Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dengan yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia). Selama

dua dekade terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue (dengue

fever, DF), demam berdarah (dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok

dengue (dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan peningkatan yang dramatis di

seluruh dunia. The World Health Report 1996, menyatakan bahwa”kemunculan

kembali penyakit infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah

diraih sampai sejauh ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan

kemakmuran sia-sia belaka”. Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa”

penyakit infeksius tersebut berkisar dari penyakit yang terjadi di daerah tropis (seperti

malaria dan DHF yang sering terjadi di negara berkembang) hingga penyakit yang

ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis dan penyakit menular seksual [PMS],

termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang disebarkan melalui makanan yang

mempengaruhi sejumlah besar penduduk dunia baik di negara miskin maupun kaya.

Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu resolusi

tentang pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa pengokohan

pencegahan dan pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun nasional

harus menjadi salah satu prioritas dari Negara Anggota WHO tempat endemiknya

penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang dikembangkan untuk

mengatasi penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan oleh

negara terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3) mengencarkan

promosi kesehatan, (4) memperkuat riset, (5) memperluas surveilens dengue, (6)
pemberian panduadalam hal pengendalian vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya

eksternal untuk pencegahan penyakit harus menjadi prioritas.

Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan pengendalian dengue,

strategi global untuk operasionalitas kegiatan pengendalian vektor dikembangkan

berdasarkan komponen utama seperti, tindakan pengendalian nyamuk yang selektif

terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja sama antarsektor, persiapan

kedaruratan, dll. Salah satu penopang utama dalam strategi global adalah peningkatan

surveilans yang aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan laboratorium yang akurat

terhadap DF/DHF dan vektornya. Agar berjalan lancar, setiap negara endemik harus

memasukkan penyakit DHF menjadi salah satu jenis penyakit yang harus dilaporkan.

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi DBD ?

2. Bagaimana etiologi dari demam berdarah ?

3. Bagaimana patofisiologi demam berdarah ?

4. Bagaimana manifestasi klinik demam berdarah ?

5. Bagaimana komplikasi demam berdarah ?

6. Bagaiamana pemeriksaan penunjang dari demam berdarah ?

7. Bagaimana pathway dari demam berdarah ?

8. Bagaimana asuhan keperawatan demam berdarah ?

C. Tujuan penulisan

Untuk menngetahui definisi , etiologi,patofisiologi , manifestasi klinik ,

komplikasi, pemeriksaan penunjang , pathway serta asuhan keperawatan dari

demam berdarah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep medis

1. Definisi

Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty)(Ngastiyah, 2005)Demam

berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam

manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang

dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000).Dengue hemoragic

fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan

gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan

/ tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-

bintik perdarahan(Noer Syaifullah, 2000).Jadi demam berdarah dengue

adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan

menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan

dapat menyebabkan kematian.Untuk memahami DHF perlu pemahaman

terkait Anatomo fisiologi pada sistem sirkulasi.

2. Etiologi

Penyebab penyakit Dengue Hemorragic Fever (DHF)atau demam berdarah

adalah Virus Dengue, di indonesia virus tersebut sampai saat ini telah di

isolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup B dalam

Arthropedi bone viruses (arbu viruses), yaitu DEN1,DEN -2,DEN-3, dan

DEN-4.Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi


penyebab terbanyak.Di Thailand, di laporka bahwa serotipe DEN-2 adalah

dominan.sementara di Indnesia, yang terutama domian adalah DEN-3,

tetapi akhir-akhir ini ada kecenderungan doinansi DEN-2.Infeksi oleh salah

satu serotipe meninbulkan anti badi seumur hidup terhadap serotipe

bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.Virus

dengue terutama di tularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti.nyamuk

aedes albopictus, aedes poly nesiensis, dan beberapa spesies lain kurang

berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh indonesia kecuali di

ketinggian lebi dari 1000 m di atas permukaan laut. Mekanisme sebenarnya

mengenai patofisiologi,hemodinamika,dan biokimia DHF hingga kini belum

di ketahu secara pasti. Sebagian besar sarjana masih menganut The

Secondary Heterologous Infection Hyphotesis ata The Sequential Infection

Hyphotesis dari Halsteel yang menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila

seorang seteleh terinfeksi degue untuk pertamakalinya mendapat infeksi

berulang dengantipe virus dengue yang berbeda (Nursalam,2005).

3. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab

yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot,

pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik

merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo

endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan

limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas

dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding


kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler

atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan

volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem

reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti

body yang akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia.Akibat lain dari virus

dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang

sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan

perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan

akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin.Plasma merembas

sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada

pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30%

atau lebih. Bila renjatanhipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma

yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, 14

asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari

ke-3 dan ke-7.Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan

adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,

trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit

dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan

fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa

terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,

purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada

traktus gastrointestinal(Rampengan,1997).

