DENGAN HIV/AIDS
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkna
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat guna satu penunjang nilai mata kuliah Keperawatan Keluarga.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Human immunodeficiency virus(HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi
sel-sel sistemkekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama
infeksi berlangsung, sistem kekebalantubuh menjadi lemah, dan orang menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Tahap yang lebih lanjut dari infeksiHIV adalah acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Hal ini dapat memakan waktu 10-15 tahun
untukorang yangterinfeksi HIVhingga berkembang menjadiAIDS; obat antiretroviral
dapat memperlambat proseslebih jauh.HIV ditularkan melalui hubungan seksual(anal
atau vaginal), transfusi darah yang terkontaminasi, berbagi jarum yang
terkontaminasi, dan antara ibu dan bayinyaselama kehamilan, melahirkan dan
menyusui.
Kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus didalam tubuh,
setelah penyatuan sel telurdan spermatozoon. Kehamilan ditandai dengan berhentinya
haid; mual yang timbul pada pagi hari (morning sickness); pembesaran payudara dan
pigmentasi puting; pembesaran abdomen yang progresif. Tanda-tandaabsolut
kehamilan adalah gerakan janin, bunyi jantung janin, dan terlihatnya janin melalui
pemerikasaansinar-X, atau USG.
Wanita usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi HIV.
Dilihat dari profil umur,ada kecendrungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah
ke umur yang lebih muda, dalam arti bahwausia muda lebih banyak terdapat wanita
yang terinfeksi, sedangkan pada usia di atas 45 tahun infeksi padawanita lebih sedikit.
Dilain pihak menurut para ahli kebidanan bahwa usia reproduktif merupakan
usiawanita yang lebih tepat untuk hamil dan melahirkan.Kehamilan merupakan usia
yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS pada wanita hamilterjadi
melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah terinfeksi HIV. Pada negara
berkembangisteri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah.
Kondisi ini dipengaruhi oleh sosialdan ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri
sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pulamasalah seksual masih dianggap
tabu untuk dibicarakan.Peningkatan kerentanan untuk terinfeksi HIV selama
kehamilan adalah mereka yang berperilakuseks bebas dan mungkin karena penyebab
biologis yang tidak diketahui.
Sebagaimana diketahui penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome) meningkat setiap tahunnya di seluruh
dunia, terutama di Afrika dan Asia.Diperkirakan dewasa ini terdapat puluhan juta
penderita HIV/AIDS. Sekitar 80% penularan terjadi melaluihubungan seksual, 10%
melalui suntikan obat (terutama penyalahgunaan narkotika), 5% melalui
transfusidarah dan 5% dari ibu melalui plasenta kepada janin (transmisi vertikal).
Angka terjadinya transmisi vertikal berkisar antara 13-48%.Pada pemeriksaan
antenatal (ANC), pada ibu hamil biasanya dilakukan pemeriksaan
laboratoriumterhadap penyakit menular seksual.Namun, ibu hamil memiliki otonomi
untuk menyetujui atau menolak pemeriksaan terhadap HIV, setelah diberikan
penjelasan yang memuaskan mereka dan dokter harusmenghormati otonomi
pasiennya. Bagi ibu hamil yang diperiksa dan ternyata HIV sero-positif, perlu
diberikesempatan untuk konseling mengenai pengaruh kehamilan terhadap HIV,
risiko penularan dari ibu ke anak,tentang pemeriksaan dan terapi selama hamil,
rencana persalinan, masa nifas dan masa menyusui.
Kerahasiaan perlu dijaga dalam melaporkan kasus-kasus HIV sero-positif.
Dalam hal ini diserahkankepada ibu bersangkutan untuk menyampaikan hasilnya
kepada pasangannya, perlu dipertimbangkan untukruginya membuka status.
Tentulah dalam memabuka status ini akan berpengaruh terhadap
hubungannyadengan keluarga, teman-teman, dan kesempatan kerja, juga
berkurangnya kepercayaan pasien terhadapdokternya.Untuk pasangan infertil yang
menginginkan teknologi reproduksi yang dibantu dan salah satu ataukeduanya
terinfeksi HIV adalah etis, jika kepada mereka diberikan pelayanan tersebut. Dengan
kemanjuan pengobatan masa kini, penderita HIV dapat hidup lebih panjang dan risik
penularan dari ibu ke anak berkurang.Kasus HIV dan AIDS disebabkan oleh
transmisi heteroseksual. Kehamilan pada ibu dengan AIDSmenimbulkan dilema,
yaitu perkembangan penyakit, pilihan penatalaksanaan, dan kemungkinan
transmisivertikal pada saat persalinan. Transmisi infeksi lewat plasenta ke janin lebih
dari 80%. Antibodi ibu melewati plasenta, dan dapat diteliti melalui uji lab. Uji
antiboti bayi dapat menentukan status HIV ibu. Ujiterbaru untuk bayi adalah reaksi
rantai polimer ( polymerase chain reaction,PCR) yang mengidentifikasivirus HIV
neonatus. Diperlukan pemeriksaan virus HIV yang terintegrasi pada pemeriksaan
rutin ibu hamiluntuk melindunginya.
2.2 Epidemiologi
Departemen Kesehatan RI sampai dengan 1 Mei 1998 jumlah penderita
HIV/AIDS sebanyak 685orang yang dilaporkan oleh 23 propinsi di Indonesia. Data
jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia padadasarnya bukanlah merupakan
gambaran jumlah penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku teori“Gunung
Es“dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari yang semestinya.
Untuk itu WHOmengestimasikan bahwa dibalik 1 penderita yang terinfeksi telah
terdapat kurang lebih 100-200 penderitaHIV yang belum diketahui.
Salah satu alternatif dalam upaya menanggulangi problematik jumlah
penderita yang terusmeningkat adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak
yang mengharuskan kita untuk tidakterlibat dalam lingkungan transmisi yang
memungkinkan dapat terserang HIV.Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung 20
tahun. Sejak tahun 2000 epidemi tersebut sudahmencapai tahap terkonsentrasi pada
beberapa sub-populasi berisiko tinggi (dengan prevalens
>5%),yaitu pengguna Napza suntik (penasun), wanita penjaja seks (WPS), dan wari
Situasi demikian menunjukkan bahwa pada umumnya Indonesia berada pada
tahapconcentrated epidemic.Situasi penularan ini disebabkankombinasi transmisi
HIV melalui penggunaan jarum suntik tidak steril dan transmisi seksual
diantara populasi berisiko tinggi. Di Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat),
keadaan yang meningkat ini ternyata telah menular lebih jauh, yaitu telah terjadi
penyebaran HIV melalui hubungan seksual
berisiko pada masyarakat umum (dengan prevalens > 1%). Situasi di Tanah Papuame
nunjukkan tahapan telah mencapai generalized epidemic.
2.3 Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
HumanImmunodeficiency Virus (HIV).Human Immunodeficiency Virus adalah
sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang aslimerupakan partikel yang inert,
tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Seltarget virus
ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang
disebut CD-4.Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus
yang lain, dapat tetap hidup lamadalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun
demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggapinfectious yang setiap saat
dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebutVirus HIV hidup
dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat
jugaditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks vaginal, anal, dan oral yang tidak aman dengan
seseorang yang telah terinfeksi. Kondom adalah satu satunya cara dimana
penularan HIV dapat dicegah
2. Melalui pajanan darah yang terinfeksi Hiv yang diterima selama transfusi dara
Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
3. Penularan dari ibu ke anak, Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi
mereka selama masakehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
2.4 Pathogenesis
Begitu virus HIV memasuki tubuh, serum HIV menjadi positif dalam 10 minggu
pertama pemaparan. Walaupun perubahan serum secara total asimptomatik, perubaha
n ini disertai viremia, responstipe-influenza terhadap infeksi HIV awal. Gejala
meliputi demam, malaise, mialgia, mual, diare, nyeritenggorok, dan ruam dan dapat
menetap selama dua sampai tiga minggu.Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya
menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai organsasarannya. Virus HIV sangat
lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawavirus
HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh yangterbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau servik
dan darah penderita.Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV,
namun hingga kini cara penularan HIVyang diketahui adalah melalui:
1. Transmisi seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun
Heteroseksual merupakan penularaninfeksi HIV yang paling sering terjadi.
Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atauserik. Infeksi
dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya.
Resiko penularanHIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah
pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada suatu penelitian ditemukan
resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada
hubungan seksualyang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang
sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok
manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
a. Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa dan indonesia tingkat
homoseksual penderita AIDS,paling banyak berumur antara 20-40
tahun.Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual
dengan resiko tinggi bagi penularan HIV,khususnya bagi mitra seksual
yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal
inisehubungan dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali
mengalami perlukaan pada saat berhubungan secara anogenital.
b. Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan
heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok
umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak
pasangan dan berganti-ganti.
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Penatalaksanaan keperawatan
1. Aspek Psikologis, meliputi :
a. Perawatan personal dan dihargai
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang
masalahmasalahnya
c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d. Tindak lanjut medis
e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
2. Aspek Sosial.
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk
dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan social
meliputi 3 hal:
a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai,
dicintai,dan diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dannasehat
c. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa
sesuatubarang dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)
d. Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab
atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali
merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting.
2.7 Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis,peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakiaoral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan
cacat.
b. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung
HumanImmunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, danisolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia,ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis.
Dengan efek : sakitkepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal,limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obatillegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen,ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virusinfluenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitiskarena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
3.1. Pengkajian
Pengkajian meliputi data dasar dan riwayat kesehatan ibu, antara lain
meliputi (Nasution, 2018):
a. Identitas (nama, umur, pekerjaan, agama, dsb.)
b. Berat badan/ tinggi badan
c. Status pernikahan (pernikahan ke berapa)
d. Kunjungan sebelumnya (berapa kali berkunjung, rutin/ tidak, tempat
berkunjung tetap/ pindah, dst.)
e. Riwayat kehamilan dan persalinan (kehamilan ke berapa, abortus, pre
eklampsia, perdarahan)
f. Riwayat imunisasi ibu (MMR,TORCH, TT)
g. Riwayat penyakit sekarang dan terdahulu
h. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan
i. Riwayat penyakit dalam keluarga
j. Riwayat psiko social
2. Riwayat Ginekologi
Infertilitas
Terpajan dietilstilbestrol (DES)
Infeksi vagina (misal monilia, vaginosis bakteri)
Penyakit menular seksual (PMS) misal : klamedia, sivilis, gonorea,
herpes, trikomonas, kondiloma akumita.
Servisitis kronis
Endometritis
Penyakit radang panggul
Kista (Barthkolin, ovarium)
Endometriosis
Mioma
Ralaksasi pelviks (sistokel,litokil)
Polip
Massa pada payudara
Pap smire yg abnormal
Biopsi (sevikal, endometrium, payudara)
Kanker ginekologi
Pembedahan gikenologi
Pemerkosaan
3. Riwayat KB
KB terakhir yang digunakan jika pada kehamilan perlu juga
ditanyakan rencana KB setelah melahirkan.
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit waktu kecil dan imunisasi (measles, mumps,
chickenpox)
Tes laboratorium akhir akhir ini terhadap penyakit infeksi
(misal : hepatitis, tb, HIV), tanggal dan hasilnya.
Penyakit berat misal: pneumonia, hepatitis, demam rematik,
difteri dan polio
Masuk rumah sakit : tanggal dan penyebab masuk
Pembedahan : tanggal dan penyebab
Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain lain.
Transfursi darah : tanggal, penyebab dan reaksi.
Alergi, misal : makanan,lingkungan,debu, bulu hewan dan asma
Alergi obat
Penggunaan alkohol
Kebiasaan : merokok, alkohol, kafein(kopi, teh, soda, coklat) ;
keselamatan (sabuk pengaman, helm)
Pola tidur.
Diet
Aktivitas
Resiko dalam pekerjaan : posisi (berdiri, duduk), tarikan (mata,
otot), ventilasi, paparan racun kimiawi
Resiko dari lingkungan ; udara, air dan lain lain
Tes skrining genetik, misal sel sabit dan lain lain hasilnya
Penyakit spesifik : diabetes, jantung, TB, asma, hepatitis / liver,
ISK, tromboplebitis, penyakit endokrin, gastrointestinal, cancer,
hipertensi, aids, penyakit jiwa, epilepsi, anemia.
b. Pengobatan yang didapat.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk
janin yang dikandung. Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara
dini bila ada kelainan kehamilan. Sehingga bisa segera diterapkan
tindakan penanganan yang tepat. Tumbuh kembang buah hati juga lebih
terpantau dengan baik, sehingga bisa mencegah bayi lahir mati, berat
badan bayi rendah, lahir prematur dan mencegah bayi mati saat baru lahir.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya sekali saat trimester pertama
dan sebulan sekali saat trimester kedua. Sedangkan kalau usia kehamilan
28 minggu pemeriksaan diterapkan 3 minggu sekali, 32 minggu 2 minggu
sekali dan 38 minggu seminggu sekali (Saputra, 2018).
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan. Secara umum meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
kebidanan. Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan jantung dan paru-
paru,reflex, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi,
suhu, dan pernapasan. Pemeriksaan umum pada ibu hamil bertujuan
untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi,tingkat kesadaran, serta ada
tidaknya kelainan bentuk badan.pemeriksaan kebidanan dilakukan
melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi),
periksa dengar (auskultasi), periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan
dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam
pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan (Bobak, 2005).
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan
sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang
mengakibatkan rasa malu pasien. Pengkajian fisik harus dilakukan secara
komprehensif serta meliputi riwayat kesehatan. Ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengkajian fisik, di antaranya
sikap petugas kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain harus menjaga
kesopanan, petugas harus membina hubungan yang baik dengan pasien.
Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan lingkungan tempat
pemeriksaan senyaman mungkin, termasuk mengatur pencahayaan.
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk mengetahui
kesehatan ibu dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada pemeriksaan berikutnya. Penentuan apakah
sang ibu sedang hamil atau tidak sangat diperlukan saat ibu pertama kali
berkunjung ke petugas kesehatan. Jika hasil pemeriksaan pada kunjungan
pertama sang ibu dinyatakan hamil, maka langkah selanjutnya perlu
ditentukan berapa usia kehamilannya (Wiknjosastro, 1999).
Setiap pemeriksaan kehamilan adalah dengan melihat dan meraba
petugas akan mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik,
tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan atau tidak, serta di
mana letak janin.
a. Inspeksi
Inspeksi.dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma
gravidarum pada muka atau wajah, pucat atau tidak pada selaput
mata, dan ada tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah
pemeriksaan pada leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran
kelenjar gondok atau kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai
apakah perut membesar kedepan atau kesamping, keadaan pusat,
pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya striae gravidarum.
Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan perineum, ada tidaknya
tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan ektremitas
untuk menilai ada tidaknya varises.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan utnuk menentukan besarnya rahim dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam
rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan menggunakan
metode Leopold
c. Auskultasi
Auskultasi, dilalukan umumnya dengan stetoskop monoaural
untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan
anak, bising rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak
dapat didengar pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan
ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung
anak dapat terdengar dikiri dan kanan di bawh tali pusar bila
presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi
di daerah bokong. Bila terdenga pada pihak berlawanan dengan
bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat,bunyi jantung antara 120-140 kali
permenit. Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1
menit penuh. Bila kurang dari 120 kali permenit atau lebih dari 140
per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain
bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali pusat seperti
meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya
sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti
denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.
3.3. Kemungkinan diagnosa yang muncul
1. Ansietas berhubungan dengan transmisi dan penularan interpersonal
(pada bayi) (Iswandi, 2017)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
nafsu makan
3. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
4. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan
5. Perubahan eliminasi BAB
6. Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan
Respon imun , kerusakan kulit.
