Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


HIV/AIDS

Oleh:
Fitriyah Febriani Ichwanda 14.401.17.037
Helmi Asyiraf Alfarabi 14.401.17.040

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah HIV/AIDS merupakan masalah besar yang mengancam Negara
Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. UNAIDS Badan WHO yang
mengurus masalah AIDS, memperkirakan bahwa jumlah di seluruh dunia pada bulan
desember 2004 adalah 35,9-44,3jt orang. Saat ini tidak ada satupun negara yang
terbebas dari HIV/AIDS. Hal ini menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan,
menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi,
pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Bahkan bisa dikatakan bahwa HIV/AIDS
menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis di bidang kesehatan, AIDS
memerlukan respon atau kerjasama dari masyarakat dan memerlukan layanan
pengobatan dan perawatan untuk individu yang telah terinveksi HIV [ CITATION Set142
\p 887 \l 1033 ].
Sebesar 75% kasus penyakit HIV/AIDS terjadi akibat penularan secara kontak
atau hubungan badan. UNAIDS memperkirakan jumlah ODHA di dunia sekitar 40
juta jiwa. Sampai sekarang, di sub-sahara Afrika paling banyak terdapat ODHA, yakti
70% dari ODHA yang ada di dunia. Sedikitnya ada sebanyak 12 juta anak yang
menjadi yatim piatu akibat HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS tersebar di 368 (73,9%) dari
498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Jakarta memiliki angka terbesar
untuk kasus baru pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.012 kasus. Pada tahun 2013 ada
sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap penyakit
AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan
pengecualian Provinsi Papua dimana angka epidemic diperkirakan mencapai 2,4%
dan cara penularan utamanya yaitu melalui hubungan seksual tanpa menggunakan alat
pelindung [ CITATION Kat15 \p 5-10 \l 1033 ].
Untuk meminimalisir terjadinya penularan virus ini, cara pencegahannya yaitu
antara lain kita perlu mengetahui bahwa penyakit ini dapat ditularkan melalui
hubungan seksual, melalui darah, melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya.
Yang pertama yaitu dengan melakukan hubungan seksual hanya dengan mitra seksual
yang tidak terinfeksi HIV atau menghindari seks bebas, gunakan kondom mulai dari
awal sampai akhir hubungan hubungan seksual. Berbeda dengan pencegahan melalui
darah yaitu dengan menggunakan jarum suntik steril, tidak menerima transfuse darah
yang terinfeksi HIV, tidak meminjam atau menggunakan bergantian dengan orang
lain pisau cukur, gunting kuku atau bekas gigi. Untuk cara pencegahan melalui ibu
hamil yaitu hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil
[ CITATION Sir10 \l 1033 ].
Berbagai hasil penelitian dalam bidang infeksi HIV memberi harapan dalam
pencegahan dan terapi. Berbagai upaya pencegahan yang telah kita ketahui seperti
perilaku sehat, penggunaan kondom, serta meminimalisir pencegahan dengan
pemakaian jarum suntik bersama tetap merupakan upaya yang penting, namun
pemberian obat anti retrovirus (ARV), terbukti mampu menurunkan presentasenya
secara nyata [ CITATION Set142 \p 887 \l 1033 ].
B. Batasan Masalah
Pada makalah ini mencakup asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
HIV/AIDS, yang mencakup konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan.
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit HIV/AIDS?
2. Apa etiologi dari penyakit HIV/AIDS?
3. Apa sajakah tanda dan gejala dari penyakit HIV/AIDS?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit HIV/AIDS?
5. Apa sajakah klasifikasi dari penyakit HIV/AIDS?
6. Apa sajakah komplikasi dari penyakit HIV/AIDS?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit HIV/AIDS?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari penyakit HIV/AIDS?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui dan memahami konsep dari
penyakit HIV/AIDS dan asuhan keperawatan untuk pasien yang memiliki riwayat
penyakit HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi HIV/AIDS
b. Untuk mengetahui dan memahami tentang etiologi HIV/AIDS
c. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala HIV/AIDS
d. Untuk mengetahui dan memahami tentang patofisiologi HIV/AIDS
e. Untuk mengetahui dan memahami tentang klasifikasi HIV/AIDS
f. Untuk mengetahui dan memahami tentang komplikasi HIV/AIDS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas
seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara
menyeluruh dimana mayoritas pasien membutuhkan perawatan dan pengobatan
medis yang canggih selama masa perjalanan penyakit [ CITATION Bar131 \p 295 \l
1033 ].
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) [ CITATION
Man00 \p 162 \l 1033 ].
Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa infeksi HIV adalah
infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh
HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progesif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada
orang dewasa). HIV pada anak paling sering ditemui akibat transmisi dari ibu
yang sudah memiliki HIV ke anaknya. Kemungkinan besar perpindahan virus
HIV ini terjadi selama proses kehamilan dan juga persalinan.
2. Etiologi
Adapun etiologi secara keseluruhan mencakup semua usia yang mana setiap
orang memiliki resiko terinfeksi HIV. Penyebab kelainan imun pada AIDS ialah
suatu agen viral yang biasa disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV)
atau Human T-Cell Leukemia Virus (HTL-III yang juga disebut Human T-Cell
Lymphotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RAN) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) ketika telah masuk ke dalam sel
pejamu. Penularan virus dapat ditularkan melalui: (Agung, 2000)
a. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom
dengan orang yang positif terinfeksi HIV
b. Jarum suntik/tindik/tato yang penggunaanya berulang-ulang atau bergantian
dan tidak steril
c. Mendapat transfusi darah dari seorang yang terinfeksi HIV
d. Ibu hamil yang telah terinfeksi HIV dapat menularkan janinnya di dalam
kandungan maupun saat melahirkan serta dapat melalui ASI [ CITATION
Nur15 \p 10 \l 1033 ].
Penyebab AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi
patogen dalam darah, dan penularan masa perinatal.
a. Faktor resiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak yaitu:
1. Bayi dari ibu dengan pasangan biseksual.
2. Bayi lahir dari ibu dengan pasangan berganti.
3. Bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya pengguna obat intravena.
4. Bayi atau anak yang mendapatkan transfusi darah atau produk darah
berulang.
5. Anak yang terpapar infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah
seksual).
6. Anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
b. Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:
1) Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)
Ibu hamil terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal.
Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterine) intrapartum, yaitu
pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu.
2) Selama persalinan (intrapartum)
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovagial yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan
lahir.
3) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh yang terinfeksi.
Ibu yang telah positif terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina
21%, cairan aspirasi lambung pada bayi yang telah dilahirkan. Besarnya
paparan pada persalinan normal sangat dipengaruhi dengan adanya kadar
HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina,
perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini,
persalinan premature, penggunaan electrode pada kepala janin,
penggunaan vakum atau forcep, episiotomy dan rendahnya kadar CD4
pada ibu. Ketuban yang pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan
meningkatkan risiko transmisi antepartum sampai dua kali lipat
dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum persalinan.
4) Bayi tertular melalui pemberian ASI.
Transmisi pascapersalinan sering terjadi melalui ASI. ASI diketahui
banyak mengandung HIV dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi
median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang menderita HIV adalah 1 per
10 4 sel, partikel virus ini dapat ditemukan pada komponen sel dan nonsel
ASI. Berbagai faktor yang dapat memengaruhi risiko transmisi HIV
melalui ASI antara lain mastitis atau luka di putting, lesi di mukosa mulut
bayi, prematuritas dan respons imun bayi. Penularan HIV melalui ASI
diketahui merupakan faktor penting penularan pascapersalinan dan
meningkatkan risik transmisi dua kali lipat [ CITATION Bar131 \p 295-296 \l
1033 ].
3. Tanda dan Gejala
Berdasarkan gambaran klinik pada (WHO 2006) yaitu
Tanpa gejala : Fase klinik 1
Ringan : Fase klinik 2
Lanjut : Fase klinik 3
Parah : Fase klinik 4
Fase klinik HIV
Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadneopati (gangguan kelenjar atau pembuluh limfe) menetap
dan menyeluruh pada tubuh.
Fase klinik 2
Penurunan berat badan hingga (<10%) tanpa disertai sebab. Infeksi saluran
pernafasan bagian atas (sinusitis, tonsillitis, otitis media, pharyngitis) berulang.
Herpes zoster, infeksi pada sudut bibir, ulkus mulut berulang-ulang, papular
pruritic eruptions, seborrhoic dermatitis, infeksi jamur kuku.
Fase klinik 3
Penurunan berat badan hingga (>10%) tanpa disertai sebab. Diare kronik tanpa
disertai sebab hingga >1 bulan. Demam intermiten >1 bulan. Kandidiasis oral
menetap/intermiten. TB pulmonal (baru), plak putih yang terdapat pada mulut,
infeksi akibat bakteri berat misalnya: pneumonia, empyema (nanah pada rongga
tubuh terutama pleura, abses otot skelet, infeksi pada sendi atau tulang),
meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvic, acute necrotizing
ulcerative stomatitis, gingivitis atau periodontitis anemia yang penyebabnya tidak
diketahui secara pasti (<8g/dl), neutropenia (<0,5 x 10 9/l) & atau trombositopenia
kronik (<50 x 108/l).
Fase klinik 4
Gejala (symptom) menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocytis
pneumonia (pneumonia disebabkan karena pneumocytis carinii), pneumonia
bakteri berulang, infeksi herpes simplek kronik (orolabial, genital atau anorektal
>1 bulan) Oesophangeal candidiasis, TBC ekstrapulmonal, Cytomegalovirus,
Toksoplasma si sistem saraf pusat, HIV ensefalopati, meningitis, infection
progressive multivocal, lymphoma, invasive cervical carcinoma,
leukoencephalopathy [ CITATION Nur15 \p 10 \l 1033 ].
4. Patofisiologi
Etiologi dari penyakit HIV/AIDS kontak melalui darah, kontak seks, maupun
ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS, HIV masuk ke dalam tubuh dan berikatan
limfosit T, monosit, makrofag yang menyebabkan HIV berdifusi dengan CD4+
serta penurununan netrofil sehingga terjadi netropenia. Setelah berdifusi dengan
CD4+, intivirus masuk sitoplasma. Tunas virus terbentuk menjadi virion HIV.
Gejala AIDS mulai muncul dan timbul masalah keperawatan seperti defisiensi
pengetahuan, intoleransi aktivitas, penurunan sistem kekebalan yang
menyebabkan kerentanan sel menjadi sel kanker. Masalah lain yang nampak
antara lain gangguan harga diri, infeksi oportunistik, ketidakefektifan
termoregulasi. Resiko infeksi oportunistik contohnya infeksi paru-paru dan
saluran pencernaan yang menyebabkan gangguan jalan nafas dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehingga menimbukan
kelemahan dan intoleransi aktivitas [ CITATION Nur15 \p 12-13 \l 1033 ].
Pathway
HIV berikatan,
- Kontak dengan darah HIV masuk tubuh
limfosit T, monosit,
- Kontak seks makrofag
- Kontak ibu bayi

