Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DHF/DBD

PADA ANAK

DI SUSUN OLEH

Nama : LEVITO MAITALE


Npm : 12114201170193
Kelas :B
Jurusan : Keperawatan

UKIM 2019
LAPORAN DHF PADA ANAK

 KONSEP DASAR DHF


a. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue,
I,II,III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. ( Soegijanto, 2006 : 61)
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides
albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedesaegypti. (Suriadi, 2001 )
b. Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa
nutrisi, oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh
tubuh. Darah mempunyai 2 komponen yaitu komponen padat dan komponen cair.
Darah berwarna merah, warna merah tersebut keadaannya tidak tetap, tergantung
kepada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Apabila kandungan O2 lebih banyak
maka warnanya akan menjadi merah muda. Sedangkan. Darah juga pembawa dan
penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Darah
mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh,
karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi
panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan
tubuh yang ada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu
(termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung dari berat badan
seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.
Dalam komponen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media
transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padat terdiri dari sel-
sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu diatur oleh tekanan
osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padat darah
terendam dalam plasma.
Sel-sel darah :
1) Eritrosit
Eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang
masih berinti, inti dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan/keluar. Pada
proses pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai
globulin yang merupakan senyawa protein. Selain itu untuk proses
pematangan (maturasi) diperlukan hormon eritropoetin yang dibuat oleh
ginjal, sehingga bila kekurangan salah satu unsur pembentukan seperti di
atas (kurang gizi) atau ginjal mengalami kerusakan, maka terjadi
gangguan eritrosit (anemia). Umur peredaran eritrosit sekitar 105-120
hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang berlebihan, misalnya pada
hemodialisis darah, hepar kewalahan kewalahan mengolah bilirubin yang
tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga gejala kuning
walaupun hati tidak mengalami kerusakan. Eritrosit dihancurkan di organ
lien terutama pada proses penghancurannya dilepaskan zat besi dan
pigmen bilirubin. Zat besi yang digunakan untuk proses sintesa sel
eritrosit baru, sedangkan pigmen bilirubin di dalam hati akan mengalami
proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen empedu dan keluar bersama
cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrosit pada laki-laki 5,5
juta sel/mm3, pada perempuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit
didapat hemoglobin suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari atas molekul
hem yang mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globulin
(suatu senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut O2 dan CO2,
jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%.
2) Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis
leukosit yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit. Jumlah
normal leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila jumlahnya berkurang disebut
leukopenia. Jika tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut
agranulasitosis.
3) Trombosit
Trombosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang
merupakan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu
megakaryosit, di sumsum tualng dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron,
dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai
kemampuan untuk melakukan :
 daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
 daya adhesi (melekat)
 daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis
dan pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyai
pola tertentu dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada
dinding pembuluh darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup
lubang yang bocor dengan cara saling melekat, berkelompok dan
menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah
.Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit mempunyai 2 zat yaitu
Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan
dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek
vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah berkurang dan
membantu proses pembekuan darah.
 Plasma
Plasma merupakan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari
berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah
yang berbentuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga
berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari
satu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
 Air : 91-92%
 Protein plasma :
 Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk di
hepar).
 Globulin , ,  (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan sel-sel
retikuloendotelial). Immunoglobulin merupakan bentuk globulin.
 Fibrinogen
 Protrombin.
 Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin
 Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak,
asam amino, enzim, hormon.

Fungsi Protein Plasma :


a) Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk
pembentukan dan penyerapan cairan jaringan.
b) Dengan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertindak
sebagai penyangga dalam mempertahankan pH normal tubuh.
c) Fibrinogen dan protrombin adalah penting untuk pembekuan darah.
d) Immunoglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tubuh
melawan infeksi.
Gambar Struktur Pembentuk Darah

Gambar Komponen Darah

c. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn
Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk
aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk
penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
1) Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2) Hidup didalam dan sekitar rumah
3) Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4) Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5) Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar
rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

d. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia
(virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian bereaksi dengan antibodi dan
terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor yang meningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
mengakibatkan plasma dapat keluar dari dalam pembuluh darah melalui dinding.
Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada
pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang akan menurunkan jumlah
trombosit (trombositopenia), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal.
Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari
pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga
organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan. Pada
keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob, hipoksia dan asidosis
jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan
jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti
jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus
masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual,
muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak
sehingga hati tidak dapat memecahkan asam lemak menjadi bahan keton,
sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik, renjatan terjadi secara akut. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian.

e. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:
1) Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain.
3) Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4) Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.

f. Tanda dan Gejala


Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
1) Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
4) Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5) Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6) Sakit kepala.
7) Pembengkakan sekitar mata.
8) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

g. Test Diagnostik
(Nursalam, 2008)
1) Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2) Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3) Rontgen thoraks : efusi pleura

h. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut ( Hidayat
Alimul , 2008) diantaranya:
1) Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2) Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
3) Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4) Perdarahan intravaskuler menyeluruh
5) Kehilangan cairan elektrolit
6) Hiperpireksia
7) Kejang demam
8) Efusi pleura
9) Ascites (NANDA 2015)

i. Penatalaksanaan Medis (Narusalam, 2008)


1) Terapi
1) DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering
muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien
minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh
manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila
hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika
terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM ,
anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum
berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak
diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun
diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi
vital. Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien
terus menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi dan hematocrit yang cenderung
meningkat.
2) Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau
plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara
membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps
sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka
untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit
dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2) Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup,
susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan
maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose
5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan
pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda
vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu
tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti
paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak
gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral
hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB
(tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam
mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis
yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien
syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel
darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang
harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai
pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK A


DENGAN DBD/DHF
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. A
Umur : 6 thn
Alamat : Jln. Makio Baji BD 5/1
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. T
Pendidikan : Sarjana
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan swasta
Diagnosa Medik : DBD
Pengkajian tanggal : 30 Desember 2012

2. Keluhan Utama :

Panas selama ± 2 minggu terus menerus, nyeri dada, batuk,

3. Riwayat penyakit sekarang :

Kamis pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Sabtu

malam anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau.

Minggu jam 03 pagi keluar darah dari hidung pada waktu bersin, keluhan pusing,

susah BAB, dibawa ke UGD.

4. Riwayat penyakit dahulu


Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.

5. Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita

sakit DBD.

6. Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali

kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang

belum dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu

yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh,

dan lingkungan wilayah belum pernah disemprot.

7. Riwayat kehamilan

Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 2,4 kg, ibu tidak

tahu mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak

mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI s/d 2 tahun.

8. Pengkajian Persistem

a. Sistem Gastrointestinal

Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak

suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi.

Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.

b. Sistem muskuloskeletal :

Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas

simetris, kekuatan otot baik.

c. Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur,
BAB dari malam belum ada.
d. Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat
pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit.
Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
e. Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis,
cap. Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie
spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.
f. Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan.
g. Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan.
h. Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat
perdarahan spontan pada kulit.
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 5,4 L g/
PLT : 32 L 103 /mm3
RBC: 2,31 L 106 /mm3
WBC: 1,5 L 103 /mm3

10. Terapi
Infus RL 15 tetes/I (mikro)
Persiapan tranfusi darah
Infus Tridex 2 TB 16 tetes/i
Aspar K 300 mg
Enzyplex ½

Cefxon 800 mg/12 jam


 Daftar diaknosa keprawatan
1. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
2. Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
3. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.

 Rencana asuhan keperawatan


Dx kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi kep
1. Hipertermi b/d -Tujuan : Suhu tubuh normal Intervensi :
proses infeksi Kriteria hasil :Suhu tubuh - Beri komres air kran
virus dengue antara 36 – 37 Nyeri otot Rasional : Kompres dingin akan terjadi
2. Risiko terjadi hilang pemindahan panas secara konduksi
syok -Tujuan : Tidak terjadi syok - Berikan / anjurkan pasien untuk banyak
hypovolemik hipovolemik minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai
berhubungan Kriteria : Tanda Vital dalam toleransi )
dengan batas normal Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh
kurangnya -Tujuan :Tidak terjadi yang hilang akibat evaporasi.
volume gangguan kebutuhan - Anjurkan pasien untuk menggunakan
nutrisi
cairan tubuh. pakaian yang tipis dan mudah menyerap
kriteria hasil: Tidak ada
3. Risiko tanda-tanda malnutrisi keringat
gangguan Rasional : Memberikan rasa nyaman dan
Menunjukkan berat badan
pemenuhan yang seimbang. pakaian yang tipis mudah menyerap
kebutuhan -Tujuan : Tidak terjadi devisit keringat dan tidak merangsang
nutrisi voume cairan peningkatan suhu tubuh.
kurang dari Kriteria : Input dan output - Observasi intake dan output, tanda vital (
kebutuhan seimbang Vital sign dalam suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam
tubuh b/d batas normal Tidak ada tanda sekali atau lebih sering.
intake nutrisi presyok Akral hangat Rasional : Mendeteksi dini kekurangan
yang tidak Capilarry refill < 3 detik cairan serta mengetahui keseimbangan
adekuat cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda
akibat mual vital merupakan acuan untuk
dan nafsu mengetahui keadaan umum pasien.
makan yang - Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan
menurun. pemberian obat sesuai program.
4. Kurangnya Rasional : Pemberian cairan sangat
volume penting bagi pasien dengan suhu tubuh
cairan tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk
berhubungan menurunkan suhu tubuh pasien.
dengan Intervensi :
peningkatan Monitor keadaan umum pasien
permeabilita Rasional: Untuk memonitor kondisi
s dinding pasien selama perawatan terutama
plasma. saat terjadi perdarahan. Perawat
segera mengetahui tanda-tanda
presyok / syok
- Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus
mengobaservasi vital sign untuk
memastikan tidak terjadi presyok /
syok
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda
perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien
dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera diketahui
dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
- Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan
untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh secara hebat.
- Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV,
trombo
Rasional : Untuk mengetahui tingkat
kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien dan untuk acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
Intervensi :
- Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan
yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi
defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi
- Observasi dan catat masukan makanan
pasien
Rasional : Mengawasi masukan
kalori/kualitas kekurangan
konsumsi makanan
- Timbang BB tiap hari (bila
memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan
BB / mengawasi efektifitas
intervensi.
- Berikan makanan sedikit namun sering
dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat
menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga
mencegah distensi gaster.
- Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu
makan dan masukan peroral
- Hindari makanan yang merangsang dan
mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan
iritasi gaster.
Intervensi :
- Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Rasional : Vital sign membantu
mengidentifikasi fluktuasi cairan
intravaskuler
- Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan
sirkulasi perifer
- Observasi intake dan output. Catat warna
urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine
pekat dengan peningkatan BJ diduga
dehidrasi.
- Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari
( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan
cairan tubuh peroral
- Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah
cairan tubuh, untuk mencegah
terjadinya hipovolemic syok.
DAFTAR PUSTAKA

Arita, M. 2011. Perawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gesyen Publishing.

Carpenito Lynda Juall. 2007. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.
9 th ed. Dialih bahasakan oleh Kusrini Semarwati Kadar, dkk. Eka Anisa
Mardella, Meining Issuryanti (ed). Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn. 1999. Rencana asuhan Keperawatan. Alih Bahasa : Ester


Monica. Jakarta : EGC.

Fathi, K. S & Wahyuni,C.U.(2005).Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku


terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol. 2. No.1. Juli 2005: 1-10

Hadinegoro et al.(2001).Tatalaksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.


Jakarta: Depkes RI.

Price A,. Sylvia & Lorraine Mc. C. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa : Brahm U. Pendif. Ed.6. Jakarta :
EGC.

Smeltzer, Suzane. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddarth. Alih bahasa : dr. Hg. Kuncara. Ed.8. Jakarta : EGC.

Soegijanto, S.(2006). Demam Berdarah Dengue (edisi 2). Surabaya : Airlangga


University Press.

Sudoyo, Aru, dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta: FKUI

Widiastuti, Palupi. (2004). Panduan lengkap pencegahan dan pengendalian


Demam Berdarah Dengue. Jakarta : EGC

World Health Organization. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan,


Pencegahan dan Pengendalian. Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai