Anda di halaman 1dari 16

PENGKAJIAN KHUSUS PADA LANSIA

 KELOMPOK 3
 1. AYU AGUSTIANA ( 21142019011.P )
 2. VEVI NURHASANAH ( 21142019012. P )
 3. YULIA HANDAYANI ( 21142019013. P )
 4. NOVI RISKI UTAMI ( 21142019103. P )
KONSEP LANSIA
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia (Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal
1 ayat (2), (3), (4) UU no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami
oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, dan tidak bisa
dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk
menghambat kejadiannya.
BATASAN-BATASAN LANJUT USIA
 .
  
 a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), Ada empat kategori lansia:
 1. Usia Pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
 2. Lanjut usia (ederly)usia 60-74 tahun
 3. Lansia usia tua (old) usia 75-90 tahun
 4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun
  
 b. Menurut Hurlock(1979) perbedaan lanjut usia ada dua tahap
 1. Carly old age (usia 60-74 tahun)
 2. Advance old age (usia >70 tahun)
  
 c. Menurut burnsie (1979, ada empat tahap lanjut usia yaitu:
 1. Young old (usia 60-69 tahun)
 2. Middle age old (usia 70-79 tahun)
 3. Old-old (usia 80-89 tahun)
 4. Very old-old (usia >90).
 Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi tingkat
kemandirian. Kemandirian bagi lansia juga dapat
dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup lansia dapat
dinilai dari kemampuan melakukan activity of daily
living. Menurut Setiati (2000), Activity of Daily Living
(ADL) ada 2 yaitu, ADL standar dan ADL instrumental.
ADL standar meliputi kemampuan merawat diri
seperti makan, berpakaian, buang air besar/kecil, dan
mandi. Sedangkan ADL instrumental meliputi aktivitas
yang kompleks seperti memasak, mencuci,
menggunakan telepon, dan menggunakan uang.
INSRUMEN PENGKAJIAN LANSIA
 KATZ Indeks
 KATZ Indeks adalah suatu instrumen pengkajian dengan
sistem penilaian yang didasarkan pada kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional
dapat mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan
klien sehingga memudahkan penilaian intervensi yang
tepat ( Maryam, R. Siti, dkk, 2011). Pengkajian ini
merupakan indeks kemandirian KATZ untuk aktifitas
kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi
fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal mandi
, berpakaian, ke toilet, berpindah, kontinen dan makan.
Aktivitas Mandiri (Skor 1) Tergantung (Skor 0)

Mandi Melakukan mandi secara mandiri atau Perlu bantuan lebih dari satu
memerlukan bantuan hanya untuk bagian tubuh, perlu bantuan total.
bagian tertentu saja misalnya
punggung atau bagian yang
mengalami gangguan

Berpakaian Bisa memakai pakaian sendiri, Perlu lebih dalam berpakaian atau
kadang perlu bantuan untuk bahkan perlu bantuan total.
menalikan sepatu.

Ke Toilet Bisa pergi ke toilet sendiri, membuka, Perlu bantuan dalam eliminasi
melakukan BAB BAK sendiri.

Berpindah Bisa berpindah tempat sendiri tanpa Perlu bantuan dalam berpindah dari
bantuan, alat bantu gerak bed ke kursi roda, bantuan dalam
diperkenankan berjalan.

Kontinen Bisa mengontrol eliminasi Inkontinensia sebagian atau total


baik bladder maupun bowel.

Makan Bisa melakukan makan sendiri. Perlu bantuan dalam makan, nutrisi
Makanan dipersiapkan oleh orang parenteral
lain diperbolehkan.
 Skala yang ditetapkan Katz Index dalam ADL terdiri dari dua
kategori yaitu kemandirian tinggi (index A, B, C, D) dan
kemandirian rendah (E, F dan G).
 