Neutropenila Netrofil ↓ HIV berdifusi dgn


CD4+

Integrasi DNA
RNA virus→DNA Inti virus masuk
virus+prot. pada
kedalam sitoplasma
14(provirus)

RNA genom dilepas mRNA ditranslasi


ke sitoplasma
Prot. Virus

Tunas virus

Virion HIV baru


terbentuk
- CD 8
- ↓ rangsangan
AIDS Infeksi sel T lain pembentukan sel B

Respon imun Defisiensi pengetahuan Penurunan IL-2

Humoral Seluler

Sel B dihasilkan Intoleransi aktivitas APC aktifkan CD4+


antibody spesifik

Diferensiasi dalam Penurunan aktivitas Terinfeksi virus (sel


plasma T helper)

↓ IGM & IGG ↓ IL-12 ↓ interferon gamma

Tidak
Lawan CD4+ yg Pengaruh ikatan mengintensifkan
terinfeksi pada tes ELISA sistem imun
CD 4+ ↓

↓System kekebaan Mudahnya transmisi


Isolasi sosial
penularan

Sel rentan Rentan infeksi Gangguan harga diri

Mutasai gen Pengeluaran mediator Aktifkan flora normal


kimia

Pembelahan sel
berlebhan Peningkatan sitokinin
Resiko infeksi
(oportuniti)
Picu sel kanker Pirogenindogen

↑ Sel suhu tubuh oleh


Demam hipotalamus anterior

Ketidakefektifan Menginfeksi paru Saluran pencernaan


termoregulasi

Mukosa teriritasi
Eksudat

Pelepasan asam amino


Ganguan jalan nafas Inhalasi dan ekhalasi
terganggu
Metabolism protein – BB
< dari normal
Suplai O2 turun
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Difusi O2 terganggu Metabolisme sel ↓
Bakteri mudah masuk –
imun tak ada
Hipoksia ATP kelemahan

Peristaltic ↑
Sesak nafas Intoleransi aktivitas

Resiko keseimbangan Absorbs air ↓


G3 pola nafas elektrolit Absorbs nutrisi ↓

Sumber: [ CITATION Nur15 \p 12-13 \l 1033 ]


5. Klasifikasi
Tahun 1990, WHO mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS
dengan menunjukkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.
Sistem ini diperbaharui pada bulan September tahun 2005. Mayoritas kondisi ini
adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
a. Stadium I: yaitu infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai
AIDS.
b. Stadium II: termasuk manifestasi membrane mukosa kecil dan radang saluran
pernapasan atas yang berulang
c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih
dari sebulan, infeksi bakteri parah dan tuberculosis.
d. Stadium IV: termasuk adanya toksoplasmosis otak, kandidiasis esophagus,
trakea, bronkus atau paru-paru dan sarcoma Kaposi. Semua penyakit ini
adalah indicator AIDS [ CITATION Kat152 \l 1033 ].
6. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandida, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus, leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral
ditandai dengan bercak-bercak putih seperti krim di dalam rongga mulut. Jika
tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengenai esophagus dan
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan
menelan yang sulit dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
1) Ensefalopati HIV atau disebut juga sebagai kompleks dimensia AIDS
(ADC; AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup ganggguan
daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif,
perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. Stadium lanjut mencakup
gangguan kognitif global, kelambatan dalam respons verbal, gangguan
efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefkeksi paraparesis spasik,
psikosis, halusinasi, tremor, inkontinesia, dan kematian.
2) Meningitis kriptokokus dapat ditandai oleh munculnya gejala seperti
demam, sakit kepala, malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan
status mental dan kejang-kejang. Diagnosis ditegakkan dengan analisis
cairan serebrospinal.
b. Gastrointestinal
Wasting syndrome kini diilibatkan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya yaitu meliputi penurunan pada BB >
10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan
yang kronis, dan demam yang berulang kambuh atau menetap tanpa adanya
sebab penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
1) Diare disebabkan bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek penurunan berat, anoreksia,
demam, malabsorbsi dan dehidrasi.
2) Hepatitis disebabkan bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan tanda anoreksia, mual muntah, nyeri pada
abdomen, ikterik, demam atritis.
3) Penyakit anorektal disebabkan abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
c. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai
berbagai infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium
Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloide.
d. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes
sorzer dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang
nyeri dan merusak integritas kulit. Moluskum kontangiosum adalah infeksi
virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.
Dermatitis sosoreika akan disertai tanda ruam yang difus, bersisik dengan
indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga dapat
memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering
dan mengelupas atau dengan dermatitis atopic seperti eczema dan psoriasis.
e. Sensorik
1) Pandangan: sarkoma kaposi pada konjungtiva: retinitis sitomegalovirus
berefek kebutaan.
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan munculnya efek nyeri yang berhubungan dengan
mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat [ CITATION
Bar131 \p 301-303 \l 1033 ].