4. Manifestasi klinik
Kasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan

mendadak yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai

dengan kejang demam,sakit kepala,anoreksia,muntah-

muntah(vomiting),epigastric,disco-mfort,nyeri perut kana atas atau seluruh

bagian perut; dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,walaupun hanya

berupa uji tuorniquet poistif. Selain itu, perdarahan kulit dapat terwujud

memar atau dapat juga dapat berupa perdarahan spontan mulai dari

ptechiae(muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama

3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan

perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinalmasif lebih jarang

terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang

berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan

lain seperti perdarahan sub konjungtiva terkadang juga di temukan. Pada

masa 15 konvalisen sering kali di temukan eritema pada telapak tangan dan

kaki dan hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada

permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratanya

penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa ikterus maupun

kegagalan peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam, 2005).Tanda

dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa

inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai berikut

1.Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari

2.Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti

perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis,Hematemesis,

Hematuri, dan melena)

3.Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)


4.Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah

menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20

mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama

pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar

mulut.Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF

gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita

DHF adalah:

a.Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu

menelan.

b.Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,

konstipasi

c.Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,

tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada

saluran tubuh dll.

d.Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah

thrombocytopenia (kurang atau sama dengan 100.000 mm) dan

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20 %)

5. Komplikasi

Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani

akan menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :

1.Perdarahan Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan

vaskuler, penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³

dan 22 koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya

megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup

trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi,


purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan

melena.

2.Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi

sesudah hari ke 2 –7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler

sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura

dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang

mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,

miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi

atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.DSS juga disertai

dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan integritas

system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi

darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel

secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga

pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.

3.Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang

berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada

lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit

yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau

kompleks virus antibody.

4.Efusi pleura Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang

mengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat

dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi

pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi

dengue adalah :

a.Uji rumple leed / tourniquet positif

b.Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa

perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.

c.Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan

d.Serologi Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk

menentukan adanya infeksi virus dengueantara lain : uji IgG Elisa dan uji

IgM Elisa

e.Isolasi virus Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body

technique test secara langsung / tidak langsung menggunakan conjugate

(pengaturan atau penggabungan)

f.Identifikasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body

tehnique test secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan

conjugate

g.Radiology Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama

disebelah hemi thorax kanan (Departemen Kesehatan RI, 1999)


7. Clinical pathway
B. Konsep keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

1. Identitas pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-

anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,

pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang

tua.

2. Keluhan utama Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF

datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas

mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran

kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak

semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri

telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri

otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa

pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,

IV), melena atau hematemasis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah

diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF

dengan type virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka

kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

6. Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.

Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko,

apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering

mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila


kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang

mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan

sehingga status gizinya menjadi kurang.

7. Kondisi lingkungan sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya

dan lingkungan yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan

gantungan baju yang di kamar).

8. Pola kebiasaan Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan,

nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.Eliminasi BAB:

kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF

grade III-IV bisa terjadi melena.Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah

sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade

IV sering terjadi hematuria.Tidur dan istirahat : anak sering mengalami

kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian

sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya

kurang.Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat

sarang nyamuk aedes aegypti.Perilaku dan tanggapan bila ada

keluarga yang sakit serta upa untuk menjaga kesehatan.

9. Pemeriksaan fisikMeliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari

ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF,

keadaan fisik anak adalah :

a.Kesadaran :Apatis

b.Vital sign :TD : 110/70 mmHg 00

c. Kepala : Bentuk mesochepal

d. Mata :simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis


e. Telinga :simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada

gangguan pendengaran

f. Hidung :ada perdarahan hidung / epsitaksis

g.Mulut :mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan

pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.

h.Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak

ada, nyeri

i. Dada Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan Perkusi: Sonor

Palpasi : taktil fremitus normal

j. Abdomen : Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati

(hepatomegali)

Auskultasi : bising usus 8x/menit

Perkusi : tympani

Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas

K. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi

tulang

I.Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang

kateter

10. Sistem integumen

Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat

dingin dan lembab.Kuku sianosis atau tidak.

a. Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan

karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami

perdarahan (epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan


bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri

telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan

terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV)

b. Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax

terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan,

(efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III

dan IV.

c. Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.

Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2. Diagnosa keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan

intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)Ditandai

dengan:

a.Hipotensi

b.Takikardi

c.Pengisian kapiler lambat

d.Berkeringat

e.Urin pekat atau menurun

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di

rongga paru (effusi pleura)Ditandai dengan:

a. Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan

b.Takipnea

c.Sianosis

d.Peningkatan kegelisahan, ketakutan dan laju metabolik


3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam

jaringan menurun Ditandai dengan :

a.Penurunan nadi perifer, pengisian kapiler lambat atau menurun

b. Perubahan warna kulit

c. Edema jaringan ekstremitas dingin

4.Hipertermi berhubungan viremia Ditandai dengan:

a. Peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal

b. Kulit kemerahan, hangat waktu disentuh

c. Peningkatan tingkat pernafasan

d. Takikardi

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunggan dengan proses patologis

(viremia)Ditandai dengan:

a. Keluhan nyeri

b. Perilaku yang bersifat hati-hati atau melindungi

c. Wajah menunjukkan nyeri

d. Gelisah

6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia Ditandai dengan:

a. Konjungtiva dan membran mukosa pucat

b. Menolak untuk makan

c. Penurunan berat badan

d. Turgor kulit buruk

7. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan kadar trombosit

dalam darah Di tandai dengan:

a.Akral dingin
b.Tekanan darah menurun

c.Nadi lemah

d.Kesadaran menurun

Perencanaan keperawatan

1. Devisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan

intraseluler ke ekstraseluler

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan dapat

terpenuhi

KH:

a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang, perlu

untuk memperbaiki defisit cairan

b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh

haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa

lembab, turgor kulit baik.

c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.

Rencana tindakan:

a. Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-

tanda vital.

Rasional:Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui

dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya 33

b. Observasi adanya tanda-tanda syok.

Rasional :
Agar dapat segera dilakukan t.indaka.n untuk menangani syok

yang dialami pasien.

c. Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.

Rasional:

Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami

defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena

cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah.

d. Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional:

Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan

tubuh.

e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah

diare, kehausan turgor jelek).

Rasional:

Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran

urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami syok

f. Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran

Rasional:

Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan

dirongga paru (effusi pleura)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi

efektif atau normal 34

KH: Menunjukkan pola nafas efektif dan paru jelas dan bersih.
Rencana tindakan:

a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional :

Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan

kerja nafas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas ronchi

Rasional :

Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau kegagalan pernafasan.

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

Rasional :

Duduk tinggi memungkinkan pengembangan paru dan memudahkan

pernafasan diafragma, pengubahan posisi meningkatkan pengisian

udara segmen paru.

d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas.

Rasional :

Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan

ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemia

e. Berikan oksigen tambahan

Rasional :

Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigin dalam

jaringan menurun.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan

adekuat.
KH:

Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya tidak ada

sianosis dan kulit hangat.

Rencana tindakan:

a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung

ekstra.

Rasional:

Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya

peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan irama

berhubungan dengan hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit.

Adanya bunyi jantung tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja

jantung.

b. Observasi perubahan status metal

Rasional :

Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan gangguan aliran

darah serta hipoksia.

c. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.

Rasional :

Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau lidah dingin

menunjukkan vasokonstriksi prifer (syok) atau gangguan aliran darah

perifer.

d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urine

Rasional :
Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan penurunan

perfusi ginjal dimanifestasi oleh penurunan haluaran urine dengan

berat jenis normal atau meningkat

e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.

Rasional :

Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas

darah (Potensial pembentukan trombosit) atau mendukung volume

sirlukasi atau perfusi jaringan.

4. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremia

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur suhu dalam batas

normal (36°-37° C).

KH:

a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh.

b. tubuh dalam batas normal (36°-37° C)

Rencana tindakan:

a. Kaji saat timbulnya demam

Rasional:

Untuk mengidentifikasi pola demam pasien

b. Observasi tanda-tanda vital

Rasional:

Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan

umum pasien.

c. Tingkatkan intake cairan.

Rasional :
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan

d. Catat asupan dan keluaran

Rasional :

untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan tubuh

e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

dokter

Rasional :

pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis

(viremia)

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang/hilang

KH :

a. Rasa nyaman pasien terpenuhi

b. Nyeri berkurang atau hilangRencana tindakan:

c. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0-10),

tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap

nyeri

Rasional:

a. Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien

b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap

nyeri

Rasional:
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat

melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.

c. Berikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang

terang

Rasional:

Untuk mengurangi rasa nyeri .

d. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien

dari rasa nyeri

Rasional :

Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan

perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

e. Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan

teman-teman atau orang terdekat.

Rasional:

Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman

membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan, perhatiannya

terhadap nyeri.

f. Berikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)

Rasional:

Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah , anoreksia

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien

terpenuhi.
KH:

Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang

dibutuhkan atau diberikan .

Rencana tindakan:

a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien

Rasional:

Untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional:

Untuk menghindari mual dan muntah

c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.

Rasional :

Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi

pasien untuk makan meningkat

d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan

saat masih hangat.

Rasional:

membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan

makanan.

e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan

Rasional :

untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.

f. Ukur berat badan pasien setiap hari.

Rasional:

untuk mengetahui status gizi pasien


C. Daftar pusataka

Andarmoyo, Sulistyo & Andoko, Sayudi J. 2013. Hubungan Pengetahuan

Keluarga Tentang Penyakit DHF dengan Sikap Keluargadalam Pencegahan

Penyakit DHF. Jurnal Florence Vol. VI No. 2 Juli 2013.

Andriani, Ni Wayan E. 2014. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan

DemamBerdarah Dengue (DBD) pada Penderita Anak yang Menjalani

Perawatan dI RSUP PROF. DR. R.D Kandou. Jurnal Ilmiah Farmasi– UNSRAT

Vol. 3 No. 2, Mei 2014 ISSN 2302 – 2493.

Crain, William. 2007. Teori Perkembangan: Konsep dan

Aplikasi.Yogyakarta : pustaka pelajar. Depkes RI. 2015.Demam Berdarah

Biasanya Mulai Meningkat di Januari. Diakses: 12 Mei 2015.www.depkes.go.id.

Doenges, Marilyn, E. 2009.RencanaAsuhanKeperawatan.AlihBahasa: I

Made Kariasi,S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.

Garna, Herry. 2013. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta:

Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai