lebih jernih, lebih
tidak gugup dan
terlibat dalam
kegiatan sehari –
hari, dapat
mengurangi perilaku
agresif dan
keinginan untuk
melukai diri sendiri
atau orang lain,
mengurangi
halusinasi
7. Siikzonoate 25 mg - IM Mengatasi kondisi
seperti halusinasi,
delusi atau sikap
yang kurang wajar
yang biasanya
dimiliki oleh
penderita skizofrenia
8. Quetiapine XR 200 mg - Oral Untuk mengobati
(seroquel XR) kondisi jiwa atau
suasana hati tertentu
(seperti skizofrenia,
gangguan bipolar,
dan depresi)
9. Frimania 400 mg - Oral Mengatasi gangguan
mental mania dan
hipomania, bipolar
jika obat lainnya
tidak membantu,
serta perilaku agresif
dan self – harm
(menyakiti diri
sendiri)
10. Lodomer 5 – 15 - IM Agitasi psikomotor
mg pada pasien tingkah
laku.
11. Deximare 25 mg Kuning Oral Mengatasi gangguan
psikosis seperti
halusinasi, delusi dan
agitasi
12. Diazepam 2 – 10 Putih IM Sebagai obat
mg penenang (sedasi)
13. Haloperidol 2,5 – Oranye Oral Golongan
10 mg antipsikotik untuk
mengatasi penyakit
mental jangka
panjang yang
mempengaruhi cara
kerja otak
14. Cepezet tablet 100 mg Putih Oral Mengatasi pasien
mengalami
halusinasi, delusi,
dan perubahan pada
sikap
15. Phenytoin 100 mg Capsul Oral Obat untuk
merah mencegah dan
meredakan kejang
16. Takelin 500 mg Putih Oral Membantu
menangani gangguan
kesadaran akibat
trauma di kepala dan
operasi otak atau
sebab – sebab non
trauma seperti
stroke, ataksia dan
gangguan psikiatri.
3. Pelaksanaan terapi modalitas keperawatan pada klien gangguan jiwa.
Terapi modalitas yang digunakan adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
TAK adalah terapi modalitas yang digunakan oleh perawat kepada sekelompok
pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. TAK juga merupakan
upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu
yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota.
Pada tanggal 21 Desember 2021, dilakukan kegiatan TAK diantaranya ada
senam, menyanyi, bermain bulu tangkis, dan membersihkan lingkungan sekitar.
Kegiatan diikuti oleh 7 orang dari ruang sadewa laki – laki dan pasien
perempuan 1, 12 orang dari ruang nakula 4 pasien laki –laki dan 8 pasien
perempuan. Perawat yang menjadi terapis ada 4 orang 1 leader dan 3 fasilitator.
Saat kegiatan berlangsung ada 1 pasien perempuan yang tidak mau mengikuti
kegiatan apapun. Pasien tersebut terlihat malu, tidak suka keramaian, dan
seperti orang yang tidak tertarik mengikuti kegiatan. Pasien hanya mau diajak
ngobrol dengan orang – orang tertentu dan jika di tanya jawabannya selalu
singkat dan lirih. Pasien itu lebih suka duduk di pinggir lapangan sambil melihat
teman yang lain kegiatan. Setelah senam selesai dilanjut untuk permainan bulu
tangkis, banyak dari pasien yang menyukai olahraga ini. Dan ada satu pasien laki
– laki dari ruang sadewa dan ada dua pasien perempuan dari ruang nakula yang
jago joget.
Setelah kegiatan TAK selesai, perawat memberikan pujian ke pasien karna
sudah mengikuti kegiatan dengan baik kemudian mengantarkan pasien ke
kamar masing – masing.
4. Cara melakukan komunikasi terapeutik pada klien gangguan jiwa (teknik dan
isi)
Komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat pada pasien dengan
gangguan jiwa, meliputi tahap – tahap sebagai berikut :