3.4. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ansietas Tujuan: Bimbingan antisipatif :
berhubungan Bimbingan 1. Bantu klien mengidentifikasi
dengan antisipatif kemungkinan perkembangan situasi
transmisi dan Pengurangan krisis yang akan terjadi dan efek dari
penularan kecemasan krisis yang bisa berdampak pada klien
interpersonal Kriteria hasil : dan keluarga
(pada bayi) Tidak ada wajah 2. Gunakan contoh kasus untuk
tegang meningkatkan kemampuan
Tidak ada rasa takut pemecahan masalah klien dengan cara
yang disampaikan yang tepat
secara lisan 3. Libatkan keluarga maupun orang
Tidak ada rasa orang terdekat klien jika
cemas yang di memungkinkan
sampaikan secara Pengurangan kecemasan :
lisan 1. Gunakan pendekan yang tenang dan
Tidak ada
peningkatan tekan menyakinkan
darah 2. Nyaktakan dengan jelas harapan
Tidak ada menarik terhadap prilaku klien
diri 3. Berikan informasi faktual terkait
Tidak ada gangguan diagnosis, perawatan dan progosis
pola tidur 4. Dorong keluarga untuk mendampingi
pasien dengan cara yang tepat
5. Puji kekuatan prilaku yang baik
secara tepat
6. Dengarkan klien
7. Identifikasi pada saat terjadi
perubahan kecemasan
8. Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
9. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal
keceemasan
2 ketidakseimba Tujuan: 1. Kaji adanya alergi makanan
ngan Nutritional Status : 2. Monitor adanya penurunan berat
nutrisi kurang Nutritional Status : badan
dari food and Fluid 3. Monitor adanya mual, muntah dan
kebutuhan Intake diare
tubuh Nutritional Status: 4. kolaborasi dengan dokter untuk
b.d penurunan nutrient Intake pemasangan NGT
nafsu makan Weight control 5. Monitor jumlah nutrisi dan
Kriteria hasil: kandungan kalori
sesuaidengan tinggi
badan 8. Berikan substansi gula
Tidak adanya tanda- 9. Berikan makanan yang sudah
tanda malnutrisi dikonsultasikan dengan ahli gizi.
Menunjukan
peningkatan fungsi
menelan
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
3 Nyeri akut b.d Tujuan: 1. lakukan pengkajian nyeri secara
agen Pain Level, komprehensif termasuk lokasi,
injuri fisik Pain control karakteristik, durasi, frekuensi,
mobilitas mobilisasi
Memperagakan kebutuhan
mobilisasi memerlukan.
11. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
5 Perubahan Tujuan : 1. Evaluasi efek samping pengobatan
eliminasi BAB Bowel elimination terhadap gastrointestinal
Fluid Balance 2. Ajarkan pasien untuk menggunakan
Feses berbentuk,
BAB sehari sekali- 3. Evaluasi intake makanan yang masuk
tiga hari 4. Identifikasi factor penyebab dari diare
Menjaga daerah 5. Monitor tanda dan gejala diare
sekitar rectal dari 6. Observasi turgor kulit secara rutin
iritasi 7. Ukur diare/keluaran BAB
Tidak mengalami 8. Hubungi dokter jika ada kenanikan
diare bising usus
Menjelaskan 9. instruksikan pasien untukmakan
penyebab diare dan rendah serat, tinggi protein dan tinggi
rasional tendakan kalori jika memungkinkan
masukan makanan ,
tercapai
3.5. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikitnya. (Literate &
Indonesia, 2020)
3.6. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari
proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah
pencapaian hasil. Hal-hal yang ingin dicapai :
1. Pasien dan keluarga dapat menerima realita tentang kehidupannya
2. Masyarakat dapat menerima keadaan pasien (tidak mendiskriminasi)
3. Pasien menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/
meningkatkan kesembuhan.
4. Menunjukkan kemajuan pada luka/penyembuhan lesi.
5. Keluhan hilangnya/ terkontrolnya rasa sakit
6. Menunjukkan posisi /ekspresi wajah rileks
7. Dapat tidur/beristirahat adekuat
8. Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal
9. Melakukan ANC dengan teratur
10. Mengikuti program pengobatan dengan teratur
11. Merencanakan proses persalinan pada petugas kesehatan
12. Pasien mendapat informasi yang akurat tentang perawatan dan pengobatan
dari petugas kesehatan dan aparat desa setempat
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Human immunodeficiency virus(HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi
sel-sel sistemkekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama
infeksi berlangsung, sistem kekebalantubuh menjadi lemah, dan orang menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Tahap yang lebih lanjut dari infeksiHIV adalah acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Hal ini dapat memakan waktu 10-15 tahun
untukorang yangterinfeksi HIVhingga berkembang menjadiAIDS; obat antiretroviral
dapat memperlambat proseslebih jauh.HIV ditularkan melalui hubungan seksual(anal
atau vaginal), transfusi darah yang terkontaminasi, berbagi jarum yang
terkontaminasi, dan antara ibu dan bayinyaselama kehamilan, melahirkan dan
menyusui.
