INEFFECTIVE KOPING
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial Dan Budaya Dalam Keperawatan
Dosen Pembimbing : Raden Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep.
Disusun oleh:
Dela Lorenza (191FK03110)
1. Periode Antrestres
Periode stress sebelim benar-benar melawan stressor, antisipasi kadang
mungkin terjadi, terdapat kesadaran terhadap bahaya yang mengancan
atau ancaman situasi yang dirasakan. Jika keluarga atau orang yang
membantu dapat mengidentifikasi stressor yang akan dating, bimbingan
antispasi serta strategi koping pencegahan dapat dicari atau diberikan
untuk memperlemah atau mengurangi dampak stressor.
2. Periode Stres Aktual
Strategi koping selama periode stress biasanya berbeda intensitas dan
jenisnya dari strategi yang digunakan sebelum awitan stressor dan stress.
Mungkin terdapat stratergi defensive dan bertahan yang sangat dasar
digunakan selama periode ini jika stress dalam keluarga sangat berat.
Dengan energi yang luar biasa besar yang dikeluarkan dalam menangani
stressor dan stre, banyak fungsi keluarga (beberapa dapat penting bagi
kesehatan keluarga) sering kali diabaikan atau dilakukan secara tidak
adekuat sampai keluarga memiliki sumber untuk mengatasi stressor dan
stress. Respon koping yang paling membantu selama periode stress
sering kali interkeluarga dan mencari sumber dukungan spiritual.
3. Periode Pascastres
Strategi koping yang diterpkan setelah periode stress akut, disebut fase
pascatruama yang terdiri dari satrategi untuk mengembalikan keluarga ke
keadaan homeostasis yang seimbang. Untuk meningkatkan kesejatreaan
kel;uarga selam fase ini, keluarga perlu saling bekerja sama, saling
mengungkapkan perasaan dan memecahkan masalah atau mencari atau
memamfaatkan dukungan keluarga untuk memperbaiki situasi penuh
stress. Empat kemungkinan hasil akhir pascatrauma antar lain;
a. Keluarga berfungsi pad tingkat yang lebih tinggi dibandingkan
sebelumnya.
b. Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih rendah dari pada sebelumnya
A. KASUS
Tn.A berumur 45 tahun Pasien pernah mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan yaitu Bangkrut dalam usaha tekstil pada tahun 2014,serta bercerai
dengan istrinya pada tahun 2014 istrinya serta kemudian anak-anaknya ikut
bersama istrinya, Ny.M mengatakan semenjak itu Tn.M suka melamun, menyendiri
di kamar,suka marah-marah, tidak mau bergaul dengan masyarakat,jarang
berkomunikasi dengan orang lain sampai hubungan dengan tetangga renggang.
Pada saat pengkajian di dapatkan hasil Tn.A sering menunduk, sering
menyendiri serta kontak mata tidak terlalu fokus saat berbicara . Saat ini Tn.A
tinggal serumah dengan keponakannya saja Yaitu Ny.m.
Ny. M mengatakan apabila Tn.M mempunyai masalah, pasien sering
memendamnya (tidak mau menceritakan pada orang lain)
B. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Klien
Nama : Tn.A
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Panggang, Gunung Kidul
Status : Bercerai
Diagnosa Medis :
Penanggung Jawab
Nama : Ny.M
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Panggang,Gunung Kidul
Hubungan dengan klien : Keponakan
2. Keluhan Utama
Ny.M mengatakan semenjak itu Tn.M suka melamun, menyendiri di
kamar,suka marah-marah, tidak mau bergaul dengan masyarakat,jarang
berkomunikasi dengan orang lain sampai hubungan dengan tetangga renggang.
4. Faktor Predisposisi
Pasien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu
Bangkrut dalam usaha tekstil pada tahun 2011,serta bercerai dengan istrinya pada
tahun 2011istrinya serta anak-anaknya ikut bersama semenjak itu pasien suka
melamun, menyendiri di kamar,suka marah-marah, sering menunduk,tidak
mau bergaul dengan masyarakat dan jarang berkomunikasi dengan orang lain,
sampai hubungan dengan tetangga renggang.
5. Faktor presipitasi
Klien bangkrut dalam usaha tekstilnya pada tahun 2011 dan bercerai dengan
istrinya pada tahun 2011 serta anak-anaknya ikut bersamaistrinya.
6. Pemeriksaan Fisik
A. Tanda – tanda vital
Pemeriksaan pada Nn. J, diperoleh dengan keadaam umum : Pasien
dalam keadaan sadar, tanda – tanda vital : tensi darah: 130/90 mmHg nadi :
80x/mnt, respiratori : 20x/mnt, suhu : 36oC, berat badan : 50 kg, tinggi badan
153 cm, keadaan fisik : kulit : putih, tidak keriput, turgor baik, tidak ada luka,
kepala : rambut hitam, tidak kotor , mata : konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, hidung : bersih, tidak ada polip, telinga : bersih, tidak ada
sekret, mulut : mukosa lembab, Leher : tidak ada pembesaran tyroid, dada :
simetris, pengembangan paru kanan dan kiri sama, tidak ada keluhan nyeri
pada dada, abdomen : tidak ada masa dan tidak ada benjolan, ekstremitas
atas: di tangan tidak terpasang infus, tidak terjadi odem begitu juga dengan
ekstremitas bawah tidak terpasang infus pada kakinya, dan tidak didapati
odem.
7. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya, tidak ada kecacatan
pada anggota tubuhnya
b. Identitas Diri
Pasien adalah seorang laki-laki, pasien menerima dirinya sebagai
seorang laki-laki.
c. Peran
Sebelum sakit pasien mampu menjalankan tugas sebagai seorang laki-laki
(bekerja,bersosialisai dan sebagainya), namun setelah sakit pasien tidak bisa
menjalankan perannya sebagai laki-laki.
d. Ideal Diri
Pasien mengharapkan bisa kembali membangun usahanya serta
keluarganya memperhatikan dirinya, pasien ingin berkumpul kembali
bersama anak-anak dan istrinya.
8. Hubungan Sosial
Pasien tidak ikut dalam organisasi masyarakat, pasien lebih suka sendiri,
dan diam, pasien sering menyendiri, menundukkan kepala, sulit di ajak
komunikasi, dan Tn.A mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
Masalah Kepeawatan : Coping Tidak efektif
9. Spiritual
Pasien menganggap sakit yang dialami saat ini merupakan cobaan dari
Allah. Selama di rumah pasien jarang melaksanakan kegiatan ibadah
P : Menganjurkan klien
untuk menerapkan
rencana kegiatan yangtelah di buat
bersama serta menganjurkan klien
agar mau membuka diri pada
orang-orang sekitarnya.
· Mengungkapkan
ketidakmampuan meminta bantuan
· Mengungkapkan
ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah
· Penyalahgunaan zat
· Ketidakmampuan untuk
mengubah energi yang adaptif
· Ketidakadekuatan kesempatan
untuk bersiap terhadap stresor