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Laki-laki lebih beresiko tinggi mengidap HIV/AIDS ditinjau dari segi perilaku
seksual yang beresiko tinggi [ CITATION Kat155 \p 89 \l 1033 ]
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Dispnea. [ CITATION Mor112 \p 1443 \l 1033 ]
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Sesak napas terus menerus. . [ CITATION Mor112 \p 1443 \l 1033 ]
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang didapatkan bahwa faktor pencetus dari HIV/AIDS adalah
seks bebas, jarum suntik yang dipakai secara bergantian, dan disertai
dengan gejala seperti penurunan BB, infeksi saluran pernapasan, demam
yang berkepanjangan, ruam pada kulit dan diare selama 1 bulan secara
terus-menerus [ CITATION Nur15 \p 6 \l 1033 ]
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Penurunan berat badan hingga lebih dari 10%, diare kronik hingga lebih
dari 1 bulan, demam hingga lebih dari satu bulan (kontinyu atau
intermiten). [ CITATION Kat153 \p 12 \l 1033 ]
2) Riwayat penyakit keluarga
HIV dapat ditularkan melalui janin ibu hamil maupun saat pemberian ASI.
[ CITATION Bar131 \p 296 \l 1033 ]
3) Riwayat pengobatan
Menerima regimen antiretrovirus yang berisi lamivudin/zidovudin
(Combivir) dan indinavir. [ CITATION Mor111 \p 1443 \l 1033 ]
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Kesadaran pasien melemah [ CITATION Kat154 \p 29 \l 1033 ]
b) Tanda-tanda vital
Suhu tubuh 38,4°C, frekuensi pernapasan 126kali/menit; dan tekanan
darah 118/60mmHg. [ CITATION Mor111 \p 1443 \l 1033 ]
2) Body System
a) Sistem pernafasan
1. Inspeksi: batuk, napas pendek tanpa otot bantu pernapasan
2. Palpasi: vocal fremitus teraba sama
3. Perkusi: sonor
4. Auskultasi: area bronchial halus [ CITATION Pur15 \p 153 \l 1033 ]
b) Sistem kardiovaskular
1. Inspeksi: ictus cordis normal
2. Palpasi: tidak teraba
3. Perkusi: batas jantung normal
4. Auskultasi: takikardia
c) Sistem persarafan
1. Fungsi selebral : status mental orientasi masih tergantung orang
tua,kesadaran mata (membuka mata spontan ). Motorik ( bergerak
mengikuti perintah ). Verbal ( bicara normal)
2. Fungsi karnial : saat pemeriksaan tidak di temukan tanda-tanda
kelainan dari nervus 1-7
3. Fungsi motorik : klien Nampak lemah, seluruh aktivitasnya di
bantu.
4. Fungsi sensorik: suhu nyeri, getaran,posisi deskriminasi ( terkesan
terganggu )
5. Fungsi cerebellum : koordinasi keseimbangan, kesan normal.
6. Refleks: bisip,trisep, patella dan babinski terkesan normal
d) Sistem perkemihan
1. Inspeksi: lesi pada saluran uretra [ CITATION Pur15 \p 154 \l 1033 ].
e) Sistem pencernaan
1. Inspeksi: sariawan, kandidiasis oral, anoreksia, mual dan muntah,
jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, diare kronik
2. Auskultasi: peristaltic usus melebihi batas normal
3. Palpasi: tidak ada nyeri tekan [ CITATION Pur15 \p 153 \l 1033 ]
f) Sistem integument
1. Inspeksi: herpes simpleks/herpes zoster, herpes, dermatitis,
kandidiasis, kering berbecak serta eczema atau psoriasis pada kulit.
Pada jaringan rambut mengalami infeksi (folliculities)
2. Palpasi: nyeri pada jaringan kulit [ CITATION Pur15 \p 153 \l 1033 ]
g) Sistem musculoskeletal
1. Inspeksi: tidak mampu melakukan ADL, lemah, lesi nekrosis,
destruksi jaringan muco-gingival.
2. Palpasi: kekuatan otot 3333 [ CITATION Kat15 \p 28 \l 1033 ]
h) Sistem endokrin
1. Inspeksi: tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
2. Palpasi: suhu tubuh tidak stabil [ CITATION Yul15 \p 134 \l 1033 ]
i) Sistem reproduksi
1. Inspeksi: jamur pada vagina, sifilis, kandidiasis vagina [ CITATION
Pur15 \p 154 \l 1033 ]
j) Sistem penginderaan
1. Inspeksi: mata cekung, auditorius kurang bersih, mulut berjamur,
lesi nekrosis, periodontitis konvensioanal, kandidiasis oral, mulut
sariawan intermiten
2. Auskultasi: pendengaran buruk [ CITATION Bar131 \p 303 \l 1033 ]
k) Sistem imun
1. Inspeksi: tidak ada penyakit yang berhubungan dengan cuaca,
infeksi stafilokokus pada DM, ↑ kekentalan sekresi mucus. Infeksi
oportunistik[ CITATION Rit16 \p 253 \l 1033 ]
e. Pemeriksaan penunjang
1) Tes untuk diagnose infeksi HIV
a) ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western bolt).
b) Western bolt (positif)
c) Tes P24 antigen (positif untuk protein virus yang bebas).
d) Kultur HIV (positif; kalau dua kali uji kadar secara berturut-turut
mendeteksi enzim reverse tranciptase atau antigen p24 dengan kadar
yang meningkat).
2) Tes untuk deteksi gangguan sistem imun
a) LED (normal namun secara perlahan-lahan akan mengalami
penurunan).
b) CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan unutk
bereaksi terhadap antigen).
c) Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun).
d) Serum mikroglobulin B2 (↑ bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).
e) Kadar immunoglobulin (meningkat). [ CITATION Bar131 \p 303 \l 1033 ]
f. Penatalaksanaan
1) Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara
lain yaitu:
a) Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan
mencegah kemungkinan terjai infeksi
b) Mengurangi infeksi oportunistik atau infeksi lain serta keganasan yang
ada.
c) Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang berfungsi dapat
menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga
tidak terjadi transkripsi DNA HIV.
d) Mengatasi dampak psikososial
e) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan
penyakit, dan prosedur yang diberlakukan oleh tenaga mendis.
f) Dalam menangani pasien HIV/AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)
[ CITATION Bar131 \p 303-305 \l 1033 ] .
2) Pengobatan
Profilaksis untuk mencegah episode pertama penyakit oportunistik pada
orang dewasa dan remaja yang telah terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Program pengobatan pencegahan:
Program Pengobatan Pencegahan
Patogen
Indikasi Pilihan Pertama
Sangat direkomendasikan
Pneumocytis Hitung CD4+ <2000/µ atau TMP-SMZ, 1 tablet ganda (DS) per
jiroveci kandidiasis orofaringeal oral harian (A1)/TMP-SMZ 1 tablet
kekuatan tunggal (SS) per oral
harian (A1)
Mycobacterium Tuberculin Skin Test Isoniazid. 300mg per oral +
tuberculosis ≥5mm/sebelumnya hasil TST (+) piridoksin 50mg per oral harian
Sensitive-isoniazid tanpa pengobatan/kontak dengan selama 9 bulan (AII)/isoniazid
penderita tuberculosis aktif, tanpa 900mg per oral + piridoksin 100mg
memerhatikan hasil TST (BIII) per oral, 2x seminggu selama 9
bulan (BIII)
Resistan-isoniazid = pathogen sebelumnya; Rifampin 600mg per oral harian
↑probabilitas pajanan thd (AIII)/rifabutin 300mg per oral
tuberculosis resistan isoniazid (BIII) harian selama 4 bulan
Resistan berbagai = pathogen sebelumnya; Pilihan terapi memerlukan
obat (isoniazid & ↑probabilitas pajanan thd konsultasi dgn pemberi
rifampin) tuberculosis resistan berbagai obat kebijaksanaan kesmas, bergantung
pd kerentanan pasien.
Toxoplasma gondil Antibody immunoglobulin G thd TMP-SMZ, 1 DS per oral harian
Toxoplasma & hitung (AIII)
CD4+<100/µ
Kompleks Hitung CD4+<50/µ Azitromisin 1200mg per
Mycobacterium oral/minggu (AI)/klaritomisisn
avium 500mg per oral 2x sehari (AI)
Virus varisela zoster
Pajanan dlm jml besar thd Immunoglobulin varisela zoster
(VZV) campak/herpes zoster pd pasien (VZIC) 5 vial(1,25ml/vial) per IM,
tdk pernah memiliki riwayat diberikan ≤96jam setelah tjd
kondisi tsb/jika tersedia antibody pajanan, idealnya dlm ≤48jam (AIII)
thd VZV negatif
Biasa Direkomendasikan
Streptococcus Hitung CD4+(≥) 200/µl Vaksin polisakarida 23 valensi
pneumonia 0,5ml per IM (BII)
Virus hepatitis B Semua pasien yg rentan (mis., Vaksin hepatitis B: 3 dosis (BII)
antigen inti antihepatitis B-
negatif)
Virus influenza Semua pasien (tahunan, sebelum Vaksin hepatitis influenza trivalensi
musim influenza) non-aktif: 1 dosis tahunan (0,5ml)
per IM (BII)
Virus hepatitis A Semua pasien yg rentan thd Vaksin hepatitis A: 2 dosis (BIII)
↑resiko infeksi hepatitis A (mis.,
virus antihepatitis A) (mis.,
pengguna obat illegal,
homoseksual, pasien
hemofoilia)/pasien hati kronik,
mencakup hepatitis B/C kronik
Sumber: [ CITATION Mor111 \p 1437 \l 1033 ] .
3) Pencegahan
Penularan HIV dari ibu dan bayi dapat dicegah melalui:
a) Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama masa kehamilan yang
bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di
dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.
b) Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral (nevirapine) pada saat
persalinan dan bayi baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan
dengan metode sectio Caesar karena terbukti mengurangi resiko
penularan sebanyak 80%.
c) Setelah lahir. Menginformasikan yang lengkap kepada ibu tentang
resiko dan manfaat ASI [ CITATION Bar131 \p 303-305 \l 1033 ] .
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas [ CITATION PPN16 \p 18 \l 1033 ].
1) Definisi: b/d ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
2) Penyebab
Fisiologis
a) Spasme jalan napas
b) Hipersekresi jalan napas
c) Disfungsi neuromuskuler
d) Benda asing dalam jalan napas
e) Adanya jalan napas buatan
f) Sekresi yang tertahan
g) Hyperplasia dinding jalan napas
h) Proses infeksi
i) Respon infeksi
j) Respon alergi
k) Efek agen farmakologis
Situasional
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
e) Mekonium di jalan napas (pada neonates)
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Dispnea
b) Sulit bicara
c) Ortopnea
Objektif
a) Gelisah
b) Sianosis
c) Bunyi napas menurun
d) Frekuensi napas berubah
e) Pola napas berubah
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Gullian barre syndrome
b) Sklerosis multiple
c) Myasthenia gravis
d) Prosedur diagnostic (mis., bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE])
e) Depresi SSP
f) Cedera kepala
g) Kuadriplegia
h) Sindrom aspirasi mekonium
i) Infeksi saluran napas
b. Defisit Nutrisi [ CITATION PPN16 \p 56 \l 1033 ]
1) Definisi: b/d asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
2) Penyebab
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi (mis., financial tidak mencukupi)
f) Faktor psikologis (mis., stress, keengganan untuk makan)
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan manurun
Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan lemah
d) Membrane mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebihan
h) Diare
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Stroke
b) Parkinson
c) Mobius syndrome
d) Cerebral palsy
e) Cleft palate
f) Amytropic lateral sclerosis
g) Kerusakan neuromuscular
h) Luka bakar
i) Kanker
j) Infeksi
k) AIDS
l) Penyakit Crohn’s
m) Enterokolitis
n) Fibrosis kistik
c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit [ CITATION PPN16 \p 88 \l 1033 ]
1) Definisi: b/d mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan
perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial atau intraseluler.
2) Faktor Risiko
a) Prosedur pembedahan mayor
b) Trauma/perdarahan
c) Luka bakar
d) Asites
e) Obstruksi intestinal
f) Peradangan pancreas
g) Penyakit ginjal dan kelenjar
h) Disfungsi intestinal
3) Kondisi Klinis Terkait
a) Prosedur pembedahan mayor
b) Penyakit ginjal dan kelenjar
c) Perdarahan
d) Luka bakar
d. Intoleransi aktivitas [ CITATION PPN16 \p 128 \l 1033 ]
1) Definisi: b/d ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Imobilitas
e) Gaya hidup monoton
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Mengeluh lelah
Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Dispnea saat/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
Objektif
a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia sianosis
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Anemia
b) Gagal jantung kongestif
c) Penyakit jantung koroner
d) Penyakit katup jantung
e) Aritmia
f) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
g) Gangguan metabolic
h) Gangguan muskuloskeletal
e. Defisiensi pengetahuan [ CITATION PPN16 \p 246 \l 1033 ]
1) Definisi: b/d ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu atau kemahiran.
2) Penyebab
a) Keterbatasan kognitif
b) Gangguan fungsi kognitif
c) Kekeliruan mengikuti anjuran
d) Kurang terpapar informasi
e) Kurang minat dalam belajar
f) Kurang mampu mengingat
g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif
a) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
b) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
4) Gejalan dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis., apatis, bermusuhan, agitasi,
hysteria)
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
b) Penyakit akut
c) Penyakit kronis
6) Keterangan
Diagnosis ini dispesifikan berdasarkan topic tertentu, yaitu:
a) Gaya hidup sehat
b) Keamanan diri
c) Keamanan fisik anak
d) Kehamilan dan persalinan
e) Kesehatan maternal pasca persalinan
f) Kesehatan maternal prekonsepsi
g) Keterampilan psikomotorik
h) Konservasi energy
i) Latihan toileting
j) Dll.
f. Termoregulasi Tidak Efektif [ CITATION PPN16 \p 317 \l 1033 ]
1) Definisi: b/d kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal
2) Penyebab
a) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
b) Fluktuasi suhu lingkungan
c) Proses penyakit (mis., infeksi)
d) Proses penuaan
e) Dehidrasi
f) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
g) Peningkatan kebutuhan oksigen
h) Perubahan laju metabolisme
i) Suhu lingkungan ekstrem
j) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
k) Berat badan ekstrem
l) Efek agen farmakologis (mis., sedasi)
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Kulit dingin/hangat
b) Menggigil
c) Suhu tubuh fluktuatif
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Piloereksi
b) Pengisian kapiler >3 detik
c) Tekanan darah meningkat
d) Pucat
e) Frekuensi napas meningkat
f) Takikardia
g) Kejang
h) Kulit kemerahan
i) Dasar kuku siatonik
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Cedera medulla spinalis
b) Infeksi/sepsis
c) Pembedahan
d) Cedera otak akut
e) Trauma
3. Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas [ CITATION Wil16 \p 24-27 \l 1033 ]
1) Tujuan: menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan
oleh Pencegahan Aspirasi; Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Napas; dan
Status Pernapasan: Ventilasi tidak terganggu, menunjukkan Status
Pernapasan: Kepatenan Jalan Napas, yang dibuktikan oleh indikator
gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan atau tidak ada gangguan):
Frekuensi dan irama pernapasan
Kedalaman inspirasi
Kemampuan untuk membersihkan sekresi. Pada contoh lain pasien akan
batuk efektif, mengeluarkan sekret secara efektif, mempunyai jalan napas
yang paten, pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang
jernih, mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam kategori rentang
yang normal, mempunyai fungsi paru dalam batas normal, mampu
mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah.
2) Kriteria Hasil: pasien akan mempunyai fungsi paru dalam batas normal.
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
a) Kaji dan dokumentasikan keefektifan pemberian oksigen dan terapi
lain, keefektifan obat yang diprogamkan, hasil oksimetri nadi,
kecenderungan pada gas darah arteri, jika tersedia, frekuensi,
kedalaman, dan upaya pernapasan, faktor yang berhubungan, seperti
nyeri.
b) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior
c) Pengisapan jalan napas (NIC)
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
a) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis., oksigen,
mesin pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermitten positive
pressure breathing [IPPB])
b) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok di
dalam ruang perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti
merokok
c) Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam
untuk memudahkan mengeluarkan sekret
d) Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat
batuk
e) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum,
seperti warna, karakter, jumlah, dan bau.
Aktivitas Kolaboratif
a) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
b) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
c) Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan
kebijakan institusi
d) Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh [ CITATION Wil163 \p
282-286 \l 1033 ]
1) Tujuan: memperlihatkan status nutrisi, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan,
atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal): asupan gizi, asupan
makanan, asupan cairan, energi.
2) Kriteria hasil: pasien akan menoleransi diet yang dianjurkan serta
mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
b) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
c) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
d) Manajemen Nutrisi (NIC): ketahui makanan kesukaan pasien, timbang
pasien pada interval yang tepat
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
a) Ajarkan metode untuk perencanaan makan
b) Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal
Aktivitas Kolaboratif
a) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau
kehilangan protein (mis., pasien anoreksia nervosa, penyakit
glomerular atau dialysis peritoneal)
b) Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat
membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat.
c. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit [ CITATION Wil162 \p 150-152 \l 1033 ]
1) Tujuan: pasien tidak akan mengalami Ketidakseimbangan Elektrolit, yang
dibuktikan oleh Penyembuhan Luka Bakar, Keseimbangan Cairan, Fungsi
Gastrointestinal, Hidrasi, dan Keparahan Mual serta muntah dalam rentang
yang diterima
2) Kriteria Hasil: pasien akan menunjukkan keseimbangan elektrolit asam
basa, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada penyimpangan dari rentang
normal)
3) Intervesi (NIC)
Aktivitas Keprawatan
a) Pantau tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit yang relevan
(mis., hipo-/hiperkalemia, hipo-/hipernatremia), misalnya: kelemahan,
iritabilitas otot, mual, EKG.
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
a) Ajarkan gejala ketidakseimbangan elektrolit yang relevan
Aktivitas Kolaboratif
a) Pantau efek samping dan respons terapeutik terhadap elektrolit
tambahan
b) Lakukan konsultasi dengan dokter jika ketidakseimbangan elektrolit
persisten atau memburuk
d. Intoleransi aktivitas [ CITATION Wil16 \p 16 \l 1033 ]
1) Tujuan: menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh
Toleransi aktivitas, Ketahanan, Penghematan Energi, Tingkat Kelelahan,
Energi Psikomotorik, Istirahat, dan Perawatan Diri: AKS (dan AKSI).
2) Kriteria hasil: menampilkan aktivitas sehari-hari (AKS) dengan beberapa
bantuan (mis., membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu).
3) Intervensi NIC
Akivitas Keperawatan
a) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI.
b) Kaji respons emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
c) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
a) Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
b) Mengenali tanda dan gejala Intoleran Aktivitas, termasuk kondisi yang
perlu dilaporkan kepada dokter.
c) Pentingnya nutrisi yang baik
d) Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas
e) Penggunaan teknik relaksasi(mis., distraksi, visualisasi) selama
aktivitas.
Aktivitas Kolaboratif
a) Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan
salah satu faktor penyebab.
b) Kolaborasikan dengan ahli okupasi, fisik (mis., untuk latihan
ketahanan) atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau program
aktivitas jika perlu.
c) Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan
jiwa di rumah
d) Rujuk pasien untuk ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan
pelayanan bantuan perawatan rumah jika perlu.
e. Defisiensi Pengetahuan [ CITATION Wil164 \p 249-251 \l 1033 ]
1) Tujuan: memperlihatkan pengetahuan: diet, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak ada, terbatas, cukup, banyak atau
luas): deskripsi diet yang dianjurkan, rasional untuk diet, bahan makanan
yang dianjurkan, strategi, dan aktivitas pemantauan diri.
2) Kriteria Hasil: pasien dan keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan
terhadap informasi tambahan tentang program terapi (mis., informasi
tentang diet)
3) Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
a) Periksa keakuratan umpan-balik untuk memastikan bahwa pasien
memahami program terapi dan informasi lainnya yang relevan
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
a) Tetapkan laporan dengan pasien/keluarga dengan member penyuluhan
sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, diulangi informasi bila
diperlukan
b) Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi, dan berikan
umpan-balik secara verbal dan tertulis.
Aktivitas Kolaboratif
a) Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat
menolong pasien dalam mempertahankan program terapi
b) Buat rencana pengajaran multidispliner yang terkoordinasi, sebutkan
perencanaannya
c) Rencanakan penyesuaian dalam terapi bersama pasien dan dokter
untuk memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti program terapi
f. Ketidakefektifan Termoregulasi [ CITATION Wil165 \p 439-440 \l 1033 ]
1) Tujuan: untuk hasil dan kriteria evaluasi pasien yang spesifik, lihat
Tujuan/Kriteria Evaluasi untuk Hipertermia, untuk Hipotermia, dan untuk
Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh.
2) Kriteria Hasil: suhu normal
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
Intervensi keperawatan berfokus pada penyuluhan untuk pencegahan
Ketidakefektifan termoregulasi dan pada pemeliharaan suhu tubuh normal
dengan menyesuaikan faktor-faktor eksternal, seperti pakaian dan suhu
ruangan. Lihat aktivitas keperawatan untuk risiko ketidakseimbangan suhu
tubuh; hipertermi; dan untuk hipotermia.

Anda mungkin juga menyukai