Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)

A. Definisi

Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai Demam Berdarah

Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan,

dan bertendensi mngakibatkan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer,

2010). Menurut Hidayat dan Musrifatul (2014), dengue hemoragic fever (DHF) adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan

masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic

fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi

klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai

dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.

Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang

ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif, 2015). Demam dengue adalah infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue. Virus masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aides aegepty

betina. Masa inkubasi 13-15 hari dengan gejala klinis yang bervariasi berdasarkan derajat

DHF. (Nugroho, 2011)Jadi, kesimpulannya DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh

virus Dengue dan ditularkan melalui gigita nyamuk Aedes Aegypti.

B. Anatomi Fisiologi

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat

penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa nutrisi, oksigen

dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Darah mempunyai 2

komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Darah berwarna merah, warna merah

tersebut keadaannya tidak tetap, tergantung kepada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya.

1
Apabila kandungan O2 lebih banyak maka warnanya akan menjadi merah muda. Sedangkan.

Darah juga pembawa dan penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin ke organ

sasarannya. Darah mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk

didistribusikan ke seluruh tubuh.

Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh, karena

dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot)

untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan tubuh yang ada akhirnya diatur

pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia

bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.

Dalam komponen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media transport, berwarna

kekuningan. Sedangkan pada komponen padat terdiri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan

trombosit. Pada batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan

jaringan. Bagian-bagian padat darah terendam dalam plasma.

Komponen dari sel-sel darah, meliputi:

a. Eritrosit

Eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih berinti, inti

dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan/keluar. Pada proses pembentukannya diperlukan

Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globulin yang merupakan senyawa protein. Selain itu

untuk proses pematangan (maturasi) diperlukan hormon eritropoetin yang dibuat oleh

ginjal, sehingga bila kekurangan salah satu unsur pembentukan seperti di atas (kurang

2
gizi) atau ginjal mengalami kerusakan, maka terjadi gangguan eritrosit (anemia). Umur

peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang

berlebihan, misalnya pada hemodialisis darah, hepar kewalahan kewalahan mengolah

bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga gejala kuning

walaupun hati tidak mengalami kerusakan. Eritrosit dihancurkan di organ lien terutama

pada proses penghancurannya dilepaskan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang

digunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru, sedangkan pigmen bilirubin di dalam

hati akan mengalami proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen empedu dan keluar

bersama cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrosit pada laki-laki 5,5 juta

sel/mm3, pada perempuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit didapat hemoglobin

suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari atas molekul hem yang mempunyai ion Fe

(besi) yang terkait dengan rantai globulin (suatu senyawa protein). Hemoglobin berperan

mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14

gr%.

b. Leukosit

c. Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan

antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit yaitu neutrofil,

eosinofil, basofil, limfosit, monosit. Jumlah normal leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila

jumlahnya berkurang disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat leukosit sama sekali

disebut agranulasitosis.

d. Trombosit

e. Trombosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang merupakan bagian-

bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu megakaryosit, di sumsum tualng dan

lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit

mempunyai kemampuan untuk melakukan:

- Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)

- Daya adhesi (melekat)

- Daya agregasi (berkelompok)

3
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis dan pembekuan

darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyai pola tertentu dan berjalan

dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh darah maka trombosit

akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara saling melekat,

berkelompok dan menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan

darah. Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit mempunyai 2 zat yaitu

Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding

pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek vassokontriksi pembuluh

darah, sehingga aliran darah berkurang dan membantu proses pembekuan darah.

f. Plasma

Plasma merupakan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari berat

badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah yang

berbentuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga berfungsi

sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari satu organ atau

jaringan ke organ atau jaringan lain.

Komposisi dari plasma:

- Air : 91-92%

- Protein plasma, terdiri dari albumin (bagian besar pembentuk plasma protein,

dibentuk di hepar), globulin a, b, g (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan sel-sel

retikuloendotelial). Immunoglobulin merupakan bentuk globulin, fibrinogen, dan

protrombin.

- Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin

- Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak, asam amino,

enzim, hormone.

Fungsi Protein Plasma:

a. Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk pembentukan dan

penyerapan cairan jaringan.

4
b. Dengan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertindak sebagai

penyangga dalam mempertahankan pH normal tubuh.

c. Fibrinogen dan protrombin adalah penting untuk pembekuan darah.

d. Immunoglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tubuh melawan

infeksi.

C. Etiologi/ Predisposisi

DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan RNA virus

dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini

termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus. Flavivirus

merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif

sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan

natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70◦C. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu

DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.

Manifestasi klinis dengue selain dipengaruhi oleh virus dengue itu sendiri, terdapat

2 faktor lain yang berperan yaitu faktor host dan vektor perantara. Virus dengue dikatakan

menyerang manusia dan primata yang lebih rendah. Penelitian di Afrika menyebutkan

bahwa monyet dapat terinfeksi virus ini. Transmisi vertikal dari ibu ke anak telah

dilaporkan kejadiannya di Bangladesh dan Thailand. Vektor utama dengue di Indonesia

adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes albopictus betina. Ciri-ciri nyamuk

penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti):

- Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

- Hidup di dalam dan di sekitar rumah

- Menggigit/menghisap darah pada siang hari

- Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar

- Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di

got/comberan

- Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-

lain.

5
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka

virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh nyamuk itu

virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar ke seluruh

bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika

nyamuk tersebut menggigit seseorang maka alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan

kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya

agar darah yang diisapnya tidak membeku. Bersama dengan air liur inilah virus dengue

tersebut ditularkan kepada orang lain.

D. Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala

Menurut Hidayat dan Musrifatul (2014) manifestasi Klinik DHF sangat bervariasi yaitu:

1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas mendadak

berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat. 2.

2. Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan berlangsung selama

3-4 hari.

3. Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat diraba sejak

permulaan sakit).

4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20

mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai

80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan lembab, terutama pada

ujung hidung, jari dan kaki.

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.

2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

3. Derajat III: Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah,

tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.

4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur

E. Patofisiologi

6
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya

permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang

ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah

vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,

pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemi

tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegli) dan

pembesaran limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya

volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan

renjatan (syok). Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan

vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit

> 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga

nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

F. Pathway

Virus masuk aliran darah melalui gigitan oleh nyamuk

Viremia

Mekanisme tubuh untuk Komplemen antigen antibody meningkat Masuk ke pembuluh


melawan virus darah otak melalui
aliran darah sehingga
Pelepasan peptida mempengaruhi
Peningkatan asam lambung hipotalamus

Pembebasan histamin
Mual Peningkatan suhu
tubuh
penurunan asupan Peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah
Hipertermia

Ketidakseimbangan nutrisi Kebocoran plasma


kurang dari kebutuhan
tubuh
Perdarahan ekstraseluler Pada jaringan interstitial
tubuh plasma banyak
mengumpul
Hemoglobin turun Risiko syok

Menekan syaraf C
Suplai nutrisi dan oksigen
ke jaringan menurun
Nyeri akut
7
Tubuh lemas dan tidak berenergi

Intoleransi aktivitas

G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis DBD

adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi virus. Yang signifikan

dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, selain itu untuk mendiagnosis DBD secara

definitif dengan isolasi virus, identifikasi virus dan serologis.

1. Darah Lengkap: Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar

hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu

dijumpai pada DBD merupakan indikator terjadinya perembesan plasma, Selain

hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia, dan leukopenia.

2. Isolasi Virus: Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu:

a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari.

b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCKMK2) dan nyamuk A. albopictus.

c. Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik / intraserebri pada larva.

3. Identifikasi Virus: adanya pertumbuhan virus dengue dapat diketahui dengan

melakukan fluorescence antibody technique test secara langsung atau tidak langsung

dengan menggunakan cunjugate. Untuk identifikasi virus dipakai flourensecence

antibody technique test secara indirek dengan menggunakan antibodi monoklonal.

4. Uji Serologi

a. Uji hemaglutinasi inhibasi ( Haemagglutination Inhibition Test = HI test)

Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang paling sering dipakai dan

digunakan sebagai baku emas pada pemeriksaan serologis. Terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam uji HI ini:

8
- Uji ini sensitif tetapi tidak spesifik, artinya dengan uji serologis ini tidak dapat

menunjukan tipe virus yang menginfeksi

- Antibodi HI bertahan didalam tubuh sampai lama sekali (48 tahun), maka uji ini

baik digunakan pada studi seroepidemiologi.

- Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen empat kali lipat dari titer

serum akut atau konvalesen dianggap sebagai presumtive positif, atau diduga

keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (Recent dengue infection )

b. Uji Komplement Fiksasi (Complement Fixation test = CF test)

Uji serologi yang jarang digunakan sebagai uji diagnostik secara rutin oleh karena

selain cara pemeriksaan agak ruwet, prosedurnya juga memerluikan tenaga periksa

yang sudah berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI, antibodi komplemen

fiksasi hanya bertahan sampai beberapa tahun saja (2 – 3 tahun)

c. Uji neutralisasi (Neutralisasi Tes = NT test)

Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.

Biasanya uji neutralisasi memakai cara yang disebut Plaque Reduction

Neutralization Test ( PRNT ) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang

terjadi. Saat antibodi neutralisasi dideteksi dalam serum hampir bersamaan dengan

HI antibodi komplemen tetapi lebih cepat dari antibodi fiksasi dan bertahan lama

(48 tahun). Uji neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama

sehingga tidak dipakai secara rutin.

d. IgM Elisa ( IgM Captured Elisa = Mac Elisa)

Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi yang banyak sekali

dipakai. Sesuai namanya test ini akan mengetahui kandungan IgM dalam serum

pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji mac elisa adalah:

- Pada perjalanan penyakit hari 4 – 5 virus dengue, akan timbul IgM yang diikuti

oleh IgG.

- Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, secara cepat dapat ditentukan

diagnosis yang tepat.

- Ada kalanya hasil uji terhadap masih negatif, dalam hal ini perlu diulang.
9
- Apabila hari ke 6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai negatif.

- IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2 – 3 bulan setelah adanya infeksi.

Untuk memeperjelas hasil uji IgM dapat juga dilakukan uji terhadap IgG. Untuk

itu uji IgM tidak boleh dipakai sebagai satu – satunya uji diagnostik untuk

pengelolaan kasus.

- Uji mac elisa mempunyai sensitifitas sedikit dibawah uji HI, dengan kelebihan

uji mac elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang

sama dengan uji HI.

e. IgG Elisa Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang sebanding dengan uji

HI , hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kita uji untuk infeksi

dengue IgM / IgG dengue blot, dengue rapid IgM, IgM elisa, IgG elisa, yang telah

beredar di pasaran. Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat

kenaikan titer antibodi fase konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik empat

kali kelipatan atau lebih).

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan DHF adalah:

1. Tirah baring atau istirahat baring

2. Diet, makan lunak

3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri

penderita oralit

4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat

tiap jam.

5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari

6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan

suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak

dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau

asidosis

10
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk

mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi

8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).

I. Konsep Dasar Hipertermia Pada DHF

1. Pengertian Hipertermia Pada DHF


Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal tubuh,

dimana salah satu penyebabnya karena proses penyakit (infeksi virus dengue) (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermia merupakan keadaan di mana individu mengalami

atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8 oC (100oF) per oral atau 38,8oC

(101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena factor eksternal (Carpenito, 2012). Jadi

hipertermia merupakan salah satu gejala klinis yang ditemukan pada DHF sehingga

dimungkinkan bahwa hipertermi juga berpengaruh terhadap derajat keparahan penyakit

DHF.

2. Etiologi Hipertermia Pada DHF

Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien DHF, hipertermia

disebabkan oleh karena adanya proses penyakit (infeksi virus dengue (viremia)) di dalam

tubuh yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

3. Gejala dan Tanda Hipertermia Pada DHF

Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor. Adapun

gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :

a. Gejala dan Tanda Mayor

Suhu tubuh di atas nilai normal, yaitu >37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF)

per rektal (Carpenito, 2012)

b. Gejala dan Tanda Minor

 Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie).

 Kejang

11
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak

terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang tinggi.

 Takikardia

Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung

yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal.

 Takipnea

Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan di mana pernapasan yang

cepat dan dangkal.

 Kulit terasa hangat

Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah

sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

4. Patofisiologi Hipertermia Pada DHF

Arbovirus masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia yang

beredar dalam aliran darah, kemudian terjadi infeksi virus dengue (viremia) yang

menyebabkan pengaktifan sistem komplemen (zat anafilatoksin) yang membentuk dan

melepaskan zat C3a, C5a dan merangsang PGE2 (prostaglandin2) yang selanjutnya

akan meningkatkan seting point suhu di hipotalamus. Kenaikan seting point ini yang

akan menyebabkan perbedaan antara suhu seting point dengan suhu tubuh, dimana

suhu seting point lebih tinggi dari pada suhu tubuh. Untuk menyamakan perbedaan ini,

suhu tubuh akan meningkat sehingga akan terjadi hipertermia. Hipertermia

menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan H2O sehingga permeabilitas membran

meningkat. Meningkatnya permeabilitas membran menyebabkan cairan dari

intravaskuler berpindah ke ektravaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma.

Kebocoran plasma akan mengakibatkan berkurangnya volume plasma sehingga terjadi

hipotensi dan kemungkinan akan berakibat terjadinya syok hipovolemik (Nurarif &

Kusuma, 2015).

5. Kondisi Klinis Terkait Hipertermia

Beberapa kondisi klinis yang terkait dengan terjadinya hipertermia di antaranya adalah

proses infeksi (viremia), hipertiroid (kondisi dimana jumlah hormon tiroid dalam
12
tubuh sangat tinggi), stroke, dehidrasi (kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak

cairan dari pada yang didapatkan), trauma, prematuritas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016).

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan

hal yang penting dilakukan, baik saat penderita baru pertama kali dating maupun selama

klien dalam masa perawatan Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan DHF dapat

diklasifikasikan menjadi:

1. Data dasar, meliputi:

b. Pola Nutrisi dan Metabolik

Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan, mukosa mulut

kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada ulu hati.

c. Pola eliminasi

Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahap lanjut).

d. Pola aktifitas dan latihan

Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.

e. Pola istirahat dan tidur

f. Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil, nadi cepat dan lemah,

dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri epigastrik, nyeri otot/ sendi.

g. Pola persepsi sensori dan kognitif

Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh, lemas dan gelisah.

h. Persepsi diri dan konsep diri

Ansietas, ketakutan, gelisah.

13
i. Sirkulasi

Sakit kepala/ pusing, gelisah

Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea, perdarahan nyata

(kulit epistaksis, melena hematuri), peningkatan hematokrit 20% atau lebih,

trombosit kurang dari 100.000/mm.

j. Keamanan

Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi:

a. Keadaan umum pasien : lemah.

b. Kesadaran : kompomentis, apatis, somnolen, soporocoma, koma refleks,

sensibilitas, nilai gasglow coma scale (GCS).

c. Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipotensi), suhu (meningkat), nadi (takikardi),

pernafasan (cepat).

d. Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung (epistaksis), mulut (mukosa

kering, lidah kotor, perdarahan gusi), leher, rektum, alat kelamin, anggota gerak

(dingin), kulit (ptekie).

e. Sirkulasi : turgor (jelek).

f. Keadaan abdomen : Inspeksi : datar Palpasi : teraba pembesaran pada hati Perkusi :

bunyi timpani Auskultasi : peristaltik usus

3. Data khusus, meliputi:

a. Data subyektif

Pada pasien DHF data subyektif yang sering ditemukan adalah:

- Lemah

- Panas atau demam

- Sakit kepala

- Anoreksia (tidak mafsu makan, mual, sakit saat makan)

14
- Nyeri ulu hati

- Nyeri pada otot dan sendi

- Pegal-pegal pada seluruh tubuh

- Konstipasi

b. Data obyektif

Data obyektif yang dijumpai pada penderita Dengue Haemoragic Fever adalah:

- Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

- Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor

- Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji tournikuet positif, epistaksis,

(perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.

- Nyeri tekan pada epigastrik

- Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa

- Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas dingin, gelisah,

sianosis perifer, nafas dangkal.

4. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang,

diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi:

a. Pemeriksaan laboratorium

b. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:

- IgG dengue positif (dengue blood)

- Trombositipenia

- Hemoglobin meningkat >20%

- Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)

- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema, hiponatremia,

hipokalemia

- SGOT dan SGPT mungkin meningkat

- Ureum dan pH darah mungkin meningkat

15
- Waktu perdarahan memanjang

- Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2

c. Pemeriksaan radiology

Foto thorax Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura

d. Pemeriksaan USG

Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegaly

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Hipertermia berhubungan dengan viremia (penyakit)

2. Mual berhubungan dengan gangguan biokimia

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang

asupan makanan

4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis: penekanan pada syaraf

5. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan aktif

C. Intervensi dan Rasional

Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Mual berhubungan Pasien menunjukan NIC Label: Manajemen
mual teratasi setelah Muntah (1570)
dengan ganguan
dilakukan tindakan 1. Kaji emesis terkait 1. Mengetahui
biokimia konsistensi
… x 24 jam dengan warna, konsistensi,
warna, waktu
indikator hasil : adanya darah waktu serta kekuatan
muntah.
Kontrol Mual dan dan sejauh mana
Muntah (1618) kekuatan emesis 2. Mengukur
frekuensi dan
1. Melaporkan 2. Pertimbangkan
durasi muntah
mual terkontrol frekuensi dan durasi
menjadi skala 5 muntah dengan
(secara konsisten Rhodes Index of 3. Mencegah
aspirasi.
ditunjukan) Nausea and Vomiting

16
2. Melaporkan 3. Posisikan pasien 4. Mencegah
aspirasi
mual, suara untuk mencegah
muntah dan aspirasi
muntah 4. Berikan dukungan
dikendalikan fisik selama muntah
skala 5 (secara seperti (membantu
5. Membuat
konsisten untuk membungkuk pasien merasa
nyaman.
ditunjukan) atau menopang
3. Melaporkan kepala)
muntah yang di 5. Berikan kenyamanan
kontrol selama episode
muntah ( kain dingin
6. Mencegah
pada dahi, sponge mual dan
muntah
wajah serta
menyediakan pakaian 7. Membuat
pasien merasa
bersih dan kering)
nyaman san
6. Berikan cairan yang mengurangi
muntah
bersih dan bebeas
8. Mengontrol
berkarbonasi mual/muntah.
7. Ajarkan Teknik
nofarmakologi
(relaksasi , distraksi,
akupresure)
1. Mengettahui
8. Kolaborasi
frekuensi mual
pemberian anti pasien.
2. Mengetahui
emetic.
rspon pasien.
NIC Label:
Manajemen Mual
(1450) 3. Mencegah mual
1. Melakukan penilaian
terhadap mual
4. Mengatasi mual
2. Mengobservasi
tanda-tanda
nonverbal
ketidaknyamanan. 5. Mengatasi mual
3. Memberikan
makanan dengan
porsi sedikit
6. Mengotrol dan

17
4. Mendorong mengatasi mual
penggunaan terapi
nonfarmakologis
mengatasi mual.
5. Ajarkan Teknik
nofarmakologi
(relaksasi , distraksi,
akupresure)
6. Kolaborasi
pemberian antiemetic
2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan NIC Label: 1. Mengkaji status
asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi gizi dan
nutrisi kurang dari
selama …. x 24 jam 1. Tentukan status gizi kemampuan
kebutuhan tubuh
diharapkan pasien dan memenuhinya
berhubungan ketidakseimbangan kemampuan pasien
nutrisi teratasi untuk memenuhi
dengan kurang
dengan kriteria hasil: kebutuhan gizi
asupan makanan
NOC Label: Status 2. Identifikasi adanya 2. Mengetahui
Nutrisi alergi atau intoleransi adanya
1. Asupan makanan makanan yang pantangan atau
ditingkatkan dimiliki pasien alergi terhadap
menjadi skor 5 makanan
(tidak menyimpang 3. Instruksikan pasien 3. Memberi arahan
dari rentang mengenai kebutuhan mengenai nutrisi
normal) nutrisi
2. Asupan cairan 4. Tentukan jumlah 4. Menghitung
ditingkatkan kalori dan jenis kalori yang
menjadi skor 5 nutrisi yang dibutuhkan
(tidak menyimpang dibutuhkan untuk
dari rentang memenuhi
5. Mengatur porsi
normal) persyaratan gizi
dan pola makan
3. Rasio berat 5. Atur diet yang
6. Agar tidak
badan/tinggi badan diperlukan
mudah tersedak
ditingkatkan 6. Anjurkan pasien
saat makan
menjadi skor 5 untuk duduk pada
(tidak menyimpang posisi tegak di kursi
7. Mengatur diet
dari rentang jika memungkinkan
pasien yang
normal) 7. Anjurkan pasien
sesuai

18
NOC label: status terkait dengan
8. Memantau
nutrisi: asupan kebutuhan diet untuk
balance kalori
makanan dan cairan kondisi sakit
pasien
4. Asupan 8. Monitor kalori dan
9. Memantau bila
makanan asupan makanan
terjadi kenaikan
secara oral
atau penurunan
ditingkatkan 9. Monitor
BB
menjadi skor kecenderungan
5 terjadinya penurunan
(sepenuhnya dan kenaikan berat
adekuat) badan
5. Asupan cairan
secara oral
ditingkatkan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
3 Nyeri akut Setelah diberikan NIC label: Manajemen
berhubungan
asuhan keperawatan Nyeri
dengan agens
cedera biologis: selama …. x 24 jam 1. Lakukan pengkajian 1. Mengkaji nyeri
proses inflamasi
diharapkan nyeri nyeri komprehensif pasien yang
lambung
teratasi dengan meliputi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik,
NOC Label: durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri kualitas,
6. Nyeri yang intensitas nyeri
dilaporkan dan faktor
ditingkatkan pencetus
menjadi skore 5 2. Observasi adanya 2. Melihat tanda
(tidak ada) respon nonverbal nonverbal
7. Ekspresi nyeri mengenai terhadap nyeri
wajah ditingkatkan ketidaknyamanan (meringis,
menjadi skore 5 gelisah)
(tidak ada) 3. Kendalikan faktor 3. Mengatasi faktor
8. Agitasi lingkungan terhadap lain yang
ditingkatkan ketidaknyamanan mempengaruhi
menjadi skore 5 nyeri

19
(tidak ada) 4. Dorong pasien untuk 4. Mengetahui
9. Tanda – tanda vital mendiskusikan pengalaman
ditingkatkan pengalaman nyerinya nyeri
menjadi skor 5 sesuai kebutuhan sebelumnya
(tidak ada deviasi 5. Berikan informasi
dari kisaran mengenai pengalaman 5. Pendidikan
normal) nyeri kesehatan kepada
pasien dan
keluarga
mengenai
NIC label: Terapi penanganan
relaksasi nyeri
1. Ajarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi 1. Mengajarkan
yang tersedia teknik non-
farmakologi
untuk
2. Tentukan apakah ada mengurangi
intervensi relaksasi nyeri
dimasa lalu yang 2. Mengetahui
sudah memberikan cara pasien
manfaat menangani
3. Tunjukkan dan nyeri
praktikkan teknik sebelumnya
relaksasi pada pasien
4. Dorong pasien untuk 3. Mengajarkan
mengulang praktik teknik relaksasi
teknik relaksasi
4. Melihat
NIC label: Pemberian kemampuan
Analgesic pasien
1. Berkolaborasi
dengan dokter,
dalam memilih
jenis analgesik 1. Menggunakan
yang akan agens
digunaka farmakologi

20
2. Monitor reaksi untuk
alergi pasien mengurangi
terhadap nyeri
anagesik yang 2. Memantau
diberikan respon alergi
3. Monitor ada pasien
tidaknya depresi terhadap obat
pernapasan pada
pasien 3. Memantau
NIC Label: Monitor kemungkinan
Tanda – Tanda Vital komplikasi
1. Monitor tanda tanda depresi jalan
vital pasien nafas

1. Melihat
tanda
2. Identifikasi penurunan
kemungkinan atau
penyebab peningkatan
perubahan tanda – nyeri
tanda vital 2. Melihat
penyebab
lain pada
perubahan
tanda vital
3 Hipertermia Setelah diberikan NIC Label: Perawatan
berhubungan asuhan keperawatan Demam
dengan penyakit selama …. x 24 jam 1. Pantau suhu dan 1. Memonitor
diharapkan tanda – tanda vital perubahan vital
hipertermia teratasi lainnya sign
dengan kriteria hasil: 2. Monitor warna kulit 2. Monitor adanya
NOC Label: dan suhu peningkatan
Termoregulasi suhu
- Menggigil 3. Beri obat atau cairan 3. Menggunakan
saat dingin IV agens
ditingkatkan farmakologi
ke skor 5 untuk

21
(tidak mengurangi
terganggu) 4. Berikan pasien demam
- Tingkat selimut 4. Menghangatkan
pernafasan 5. Dorong pasien untuk badan pasien
ditingkatkan mengonsumsi lebih 5. Menghindari
ke skor 5 banyak cairan pasien dari
(tidak 6. Mandikan dengan dehidrasi
terganggu) spons hangat 6. Mengurangi
- Merasa 7. Lembabkan bibir dan penguapan
merinding mukosa hidung yang 7. Menghidrasi
saat dingin kering mukosa yang
ditingkatkan 8. Pantau komplikasi – kering
ke skor 5 komplikasi yang
(tidak berhubungan dengan 8. Memantau
terganggu) demam adanya
- Peningkatan kemungkinan
suhu kulit kejang demam
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
- Hipertermia
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
- Sakit kepala
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
- Perubahan
warna kulit
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)
- Akral dingin
ditingkatkan
ke skor 5
(tidak ada)

22
4 Risiko syok Setelah diberikan NIC Label:
asuhan keperawatan Pencegahan Syok
berhubungan
selama …. x 24 jam 1. Monitor terhadap 1. Memantau
dengan perdarahan
diharapkan tidak adanya respon kondisi yang
aktif terjadi syok kompensasi awal dapat
hipovolemik dengan syok menyebabkan
kriteria hasil: syok
NOC Label: 2. Monitor terhadap 2. Memantau
Keparahan Syok: adanya tanda – kemungkinan
Hipovolemik tanda respon sindrom
- Melambatnya sindroma inflamasi inflamasi
waktu sistemik sistemik
pengisian 3. Monitor 3. Memantau
kapiler kemungkinan sumber
ditingkatkan penyebab kehilangan
menjadi skor kehilangan cairan cairan
5 (tidak ada) 4. Monitor terhadap 4. Memantau
- Nadi lemah adanya tanda awal adanya
dan halus dari penurunan komplikasi
ditingkatkan fungsi jantung terhadap jantung
menjadi skor 5. Monitor status 5. Menilai tingkat
5 sirkulasi sirkulasi
(sepenuhnya 6. Monitor terhadap 6. Menilai saturasi
adekuat) adanya tanda oksigen dan
- Meningkatny ketidakadekuatan CRT pasien
a laju nafas perfusi oksigen ke
ditingkatkan jaringan
menjadi skor 7. Monitor EKG 7. Memeriksa
5 adanya
(sepenuhnya komplikasi ke
adekuat) jantung
- Akral dingin 8. Monitor intake dan 8. Memantau
ditingkatkan output cairan balance cairan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
- Pucat

23
ditingkatkan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
- Kebingungan
ditingkatkan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)
- Penurunan
tingkat
kesadaran
ditingkatkan
menjadi skor
5
(sepenuhnya
adekuat)

D. Evaluasi

No Diagnosa keperawatan Evaluasi


1 Mual berhubungan dengan 10. Melaporkan mual terkontrol menjadi skala 5
(secara konsisten ditunjukan)
gangguan biokimia
11. Melaporkan mual, suara muntah dan muntah
dikendalikan skala 5 (secara konsisten ditunjukan)
12. Melaporkan muntah yang di control
2 Ketidakseimbangan nutrisi 13. Asupan makanan ditingkatkan menjadi skor 5
(tidak menyimpang dari rentang normal)
kurang dari kebutuhan tubuh
14. Asupan cairan ditingkatkan menjadi skor 5 (tidak
berhubungan dengan kurang
menyimpang dari rentang normal)
asupan makanan 15. Rasio berat badan/tinggi badan ditingkatkan
menjadi skor 5 (tidak menyimpang dari rentang normal)
16. Asupan makanan secara oral ditingkatkan menjadi
skor 5 (sepenuhnya adekuat)
17. Asupan cairan secara oral ditingkatkan menjadi
skor 5 (sepenuhnya adekuat)

24
3 Nyeri akut berhubungan 18. Nyeri yang dilaporkan ditingkatkan menjadi skore
dengan agens cedera biologis:
5 (tidak ada)
proses inflamasi lambung
19. Ekspresi nyeri wajah ditingkatkan menjadi skore 5
(tidak ada)
20. Agitasi ditingkatkan menjadi skore 5 (tidak ada)
21. Tanda – tanda vital ditingkatkan menjadi skor 5
(tidak ada deviasi dari kisaran normal)
4 Hipertermia berhubungan - Menggigil saat dingin ditingkatkan ke skor 5 (tidak
dengan penyakit terganggu)
- Tingkat pernafasan ditingkatkan ke skor 5 (tidak
terganggu)
- Merasa merinding saat dingin ditingkatkan ke skor 5
(tidak terganggu)
- Peningkatan suhu kulit ditingkatkan ke skor 5 (tidak
ada)
- Hipertermia ditingkatkan ke skor 5 (tidak ada)
- Sakit kepala ditingkatkan ke skor 5 (tidak ada)
- Perubahan warna kulit ditingkatkan ke skor 5 (tidak
ada)
- Akral dingin ditingkatkan ke skor 5 (tidak ada)

5 Risiko syok berhubungan - Melambatnya waktu pengisian kapiler ditingkatkan


menjadi skor 5 (tidak ada)
dengan perdarahan aktif
- Nadi lemah dan halus ditingkatkan menjadi skor 5
(sepenuhnya adekuat)
- Meningkatnya laju nafas ditingkatkan menjadi skor 5
(sepenuhnya adekuat)
- Akral dingin ditingkatkan menjadi skor 5 (sepenuhnya
adekuat)
- Pucat ditingkatkan menjadi skor 5 (sepenuhnya
adekuat)
- Kebingungan ditingkatkan menjadi skor 5 (sepenuhnya
adekuat)
- Penurunan tingkat kesadaran ditingkatkan menjadi skor
5 (sepenuhnya adekuat)

25
DAFTAR PUSTAKA

Herdman heather. 2018. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2018 - 2020. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hidayat, Azis Alimul & Musrifatul, Uliyah. 2014 . Pengantar kebutuhan dasar manusia
Edisi 2. Jakarta: Salemba medika

Judith M. Wilkinson. Nancy R, Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

M. Bulechek, G. 2016. edisi enam Nursing interventions classification ( N I C ). singapore:


elsevier Global rights

Mansjoer, Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA, NIC, NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA, NIC, NOC Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction

26
Smeltzer, Brunner dan Bare, Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC

Sodikin.2012.Prinsip Perawatan Demam Pada Anak.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta: Sugeng Seto

Sue Moorhead, d. 2016. edisi enam Nursing outcomes classification (Noc).Singapore: Elsevier
Global Rights

27

Anda mungkin juga menyukai