Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya
berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan
kematian (Depkes, 2006).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides
aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri
demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan kematian. (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1,
2013).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

B. Anatomi Fisiologi Darah


1. Anatomi Darah

Gambar 1. Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair
yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce
Evelyn, 2008 :).Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti,
ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta
dalam mm3.Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan
tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam
sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh

1
tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning
kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak
mengandung O2.

Gambar 2. Sel Darah Merah

Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah


merah.Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam
peredaran darah untuk dibawa ke jaringan dan membawa karbon dioksida
dari jaringan tubuh ke Paru-Paru. Hemoglobin mengandung kira-kira
95% Besi ( Fe ) dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat
oksigen menjadi Oksihemoglobin dan diedarkan keseluruh tubuh untuk
kebutuhan metabolisme.Disamping Oksigen, hemoglobin juga membawa
Karbondioksida dan dengan Karbon monooksida membentuk ikatan
Karbon Monoksihemoglobin (HbCO), juga berperan dalam
keseimbangan ph darah.
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis,
pematangan sel darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin.
Proses pembentukan sel darah merah ( Eritropoeisis) pada orang dewasa
terjadi di sumsum tulang seperti pada tulang tengkorak, vertebra, pelvis,
sternum, iga, dan epifis tulang-tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan
intrauterine terjadi pada yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauterine terjadi
pada hati dan limpa. Dalam proses pembentukan sel darah merah
membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6
( piridoksin ), protein dan faktor lain. Kekurangan salah satu unsur diatas
akan mengakibatkan penurunan produksi sel darah sehingga
mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan Kadar hemoglobin yang
rendah/kurang dari normal.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-
macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit
berwarna bening (tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-
11.000/mm3.

2
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan
RES (Retikulo Endotel Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai
pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah. Sel leukosit selain
didalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia.
Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena kemasukan kuman atau
infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.

Gambar 3. Jenis Jenis Leukosit


c. Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-
lain yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan
osmotik).
3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah
dan juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
(Pearce Evelyn, 2008 )
C. Etiologi
1) Virus dengue
Deman dengue dan demamm berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam
aribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue dan demam berdarah dengue. Keempat serotipe
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip terbanyak
(Suhendro, 2007 ).

3
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip
(DEN 1, 2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh
nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi,
sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu.Kapasitas virus untuk
mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus
berperan melalui kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2007).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari.
3) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

D. Manifestasi Klinis
a) Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah.Bersamaan dengan

4
berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 2009).
b) Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.( Soedarto, 2009).
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas
hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di
dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 2006).
c) Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
tejadi renjatan pada penderita.
d) Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin
pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila
syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang
buruk. (soedarto ; 2009).
C. ETIOLOGI

Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses) artinya virus
yang ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti
( betina ) .Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever
dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi.

Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4


serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN -3, DEN-4. Keempatnya ditemukan
diindonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan
menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan tidak
dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut.
Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotype selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia. ( sujono, 2010 )

E. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-
antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi &
Yuliani, 2011).

5
Penyakit DHF ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus
dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu
jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang digigit
nyamuk Aedes Aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang dihisapnya.
Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara
membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar
virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya
dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk
dituarkan/dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya pada waktu nyamuk itu
menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis) menemukan
kapiler darah, sebelum darah itu dihisap, terlebih dahulu dikeluarkan air liur dari
kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama dengan liur
nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain (Irawan, 2006).
Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty,
pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Ruam
pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin . Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera teratasi akan menyebabkan kematian. Sebab lain kematian pada DHF
adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

F. Pathway
Terlampir
G. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2007), DHF dibagi menjadi empat derajat
sebagai berikut:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.

6
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
(tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

H. Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan
masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (2007) sebagai berikut
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti
perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,Hematuri,
dan melena)
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF
gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF
adalah:
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh
dll.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia
(kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit lebih atau sama dengan 20 %)\

I. Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani
akan menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit.Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi,
purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.

7
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium volume
sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi
dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai dengan kegagalan
hemostasis mengakibatkan aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel,
terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24
jam.
2. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
3. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea,
sesak napas.

J. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


Menurut Hindra Irawan Satari (2010) ada beberapa pemeriksaan pada
pasien DBD, diantaranya :
a. Tes Tourniquet yang positif
b. Pemeriksaan Hematologi, beberapa diantaranya :
a Hematokrit
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan
penyakit DBD.
b Hemoglobin
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau
sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti
peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling
awal yang dapat ditemukan pada DBD.
c Jumlah leukosit dan hitung jenis
Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai
leukositosis sedang.Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan

8
ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal.Jumlah
granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan.
d Trombosit
Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang
diajukan oleh WHO sebagai diagnosis klinis peyakit DBD.Jumlah
trombosit biasanya masih normal selama 3 hari pertama.Trombositopenia
mulai tampak beberapa hari setelah panas, dan mencapai titik terendah
pada fase syok.
c. Diagnosis Laboratorium Infeksi Virus Dengue, uji laboratorium meliputi:
1) Isolasi Virus Dengue
Isolasi virus merupakan cara yang paling baik dala arti sangat menentukan,
tetapi diperlukan peralatan dan teknik yang canggih, sehingga tidak
dipakai secara rutin.
2) Pemeriksaan Serologi
Uji serologi dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih sederhana
dan lebih cepat, tetapi kros reaksi antibodi antara virus dengue dan virus
dari kelompok flavirus dapat memberikan hasil positif palsu.
Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan
tinggi titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen
dengue dalam spesimen serta berpandangan. Dibuktikan adanya virus
dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara
immuno-flouresens, ataupun di dalam spesimen serum dengan uji ELISA.
d. Pemeriksaan Radiologi dan USG
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa
kelainan yang dapat dideteksi, yaitu : dilatasi pembuluh paru, efusi pleura,
kardiomegali, efusi perikard, hepatomegali, cairan dalam rongga peritoneum.
K. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak
<1th>1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th diberikan 5 mg/
kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20
- 30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun

9
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1
½ liter - 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
O2 pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter,
obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
3. Pencegahan
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF:
a Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
b Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
c Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu
sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang
paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu:
a) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –
kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b) Menutup rapat – rapat tempat penampung air .
c) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan.

10
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF
b. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-
3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit , gusi (grade
III. IV), melena atau hematemesis.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada klien terdahulu sebelum di
rawat, atau dahulu pernah di rawat. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada pasien DHF biasanya didapatkan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
Berdasarkan tingkatan DHF, sebagai berikut :

a) Grade I : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, tanda


tanda
vital dan nadi elmah.
b) Grade II : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada

11
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
c) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah
menurun.
d) Grade IV : Kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur,
ekstremitas dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
meliputi inspeksi,palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.

B. Diagnosa
1. Hipertermia
2. Defisit nutrisi
3. Resiko syok
4. Risiko perdarahan
5. Nyeri Akut
6. Pola napas tidak efektif
7. Hipovolemia

12
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


NO
(SLKI) (SIKI)
1 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan Label SIKI :
1. Manajemen hipertermia
selama ......x ...... diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi sesuai kriteria Observasi
 Identifikasi penyebab hipertermia
hasil :
 Monitoring suhu tubuh
Label SLKI :  Monitoring kadar elektrolit
Termoregulasi  Monitoring haluaran urine
 Monitoring komplikasi akibat hipertermia
a. Pasien tidak menggigil Terapeutik
b. Kulit pasien tidak merah  Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakian
c. Suhu Tubuh pasien dalam batas normal
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
(36 -37,5 C)  Berikan cairan oral
d. Suhu Kulit pasien tidak teraba hangat  Lakukan pendinginan eksternal
 Berikan oksigen, jika perlu
e. Pasien tidak pucat Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian elektrolit dan cairan
intravena
-

13
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Label SIKI :
1. Manajemen Nutrisi
selama ......x ...... diharapkan masalah
Observasi
keperawatan dapat teratasi sesuai kriteria  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
hasil :  Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Label SLKI :  Monitoring asupan makanan
Status Nutrisi  Monitoring berat badan
 Monitoring hasil pemeriksaan laboratorium
a. Porsi makanan dihabiskan meningkat Terapeutik
b. Berat badan pasien meingkat  Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
c. Indeks masa tubuh (IMT) pasien
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
membaik  Sajikanmakanan secara menarik dan suhu
yang sesuai.
d. Nafsu makan pasien meningkat
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
e. Perasaan cepat kenyang menurun konstipasi
f. Tidak adanya nyeri pada abdomen  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.

2. Promosi berat badan

14
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
 Monitor adanya mual muntah
 Monitoring berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum
Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan
 Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
 Hidangkan makanan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu.
 Berikan pujian pada pasien /keluarga
untuk peningkatan yang dicapai.
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
-

15
3 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan … SIKI Label :
x 24 jam diharapkan masalah pola napas 1. Manajemen Jalan Napas
dapat teratasi dengan kriteria hasil : Observasi
 Monitor pola napas
SLKI Label :  Monitor bunyi napas tambahan
Pola Napas
Kriteria Hasil Terapeutik
 Ventilasi semenit meningkat  Berikan minum hangat
 Kapasitas vital meningkat  Posisikan semi fowler atau fowler
 Tekanan ekspirasi meningkat
Edukasi
 Tekanan inspirasi meningkat  Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
 Dispnea menurun tidak kontraindikasi
 Penggunaan otot bantu napas menurun  Ajarkan teknik batuk efektif
 Pemanjangan fase ekspirasi menurun Kolaborasi
 Pernapasan cuping hidung menurun  Kolaborasi pemberian bronkodilator,
 Frekuensi napas membaik ekspektoran, mukolitik, jika perlu
 Kedalaman napas membaik
2. Dukungan ventilasi
Observasi
 Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas
 Identifikasi efek perubahan posisi
terhadap status pernapasan
 Monitor status respirasi dan oksigenasi
(mis. Frekuensi dan kedalaman napas,
penggunaan otot bantu napas, bunyi napas
tambahan, saturasi oksigen)

16
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Berikan posisi semi fowler atau fowler
 Fasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin
 Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
(mis. nasal kanul, masker wajah, masker
rebreathing atau non rebreathing)
 Gunakan bag-valve mask, jika perlu
Edukasi
 Ajarkan melakukan teknik relaksasi
napas dalam
 Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkhodilator,
jika perlu
4. Resiko Syok Setelah dilakukan asuhan keperawatan Label SIKI :
selama ......x......... Diharapkan masalah Pencegahan Syok
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria observasi
hasil :  Monitoring status kardiopulmonal
Label SLKI :  Monitoring status oksigenasi
Resiko Syok  Monitoring status cairan
 Kekuatan nadi meningkat  Monitoring tingkat kesadarandan respon
 Output urine meningkat pupil pasien
 Tingkat kesadaran pasien membaik  Periksa riwayat alergi pasien

17
 Akral dingin pasien menurun Terapeutik
 Pasien tidak pucat  Berikan oksigen untuk mempertahankan
 Tekanan darah pasien dalam batas saturasi oksigen >94%
normal  Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis
 Tekanan nadi pasien dalam batas  Pasangkan jalur IV
normal  Pasang kateter urine untuk menilai
 Frekuensi nadi pasien dalam batas produksi urine
normal  Lakukan skin test untuk mencegah alergi
 Frekuensi pernapasan pasien dalam Edukasi
batas normal  Jelaskan penyebab / faktor resiko syok
 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan melapor jika menemukan /
merasakan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan perbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian tranfusi darah
 Kolaborasi pemberian antiinfalamasi

18
5 Risiko Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Label SIKI : Pencegahan perdarahan
selama ....x....... Diharapkan masalah Observasi
keperawatan risiko perdarahan dapat  Monitoring tanda dan gejala perdarahan
teratasi dengan kriteria hasil :  Monitoring nilai hematokrit/hemoglobin
Label SLKI : sebelum dan setelah kehilangan darah
Tingkat Perdarahan  Monitoring tanda – tanda vital ortostatik
 Kelembapan membran mukosa  Monitoring koagulasi
pasien membaik Terapeutik
 Kelembapan kulit pasien normal  Pertahakan bed rest selama perdarahan
 Hematokrit pasien membaik  Batasi tindakan invansif
 Hemoglobin pasien membaik  Gunakan kasur pencegah dekubitus
 Hemoptisis pasien menurun  Hindari pengukuran rektal
 Hematemesis menurun Edukasi
 Hematuria menurun  Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
 Anjurkan menggunakan kaos kaki saat
ambulasi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
untuk menghindari konstipasi
 Anjurkan menghidari aspirin atau
antikoagulan
 Anjurkan meningkatkan asupan makanan
dan vitamin K
 Anjurkan segera melapor jika terjadi
pendarah
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan
 Kolaborasi pemberian produk darah
 Kolaborasi pemberian pelunak tinja

19
6. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Label SIKI : Manajemen Nyeri
selama ....x....... Diharapkan masalah Observasi
keperawatan nyeri akut dapat teratasi  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Label SLKI :  Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri  Identifkasi respon nyeri non verbal
 Keluhan nyeri pasien menurun  Monitoring tanda – tanda vital ortostatik
 Pasien tidak meringis  Monitoring koagulasi
 Sikap protektif pasien menurun Terapeutik
 Pasien tidak gelisah  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 Pasien tidak sulit tidur mengurangi rasa nyeri
 Frekuensi nadi pasien dalam batas  Kontrol lingkungan pasien yang
normal memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur pasien
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Jlaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitoring nyeri secara
mandiri
 Anjurkan penggunaan analgesik secara
tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik

20
7. Hipovolemia Kriteria hasil : Label SIKI :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Hipovolemia
…x… diharapkaan masalah keperawatan dapat 1. Monitor vital sign
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor
LABEL SLKI : 3. Status hidrasi (kelembaban membrane mukosa,
Status Cairan nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika
1) Mempertahankan urine output sesuai diperlukan
dengan usia dan BB normal 4. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam intake kalori harian
batas normal 5. Monitor status nutrisi
3) Tidak ada tanda- tanda dehidrasi 6. Monitor berat badan
4) Elastisitas turgor kulit baik, membrane 7. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang 8. Monitor respon pasien terhadap penambahan
berlebihan cairan
9. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
10. Dorong masukan oral
11. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
12. Timbang popok / pembalut jika diperlukan
13. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
14. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
15. Kolaborasi pemberian cairan IV

21
22
23
D. Implementasi Keperawatan
Dalam hal ini, perawat mengaplikasikan intervensi atau renacana yang sudah
ditetapkan sebbelumnya sesuai dnegan kondisi pasien, adapun yang harus
diperhatikan adalah:
a. Mencegah terjadinya komplikasi
b. Meningkatkan konsep diri dan penerimaan situasi
c. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, risiko
komplikasi dan kebutuhan pengobatan lainnya

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada
status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan
klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan)

24
DAFTAR PUSTAKA

Deden dkk, Keterampilan Dasar Keperawatan Proses dan Prosedur, Jilid 2, Jakarta.
2012

Hasyim M, Buku Pedoman Keperawatan, Jakarta, 2014

Kemenkes RI, Buku Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue, Jakarta, 2015

Potter, Fundamentals of Nursing : Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7, Jakarta,


2010

Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Nanda & Nic Noc, Jakarta, 2015

SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesi. Jakarta: DPP PPNI

25

Anda mungkin juga menyukai