A. Definisi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan,
dan bertendensi mngakibatkan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer,
2010). Menurut Hidayat dan Musrifatul (2014), dengue hemoragic fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif, 2015). Demam dengue adalah infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue. Virus masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aides aegepty
betina. Masa inkubasi 13-15 hari dengan gejala klinis yang bervariasi berdasarkan derajat
DHF. (Nugroho, 2011)Jadi, kesimpulannya DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh
B. Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat
penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa nutrisi, oksigen
dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Darah mempunyai 2
komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Darah berwarna merah, warna merah
tersebut keadaannya tidak tetap, tergantung kepada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya.
1
Apabila kandungan O2 lebih banyak maka warnanya akan menjadi merah muda. Sedangkan.
Darah juga pembawa dan penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin ke organ
sasarannya. Darah mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh, karena
dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot)
untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan tubuh yang ada akhirnya diatur
bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.
Dalam komponen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media transport, berwarna
kekuningan. Sedangkan pada komponen padat terdiri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan
trombosit. Pada batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan
a. Eritrosit
Eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih berinti, inti
Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globulin yang merupakan senyawa protein. Selain itu
untuk proses pematangan (maturasi) diperlukan hormon eritropoetin yang dibuat oleh
ginjal, sehingga bila kekurangan salah satu unsur pembentukan seperti di atas (kurang
2
gizi) atau ginjal mengalami kerusakan, maka terjadi gangguan eritrosit (anemia). Umur
peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang
bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga gejala kuning
walaupun hati tidak mengalami kerusakan. Eritrosit dihancurkan di organ lien terutama
pada proses penghancurannya dilepaskan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang
digunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru, sedangkan pigmen bilirubin di dalam
hati akan mengalami proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen empedu dan keluar
bersama cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrosit pada laki-laki 5,5 juta
sel/mm3, pada perempuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit didapat hemoglobin
suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari atas molekul hem yang mempunyai ion Fe
(besi) yang terkait dengan rantai globulin (suatu senyawa protein). Hemoglobin berperan
mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14
gr%.
b. Leukosit
c. Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan
antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, limfosit, monosit. Jumlah normal leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila
jumlahnya berkurang disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat leukosit sama sekali
disebut agranulasitosis.
d. Trombosit
e. Trombosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang merupakan bagian-
bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu megakaryosit, di sumsum tualng dan
lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit
3
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis dan pembekuan
darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyai pola tertentu dan berjalan
dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh darah maka trombosit
akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara saling melekat,
darah. Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit mempunyai 2 zat yaitu
Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding
pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek vassokontriksi pembuluh
darah, sehingga aliran darah berkurang dan membantu proses pembekuan darah.
f. Plasma
Plasma merupakan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari berat
badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah yang
berbentuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga berfungsi
sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari satu organ atau
- Air : 91-92%
- Protein plasma, terdiri dari albumin (bagian besar pembentuk plasma protein,
protrombin.
- Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak, asam amino,
enzim, hormone.
4
b. Dengan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertindak sebagai
infeksi.
C. Etiologi/ Predisposisi
DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan RNA virus
dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini
merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif
sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan
natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70◦C. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu
Manifestasi klinis dengue selain dipengaruhi oleh virus dengue itu sendiri, terdapat
2 faktor lain yang berperan yaitu faktor host dan vektor perantara. Virus dengue dikatakan
menyerang manusia dan primata yang lebih rendah. Penelitian di Afrika menyebutkan
bahwa monyet dapat terinfeksi virus ini. Transmisi vertikal dari ibu ke anak telah
adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes albopictus betina. Ciri-ciri nyamuk
- Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di
got/comberan
- Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-
lain.
5
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka
virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh nyamuk itu
virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar ke seluruh
bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika
nyamuk tersebut menggigit seseorang maka alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan
kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya
agar darah yang diisapnya tidak membeku. Bersama dengan air liur inilah virus dengue
Menurut Hidayat dan Musrifatul (2014) manifestasi Klinik DHF sangat bervariasi yaitu:
1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas mendadak
2. Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan berlangsung selama
3-4 hari.
3. Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat diraba sejak
permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20
mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan lembab, terutama pada
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III: Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah,
tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
E. Patofisiologi
6
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemi
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan
renjatan (syok). Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
> 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga
F. Pathway
Viremia
Pembebasan histamin
Mual Peningkatan suhu
tubuh
penurunan asupan Peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah
Hipertermia
Menekan syaraf C
Suplai nutrisi dan oksigen
ke jaringan menurun
Nyeri akut
7
Tubuh lemas dan tidak berenergi
Intoleransi aktivitas
adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi virus. Yang signifikan
dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, selain itu untuk mendiagnosis DBD secara
melakukan fluorescence antibody technique test secara langsung atau tidak langsung
4. Uji Serologi
Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang paling sering dipakai dan
digunakan sebagai baku emas pada pemeriksaan serologis. Terdapat beberapa hal
8
- Uji ini sensitif tetapi tidak spesifik, artinya dengan uji serologis ini tidak dapat
- Antibodi HI bertahan didalam tubuh sampai lama sekali (48 tahun), maka uji ini
- Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen empat kali lipat dari titer
serum akut atau konvalesen dianggap sebagai presumtive positif, atau diduga
keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (Recent dengue infection )
Uji serologi yang jarang digunakan sebagai uji diagnostik secara rutin oleh karena
selain cara pemeriksaan agak ruwet, prosedurnya juga memerluikan tenaga periksa
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Neutralization Test ( PRNT ) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang
terjadi. Saat antibodi neutralisasi dideteksi dalam serum hampir bersamaan dengan
HI antibodi komplemen tetapi lebih cepat dari antibodi fiksasi dan bertahan lama
(48 tahun). Uji neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama
Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi yang banyak sekali
dipakai. Sesuai namanya test ini akan mengetahui kandungan IgM dalam serum
pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji mac elisa adalah:
- Pada perjalanan penyakit hari 4 – 5 virus dengue, akan timbul IgM yang diikuti
oleh IgG.
- Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, secara cepat dapat ditentukan
- Ada kalanya hasil uji terhadap masih negatif, dalam hal ini perlu diulang.
9
- Apabila hari ke 6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai negatif.
- IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2 – 3 bulan setelah adanya infeksi.
Untuk memeperjelas hasil uji IgM dapat juga dilakukan uji terhadap IgG. Untuk
itu uji IgM tidak boleh dipakai sebagai satu – satunya uji diagnostik untuk
pengelolaan kasus.
- Uji mac elisa mempunyai sensitifitas sedikit dibawah uji HI, dengan kelebihan
uji mac elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang
e. IgG Elisa Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang sebanding dengan uji
HI , hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kita uji untuk infeksi
dengue IgM / IgG dengue blot, dengue rapid IgM, IgM elisa, IgG elisa, yang telah
beredar di pasaran. Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat
kenaikan titer antibodi fase konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik empat
H. Penatalaksanaan
3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat
tiap jam.
6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan
suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak
asidosis
10
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
dimana salah satu penyebabnya karena proses penyakit (infeksi virus dengue) (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermia merupakan keadaan di mana individu mengalami
atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8 oC (100oF) per oral atau 38,8oC
(101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena factor eksternal (Carpenito, 2012). Jadi
hipertermia merupakan salah satu gejala klinis yang ditemukan pada DHF sehingga
DHF.
Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien DHF, hipertermia
disebabkan oleh karena adanya proses penyakit (infeksi virus dengue (viremia)) di dalam
tubuh yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor. Adapun
gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :
Suhu tubuh di atas nilai normal, yaitu >37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF)
Kejang
11
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak
Takikardia
Takipnea
Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Arbovirus masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia yang
beredar dalam aliran darah, kemudian terjadi infeksi virus dengue (viremia) yang
melepaskan zat C3a, C5a dan merangsang PGE2 (prostaglandin2) yang selanjutnya
akan meningkatkan seting point suhu di hipotalamus. Kenaikan seting point ini yang
akan menyebabkan perbedaan antara suhu seting point dengan suhu tubuh, dimana
suhu seting point lebih tinggi dari pada suhu tubuh. Untuk menyamakan perbedaan ini,
hipotensi dan kemungkinan akan berakibat terjadinya syok hipovolemik (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Beberapa kondisi klinis yang terkait dengan terjadinya hipertermia di antaranya adalah
proses infeksi (viremia), hipertiroid (kondisi dimana jumlah hormon tiroid dalam
12
tubuh sangat tinggi), stroke, dehidrasi (kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak
cairan dari pada yang didapatkan), trauma, prematuritas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
A. Pengkajian
hal yang penting dilakukan, baik saat penderita baru pertama kali dating maupun selama
klien dalam masa perawatan Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan DHF dapat
diklasifikasikan menjadi:
Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan, mukosa mulut
kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada ulu hati.
c. Pola eliminasi
f. Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil, nadi cepat dan lemah,
dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri epigastrik, nyeri otot/ sendi.
Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh, lemas dan gelisah.
13
i. Sirkulasi
Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea, perdarahan nyata
j. Keamanan
2. Pemeriksaan fisik
pernafasan (cepat).
kering, lidah kotor, perdarahan gusi), leher, rektum, alat kelamin, anggota gerak
f. Keadaan abdomen : Inspeksi : datar Palpasi : teraba pembesaran pada hati Perkusi :
a. Data subyektif
- Lemah
- Sakit kepala
14
- Nyeri ulu hati
- Konstipasi
b. Data obyektif
Data obyektif yang dijumpai pada penderita Dengue Haemoragic Fever adalah:
- Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji tournikuet positif, epistaksis,
- Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas dingin, gelisah,
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan darah
- Trombositipenia
hipokalemia
15
- Waktu perdarahan memanjang
c. Pemeriksaan radiology
d. Pemeriksaan USG
asupan makanan
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis: penekanan pada syaraf
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Mual berhubungan Pasien menunjukan NIC Label: Manajemen
mual teratasi setelah Muntah (1570)
dengan ganguan
dilakukan tindakan 1. Kaji emesis terkait 1. Mengetahui
biokimia konsistensi
… x 24 jam dengan warna, konsistensi,
warna, waktu
indikator hasil : adanya darah waktu serta kekuatan
muntah.
Kontrol Mual dan dan sejauh mana
Muntah (1618) kekuatan emesis 2. Mengukur
frekuensi dan
1. Melaporkan 2. Pertimbangkan
durasi muntah
mual terkontrol frekuensi dan durasi
menjadi skala 5 muntah dengan
(secara konsisten Rhodes Index of 3. Mencegah
aspirasi.
ditunjukan) Nausea and Vomiting
16
2. Melaporkan 3. Posisikan pasien 4. Mencegah
aspirasi
mual, suara untuk mencegah
muntah dan aspirasi
muntah 4. Berikan dukungan
dikendalikan fisik selama muntah
skala 5 (secara seperti (membantu
5. Membuat
konsisten untuk membungkuk pasien merasa
nyaman.
ditunjukan) atau menopang
3. Melaporkan kepala)
muntah yang di 5. Berikan kenyamanan
kontrol selama episode
muntah ( kain dingin
6. Mencegah
pada dahi, sponge mual dan
muntah
wajah serta
menyediakan pakaian 7. Membuat
pasien merasa
bersih dan kering)
nyaman san
6. Berikan cairan yang mengurangi
muntah
bersih dan bebeas
8. Mengontrol
berkarbonasi mual/muntah.
7. Ajarkan Teknik
nofarmakologi
(relaksasi , distraksi,
akupresure)
1. Mengettahui
8. Kolaborasi
frekuensi mual
pemberian anti pasien.
2. Mengetahui
emetic.
rspon pasien.
NIC Label:
Manajemen Mual
(1450) 3. Mencegah mual
1. Melakukan penilaian
terhadap mual
4. Mengatasi mual
2. Mengobservasi
tanda-tanda
nonverbal
ketidaknyamanan. 5. Mengatasi mual
3. Memberikan
makanan dengan
porsi sedikit
6. Mengotrol dan
17
4. Mendorong mengatasi mual
penggunaan terapi
nonfarmakologis
mengatasi mual.
5. Ajarkan Teknik
nofarmakologi
(relaksasi , distraksi,
akupresure)
6. Kolaborasi
pemberian antiemetic
2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan NIC Label: 1. Mengkaji status
asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi gizi dan
nutrisi kurang dari
selama …. x 24 jam 1. Tentukan status gizi kemampuan
kebutuhan tubuh
diharapkan pasien dan memenuhinya
berhubungan ketidakseimbangan kemampuan pasien
nutrisi teratasi untuk memenuhi
dengan kurang
dengan kriteria hasil: kebutuhan gizi
asupan makanan
NOC Label: Status 2. Identifikasi adanya 2. Mengetahui
Nutrisi alergi atau intoleransi adanya
1. Asupan makanan makanan yang pantangan atau
ditingkatkan dimiliki pasien alergi terhadap
menjadi skor 5 makanan
(tidak menyimpang 3. Instruksikan pasien 3. Memberi arahan
dari rentang mengenai kebutuhan mengenai nutrisi
normal) nutrisi
2. Asupan cairan 4. Tentukan jumlah 4. Menghitung
ditingkatkan kalori dan jenis kalori yang
menjadi skor 5 nutrisi yang dibutuhkan
(tidak menyimpang dibutuhkan untuk
dari rentang memenuhi
5. Mengatur porsi
normal) persyaratan gizi
dan pola makan
3. Rasio berat 5. Atur diet yang
6. Agar tidak
badan/tinggi badan diperlukan
mudah tersedak
ditingkatkan 6. Anjurkan pasien
saat makan
menjadi skor 5 untuk duduk pada
(tidak menyimpang posisi tegak di kursi
7. Mengatur diet
dari rentang jika memungkinkan
pasien yang
normal) 7. Anjurkan pasien
sesuai
18
NOC label: status terkait dengan
8. Memantau
nutrisi: asupan kebutuhan diet untuk
balance kalori
makanan dan cairan kondisi sakit
pasien
4. Asupan 8. Monitor kalori dan
9. Memantau bila
makanan asupan makanan
terjadi kenaikan
secara oral
atau penurunan
ditingkatkan 9. Monitor
BB
menjadi skor kecenderungan
5 terjadinya penurunan
(sepenuhnya dan kenaikan berat
adekuat) badan
5. Asupan cairan
secara oral
ditingkatkan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
3 Nyeri akut Setelah diberikan NIC label: Manajemen
berhubungan
asuhan keperawatan Nyeri
dengan agens
cedera biologis: selama …. x 24 jam 1. Lakukan pengkajian 1. Mengkaji nyeri
proses inflamasi
diharapkan nyeri nyeri komprehensif pasien yang
lambung
teratasi dengan meliputi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik,
NOC Label: durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri kualitas,
6. Nyeri yang intensitas nyeri
dilaporkan dan faktor
ditingkatkan pencetus
menjadi skore 5 2. Observasi adanya 2. Melihat tanda
(tidak ada) respon nonverbal nonverbal
7. Ekspresi nyeri mengenai terhadap nyeri
wajah ditingkatkan ketidaknyamanan (meringis,
menjadi skore 5 gelisah)
(tidak ada) 3. Kendalikan faktor 3. Mengatasi faktor
8. Agitasi lingkungan terhadap lain yang
ditingkatkan ketidaknyamanan mempengaruhi
menjadi skore 5 nyeri
19
(tidak ada) 4. Dorong pasien untuk 4. Mengetahui
9. Tanda – tanda vital mendiskusikan pengalaman
ditingkatkan pengalaman nyerinya nyeri
menjadi skor 5 sesuai kebutuhan sebelumnya
(tidak ada deviasi 5. Berikan informasi
dari kisaran mengenai pengalaman 5. Pendidikan
normal) nyeri kesehatan kepada
pasien dan
keluarga
mengenai
NIC label: Terapi penanganan
relaksasi nyeri
1. Ajarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi 1. Mengajarkan
yang tersedia teknik non-
farmakologi
untuk
2. Tentukan apakah ada mengurangi
intervensi relaksasi nyeri
dimasa lalu yang 2. Mengetahui
sudah memberikan cara pasien
manfaat menangani
3. Tunjukkan dan nyeri
praktikkan teknik sebelumnya
relaksasi pada pasien
4. Dorong pasien untuk 3. Mengajarkan
mengulang praktik teknik relaksasi
teknik relaksasi
4. Melihat
NIC label: Pemberian kemampuan
Analgesic pasien
1. Berkolaborasi
dengan dokter,
dalam memilih
jenis analgesik 1. Menggunakan
yang akan agens
digunaka farmakologi
20
2. Monitor reaksi untuk
alergi pasien mengurangi
terhadap nyeri
anagesik yang 2. Memantau
diberikan respon alergi
3. Monitor ada pasien
tidaknya depresi terhadap obat
pernapasan pada
pasien 3. Memantau
NIC Label: Monitor kemungkinan
Tanda – Tanda Vital komplikasi
1. Monitor tanda tanda depresi jalan
vital pasien nafas
1. Melihat
tanda
2. Identifikasi penurunan
kemungkinan atau
penyebab peningkatan
perubahan tanda – nyeri
tanda vital 2. Melihat
penyebab
lain pada
perubahan
tanda vital
3 Hipertermia Setelah diberikan NIC Label: Perawatan
berhubungan asuhan keperawatan Demam
dengan penyakit selama …. x 24 jam 1. Pantau suhu dan 1. Memonitor
diharapkan tanda – tanda vital perubahan vital
hipertermia teratasi lainnya sign
dengan kriteria hasil: 2. Monitor warna kulit 2. Monitor adanya
NOC Label: dan suhu peningkatan
Termoregulasi suhu
- Menggigil 3. Beri obat atau cairan 3. Menggunakan
saat dingin IV agens
ditingkatkan farmakologi
ke skor 5 untuk
21
(tidak mengurangi
terganggu) 4. Berikan pasien demam
- Tingkat selimut 4. Menghangatkan
pernafasan 5. Dorong pasien untuk badan pasien
ditingkatkan mengonsumsi lebih 5. Menghindari
ke skor 5 banyak cairan pasien dari
(tidak 6. Mandikan dengan dehidrasi
terganggu) spons hangat 6. Mengurangi
- Merasa 7. Lembabkan bibir dan penguapan
merinding mukosa hidung yang 7. Menghidrasi
saat dingin kering mukosa yang
ditingkatkan 8. Pantau komplikasi – kering
ke skor 5 komplikasi yang
(tidak berhubungan dengan 8. Memantau
terganggu) demam adanya
- Peningkatan kemungkinan
suhu kulit kejang demam
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
- Hipertermia
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
- Sakit kepala
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
- Perubahan
warna kulit
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
- Akral dingin
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
22
4 Risiko syok Setelah diberikan NIC Label:
asuhan keperawatan Pencegahan Syok
berhubungan
selama …. x 24 jam 1. Monitor terhadap 1. Memantau
dengan perdarahan
diharapkan tidak adanya respon kondisi yang
aktif terjadi syok kompensasi awal dapat
hipovolemik dengan syok menyebabkan
kriteria hasil: syok
NOC Label: 2. Monitor terhadap 2. Memantau
Keparahan Syok: adanya tanda – kemungkinan
Hipovolemik tanda respon sindrom
- Melambatnya sindroma inflamasi inflamasi
waktu sistemik sistemik
pengisian 3. Monitor 3. Memantau
kapiler kemungkinan sumber
ditingkatkan penyebab kehilangan
menjadi skor kehilangan cairan cairan
5 (tidak ada) 4. Monitor terhadap 4. Memantau
- Nadi lemah adanya tanda awal adanya
dan halus dari penurunan komplikasi
ditingkatkan fungsi jantung terhadap jantung
menjadi skor 5. Monitor status 5. Menilai tingkat
5 sirkulasi sirkulasi
(sepenuhnya 6. Monitor terhadap 6. Menilai saturasi
adekuat) adanya tanda oksigen dan
- Meningkatny ketidakadekuatan CRT pasien
a laju nafas perfusi oksigen ke
ditingkatkan jaringan
menjadi skor 7. Monitor EKG 7. Memeriksa
5 adanya
(sepenuhnya komplikasi ke
adekuat) jantung
- Akral dingin 8. Monitor intake dan 8. Memantau
ditingkatkan output cairan balance cairan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
- Pucat
23
ditingkatkan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
- Kebingungan
ditingkatkan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
- Penurunan
tingkat
kesadaran
ditingkatkan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
D. Evaluasi
24
3 Nyeri akut berhubungan 18. Nyeri yang dilaporkan ditingkatkan menjadi skore
dengan agens cedera biologis:
5 (tidak ada)
proses inflamasi lambung
19. Ekspresi nyeri wajah ditingkatkan menjadi skore 5
(tidak ada)
20. Agitasi ditingkatkan menjadi skore 5 (tidak ada)
21. Tanda – tanda vital ditingkatkan menjadi skor 5
(tidak ada deviasi dari kisaran normal)
4 Hipertermia berhubungan - Menggigil saat dingin ditingkatkan ke skor 5 (tidak
dengan penyakit terganggu)
- Tingkat pernafasan ditingkatkan ke skor 5 (tidak
terganggu)
- Merasa merinding saat dingin ditingkatkan ke skor 5
(tidak terganggu)
- Peningkatan suhu kulit ditingkatkan ke skor 5 (tidak
ada)
- Hipertermia ditingkatkan ke skor 5 (tidak ada)
- Sakit kepala ditingkatkan ke skor 5 (tidak ada)
- Perubahan warna kulit ditingkatkan ke skor 5 (tidak
ada)
- Akral dingin ditingkatkan ke skor 5 (tidak ada)
25
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Azis Alimul & Musrifatul, Uliyah. 2014 . Pengantar kebutuhan dasar manusia
Edisi 2. Jakarta: Salemba medika
Judith M. Wilkinson. Nancy R, Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA, NIC, NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA, NIC, NOC Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction
26
Smeltzer, Brunner dan Bare, Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta: Sugeng Seto
Sue Moorhead, d. 2016. edisi enam Nursing outcomes classification (Noc).Singapore: Elsevier
Global Rights
27