Wanita usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi HIV.
Dilihat dari profil umur,ada kecendrungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah
ke umur yang lebih muda, dalam arti bahwausia muda lebih banyak terdapat wanita
yang terinfeksi, sedangkan pada usia di atas 45 tahun infeksi padawanita lebih sedikit.
Dilain pihak menurut para ahli kebidanan bahwa usia reproduktif merupakan
usiawanita yang lebih tepat untuk hamil dan melahirkan.Kehamilan merupakan usia
yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS pada wanita hamilterjadi
melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah terinfeksi HIV. Pada negara
berkembangisteri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah.
Kondisi ini dipengaruhi oleh sosialdan ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri
sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pulamasalah seksual masih dianggap
tabu untuk dibicarakan.Peningkatan kerentanan untuk terinfeksi HIV selama
kehamilan adalah mereka yang berperilakuseks bebas dan mungkin karena penyebab
biologis yang tidak diketahui.
Sebagaimana diketahui penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome) meningkat setiap tahunnya di seluruh
dunia, terutama di Afrika dan Asia.Diperkirakan dewasa ini terdapat puluhan juta
penderita HIV/AIDS. Sekitar 80% penularan terjadi melaluihubungan seksual, 10%
melalui suntikan obat (terutama penyalahgunaan narkotika), 5% melalui
transfusidarah dan 5% dari ibu melalui plasenta kepada janin (transmisi vertikal).
Angka terjadinya transmisi vertikal berkisar antara 13-48%.Pada pemeriksaan
antenatal (ANC), pada ibu hamil biasanya dilakukan pemeriksaan
laboratoriumterhadap penyakit menular seksual.Namun, ibu hamil memiliki otonomi
untuk menyetujui atau menolak pemeriksaan terhadap HIV, setelah diberikan
penjelasan yang memuaskan mereka dan dokter harusmenghormati otonomi
pasiennya. Bagi ibu hamil yang diperiksa dan ternyata HIV sero-positif, perlu
diberikesempatan untuk konseling mengenai pengaruh kehamilan terhadap HIV,
risiko penularan dari ibu ke anak,tentang pemeriksaan dan terapi selama hamil,
rencana persalinan, masa nifas dan masa menyusui.
Kemungkinan diagnosa yang muncul
1. Ansietas berhubungan dengan transmisi dan penularan interpersonal (pada
bayi)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan
3. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
4. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan
5. Perubahan eliminasi BAB
6. Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan
Respon imun , kerusakan kulit.
4.2. Saran
1. Bagi Perawat disarankan untuk berpikir kritis dalam menentukan diagnosa,
intervensi, serta implementasi dan evaluasi keperawatan sehingga penerapan
asuhan keperawatan dapat mengevaluasi tindakan dengan assesment berhasil
pada pasien dengan penyakit HIV/AIDS serta diharapkan agar dalam
melakukan tindakan yang beresiko terkena atau kontak langsung dengan
cairan tubuh pasien, disarankan perawat mengunakkan APD (Alat Pelindung
Diri) sehingga terhindar dari resiko infeksi.
2. Bagi pasien dan keluarga disarankan disarankan untuk keluarga tetap
menjaga kebersihan tangan saat merawat pasien dan menghindari kontak
langsung dengan luka pasien serta saran bagi pasien diharapkan agar tetap
menjaga pola makan dan nutrisi sehingga daya tahan tubuh tetap terjaga dan
juga rutin untuk mengkonsumsi terapi yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Iswandi, F. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan HIV AIDS Di IRNA
non Bedah Penyakit dalam RSUP DR. M. Djamal Padang. Pustaka.Poltekkes-
Pdg.Ac.Id, 15–192.
Nasution, S. S. (2018). Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Resiko Tinggi: HIV-
AIDS dengan Melibatkan Masyarakat. In USU Press.