Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Disusun oleh :
Erni Karnila
23149011442

DOSEN PEMBIMBING
Ns.Kardewi,S.Kep,.M.Kes

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
yang apabila terlambat ditangani akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang
dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan karena penderita mengalami
defisit volume cairan akibat dari meningkatnya permeabilitas atau kemampuan yang
dimiliki zat/membrane partikel menembus kapiler pembuluh darah sehingga penderita
mengalami syok hipovolemik yang dapat menyebabkan kegagalan system organ yang
berujung pada kematian, sehingga pemberian cairan sangat penting untuk mengatasi
masalah itu.

2. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan
dengan uji tourniquet positif.

Derajat II : Derajat I disertai manifestasi perdarahan lain.

Derajat III : Ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi, nafas cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi, disertai
kulit dingin, lembab dan gelisah.

Derajat IV : Renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue syok sindrom)
dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.

Sari wijayaningsih, K. (2013), mengklasifikasikan DBD dalam empat derajat.


Derajat 1, demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan
dengan uji tourniquet positif. Derajat II (sedang), derajat I disertai manifestasi
perdarahan lain. Derajat III, ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan
sirkulasi, nafas cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi,
disertai kulit dingin, lembab dan gelisah. Derajat IV renjatan berat, nadi tidak teraba,
terdapat DSS (dengue syok sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.
3. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempat ditemukan diindonesia
dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi satu serotype terbanyak akan menimbulkan
antibodi terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal didaerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah diindonesia (Sudoyo
Aru,dkk 2009).
Wati (2009), menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit
DBD terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian
DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian DBD.
Nursalam, dkk (2008), menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang
menyebabkan DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang, bak yang jarang di kuras dan
gantungan baju di kamar). Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang
hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Menurut Soedjas (2011),
menyebutkan bahwa nyamuk dari tetangga mungkin terbang ke rumah sekitarnya,
karena nyamuk memiliki daya jelajah hingga 100 meter.
4. Anatomi
a. PembuluhDarah

Gambar 1.1 anatomi pembuluh darah


Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1. Arteri
merupakan pmbuluh drah yng kluar dri jntung yng
mmbawa drah kseluruh bagian dan alattubuh.
Pmbuluh drah arteri yng pling besar yang keluar dari
ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai
dindingyang kuat dantebal ttapi sifatnyaelastic dan
terdiri dari 3lapisan. Asuhan Keperawatanpda arteri
yng palingg bsar didalam tbuh yaituu orta dan
arteripulmonalis, gris tengahnya kira-kira 1-3cm.
Arteri inimempunyai cabang-cabang keseluruhan
tubuh yang disebut arteriolayang akhirnya akan
mnjadi pmbuluh darah rambut(kapiler). Arteri
mndapat darah dari darah yng mngalir ddalamnya
tetapihnya untuk tunika intima. Sedangkan umtuk
lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah
yng dsebut vasavasorum.
2. Vena
Vna (pmbuluh darah balik) mrupakan pmbuluh d4arah
yng mmbawa darah dri bgian/alat-alat tbuh masuk
kedalam jntung. Tentang bentuk ssunan dan juga
prnafasan pmbuluh drah yng mnguasai vena sama
dngan padaarteri. Katup-katup pada vena kbanyakan
terdiri dari duakelompok yang gunanya umtuk
mncegah darah agar tidakkembalilagi. Vena-vena yng
ukrannya bsar diantaranyaa vna kavadan
venapulmonalis. Venaini jga mmpunyai cbang yng
lbih kcil yng dsebut venolusyang slanjutnya mnjadi
kpiler.

3. Kapiler
Kpiler (pmbuluh darahrambut) mrupakan pmbuluh
drah yng sngat hlus. Diameternya kra-kira 0,008mm.
Asuhan Keperawatan pada dndingnya trdiri dri
suatulapisan ndotel. Bgian tbuh yng tdak trdapat
kpiler yaituu: rambut,kuku, dan tlang rwan.
Pembuluhdarah rambut/kapiler pda mumnya mliputi
sel-sel jringan. Oleh Karen itudindingnya sngat tipis
maka plasma dan zat mkanan mdah mrembes kecairan
jringan antarsel.

b. Darah

Gambar 1.2 AnatomiDarah

Darah dalah cairann didalam pmbuluh drah yng mmpunyai fngsi sngat
pnting dlam tbuh yaitufungsi trnsportasi dlam tbuh yaitumembawa
ntrisi, oksigendari sus danparu-paru umtuk kmudian diedarkann
keseluruh tbuh. Drah mmpunyai 2komponen yaitukomponen pdat dan
koomponencair. Darah brwarna mrah, wrna mrah trsebut keadaannyaa

tdak ttap, trgantung kpada bnyaknya O2danCO2 didalamnya. Apbila

kndungan O2 lbih anyak mka wrnanya kan mnjadi mrah mda. Sdangkan
Drah jga pmbawa danpenghantar hrmon. Hrmon dri klenjar ndokrin
keorgan ssarannya. Drah mngangkut nzim, elektrolitdan brbagai zatt
kmiawi umtuk ddistribusikan keseluruh tbuh.
Peran pnting yng dilakukan darh yaitu dlam pengaturan suhu tubuh,
karena dengan cara konduksi darah membawa pnas tubh dri pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke selruh tubuh
dn permukaan tubuh yang ada akhirnya diturpelepasannya dalam upaya
homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusiaa bervariasi
tergantung dari berat baadan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah
70 cc/kgBB.
Dalm komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media
transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padt terdri
dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu
diatur olh teknan osmotik dlam pembluh darah dan jaringan. Bagian-
bagian padt darah terndam dalam plama.
1. Sel-sel darah :
a. Eritrosiit
Eritrosit dibuat didlam sumsum tulang, di dalam
sumsum tulang masih berainti, inti
dilepaskansesaat.

sebelum dilepaskan / keluar. Pda proses

pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam


folat dan rantai globlin yang merupkan senyawa
protein. Selain itu untuk proses pematangan
(maturasi) diperlkan hormon eritropooetin yang
dibuat oleh ginjal, sehingga bila kekrangan salah
satu unsur pembentkan seperti di atas (kurang gizi)
ataau ginjal mengalami keruusakan, maka terjadi
gangguaan eritroosit (anemia). Umur peredaran
eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada kedaan
penghancran eritrosit yang berlebihan, misalny
pada hemdialisis darah, hepar kewawalahan
kewalahanmenglah bilirubin yang tiba-tiba banyak
jumlahnya. Maka akan timbul juga gejla kuning
walaupun hati tidak mengalaami kerusaakan.
Eritroosit dihancurkan di organ lien terutama pada
proses penghancurannya dilepakan zat besi dan
pigmen bilirubin. Zat besi yang diguunakan untuk
proses sintesa sel eritrosit baru, sedangkan
pigmeen bilirbin di dalam hati akan mengalami
proises konjugasi kimiawi menjadi pigmen empdu
dan keluar berama cairan empedu ke dalam usus.
Jumlah normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta
3 3
sel/mm , pada permpuan 4,8 juta sel/mm . Di
dalam sel eritrosit didapat hemglobin suatu
senyawa kimiawi yang tediri dari atas molekul
hem yang mempunyai ion Fe (besi) yang terait
dengan rantai globulin (suatu senyawa protein).

Hemoglobin berpweran mengangkut O2 dan CO2,


jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada
perempuan 12-14 gr%.

5. Patofisiologi

a. Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor


koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel


dinding pembuluh darah dan mengalami hypovolemik.

5. Manifestasi Klinis
a. Demam tinggi selama 2-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri
d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata

h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening


i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah,
nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala- gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan
dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahanyang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan
juga hematuria massif.
Susilaningrum dkk (2013), Gejala khas DBD berupa perdarahanpada kulit atau
tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut
Nursalam dkk (2008), mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa peradarahan spontan
mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama
3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan peradarahan
gusi.

Menurut penelitian Zein, dkk (2015), mengatakan bahwa didapatkan jumlah anak
yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%). Menurut
Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD adanya
nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi virus dengue
adalah :
a. Uji rumple leed/tourniquet positif
b. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
c. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test) dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengue
d. Rontgen thoraks : effusi pleura

7. Penatalaksanaan
a. Minum banyak 1,5 - 2 liter/24 jam atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit. Minuman
berupa air the manis, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau oralit.
b. Kolaborasi pemberian antipiretik jika terdapat demam
c. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD
pada anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi
suportif pada penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat
terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian cairan kristaloid
sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II jenis cairan yang
diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan untuk terapi
simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya terapi antipiretik. Pada
terapi antipiretik, data hasil penelitian menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian
sanmol sebanyak 58 penderita (78.38%).
Ngastyah (2014), mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya
bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi
seperti sanmol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5 - 2 liter
dalam 24 jam, infus diberikan pada klien apabila klien terus menerus muntah, tidak
dapat minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang
cenderung meningkat.

Sesuai dengan pernyataan (Tarwoto dan Wartonah, 2012) mengatakan bahwa


kebutuhan cairan pada anak usia 10 tahun yaitu 2000-2500 ml per 24 jam, pemberian
cairan 1500 cc per hari atau 6 gelas ( 1gelas = 200cc) ditujukan untuk memberikan
cairan yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi dan mengembalikan keseimbangan
cairan.

Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Anak Demam Berdarah Dengue (DBD)


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD sering menyerang anak dengan usia kurang 15 tahun),
jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil.
Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual,
muntah anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
beberapa faktor predisposisinya. Anak yang menderita DBD sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
c. Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar).
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar)
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade IV bisa
terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil)
Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD grade IV
sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam
10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya sering tidur
pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai kelambu dan tidak
memakai lotion anti nyamuk.

5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti,
dan tidak adanya keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur,
menguras dan menebar bubuk abate
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan grade
IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan
oksigen ke otak berkurang.
2) Keadaan umum
Lemah
3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade IV),
tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang),
suhu tinggi (diatas 37,5oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata
Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan mengalami hyperemia
pharing.
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
10) Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan
IV.
11) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
12) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet.
Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan
uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah
anak. Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada
alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5
menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah
(Soedarmo, 2008).
13) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
14) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DBD
1. Hipertermi berhubungan dengan viremia sekunder terhadap infeksi
dengue
2. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
suplai oksigen dalam jaringan menurun
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis

1. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA SIKI SLKI


Hipertermi 1.Observasi Setelah dilakukan
berhubungan dengan - Identifikasi penyebab intervensi keperawatan
viremia sekunder hipertermi diharapkan mendapat
terhadap infeksi - Monitor suhu tubuh kriteria hasil:
dengue - Monitor komplikasi - Status cairan
akibat hipertermi menurun
2.Terapeutik - Kenyamanan yang
- Sedikan rungan yang tidak efektifan
dingn - Status nutrisi
- Berkan cairan oral berkurang
- Lakukan pendinginan
oksternal
- Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
- Anjurkan pasien
untuk istirahat
ditempat tidur dengan
membatasi aktivitas
sehari-hari

4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
Resiko terjadinya 1,Observasi Setelah dilakukan
perdarahan - Identifikasi penyebab intervensi keperawatan
pendarahan diharapkan mendapat
- Monitor tanda dan kriteria hasil:
gejala pendarahan - Kelembapan
masif membran mukosa
2. Terapeutik cukup menurun
- Istirahatkam area - Perdarahan pasca
yang mengalami operasi
pendarahan
- Tinggikan
ektremitas yang
mengalami
pendarahan
3. Edukasi
- Jelaskan tanda-
tanda pendarahan
- Anjurkan melapor
jika menemukan
tanda-tanda
pendarahan
- Anjurkan
membatasi aktivitas
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian tranfusi
darah, jika perlu
Resiko nutrisi kurang 1.Observasi Setelah dilakukan
dari kebutuhan tubuh - Identifikasi staus intervensi keperawatan
nutrisi diharapkan mendapat
- Identifikasi alergi kriteria hasil:
dan intoleransi - Kekuatan otot
makanan pengunyah
- Monitor hasil menurun
pemeriksaan - Kekuatan otot
laboratorium menelan cukup
2. Terapeutik menurun
- Berikan makanan - Nyeri abdomen
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Hentikan pemberian
makan melalui
selang nasogatrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
3.Edukasi
- Anjurkan pasien
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
sebelum makan
Nyeri akut 1.Observasi Setelah dilakukan
berhubungan dengan - Identifikasi skala intervensi keperawatan
proses patologis nyeri diharapkan mendapat
- Identifikasi factor kriteria hasil:
ang memperberat - Nyeri dapat
dan memperingan berkurangan
nyeri dengan melakukan
- Monitor Teknik Tarik nafas
keberhasilan terapi dalam
komplementer yang - Dapat mengontrol
sudah diberikan nyeri secara
2. Terapeutik mandiri
- Berikan tehnik
ninfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika prlu
DAFTAR PUSTAKA
WHO, Regional Office for South East Asia (2011). Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic
Fever: Revised and expanded edition. SEARO Technical Publication
Series No. 60. India 2.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II.
Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta. 3.
Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata
Laksana Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics
Problem. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72 4.
Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta. 5.
World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. New Edition 2009
(PPNI 2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definsi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.)
(PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI)

Anda mungkin juga menyukai