 Indeks Katz A yaitu kemandirian dalam 6 aktivitas yaitu makan,
kontinen, berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
 Katz Index B yaitu kemandirian dalam 5 aktivitas.
 Katz Index C yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
 Katz Index D yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
 Katz Index E yaitu kemandiri dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.
 Katz Index F yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali
mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan.
 Katz Index G yaitu ketergantungan terhadap keenam fungsi
tersebut.
SKALA NORTON

 Skala norton merupakan instrumen yang dikhususkan


untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko
mengalami dekubitus. Skala Norton dikembangkan
sejak tahun 1960-an di Inggris. Instrumen ini terdiri
dari lima komponen yang dapat menjadi faktor risiko
terjadinya dekubitus yakni kondisi fisik dan mental,
aktivitas dan tingkat mobilitas serta adanya
inkontinensiai Keunggulan skala ini adalah karena
sangat simpel untuk digunakan dan tidak memerlukan
waktu yang lama untuk menggunakannya.
SCRENING FALL/ RESIKO JATUH PADA
LANSIA
 Risiko jatuh pada pasien lansia terjadi ketika sistem kontrol postural gagal
mendeteksi pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan
penopang pada waktu yang tepat.
Ada dua kondisi yang mempengaruhi terjadinya risiko jatuh pada lansia:
1. Intrinsik, yang meliputi:
 Kondisi fisik dan neuropsikiatrik
 Penurunan visus dan pendengaran
 Perubahan neuromuscular, gaya berjalan dan reflek postural karena proses
menua
2. Ekstrinsik, yang meliputi:
 Obat-obatan yang diminum.
 Alat bantu berjalan (salah pemilihan alat bantu berjalan)
 Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya) misalnya dalam lingkungan
rumah
3 FAKTOR PENYEBAB RESIKO JATUH PADA
LANSIA

 1. Faktor risiko:  yaitu faktor yang dipengaruhi oleh


kondisi ekstrinsik seperti lingkungan yang tidak ramah
lansia, kehilangan keseimbangan, pengaruh obat-obatan,
kehilangan keseimbangan dan sebagainya
 2 Faktor pencetus atau penyebab: yaitu faktor yang
banyak dipengaruhi oleh kondisi intrinsik seperti syncope
atau kondisi kehilangan kesadaran untuk beberapa saat,
dizziness atau pusing,  drop attack, dan sebagainya.
 3. Faktor Penyulit atau Komorbiditas: atau adanya peyakit
penyerta selain penyakit utama yang diderita pasien.
 Lansia dapat jatuh di mana saja, bahkan di
rumah. Penyebab jatuh di lingkungan rumah, yaitu:
 1. Penerangan yang kurang baik (kurang atau
menyilaukan)
 2. Lantai yang licin dan basah misalnya di toilet
 3. Tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak
mudah dipegang
 4. Alat-alat rumah tangga yang diletakkan dibawah
seperti perabot, kabel (tersandung)
 5. Keadaan permukaan lantai yang tidak rata atau
rusak
PENCEGAHAN RESIKO JATUH PADA LANSIA

 1. Identifikasi faktor resiko


 2. Faktor instrinsik risiko jatuh, pemeriksaan keadaan
sensorik, neurologis, kesehatan mata, muskuloskeletal dan
penyakit sistemik yang sering menyebabkan
jatuh (penilaian keseimbangan dan gaya berjalan/gait)
 3. Pemeriksaan rutin kesehatan secara berkala (serangan
akut atau penyakit tertentu yang diderita lansia)  
 4. Memastikan keamanan di lingkungan rumah 
 5. Perhatikan penggunaan obat-obatan (efek samping
mengantuk atau pening)
 6. Aktivitas fisik yang sesuai kemampuan, fokus
memperbaiki keseimbangan, dan koordinasi
 
PENILAIAN RESIKO JATUH GERIATRI
NO TINGKAT RESIKO SKOR

1 Gangguan berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4


2 Pusing /pingsan dalam posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat 3
4 Nokturia/Inkontinen 3
5 Kebingungan intermitten 2
6 Kelemahan Umum 2
7 Obat obatan beresiko tinggi (diuretik, Narkotik,sedatif,anti 2
psikotik,laksatif, vasodilator, anti aritmia, anti hipertensi, obat
hipoglikemik, anti depresan, neuroleptioik, NSAID)

8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan sebelumnya 2


9 Osteoporosis 1
10 Gangguan pendengaran atau penglihatan 1
11 Usia 70 tahun keatas 1
12 Jumlah  

0-1 : RESIKO RENDAH


2-3 : RESIKO SEDANG
≥4 : RESIKO TINGGI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai