Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN


DHF (DENGUE HEMORRAGIC FEVER)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing :
Paul Joae Brett Nito, Ns., M.Kep

Oleh :
Lulu Rissi Chairunnisa NIM: 11194561911021

FAKULTAS KESEHATAN
ALIH JENJANG JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN An. R DENGAN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)
DIRUANG DAHLIA
RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas

Di Susun Oleh :

LULU RISSI CHAIRUNNISA


NIM : 11194561911021

Banjarmasin, April 2020

Dosen Pembimbing

Paul Joae Brett Nito, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIK. 1166102014068
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah. (Suriadi,
2006: 57).
Sampai sekarang penyakit demam berdarah dengue masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit dengue
hemorrhagic fever tercatat pertama kali di Asia pada tahun di 1954,
sedangkan di Indonesia penyakit demam berdarah dengue pertama kali
ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58 kasus DHF dengan
24 kematian (CFR: 41,5%) dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di
Indonesia. ( Soegijanto, 2006)
Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus dengue
hemorrhagic fever, karena tempat hidup nyamuk hampir seluruhnya
adalah buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak
mandi. Karena itu, 10 kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya
merupakan ibukota provinsi yang padat penduduknya. Data kementerian
kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat jumlah kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 150
ribu. Angka ini cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus
demam berdarah dengue di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang.
Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari
0,89% 2 pada tahun 2009 menjadi 0,87% pada pada 2010. Ini berarti ada
sekitar 1.420 korban tewas akibat demam berdarah dengue pada 2009
dan sekitar 1.317 korban tewas pada tahun 2010. ( Pramudiarja, 2011)
Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue
pulih dalam waktu dua minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat
berlanjut selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kasus
kematian akibat DHF (dengue hemorrhagic fever) sering terjadi pada
anak-anak, hal ini disebabkan selain karena kondisi daya tahan anak-
anak tidak sebagus orang dewasa, juga karena sistem imun anak-anak
belum sempurna. Penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever) jika tidak
mendapatkan perawatan yang memadai dan gejala klinis yang semakin
berat yang mengarahkan pada gangguan pembuluh darah dan gangguan
hati dapat mengalami perdarahan hebat, syok dan dapat menyebabkan
kematian. (Hanifah, 2011)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
Asuhan keperawatan yang benar pada pasien Dengue
Hemorrhagic Fever. 2.
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini
adalah agar penulis mampu :
a) Melaksanakan pengkajian pada px anak dengan dengue
haemorragic fever
b) Menegakkan diagnosa keperawatan pada px anak dengan
dengue haemorragic fever 4
c) Menyusun intervensi keperawatan pada px anak dengan
dengue haemorragic fever
d) Melaksanakan implementasi keperawatan pada px anak
dengan dengue haemorragic fever
e) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada px anak dengan
dengue haemorragic fever
C. Manfaat
Manfaat penulisan ini adalah :
1. Instalasi pendidikan
Agar dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang
perkembangan ilmu keperawatan, terutama kajian pada anak
dengan dengue hemorrhagic fever
2. Penulis
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman
tentang perawatan pada anak dengan dengue hemorrhagic fever.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. (Susilaningrum dkk,
2013).
Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh karena virus dengue yang termasuk golongan arbovirus
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal
dengan sebutan Demam Berdarah (DBD). (Hidayat, 2008)
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi
virus yang menimbulkan demam akut disertai dengan manifestasi
perdarahan yang bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Sunyataningkamto, 2009).
Demam dengue / DHF dan demam berdarah dengue / DBD
( Dengue hemoragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan / atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragic (Suhendro dkk, 2007).
Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang
terjadi pada penderita dengue haemoragic fever (DHF) atau Demam
Berdarah Dengue (DBD) (sumarmo dkk , 2008).
Dari beberapa pendapat pengertian diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dengue haemoragic fever adalah suatu penyakit
yang disebabkan virus dengue golongan arbovirus yang ditularkan oleh
gigitan nyamuk aedes aegypti dan dapat mengakibatkan kematian.
B. Etiologi
Penyebab dengue hemorhagic fever (DHF) dinamakan virus
dengue tipe 1, tipe 2, tipe 3,tipe 4. Vektor dari DHF adalah Aedes
aegypti, aedes albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni,
aedes polynesis, aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae (Sumarmo,
2005).
Virus dengue termasuk Flavivirus secara serologi terdapat 4 tipe
yaitu tipe1, tipe 2, tipe 3, tipe 4. Dikenal 3 macam arbovirus
Chikungunyam Onyong-nyong dari genus Togavirus dan West Nile Fever
dari genus Flavivirus, yang mengakibatkan gejala demam dan ruam yang
mirip DB (Widagdo, 2011).
C. Manifestasi Klinis
Kriteria kliniknya yaitu demam tinggi mendadak dan terus menerus
selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas dan hamper tidak dapat
dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan: manipulasi (uji
torniquet positif) dan spontan (petekie, ekimose, perdaharahan gusi,
hemetemesis atau melena), pembesaran hati, dan syok. Sedangkan
kriteria laboratoriknya adalah trombositopenia: jumlah trombosit ≤
100.000/mm3 dan hemokonsentrasi: meningginya nilai hematokrit atau
Hb ≥20% dibandingkan dengan nilai pada masa konvalesense
(Rampengan, 2007).
Tanda-tanda lanjut kelebihan cairan yang berat (WHO,2009) :
1. Edema paru
2. Sianosis
3. Syok ireversibel
D. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh kemudian akan beraksi dengan
antibody dan terbentukalah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen, akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya pemeabilitas
dinding pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok)
(Suriadi, 2010).
E. Pathway
F. Anatomi dan Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi (membawa nutrisi
ke seluruh tubuh dan oksigen ke paru-paru kemudian diedarkan ke
seluruh tubuh). Darah mempunyai 2 komponen yaitu padat dan cair.
Bagian padat terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Komponen padat
merupakan 45% dari seluruh volume darah dan 55 % adalah plasma
yang termasuk komponen cair.
1. Eritrosit
Eritrosit dibuat di sumsum tulang yang masih berinti, dalam
pembentukannya dibutuhkan zat besi, Vit B12, asamfolat, dan rantai
globulin yang merupakan senyawa protein. Pematangan eritrosit
diperlukan hormon eritropoetin yang diproduksi oleh ginjal. Umur
peredarannya 105-120 hari. Eritrosit dihancurkan di limfa. Jumlah
normalnya pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3 pada perempuan 4,8 juta
sel/mm3.
2. Leukosit
Leukosit fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh dengan
cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada
5 jenis leukosit yaitu: neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit.
Jumlah normal leukosit 5000-9000 /mm3.
3. Trombosit
Trombosit merupakan keping-keping darah yang dibuat di sumsum
tulang, paru-paru, limfa. Umur peredarannya hanya 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan:
a. Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
b. Daya adesi (saling melekat)
c. Daya agregasi berkelompok)
Trombosit berfungsi sebagai pembekuan darah dan penghentian
perdarahan, begitu pula kerusakan dinding pembuluh darah trombosit
akan berkumpul di situ, dan menutup lubang kebocoran dengan
saling melekat, berkelompok menggumpal dan kemudian dilanjutkan
dengan proses pembekuan darah, jumlah trombosit 150.000-450.000
keping/mm3.
4. Plasma darah
Plasma merupakan bagian yang encer tanpa sel-sel darah, berwarna
kekuningan hampir 40% terdiri dari air. Struktur dinding kapiler
tersusun atas 1 lapisan uniseluler selsel endotelial dan di sebelah
luarnya dikelilingi membran dasar ada 2 jalan penghubung yaitu
celah intraseluler yang merupakan celah tipis diantara sel-sel
endotelial. Tiap celah ini diselingi sekelompok protein yang mengikat
sel endotelial agar bersama-sama. Celah tersebut berada di tepi
endotelial, pada sel endotelial terdapat juga banyak gelombang
plasmalemal untuk menghambat paket plasma kecil/cairan
ekstraselular. Proses pemindahan dan cairan melalui difusi, zat-zat
yang larut dalam lemak dapat berdifusi secara langsung melewati
dinding endotelial kapiler, zat yang larut dalam lemak terutama O2
dan CO2. Zat yang larut dalam air hanya dapat berdifusi melalui pori-
pori interseluler pada membran kapiler. Zat tersebut misalnya
natrium, klorida dan ari itu sendiri. Tekanan dalam kapiler cenderung
mendorong cairan dan zat terlarutnya melewati pori-pori kapiler ke
dalam ruang interstisial, sebaliknya tekanan osmotik yang ditimbulkan
oleh protein plasma cenderung menimbulkan gerakan cairan osmosis
dari ruang interstisial ke dalam darah. Tekanan osmotik ini mencegah
hilangnya volume cairan yang cukup bermakna dari darah ke dalam
ruang interstisial.
G. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Susalaningrum,R. (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF
akan dijumpai sebagai berikut:
a. Hb dan PCV meningkat (> 20 %).
b. Trmbisitopenia (< 100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig.D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatremia.
f. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
I. Pencegahan
Menurut Prasetyono, D.S (2013) pencegahan yang dilakukan dengan
cara menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi sampe sore, karena
nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Hindari pula lokasi
yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada
penderita DBD-nya. Berikut beberapa cara paling efektif dalam
mencegah penyakit DBD:
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) di tempat
air kolam
3. Pengasapan (fogging) dengan menggunakan malathion dan fenthion.
4. Memberikan bubuk abate (themophos) pada tempat-tempat
penampungan air, seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-
lain.
J. Penatalaksanaan
Menurut WHO, (2009) Tatalaksana DHF yaitu :
a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit Berikan anak banyak minum larutan
oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan
yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare. Berikan
parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
b) Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
c) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap
6 jam
d) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana
sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi (compensated
shock).
b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4
L/menit secarra nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti
Ringer laktat/asetat secepatnya. Jika tidak menunjukkan perbaikan
klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal
30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam
maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi
hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya
perdarahan tersembunyi; berikan transfuse darah/komponen. Jika
terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6
jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium. Dalam banyak kasus,
cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak
kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
c. Tatalaksana komplikasi perdarahan
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila
tidak, beri koloid dan segera rujuk.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat,
agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Panas / demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun
dengan tanda-tanda lemah,ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba
dingin dan lembab. Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan
perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi,Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga
ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yangkurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
7. Riwayat Tumbuh Kembang Anak 
Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
8. ADL
a) Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
b) Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan da
pat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal- pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.
c) Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan ny
eri.
d) Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
e) Personal Hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas
dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
9. Pemeriksaan
a) Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1°C), menggigil,
hipotensi,nadi cepat dan lemah.
b) Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
c) Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadan
g).
d) Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
e) Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada k
eadaan dehidrasi turgor kulit menurun.
f) Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
g) Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
10. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
a) Hb dan PCV meningkat (≥20%).
b) Trombositopenia (≤100.000/ml).
c) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
d) Ig.D.dengue positif.
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan :
hipoprotinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
f) Urium dan PH darah mungkin meningkat.
g) Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
h) SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic – Noc (2015), diagnosa yang mungkin muncul pada kasua
DHF yaitu :
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas
terganggu akibat spasme otot-otot pernapasan, nyeri, hipoventilasi.
b. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus.
c. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
d. Risiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
f. Risiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
g. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, dan
perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
minimnya sumber informasi dan mengingat informasi.
C. Rencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit DHF menurut
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic – Noc (2015), yaitu :
a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan: Anak menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal.
Kriteria Hasil :
1) Suhu tubuh 36-37
2) Pasien bebas dari demam.
Intervensi :
1) Observasi suhu tiap 3 jam.
2) Beri kompres hangat dan dingin bila suhu > 38oC.
3) Berikan minum 2-2,5 liter/24 jam bila tanpa kontraindikasi.
4) Anjurkan menggunakan pakaian tipis.
5) Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas.
6) Kolaborasi medik untuk pemberian antipiretik.
b. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan: Cairan dan elektrolit dapat terpenuhi selama perawatan.
Kriteria hasil :
1) TTV (nadi, tensi) dalam batas normal.
2) Turgor kulit kembali dalam 1 detik.
3) Ubun-ubun datar.
4) Produksi urine 1 cc/ kg/ BB/ jam.
5) Tidak terjadi syok hipovolemik.
Intervensi:
1) Observasi keadaan umum (turgor kulit, palpebrae)
2) Kaji TTV (suhu, nadi, TD) tiap 4 jam.
3) Hitung balance cairan.
4) Berikan minum 2-2,5 liter/24 jam.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi cairan dan
cek serum elektrolit.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan BB tidak turun,
mual, muntah, tidak ada selama 3-5 hari perawatan.
Kriteria hasil :
1) Adanya minat/ selera makan.
2) Porsi makansesuai kebutuhan.
3) BB dipertahankan sesuai usia.
4) BB meningkat sesuai usia.
Intervensi:
1) Observasi keadaan umum (mual, muntah, anoreksia).
2) Berikan makan porsi kecil tiap 3 jam.
3) Hidangkan makanan hangat dan menarik.
4) Libatkan keluarga untuk mensupport klien.
5) Ajarkan teknik relaksasi.
6) Kolaborasi medik untuk pemberian anti muntah.
d. Risiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit.
Tujuan: Tidak terjadi perdarahan dan jumlah trombosit meningkat
selama 5 hari perawatan.
Intervensi:
1) Observasi TTV dan keadaan umum.
2) Observasi tanda-tanda perdarahan (epistaksis, hematemesis,
melena).
3) Anjurkan membatasi aktivitas.
4) Jauhkan dari risiko trauma (berikan sikat gigi yang lembut,
gunting kuku).
5) Perhatikan asupan nutrisi.
6) Kolaborasi dokter untuk pemberian cairan infus anti perdarahan
dan cek lab.
e. Resiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan hebat.
Tujuan: Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil :
1) TTV dalam batas normal
2) Keadaan umum baik, selama 5 hari perawatan.
Intervensi:
1) Kaji keadaan umum.
2) Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3) Kaji tanda-tanda perdarahan.
4) Catat intake dan output.
5) Berikan transfusi sesuai dengan program dokter.
f. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas
terganggu akibat spasme otot-otot pernapasan, nyeri, hipoventilasi.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif, bunyi nafas normal atau bersih,
TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru
mengembang.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat
upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan /
pelebaran nasal.
2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti
krekels, wheezing.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
4) Observasi pola batuk dan karakter sekret.
5) Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
g. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, dan
perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
minimnya sumber informasi dan mengingat informasi.
Tujuan : orang tua mampu menjelaskan pemahaman tentang kondisi,
dan proses pengobatan
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya
dan kondisinya sekarang
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet
makanannya
4) Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan
lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit.
D. PELAKSANAAN
Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana askep pada anak dengan DBD/
DHF:
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan cairan.
2. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
3. Mempertahankan kebutuhan nutrisi.
4. Mempertahankan perfusi jaringan perifer agar tetap adekuat.
5. Mempertahankan rasa nyaman pasien.
6. Mengurangi kecemasan klien.
E. EVALUASI
1. Mengukur pencapaian tujuan.
2. Membandingkan tujuan yang telah ditetapkan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. R
Umur : 14 thn
Alamat : Jl. Cilik Riwut. Kuala kapuas
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. M
Pendidikan : SMP
Nama Ayah : Tn. K
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Diagnosa Medik : DBD
Pengkajian tanggal : 25 Mei 2019 pukul 14.30 WIB
2. Keluhan Utama :
Ibu klien mengatakan klien demam.

3. Riwayat penyakit sekarang :


Ibu pasien mangatakan pasien panas badannya sudah 6 hari sejak
hari minggu 19 Mei 2019 berobat ke puskesmas hari selasa panas
turun rabu panas lagi dibawa ke Dokter hari minggu pasien masih
panas dan merasa lemas sehingga di bawa ke IGD RSUD Soemarno
Sosroatmodjo Kuala Kapuas sabtu tanggal 25 Mei 2019 kemudian
masuk di ruang Dahlia.

4. Riwayat penyakit dahulu


Sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah Sakit umur 10 bulan
karena diare.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini
menderita sakit DBD.
6. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan, dengan berat badan lahir 2,9
kg ditolong oleh bidan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak
mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.

7. Kondisi lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal
dekat kali kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk
menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras setiap
seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang
yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan
wilayah belum pernah difogging.

8. Pengkajian Persistem
a. Pola persepsi dan kesehatan
DS : orang tua pasien mengatakan bahwa kesehatan sangat
penting. Ibu pasien mengatakan belum terlalu paham dengan
penyakit yang dialami anaknya.
DO : An. R di rawat di ruang Dahlia nomor 7B. Ibu pasien tampak
sering bertanya
b. Pola nutrisi dan metabolik
DS :keluarga pasien mengatakan bahwa An. R susah makan,
nafsu makan berkurang, pasien mengeluh mual, klien tampak
kurus, minumnya lumayan banyak
DO : pasien hanya menghabiskan ¼ makanan yang disediakan di
rumah sakit dan menghabiskan minum air meniral sekitar
700ml (setengah botol mineral 1500ml)
c. Pola eliminasi
DS : orang tua pasien mengatakan BAB dan BAK lancar
DO : pasien mengatakan BAB 1 x sehari, konsistensi baik tidak
mengandung air berlebih. BAK lancar kurang lebih 4-5 x
sehariberwarna kuning tidak pekat.
d. Pola akivitas dan latihan
DS : pasien mengatakan badanya masih lemes.
DO : aktifitas pasien masih di bantu keluarga, seperti berdiri dari
tempat tidur dan kekamar mandi.
e. Pola istirahat dan tidur
DS : pasien dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman
DO : pasien tidur selama 9 jam dan tidak ada lingkar mata.
f. Pola kognitif dan persepsi
DS :orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidak ada
masalah dengan pengelihatannya dan pendengarnya
DO : pasien dapat menjawab dengan baik, sklera mata tidak
ikterik, tidak ada sianosis dan serumen pada teliga ada
sedikit.
g. Pola persepsi dan konsep diri
DS : orang tua pasien mengatakan ingin anaknya cepat sembuh.
DO : pasien selalu kooperatif dalam tindakan keperawatan yang
dilakukan
h. Pola peran dan hubungan
DS : pasien mengatakan ia lebih suka bercerita dengan ibunya
tentang masalahnya
DO : pasien sering di tunggui oleh ibunya

i. Pola koping dan toleransi stres


DS : orang tua pasien mengatakan pasien rajin memakan obat
dari rumah sakit.
DO : pasien terlihat meminum obatnya.
j. Pola seksual
DS : orang tua pasien mengatakan anaknya berprilaku seperti
anak laki laki lainnya,
DO : pasien berjenis kalamin laki-laki
k. Pola nilai dan keyakinan
DS : orang tua pasien mengatakan anaknya beragama islam
DO : pasien selalu bersikap sabar dan istighfar bila merasa
kesakitan
9. Keadaan Saat Ini
Diagnosa Medis : DHF (Dengue Hemoragic Fever)
Tindakan Operasi : Tidak ada
Status Nutrisi : BB : 24 Kg, TB 135 Cm.
Status Cairan : Tidak terkaji
Aktifitas : Ibu klien mengatakan anak nya lemas, aktivitas
dibantu keluarga atau orang tua seperti bangun,
dan kekamar mandi.
10. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis
Tanda-tanda vital : TD : 90/60 mmHg
S : 38,60C
RR : 32 x / menit
N : 108 x / menit
Berat badan : 26 Kg
Betuk Kepala : mesocepal
Rambut : pendek bersih
Telinga : simetris tidak ada serumen yang berlebih
Mata : simetris tidak ada sianosis dan lingkar hitam di
bawah mata.
Hidung : tidak terdapat polip dan tidak terliahat
pernafasan cuping hidung
Mulut : mukosa kering, tidak ada sariawan dan tidak
ada karies gigi
Dada : datar simetris
Jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan
Paru-paru : tidak ada bunyi ronchi,
Abdomen : tidak ada nyeri tekan. Tidak teraba hepar
Punggung : tidak ada sklereosis dan kelainan tulang lainnya
Genetalia : pasien berjenis kelamin laki-laki
Ekstermitas : Klien mengeluh badan nya nyeri/pegal-pegal.
Atas : terpasang infus di tangan
sebela kiri
Bawah : anggota gerak bawah lengkap tidak
ada kekurangan.
Kulit : turgor kulit buruk

11. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Hasil satuan Nilai normal
Hematologi
CBC
Hemoglobin 14.2 g/dL 11.5-15.5
Leukosit 7.83 103/ul 4.5-14.5
Hematokrit 41.3 % 35.5-45.5
Eritrosit 5.54 106/ul 4.5-14.5
Trombosit L 60 103/ul 150-450
MCV L74.5 fL 79.0-99.0
MCH L25.6 pg 27.0-31.0
MCHC 34.4 g/dL 33.0-37.0
RDW H % 11.5-14.5
MPV H14.9 7.2-11.1
SERO
IMUNOLOGI Reaktif Non Reaktif
Dengue IgG Non Reaktif Non Reaktif
Dengue IgM

12. Terapi
IVFD RL 20 tpm
Injeksi Ranitidine 2x ½ ampul (2x25mg)
Tab Paracetamol 3x250 mg

B. DATA FOKUS
1) Data Subyektif :
1. Ibu pasien mengatakan pasien demam
2. Ibu pasien mengatakan anaknya lemas, sering berkeringat dingin
3. Orang tua pasien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting.
Ibu pasien mengatakan belum terlalu paham dengan penyakit
yang dialami anaknya.
4. Keluarga pasien mengatakan bahwa An. R susah makan, nafsu
makan berkurang, pasien mengeluh mual
5. Klien mengatakan nyeri pada seluruh badan (nyeri otot)
2) Data Obyektif :
1. Inspeksi :
a) Pasien terlihat lemah
b) Mukosa kering
c) An. R di rawat di ruang Dahlia nomor 7B. Ibu pasien tampak
sering bertanya
d) Pasien hanya menghabiskan 1/4 makanan yang disediakan di
rumah sakit, klien tampak kurus
e) Klien terlihat lemas
f) Klien terlihat menahan sakit
2. Palpasi : Turgor kulit buruk
3. Perkusi : -
4. Auskultasi : -
TTV: TD :90/60 mmHg
N :104 x / menit
S : 38,60C
RR: 32x / menit
Trombosit : 60

C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Ibu pasien mengatakan Proses infeksi Hipertermi
pasien demam (virus dengue)
DO:
- TTV: TD :90/60 mmHg
N :104 x / menit
S : 38,60C
RR: 32x / menit
- Mukosa kering
2. DS: Ibu pasien mengatakan Kehilangan cairan Defisit volume
anaknya lemas, sering secara aktif cairan
berkeringat dingin
DO : Trombosit : 60
Pasien terlihat lemah
Mukosa kering
Turgor kulit buruk
3. DS: orang tua pasien Tidak mengetahui Kurang
mengatakan bahwa sumber-sumber pengetahuan
kesehatan sangat penting. informasi
Ibu pasien
mengatakan belum terlalu
paham dengan penyakit
yang dialami anaknya.
DO : An. R di rawat di ruang
Dahlia nomor 7B. Ibu
pasien tampak sering
bertanya
4. DS : keluarga pasien Intake nutrisi yang Risiko
mengatakan bahwa An. R tidak adekuat gangguan
susah makan, nafsu akibat mual dan pemenuhan
makan berkurang, pasien nafsu makan yang kebutuhan
mengeluh mual menurun nutrisi kurang
DO : pasien hanya dari kebutuhan
menghabiskan 1/4 tubuh
makanan yang disediakan
di rumah sakit, klien
tampak kurus
5. DS : Klien mengatakan nyeri Proses patologis Nyeri
pada seluruh badan (nyeri penyakit
otot)
DO : Klien terlihat lemas
Klien terlihat menahan
sakit

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi (virus dengue)
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan secara aktif
3. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menuru
4. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui
sumber-sumber informasi

E. PERENCANAAN
No Hari / Diagnosa
NOC NIC
. Tanggal Keperawatan
1. Sabtu, Hipertermi Setelah dilakuakan Fever treatment :
berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor suhu
25/03/2
dengan proses selama 1 x 24 jam sesering mungkin
019 infeksi (virus diharapkan suhu tubuh 2. Monitor IWL
dengue) kembali normal 3. Monitor warna dan
Kriteria hasil: suhu kulit
4. Monitor tekanan
ThermoregulationKriteria
darah, nadi dan
Hasil :
RR
1. Suhu tubuh dalam
5. Monitor penurunan
rentang normal
tingkat kesadaran
2. Nadi dan RR dalam
6. Monitor WBC, Hb,
rentang normal
dan Hct
3. Tidak adaperubahan
7. Berikan anti piretik
warna kulit dan tidak
8. Selimuti pasien
ada pusing, merasa
9. Berikan cairan
nyaman
intravena
10. Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
Temperature
regulation :
1. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
2. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
3. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
4. Berikan anti piretik
jika perlu Vital sign
Monitoring
5. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Sabtu, Risiko Setelah dilakukan Nutrition
25/03/2 gangguan tindakan keperawatan Management:
019 pemenuhan selama 1 x 24 jam 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan diharapkan pemenuhan makanan
nutrisi kurang nutrisi teratasi. 2. Kolaborasi dengan
dari kebutuhan Kriteria hasil : ahli gizi untuk
tubuh b/d Nutritional Status : food menentukan jumlah
intake nutrisi and Fluid Intake kalori dan nutrisi
yang tidak 1. Adanya peningkatan yang dibutuhkan
adekuat akibat berat badan sesuai pasien
mual dan dengan tujuan 3. Anjurkan pasien
nafsu makan 2. Berat badan ideal untuk meningkatkan
yang menurun sesuai dengan tinggi protein dan vitamin
badan C
3. Mampu 4. Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi
4. Tidak ada tanda serat untuk
tanda malnutrisi mencegah
5. Tidak terjadi konstipasi
penurunan berat 5. Ajarkan pasien
badan yang berat bagaimana
membuat catatan
makanan harian
6. Monitor jumlah
nutrisi
dankandungan
kalori
7. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring:
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
6. Monitor mual dan
muntah
7. Monitor kadar
albumin,
totalprotein, Hb,
dan kadar Ht
8. Monitor pucat,
kemerahan,dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
9. Catat adanya
edema,hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral.
10. Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet
3. Resiko defisit Setelah dilakukan Fluid management :
volume cairan
tindakan keperawatan 1. Pertahankan
berhubungan
dengan selama 1 x 24 jam catatan intake dan
kehilangan
diharapkan deficit output yang akurat
cairan secara
aktif volume cairan tidak 2. Monitor status
terjadi dengan : hidrasi
1. Fluid balance (kelembaban
2. Hydration membrane
3. Nutritional Status : mukosa, nadi
Food and fluid intake adekuat, tekanan
Kriteria Hasil : darah ortostatik )
1. Mempertahankan jika diperlukan
urine output sesuai 3. Monitor hasil lab
dengan usia dan BB, yang sesuai
BJ urine normal, HT dengan retensi
normal cairan( BUN, Hmt,
2. Tekanan darah,nadi osmolalitas urine)
dan suhu tubuh 4. Monitor vital sign
dalam batas normal 5. Monitor masukan
3. Tidak ada tanda makanan atau
dehidrasi, elastisitas cairan dan hitung
turgor kulit baik, intake kalori
membrane mukosa harian.
lembab,tidak ada 6. Kolaborasi
rasa haus berlebihan. pemberian cairan
IV
7. Monitor status
nutrisi
8. Berikan cairan
9. Berikan Diuretik
sesuai interuksi
10. Berikan cairan IV
pada suhu
ruangan
11. Dorong masukan
oral
12. Berikan
penggantian
nasogatrik sesuai
output
13. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan .
14. Tawarkan snack
(jus buah , buah
segar)
15. Kolaborasikan
dokter jika tanda
cairan berlebih
muncul memburuk
16. Atur kemungkinan
transfuse
17. Persiapan untuk
transfuse
4. Nyeri Setelah dilakukan Pain Management :
berhubungan
tindakan keperawatan 1. Lakukan
dengan proses
patologis selama 1 x 24 jam pengkajian nyeri
penyakit
diharapkan nyeri teratasi secara
dengan : komprehensif
1. Pain Level termasuk lokasi,
2. Pain control karakteristik,
3. Comfort level durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas dan faktor
1. Mampumengontrol presipitasi
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi
nyeri, melaporkan non verbal dari
bahwa nyeri ketidak nyamanan
berkurang dengan 3. Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri
manajemen nyeri 4. Pilih dan
2. Mampu mengenali lakukanpenangana
nyeri (skala, n nyeri
intensitas,frekuensi (farmakologi,non
dan tanda nyeri) farmakologi dan
3. Menyatakan rasa inter personal)
nyaman setelah nyeri 5. Kaji tipe dan
berkurang sumber nyeriuntuk
4. Tanda vital dalam menentukan
rentang normal intervensi
6. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
7. Berikan analgetik
untukmengurangi
nyeri
8. Evaluasi
keefektifan control
nyeri
9. Tingkatkan
istirahat
Analgesic
Administration:
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualita
s, dan derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
5. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
6. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik pertama
kali
7. Evaluasi
efektivitasan
algesik, tanda dan
gejala (efek
samping)
5. Kurang Setelah dilakuakan 1. Kaji tingkat
pengetahuan pengetahuan
asuhan keperawatan
berhubungan pasien dan
dengan tidak selama 1 x 24 jam keluarga
mengetahui 2. Jelaskan
diharapkan pasien dapat
sumber- patofisiologi dari
sumber menunjukan penyakit dan
informasi bagaimana hal ini
pengetahuan tentang
berhubungan
proses penyakit. dengan anatomi
dan fisiologi sengan
Kriteria Hasil :
cara yang tepat
1. Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda
dan gejala yang
menyatakan
tepat
pemahaman tentang 4. Gambarkan proses
penyakit dengan
penyakit, kondisi,
cara yang tepat
prognosis dan 5. Identifikasi
kemungkinan
program pengobatan
penyebeb dengan
2. Pasien dan keluarga cara yang tepat
6. Diskusikan pilihan
mampu
terapi atau
melaksanakan penanganan
7. Dukungan pasien
prosedur yang
untuk
dijelaskan secara mengekplorasi atau
mendapatkan
benar
second opinion
3. Pasien dan keluarga dengan cara yang
tepat atau
mampu menjelaskan
diidentifikasikan
kembali apa yang 8. Eksplorasi
kemungkinan
dijelaskan
sumber atau
perawat/tim dukungan dengan
cara yang tepat
kesehatan lainnya

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Christantic. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi.
Jakarta : Insan Utama

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta : EGC

Nanda NIC-NOC. 2018. Diagnosis Keperawatan, definisi, dan klasifikasi.


Penerbit Buku Kedokteran

Nelson. (1997). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta : EGC

Widyorini P, Shafrin Ka, Wahyuningsih Ne, Murwani, R, Suhartono. Dengue


Hemorrhagic Fever (DHF) Cases In Semarang City Are Related To Air
Temperature, Humidity, And Rainfall. 2016;P1-2.

Anda mungkin juga menyukai