PENDAHULUAN
1
dunia. Perkiraan tahun 2040 penderita Diabetes Mellitus akan meningkat
mencapai 642 juta orang (WHO, 2015).
Diabetes Mellitus merupakan penyebab hiperglikemia. Pada
Diabetes Mellitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke
dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya
kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang
membantu masuknya gula darah (WHO, 2016).
Komplikasi yang terjadi pada penderita DM mengakibatkan
terjadinya angka mortalitas dan angkamorbiditas bukan hiperglikemia
(Pernama, 2013). Diabetes melitus biasa disebut dengan penyakit yang
mematikan karena menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan
keluhan (Trisnawati, 2013).Komplikasi pada penderita DM dapat
dilakukan pencegahan dengan melakukan kontrol kadar gula darah,
periksa rutin gula darah, konsumsi obat hipoglikemi, olahraga dan patuh
dalam diet (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
Pengobatan Farmakologi yang diberikan pada penderita DM
disesuaikan dengan tipe DM, beberapa pengobatan yang diberikan
diantaranya : Insulin dan Obat Hipoglikemia Oral (OHO). Namun
pengobatan farmakologi DM ini membutuhkan biaya yang mahal, sebab
pengobatannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga
muncullah beberapa penelitian pengobatan DM secara nonfarmakologi,
dengan tujuan menurunkan kadar glukosa di dalam darah (Shigaki, et al,
2010).
Menurut Permenkes (2016), Obat herbal yang bisa digunakan
untuk menurunkan kadar glukosa yaitu brotowali, kayu manis, pare, dan
daun salam. Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan salah satu
rempah-rempah dengan aroma yang khas yang paling banyak digunakan
sejak dulu. Sebagian negara bahkan menyebut kayu manis sebagai “The
Taste of Life”. Kegunaannya yang terkenal bahkan sampai membuat
namanya masuk ke dalam kisah-kisah Alkitab dan kitab Talmud.
Kayu manismemiliki senyawa antioksidan tinggi berupa flavonoid
dari subkelas flavonol yang berpotensi sebagai agen hipoglikemik melalui
2
mekanisme penghambatan terhadap enzim amilase yang berperan dalam
pemecahan karbohidrat. Efek antidiabetik ekstrak Cinnamomum pada
model hewan dengan DM tipe II, pada dosis (50, 100, 150 dan 200 mg/kg
BB) selama 6 minggu dapat menurunkan kadar glukosa darah secara
bermakna (P<0.001) dengan hasil paling besar pada dosis 200 mg/kg BB.
Kadar insulin serum dan HDL-kolesterol meningkat secara bermakna
(P<0.01) dan kadar trigliserida, kolesterol total dan aktivitas alpha-
glycosidase intestinal menurun secara bermakna setelah6 minggu
(Permenkes, 2016).
Berdasarkan keterangan di atas kayu manis mengandung
antioksidan flavonoid. Hasil ini menandakan bahwa kayu manis berperan
mengatur kadar glukosa darah dan lipid. Sehingga kayu manis dianggap
mampu dimanfaatkan sebagai alternatif obat yang relatif (terapi
nonfarmakologi) terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Kayu manis ini
diolah menjadi teh, sebab minum teh sudah menjadi tradisi di Indonesia.
Sehingga masyarakat Indonesia lebih mudah menerima trobosan terapi
nonfarmakologi ini. Berdasarkan uraian di atas, maka disusunlah karya
tulis ini dengan judul “Potensi Terapi Nonfarmakologi : Kandungan
Antioksidan Teh Cinnamomum Solusi Hiperglikemia, Menurunkan
Prevalensi Diabetes Melitus”.
1.2 Tujuan
3
meningkat dan pastinya prevalensi Diabetes Mellitus bisa diturunkan
setiap tahun.
1.3 Manfaat
1. Bagi Penulis
Karya tulis ini sebagai wadah untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai kandungan dan keefektifan dari Kayu manis Selain itu Penulis
juga dapat memberikan sumbangsih berupa pemikiran, yaitu pemanfaatan
Kayu manis dalam bentuk teh herbal sebagai terapi nonfarmakologi
Diabetes Melitus.
2. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang terapi nonfarmakologi yang berasal dari
Kayu manis dan diharapkan mampu membuat teh herbal dari Kayu manis
untuk meminimalkan pengeluaran yang mahal dalam membeli obat
farmakologi dan pastinya menurunkan kadar glukosa darah.
3. Bagi Pemerintah
Memberi masukan bagi pemerintah agar lebih memperhatikan kalangan
menengah ke bawah sehingga masyarakat mampu menjalani pengobatan
secara teratur yang pastinya mudah dijangkau dan mampu menyembuhkan
masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kadar glukosa darah normal di dalam tubuh pada waktu puasa dan 2
jam setelah makan adalah 100 mg/dL dan 140 mg/dL. Pada toleransi
glukosa yang terganggu menyebabkan keadaan hiperglikemia dengan
kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan yaitu 100-125 mg/dL
dan 140-199 mg/dL. Hiperglikemia yang berkepanjangan dapat
menyebabkan produksi radikal bebas berlebih sehingga menimbulkan stres
oksidatif (Ferry, Y, 2013).
Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah
poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah
(fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit). Sedangkan pada
DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe
2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai
beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan
komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah
terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk,
dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga
komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Guo X et al, 2017).
Diabetes Melitus apabila tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan berbagai penyakit menahun, semakin meningkatnya angka
kejadian penderita DM yang besar berpengaruh peningkatan komplikasi.
Menurut Govinndapa (2015) komplikasi DM terjadi pada semua organ
dalam tubuh yang dialiri pembuluh darah kecil dan besar, dengan
penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat
gagal ginjal. Namun komplikasi pada penderita DM dapat dilakukan
pencegahan dengan melakukan kontrol kadar gula darah, periksa rutin gula
darah, konsumsi obat hipoglikemi, olahraga dan patuh dalam diet (Riyadi
dan Sukarmin, 2008).
Berdasarkan konsensus PERKENI tahun (2011), penatalaksanaan
diabetes yang ada di Indonesia secara umum diarahkan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus, dengan pemberian
terapi farmakologi maupun non farmakologi. Penatalaksanaan awal
(jangka pendek) dilakukan untuk menghilangkan keluhan dan tanda DM,
6
mempertahankan rasa nyaman dan mencapai target pengendalian glukosa
darah. Penatalaksanaan berikutnya (jangka panjang) yaitu mencegah dan
menghambat proses progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati
dan neuropati.
Menurut Inna M dkk, (2010) penatalaksanaan diabetes mempunyai
tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang
secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu :
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya
komplikasi diabetes.
7
polifenol (tanin, danmethylhydroxychalcone polymer atau MHCP).
MHCPmerupakan suatu polifenol (flavonoid) yang mempunyai kerja
seperti insulin.Flavonoidbekerja dengan meningkatkan protein reseptor
insulin pada sel, sehingga dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan
menurunkan kadar glukosa darah mendekati normal. Polifenol kayu manis
(Cinnamon polyphenols / CP) meningkatkan jumlah reseptor insulin β
(insulin receptor β / IRβ) dan peningkatan GLUT-4 sehingga glukosa
dapat masuk ke dalam sel(Tjandrawinata RR, 2016).
Al-Dhubiab (2012) menyebutkan komponen kimia terbesar pada
cinnamomum burmannii adalah alkohol sinamat, koumarin, asam sinamat,
sinamaldehid, antosinin dan minyak atsiri. Kandungan utama minyak
atsiri kayu manis adalah senyawa trans-cinnamaldehida,eugenol dan
koumarin. Komponen mayor minyak atsiri yang terkandung pada daun
Cinnamomum burmanii adalah transsinamaldehid (60,17%), eugenol
(17,62%) dan koumarin (13,39%). Trans-Cinnamaldehida dengan
mekanisme kerja sebagai anti inflamasi, antioksidan, potensial
hipoglikemik serta hipolipidemik. Koumarin berfungsi sebagai
hepatotoksisitas (Nisa LC dan Triastuti R, 2014).
Hasil penelitian Ngadiwiyana dkk. (2011) menunjukkan bahwa kayu
manis dapat menurunkan glukosa darah. Hal ini diperkuat dengan kontrol
positif (glibenklamid) yang menurunkan glukosa darah. Glibenklamid
merupakan obat antidiabetik oral dari golongan sulfonilurea, yang bekerja
dengan menstimulasi sekresiinsulin, namun memiliki risiko hipoglikemia.
Pada penelitiannyakayu manis dosis 20,8 mg/kgBB/hari tidak berbeda
signifikan dengan kontrol positif (glibenklamid), ini berarti kayu manis
dosis 20,8 mg/kgBB/hari sama efektifnya dengan glibenklamid dalam
menurunkan glukosa darah.
Mekanisme aktifitas antidiabetes dari cinnamon berpengaruh pada
beberapa jalur sinyal insulin yaitu pada reseptor insulin, glucose
transporter 4 (GLUT 4), glucose transporter-1 (GLUT-1), glucagon - like
peptide - 1 (GLP-1), Peroxisomeproliferator activator receptor (PPAR),
8
aktifitas α glucosidase, pengaruh pada glukoneogenesis, dan pengosongan
lambung (Medagama, 2015).
9
lebih aman dari pada obat kimia modern. Hal ini disebabkan obat
tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit.
Sehingga, potensi kayu manis (Cinamomum burmannii) sebagai
pengobatan herbal bagi Diabetes Mellitus menjadi titik terang bagi dunia
pengobatan di Indonesia yang pastinya bisa dijangkau oleh semua
kalangan masyarakat. Bahwasanya kandungan antioksidan polifenol
(Flavonoid)bekerja dengan meningkatkan protein reseptor insulin pada sel,
sehingga dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar
glukosa darah mendekati normal. Serta kandungan minyak atsiri pada
Trans-Cinnamaldehida dengan mekanisme kerja sebagai anti inflamasi,
antioksidan, potensial hipoglikemik serta hipolipidemik.Jika penggunaan
kayu manis secara luas diterapkan dapat menurunkan prevalensi Diabetes
Mellitus di Indonesia sebab ketersediaan kayu manis yang melimpah di
Indonesia.
Cara meramu kayu manis ini agar dapat digunakan sebagai teh herbal
untuk alternatif terapi nonfarmakologi Diabetes Mellitus, dengan cara:
1. Penyortiran.Bahan baku teh herbal (kayu manis) harus dipilih dalam
kondisi bersih, tidak berjamur dan kulit yang mulus.
2. Pencucian. Kayu manis yang telah disortir perlu di cuci agar
menghilangkan mikroorganisme dan kotoran yang menempel.
3. Pengeringan. Setelah dicuci, kayu manis di tiriskan dan ditaruh di
wadah loyang. Tutupi wadah loyang dengan plastik wrap, agar ketika
di jemur tidak ada kotoran yang menempel pada kayu manis.
4. Penggilingan. Jika sudah kering merata, kayu manis digiling (produksi
besar) atau di tumbuk (produksi kecil).
5. Pengemasan. Bubuk kayu manis bisa di kemas pada toples kaca.
6. Takaran penyajian teh herbal ini disesuaikan dengan BB penderita
DM. (20,8 mg X kg BB/hari). Sehingga pengkonsumsian teh ini perlu
pendampingan tenaga kesehatan dan rajin kontrol Gula Darah.
7. Teh ini diseduh dengan air panas (seperti pembuatan teh biasa).
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Pernama. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan.
Riyadi & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Endokrin & Eksokrin Pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shigaki, et al, 2010. Lacure Notes Patofisiologi Klinik. Alih Bahasa Andry
Hartono. Jakarta: Binarupa Aksara.
Trisnawati. 2013. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Tjandrawinata RR. 2016. Patogenesis Diabetes Tipe 2: Resistensi Insulin Dan
Defisiensi Insulin. A Working Review Paper. Dexa Laboratories of
Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Medica Group.
Tjahjani S dkk. 2014. Efek Ekstrak Etanol Kayu Manis (Cinnamomum
burmannii) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Online.
http://repository.maranatha.edu/12623/10/11 10110_Journal.pdf.
Vanessa R dkk. 2014. Pemanfaatan Minuman Serbuk Instan Kayu Manis
(Cinnamomum burmanii Bi.) Untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Total
Darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Online.
http://ejournal.uajy.ac.id/5385/1/JURNAL.pdf
Wardatun S dkk. 2017. Study Effect Type of Extraction Method And Type of
Solvent To Cinnamaldehyde and Trans-Cinnamic Acid Dry Extract
Cinnamon (Cinnamomum burmanii [Nees & T, Nees]Blume) . J Young
Pharm, 2017;9(1) Suppl: s49-s51
World Health Organization. Diabetes. 2015.
World Health Organization. Diabetes. 2016.
World Health Organization. Diabetes. 2018.
Yulianis dkk. 2011. Penetapan Kadar Kumarin dari Kulit Manis (Cinnamomum
burmanii Bl.) dengan Metoda Kromatografi Gas. Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.2, 2011, halaman 203-208.
Zhu R et al. 2017. Review Cinnamaldehyde In Diabetes: A Review of
Pharmacology, Pharmacokinetics and Safety. Jurnal Online.
Pharmacological Research Volume 122, Pages 78-89.
13
14