NO RENCANA INTERAKSI
1. Pra Interaksi
 Mencari data pasien
 Eksplorasi perasaan
 Rencana kegiatan :
Tema :
Waktu :
Tempat :
2. Orientasi
 Salam terapeutik “Selamat pagi bu”
 Perkenalkan diri “Perkenalkan saya Perawat Putri biasa di
panggil mba Putri”
 Klarifikasi panggilan pasien “Benar dengan ibu A? ibu sukanya
di panggil siapa ?”
 Peran “Saya adalah mahasiswi praktik dari Universitas
Harapan Bangsa Purokerto, saya yang bertugas dari jam 07.00
sampai 14.00 nanti”
 Tanggung jawab “Saya yang merawat ibu A bersama dengan
tim saya ada perawat A, B, C, D, E”
 Tema kegiatan “ Nanti kita berbincang – bincang alasan
mengapa ibu A dirawat disini”
 Tujuan “Tujuannya, saya ingin mendapatkan data langsung
dari ibu”
 Tempat dan waktu “Nanti tempatnya disini saja waktunya 10
menit ya bu”
 Kerahasiaan “ibu A tidak usah khawatir, data yang saya
peroleh akan saya rahasiakan dan hanya digunakan untuk
kepentingan pengobatan”
3. Kerja
 Memberi kesempatan pasien untuk bertanya “Sebelum kita
mulai, ada yang mau ibu A tanyakan ?”
 Menanyakan keluhan “Atau ada yang ibu A keluhkan ?”
 Memulai dengan baik “Baiklah kalau tidak ada, bisa kita mulai
ya bu”
 Melasanakan kegiatan
- Apa alasan masuk
- Faktor predisposisi
- Faktor presipitasi
- Pola hubungan social
- Konsep diri
Citra tubuh
Ideal diri
Peran
Identitas
Harga diri
- Status mental
- Mekanisme koping
4. Terminasi
 Membuat kesimpulan “Baiklah, dapat saya simpulkan ibu A
dibawa kesini karena depresi faktor ekonomi”
 Memberikan reinforcement “Bagus sekali ibu A sudah mau
berbinang dengan saya”
 Merencanakan tindak lanjut dengan pasien “Baiklah, ibu A
nanti kita ngobrol lagi, kita ngobrol tentang masalah ibu A
yaitu tentang bagaimana ibu A saat depresi”
 Melakukan kontrak “Mau jam berapa kita ngobrol bu ?
tempatnya mau dimana ?”
 Mengakhiri terminal dengan cara yang baik “Baiklah, ibu A
sekarang bisa kembali ke ruangan untuk istirahat”
 Salam “Selamat pagi”
C. PEMBAHASAN
Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan
dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data – data pasien. Supaya dapat
mengidentifikasi masalah – masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien,
baik fisik, mental, social dan lingkungan. Pengkajian pada pasien dengan gangguan
jiwa diantaranya :
- Identitas pasien
- Keluhan utama / alasan masuk
- Faktor predisposisi
- Faktor presipitasi
- Penilaian stressor
- Sumber koping
- Mekanisme koping

Selama melakukan observasi di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu


RSUD Banyumas, hampir semua kegiatan sesuai dengan teori yang sudah dipelajari
di kampus. Hanya saja ada beberapa kegiatan yang jika dibandingkan dengan
literature yang dipelajari di kampus ada yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi
di lapangan, seperti pengkajian status mental yang terdiri dari 14 item, hanya
beberapa saja yang ditanyakan kepada pasien dan selebihnya bisa di observasi
melalui tindakan pasien. Hal ini dilakukan karena sudah terikat dengan kontrak
waktu pada tahap orientasi sehingga pengkajian tidak dapat melebihi waktu yang
sudah dijanjikan. Hal ini berlaku juga ketika saat pengkajian, pasien menunjukkan
perilaku yang tidak diinginkan secara tiba – tiba misalnya menangis maka
pengkajian harus dihentikan alaupun data yang diperoleh baru sedikit.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
bertujuan untuk kesembuhan pasien (Mundair, 2006). Komunikasi terapeutik
merupakan hubungan interpersonal dan pengalaman emosional bagi pasien untuk
meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku pasien (Struart & Sunden,
1998).

Untuk membangun komunikasi yang efektif diperlukan kepercayaan antara


perawat dan pasien. Hal ini terjadi dalam pelasanaan komunikasi terapeutik pada
setiap fasenya, baik fase orientasi, kerja maupun fase terminasi antara perawat
dengan pasien jiwa. Hal ini dikarenakan kepercayaan yang dari aal dibangun
sehingga menimbulkan rasa nyaman serta menciptakan lingungan terapeutik itu
sendiri. Dengan seringnya berkomunikasi maka kepercayaan pasien terhadap
perawat akan semakin besar, sehingga pasien dengan terbuka akan menceritakan
permasalahan yang dihadapi pasien. Pasien pun merasa terbuka untuk
mendengarkan nasihat atau saran dan solusi yang diberikan perawat.

Komunikasi yang dilakukan oleh perawat kepada pasien dengan menggunaan


komunikasi terapeutik, hal ini sesuai dengan literature. Penggunaan komunikasi ini
dapat menunjukkan bahwa perawat peduli terhadap pasiennya. Tahap – tahap yang
dilakukan dalam komunikasi terapeutik meliputi pra interaksi, yaitu kesiapan
perawat sebelum bertemu dengan pasien dengan ara mengukur dan
mengeksplorasi diri perawat apakah sudah siap untuk bertemu pasien. Selanjutnya
adalah orientasi, yaitu dimana perawat akan membina hubungan saling percaya
bersama pasien, kemudian tahap kerja, dimana perawat melakukan kegiatan sesuai
dengan yang sudah dibicarakan sebelumnya dan sesuai rencana yang diinginkan.
Yang terakhir yaitu tahap terminasi tahap terakhir dalam komunikasi terapeutik.

D. PENUTUP
Setelah melakukan field trip selama 5 hari mulai tanggal 21 – 25 Desember
2021 di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas, banyak
kegiatan yang dapat kami observasi meliputi bagaimana cara melakukan
pengkajian, bagaimana cara komunikasi terapeutik kepada pasien dengan gangguan
jiwa, apa saja psikofarmaka / obat – obatan yang diberikan kepada pasien,
bagaimana teori modalitas keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa salah
satunya adalah Terapi Aktivitas Kelompok, dimana kita dapat memahami
bagaimana proses terapi secara langsung pada pasien gangguan jiwa.
Dan dengan adanya ini kita juga berkesempatan untuk mengobrol secara
langsung dengan pasien gangguan jiwa. Dan dari sini kita bisa bersyukur masih
diberikan jiwa yang sehat, masih bisa berpikir secara optimal, dan bisa menjadi
pengalaman dan pembelajaran yang mengesankan, menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai