Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Pengertian
DBD (Demam Berdarah Dengue) atau DHF (Dengue Haemorhagic Fever)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

B. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah
adalah virus dengue. Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae yang dikenal ada 4
serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang ditularkan melalui vector
nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan
antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotype lain.

C. Klasifikasi
- Derajat I : Demam, uji torniqet positif, trombositopeni dan
hemokonsentrasi
- Derajat II : Perdarahan spontan di kulit
- Derajat III : Kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah)
- Derajat IV : Renjatan berat (denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat
diukur)

D. Tanda dan Gejala


- Demam tinggi selama 5-7 hari
- Perdarahan terutama perdarahan di bawah kulit
- Anoreksia, mual dan muntah, diare, konstipasi
- Sakit kepala
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)
- Hematuria, melena, epistaksis, hematemesis
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar geteh bening

E. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).

Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks


virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.

Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya


volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan


ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan
atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami


keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena
kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan
plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic
dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.
Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi
tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
F. Pemeriksaan diagnostik

- Darah

1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah

- Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

1. Rontgen thorax : Efusi pleura.


2. Uji test tourniket (+)

G. Terapi
- Tirah baring
- Pemberian makanan lunak
- Pemberian cairan melalui infuse
- Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan
- cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130
mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter
dan Ca = 3 mEq/liter.
- Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
- Anti konvulsi jika terjadi kejang
- Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
- Monitor adanya tanda-tanda renjatan
- Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
- Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
- Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.\
H. Penyimpangan KDM Demam Berdarah Dengue (DBD)
Virus Dengue (Arbovirus)

Melalui gigitan nyamuk

Re infection oleh virus dengue dengan serotip berbeda

Bereaksi dengan antibody

Menimbulkan Terbentuk kompleks antibody


Respon peradangan dalam sirkulasi darah Trombositopenia

Hipertermia Menstilmulasi Pengaktifan system complement Perubahan status


Medulla dan dilepaskannya anvilaktoksin kesehatan anak
Vomiting C3a dan C5a

Mual / muntah Melepaskan histamine yang Anak harus di


Bersifat vasoakttif hospitalisasi

Anoreksia Defisit Volume Kebocoran plasma intertisium Kecemasan


Cairan
Intake nutrisi Penurunan jumlah cairan
Kurang intravaskuler Kurang Pengetahuan

Ketidakseimbangan Peningkatan viskositas isi


Nutrisi kurang dari pembuluh darah
Kebutuhan
Aliran darah terhambat

Suplay O2 ke jaringan tidak adekuat

Kelemahan Energi berkurang Metabolisme anaerob

Intoleransi Aktivitas Penimbuna asam laktat


Ke jaringan

Iritasi erhadap ujung-ujung


Saraf oleh asam laktat

Nyeri Akut

I. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia
2. Defisit volume cairan
3. Nyeri akut
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Intoleransi aktivitas
6. Kecemasan
7. Kurang pengetahuan
J. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan /
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil

1. Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan
: - Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
- Penyakit/ trauma Setelah dilakukan mungkin
- Peningkatan tindakan keperawatan 2. Monitor warna dan suhu
metabolisme selama..pasien kulit
- Aktivitas yang 3. Monitor tekanan darah, nadi
menunjukkan : dan RR
berlebih
- Dehidrasi 4. Monitor penurunan tingkat
- Suhu tubuh dalam
DO/DS: kesadaran
batas normal dengan
5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
kreiteria hasil:
- Kenaikan suhu tubuh 6. Monitor intake dan output
1. Suhu 36 37C
diatas rentang normal 7. Berikan anti piretik:
- Nadi dan RR dalam
- Serangan atau - Kelola Antibiotik :
rentang normal
konvulsi (kejang)
- Tidak ada perubahan
- Kulit kemerahan 8. Selimuti pasien
warna kulit dan tidak
- Pertambahan RR 9. Berikan cairan intravena
ada pusing,
- Takikardi 10. Kompres pasien pada lipat
- Kulit teraba panas / paha dan aksila
hangat 11. Tingkatkan sirkulasi udara
12. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
13. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
14. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
15. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
2. Defisit Volume NOC: NIC :
Cairan
Berhubungan dengan - Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake
: - Hydration dan output yang akurat
- Kehilangan volume - Nutritional Status : 2. Monitor status hidrasi
cairan secara aktif Food and Fluid Intake (kelembaban membran
- Kegagalan mekanisme Setelah dilakukan mukosa, nadi adekuat,
pengaturan tindakan keperawatan tekanan darah ortostatik),
- selama.. defisit jika diperlukan
DS : volume cairan teratasi 3. Monitor hasil lab yang
dengan kriteria hasil: sesuai dengan retensi cairan
- Haus (BUN , Hmt , osmolalitas
DO: - Mempertahankan urin urin, albumin, total protein)
output sesuai dengan 4. Monitor vital sign setiap 15
- Penurunan turgor kulit usia dan BB, BJ urine menit 1 jam
/ lidah normal, 5. Kolaborasi pemberian
- Membran mukosa / - Tekanan darah, nadi, cairan IV
kulit kering suhu tubuh dalam 6. Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut batas normal 7. Berikan cairan oral
nadi, penurunan - Tidak ada tanda tanda 8. Berikan penggantian
tekanan darah, dehidrasi, Elastisitas nasogatrik sesuai output (50
penurunan volume / turgor kulit baik, 100cc/jam)
tekanan nadi membran mukosa 9. Dorong keluarga untuk
- Pengisian vena lembab, tidak ada membantu pasien makan
menurun rasa haus yang 10. Kolaborasi dokter jika tanda
- Perubahan status berlebihan cairan berlebih muncul
mental - Orientasi terhadap meburuk.
- Konsentrasi urine waktu dan tempat 11. Atur kemungkinan tranfusi
meningkat baik 12. Persiapan untuk tranfusi
- Temperatur tubuh - Jumlah dan 13. Pasang kateter jika perlu
meningkat iramapernapasan 14. Monitor intake dan urin
- Kehilangan berat dalam batas normal output setiap 8 jam.
badan secara tiba-tiba - Elektrolit, Hb, Hmt
- Penurunan urine dalam batas normal
output - pH urin dalam batas
- HMT meningkat normal
- Kelemahan - Intake oral dan
intravena adekuat
3. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan
dengan: Agen injuri - Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
(biologi, kimia, fisik, - Pain control, secara komprehensif
psikologis), - Comfort level termasuk lokasi,
kerusakan jaringan Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
DS: tinfakan keperawatan frekuensi, kualitas dan
selama . Pasien tidak faktor presipitasi
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal
DO: dengan kriteria hasil: dari ketidaknyamanan
3. Bantu pasien dan keluarga
- Posisi untuk menahan - Mampu mengontrol untuk mencari dan
nyeri nyeri (tahu penyebab menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati- nyeri, mampu 4. Kontrol lingkungan yang
hati menggunakan tehnik dapat mempengaruhi nyeri
- Gangguan tidur (mata nonfarmakologi seperti suhu ruangan,
sayu, tampak capek, untuk mengurangi pencahayaan dan
sulit atau gerakan nyeri, mencari kebisingan
kacau, menyeringai) bantuan) 5. Kurangi faktor presipitasi
- Terfokus pada diri - Melaporkan bahwa nyeri
sendiri nyeri berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
- Fokus menyempit dengan menggunakan untuk menentukan
(penurunan persepsi manajemen nyeri intervensi
waktu, - Mampu mengenali 7. Ajarkan tentang teknik non
- kerusakan proses nyeri (skala,
berpikir, penurunan intensitas, frekuensi farmakologi: napas dala,
interaksi dengan orang dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres
dan lingkungan) - Menyatakan rasa hangat / dingin
- Tingkah laku nyaman setelah nyeri 8. Berikan analgetik untuk
distraksi, contoh : berkurang mengurangi nyeri : ...
jalan-jalan, menemui - Tanda vital dalam 9. Tingkatkan istirahat
orang lain dan / atau rentang normal 10. Berikan informasi
aktivitas, aktivitas - Tidak mengalami tentang nyeri seperti
berulang-ulang) gangguan tidur penyebab nyeri, berapa
- Respon autonom lama nyeri akan berkurang
(seperti diaphoresis, dan antisipasi
perubahan tekanan ketidaknyamanan dari
darah, perubahan prosedur
nafas, nadi dan 11. Monitor vital sign
dilatasi pupil) sebelum dan sesudah
- Perubahan autonomik pemberian analgesik
dalam tonus otot pertama kali
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh:
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang
/ berkeluh kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
4. Ketidakseimbangan NOC: NIC :
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh a. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi makanan
Berhubungan dengan Adequacy of 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
: Ketidakmampuan nutrient untuk menentukan jumlah
untuk memasukkan b. Nutritional Status : kalori dan nutrisi yang
atau mencerna food and Fluid dibutuhkan pasien
nutrisi oleh karena Intake 3. Yakinkan diet yang
faktor biologis, c. Weight Control dimakan mengandung
psikologis atau Setelah dilakukan tinggi serat untuk mencegah
ekonomi. tindakan keperawatan konstipasi
DS: selama.nutrisi 4. Ajarkan pasien bagaimana
kurang dapat teratasi membuat catatan makanan
- Nyeri abdomen dengan indikator: harian.
- Muntah 5. Monitor adanya penurunan
- Kejang perut - Albumin serum BB dan gula darah
- Rasa penuh tiba-tiba - Pre albumin serum 6. Monitor lingkungan selama
setelah makan - Hematokrit makan
DO: - Hemoglobin 7. Jadwalkan pengobatan dan
- Total iron binding
- Diare capacity tindakan tidak selama jam
- Rontok rambut yang - Jumlah limfosit makan
berlebih 8. Monitor turgor kulit
- Kurang nafsu makan 9. Monitor kekeringan, rambut
- Bising usus berlebih kusam, total protein, Hb
- Konjungtiva pucat dan kadar Ht
- Denyut nadi lemah 10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti
NGT / TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
5. Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas
Berhubungan dengan - Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
: - Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
- Tirah Baring atau - Konservasi energi melakukan aktivitas
imobilisasi Setelah dilakukan 2. Kaji adanya faktor yang
- Kelemahan tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
menyeluruh selama . Pasien 3. Monitor nutrisi dan sumber
- Ketidakseimbangan bertoleransi terhadap energi yang adekuat
antara suplai oksigen aktivitas dengan 4. Monitor pasien akan adanya
dengan kebutuhan Kriteria Hasil : kelelahan fisik dan emosi
- Gaya hidup yang secara berlebihan
- Berpartisipasi dalam 5. Monitor respon
dipertahankan.
aktivitas fisik tanpa kardivaskuler terhadap
DS: disertai aktivitas (takikardi,
- Melaporkan secara - Peningkatan tekanan disritmia, sesak nafas,
verbal adanya darah, nadi dan RR diaporesis, pucat,
kelelahan atau - Mampu melakukan perubahan hemodinamik)
kelemahan. aktivitas sehari hari 6. Monitor pola tidur dan
(ADLs)
-Adanya dyspneu atau secaramandiri lamanya tidur / istirahat
ketidaknyamanan saat - Keseimbangan pasien
beraktivitas. aktivitas dan istirahat. 7. Kolaborasikan dengan
DO : Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan
- Respon abnormal dari progran terapi yang tepat.
tekanan darah atau 8. Bantu klien untuk
nadi terhadap aktifitas mengidentifikasi aktivitas
- Perubahan ECG : yang mampu dilakukan
aritmia, iskemia 9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
6. Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan
dengan Faktor - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
keturunan, Krisis - Koping (penurunan
situasional, Stress, Setelah dilakukan
asuhan selama kecemasan)
perubahan status
kesehatan, pada
1. Gunakan pendekatan yangb
ancaman kematian, klien, kecemasan
menenangkan
perubahan konsep teratasi dgn kriteria
2. Nyatakan dengan jelas
diri, kurang hasil:
harapan terhadap pelaku
pengetahuan dan - Klien mampu pasien
hospitalisasi. mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur
DO/DS: mengungkapkan dan apa yang dirasakan
gejala cemas selama prosedur
- Insomnia - Mengidentifikasi, 4. Temani pasien untuk
- Kontak mata kurang mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
- Kurang istirahat menunjukkan tehnik mengurangi takut
- Berfokus pada diri untuk mengontol 5. Berikan informasi faktual
sendiri cemas mengenai diagnosis,
- Iritabilitas - Vital sign dalam tindakan prognosis
- Takut batas normal 6. Libatkan keluarga untuk
- Nyeri perut - Postur tubuh, ekspresi mendampingi klien
- Penurunan TD dan wajah, bahasa tubuh 7. Instruksikan pada pasien
denyut nadi dan tingkat aktivitas untuk menggunakan tehnik
- Diare, mual, kelelahan menunjukkan relaksasi
- Gangguan tidur berkurangnya 8. Dengarkan dengan penuh
- Gemetar kecemasan. perhatian
- Anoreksia, mulut 9. Identifikasi tingkat
kering kecemasan
- Peningkatan TD, 10. Bantu pasien mengenal
denyut nadi, RR situasi yang menimbulkan
- Kesulitan bernafas kecemasan
- Bingung 11. Dorong pasien untuk
- Bloking dalam mengungkapkan perasaan,
pembicaraan ketakutan, persepsi
- Sulit berkonsentrasi 12. Kelola pemberian obat anti
cemas:........
7. Kurang NOC: NIC :
Pengetahuan
Berhubungan dengan - Kowlwdge : disease 1. Kaji tingkat pengetahuan
: keterbatasan process pasien dan keluarga
kognitif, interpretasi - Kowledge : health 2. Jelaskan patofisiologi dari
terhadap informasi Behavior penyakit dan bagaimana hal
yang salah, Setelah dilakukan ini berhubungan dengan
kurangnya keinginan tindakan keperawatan anatomi dan fisiologi,
untuk mencari selama . pasien dengan cara yang tepat.
informasi, tidak menunjukkan 3. Gambarkan tanda dan
mengetahui sumber- pengetahuan tentang gejala yang biasa muncul
sumber informasi. pada penyakit, dengan cara
proses penyakit dengan yang tepat
DS:
kriteria hasil: 4. Gambarkan proses
-Menyatakan secara penyakit, dengan cara yang
- Pasien dan keluarga
verbal adanya masalah tepat
menyatakan
DO: 5. Identifikasi kemungkinan
pemahaman tentang
penyebab, dengan cara yang
- Ketidakakuratan penyakit, kondisi,
tepat
mengikuti instruksi, prognosis dan
6. Sediakan informasi pada
perilaku tidak sesuai program pengobatan
pasien tentang kondisi,
- Pasien dan keluarga
mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan 7. Sediakan bagi keluarga
prosedur yang informasi tentang kemajuan
dijelaskan secara pasien dengan cara yang
benar tepat
- Pasien dan keluarga 8. Diskusikan pilihan terapi
mampu menjelaskan atau penanganan
kembali apa yang 9. Dukung pasien untuk
dijelaskan perawat / mengeksplorasi atau
tim kesehatan mendapatkan second
lainnya. opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012). Diagnosa Keperawatan Nanda


NIC NOC, Jakarta, EGC
Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC.
Jakarta
Pasaribu, Syahril. 1992. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara :
Medan
Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I
Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Prince, Sylvia Anderson, 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4. EGC, Jakarta.
Penyimpangan KDM Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyimpangan KDM Demam Berdarah Dengue (DBD)

Anda mungkin juga menyukai