Disusun oleh :
Erni Karnila
23149011442
DOSEN PEMBIMBING
Ns.Kardewi,S.Kep,.M.Kes
1. PENGERTIAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
yang apabila terlambat ditangani akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang
dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan karena penderita mengalami
defisit volume cairan akibat dari meningkatnya permeabilitas atau kemampuan yang
dimiliki zat/membrane partikel menembus kapiler pembuluh darah sehingga penderita
mengalami syok hipovolemik yang dapat menyebabkan kegagalan system organ yang
berujung pada kematian, sehingga pemberian cairan sangat penting untuk mengatasi
masalah itu.
Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan
dengan uji tourniquet positif.
Derajat III : Ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi, nafas cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi, disertai
kulit dingin, lembab dan gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue syok sindrom)
dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.
3. Kapiler
Kpiler (pmbuluh darahrambut) mrupakan pmbuluh
drah yng sngat hlus. Diameternya kra-kira 0,008mm.
Asuhan Keperawatan pada dndingnya trdiri dri
suatulapisan ndotel. Bgian tbuh yng tdak trdapat
kpiler yaituu: rambut,kuku, dan tlang rwan.
Pembuluhdarah rambut/kapiler pda mumnya mliputi
sel-sel jringan. Oleh Karen itudindingnya sngat tipis
maka plasma dan zat mkanan mdah mrembes kecairan
jringan antarsel.
b. Darah
Darah dalah cairann didalam pmbuluh drah yng mmpunyai fngsi sngat
pnting dlam tbuh yaitufungsi trnsportasi dlam tbuh yaitumembawa
ntrisi, oksigendari sus danparu-paru umtuk kmudian diedarkann
keseluruh tbuh. Drah mmpunyai 2komponen yaitukomponen pdat dan
koomponencair. Darah brwarna mrah, wrna mrah trsebut keadaannyaa
kndungan O2 lbih anyak mka wrnanya kan mnjadi mrah mda. Sdangkan
Drah jga pmbawa danpenghantar hrmon. Hrmon dri klenjar ndokrin
keorgan ssarannya. Drah mngangkut nzim, elektrolitdan brbagai zatt
kmiawi umtuk ddistribusikan keseluruh tbuh.
Peran pnting yng dilakukan darh yaitu dlam pengaturan suhu tubuh,
karena dengan cara konduksi darah membawa pnas tubh dri pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke selruh tubuh
dn permukaan tubuh yang ada akhirnya diturpelepasannya dalam upaya
homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusiaa bervariasi
tergantung dari berat baadan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah
70 cc/kgBB.
Dalm komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media
transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padt terdri
dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu
diatur olh teknan osmotik dlam pembluh darah dan jaringan. Bagian-
bagian padt darah terndam dalam plama.
1. Sel-sel darah :
a. Eritrosiit
Eritrosit dibuat didlam sumsum tulang, di dalam
sumsum tulang masih berainti, inti
dilepaskansesaat.
5. Patofisiologi
a. Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
5. Manifestasi Klinis
a. Demam tinggi selama 2-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri
d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
Menurut penelitian Zein, dkk (2015), mengatakan bahwa didapatkan jumlah anak
yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%). Menurut
Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD adanya
nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi virus dengue
adalah :
a. Uji rumple leed/tourniquet positif
b. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
c. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test) dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengue
d. Rontgen thoraks : effusi pleura
7. Penatalaksanaan
a. Minum banyak 1,5 - 2 liter/24 jam atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit. Minuman
berupa air the manis, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau oralit.
b. Kolaborasi pemberian antipiretik jika terdapat demam
c. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD
pada anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi
suportif pada penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat
terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian cairan kristaloid
sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II jenis cairan yang
diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan untuk terapi
simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya terapi antipiretik. Pada
terapi antipiretik, data hasil penelitian menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian
sanmol sebanyak 58 penderita (78.38%).
Ngastyah (2014), mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya
bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi
seperti sanmol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5 - 2 liter
dalam 24 jam, infus diberikan pada klien apabila klien terus menerus muntah, tidak
dapat minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang
cenderung meningkat.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti,
dan tidak adanya keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur,
menguras dan menebar bubuk abate
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan grade
IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan
oksigen ke otak berkurang.
2) Keadaan umum
Lemah
3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade IV),
tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang),
suhu tinggi (diatas 37,5oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata
Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan mengalami hyperemia
pharing.
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
10) Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan
IV.
11) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
12) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet.
Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan
uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah
anak. Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada
alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5
menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah
(Soedarmo, 2008).
13) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
14) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DBD
1. Hipertermi berhubungan dengan viremia sekunder terhadap infeksi
dengue
2. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
suplai oksigen dalam jaringan menurun
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
Resiko terjadinya 1,Observasi Setelah dilakukan
perdarahan - Identifikasi penyebab intervensi keperawatan
pendarahan diharapkan mendapat
- Monitor tanda dan kriteria hasil:
gejala pendarahan - Kelembapan
masif membran mukosa
2. Terapeutik cukup menurun
- Istirahatkam area - Perdarahan pasca
yang mengalami operasi
pendarahan
- Tinggikan
ektremitas yang
mengalami
pendarahan
3. Edukasi
- Jelaskan tanda-
tanda pendarahan
- Anjurkan melapor
jika menemukan
tanda-tanda
pendarahan
- Anjurkan
membatasi aktivitas
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian tranfusi
darah, jika perlu
Resiko nutrisi kurang 1.Observasi Setelah dilakukan
dari kebutuhan tubuh - Identifikasi staus intervensi keperawatan
nutrisi diharapkan mendapat
- Identifikasi alergi kriteria hasil:
dan intoleransi - Kekuatan otot
makanan pengunyah
- Monitor hasil menurun
pemeriksaan - Kekuatan otot
laboratorium menelan cukup
2. Terapeutik menurun
- Berikan makanan - Nyeri abdomen
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Hentikan pemberian
makan melalui
selang nasogatrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
3.Edukasi
- Anjurkan pasien
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
sebelum makan
Nyeri akut 1.Observasi Setelah dilakukan
berhubungan dengan - Identifikasi skala intervensi keperawatan
proses patologis nyeri diharapkan mendapat
- Identifikasi factor kriteria hasil:
ang memperberat - Nyeri dapat
dan memperingan berkurangan
nyeri dengan melakukan
- Monitor Teknik Tarik nafas
keberhasilan terapi dalam
komplementer yang - Dapat mengontrol
sudah diberikan nyeri secara
2. Terapeutik mandiri
- Berikan tehnik
ninfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika prlu
DAFTAR PUSTAKA
WHO, Regional Office for South East Asia (2011). Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic
Fever: Revised and expanded edition. SEARO Technical Publication
Series No. 60. India 2.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II.
Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta. 3.
Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata
Laksana Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics
Problem. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72 4.
Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta. 5.
World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. New Edition 2009
(PPNI 2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definsi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.)
(PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI)