Oleh:
Fitriyah Febriani Ichwanda 14.401.17.037
Helmi Asyiraf Alfarabi 14.401.17.040
A. Latar Belakang
Masalah HIV/AIDS merupakan masalah besar yang mengancam Negara
Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. UNAIDS Badan WHO yang
mengurus masalah AIDS, memperkirakan bahwa jumlah di seluruh dunia pada bulan
desember 2004 adalah 35,9-44,3jt orang. Saat ini tidak ada satupun negara yang
terbebas dari HIV/AIDS. Hal ini menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan,
menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi,
pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Bahkan bisa dikatakan bahwa HIV/AIDS
menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis di bidang kesehatan, AIDS
memerlukan respon atau kerjasama dari masyarakat dan memerlukan layanan
pengobatan dan perawatan untuk individu yang telah terinveksi HIV [ CITATION Set142
\p 887 \l 1033 ].
Sebesar 75% kasus penyakit HIV/AIDS terjadi akibat penularan secara kontak
atau hubungan badan. UNAIDS memperkirakan jumlah ODHA di dunia sekitar 40
juta jiwa. Sampai sekarang, di sub-sahara Afrika paling banyak terdapat ODHA, yakti
70% dari ODHA yang ada di dunia. Sedikitnya ada sebanyak 12 juta anak yang
menjadi yatim piatu akibat HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS tersebar di 368 (73,9%) dari
498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Jakarta memiliki angka terbesar
untuk kasus baru pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.012 kasus. Pada tahun 2013 ada
sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap penyakit
AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan
pengecualian Provinsi Papua dimana angka epidemic diperkirakan mencapai 2,4%
dan cara penularan utamanya yaitu melalui hubungan seksual tanpa menggunakan alat
pelindung [ CITATION Kat15 \p 5-10 \l 1033 ].
Untuk meminimalisir terjadinya penularan virus ini, cara pencegahannya yaitu
antara lain kita perlu mengetahui bahwa penyakit ini dapat ditularkan melalui
hubungan seksual, melalui darah, melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya.
Yang pertama yaitu dengan melakukan hubungan seksual hanya dengan mitra seksual
yang tidak terinfeksi HIV atau menghindari seks bebas, gunakan kondom mulai dari
awal sampai akhir hubungan hubungan seksual. Berbeda dengan pencegahan melalui
darah yaitu dengan menggunakan jarum suntik steril, tidak menerima transfuse darah
yang terinfeksi HIV, tidak meminjam atau menggunakan bergantian dengan orang
lain pisau cukur, gunting kuku atau bekas gigi. Untuk cara pencegahan melalui ibu
hamil yaitu hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil
[ CITATION Sir10 \l 1033 ].
Berbagai hasil penelitian dalam bidang infeksi HIV memberi harapan dalam
pencegahan dan terapi. Berbagai upaya pencegahan yang telah kita ketahui seperti
perilaku sehat, penggunaan kondom, serta meminimalisir pencegahan dengan
pemakaian jarum suntik bersama tetap merupakan upaya yang penting, namun
pemberian obat anti retrovirus (ARV), terbukti mampu menurunkan presentasenya
secara nyata [ CITATION Set142 \p 887 \l 1033 ].
B. Batasan Masalah
Pada makalah ini mencakup asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
HIV/AIDS, yang mencakup konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan.
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit HIV/AIDS?
2. Apa etiologi dari penyakit HIV/AIDS?
3. Apa sajakah tanda dan gejala dari penyakit HIV/AIDS?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit HIV/AIDS?
5. Apa sajakah klasifikasi dari penyakit HIV/AIDS?
6. Apa sajakah komplikasi dari penyakit HIV/AIDS?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit HIV/AIDS?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari penyakit HIV/AIDS?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui dan memahami konsep dari
penyakit HIV/AIDS dan asuhan keperawatan untuk pasien yang memiliki riwayat
penyakit HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi HIV/AIDS
b. Untuk mengetahui dan memahami tentang etiologi HIV/AIDS
c. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala HIV/AIDS
d. Untuk mengetahui dan memahami tentang patofisiologi HIV/AIDS
e. Untuk mengetahui dan memahami tentang klasifikasi HIV/AIDS
f. Untuk mengetahui dan memahami tentang komplikasi HIV/AIDS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas
seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara
menyeluruh dimana mayoritas pasien membutuhkan perawatan dan pengobatan
medis yang canggih selama masa perjalanan penyakit [ CITATION Bar131 \p 295 \l
1033 ].
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) [ CITATION
Man00 \p 162 \l 1033 ].
Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa infeksi HIV adalah
infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh
HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progesif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada
orang dewasa). HIV pada anak paling sering ditemui akibat transmisi dari ibu
yang sudah memiliki HIV ke anaknya. Kemungkinan besar perpindahan virus
HIV ini terjadi selama proses kehamilan dan juga persalinan.
2. Etiologi
Adapun etiologi secara keseluruhan mencakup semua usia yang mana setiap
orang memiliki resiko terinfeksi HIV. Penyebab kelainan imun pada AIDS ialah
suatu agen viral yang biasa disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV)
atau Human T-Cell Leukemia Virus (HTL-III yang juga disebut Human T-Cell
Lymphotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RAN) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) ketika telah masuk ke dalam sel
pejamu. Penularan virus dapat ditularkan melalui: (Agung, 2000)
a. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom
dengan orang yang positif terinfeksi HIV
b. Jarum suntik/tindik/tato yang penggunaanya berulang-ulang atau bergantian
dan tidak steril
c. Mendapat transfusi darah dari seorang yang terinfeksi HIV
d. Ibu hamil yang telah terinfeksi HIV dapat menularkan janinnya di dalam
kandungan maupun saat melahirkan serta dapat melalui ASI [ CITATION
Nur15 \p 10 \l 1033 ].
Penyebab AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi
patogen dalam darah, dan penularan masa perinatal.
a. Faktor resiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak yaitu:
1. Bayi dari ibu dengan pasangan biseksual.
2. Bayi lahir dari ibu dengan pasangan berganti.
3. Bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya pengguna obat intravena.
4. Bayi atau anak yang mendapatkan transfusi darah atau produk darah
berulang.
5. Anak yang terpapar infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah
seksual).
6. Anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
b. Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:
1) Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)
Ibu hamil terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal.
Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterine) intrapartum, yaitu
pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu.
2) Selama persalinan (intrapartum)
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovagial yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan
lahir.
3) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh yang terinfeksi.
Ibu yang telah positif terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina
21%, cairan aspirasi lambung pada bayi yang telah dilahirkan. Besarnya
paparan pada persalinan normal sangat dipengaruhi dengan adanya kadar
HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina,
perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini,
persalinan premature, penggunaan electrode pada kepala janin,
penggunaan vakum atau forcep, episiotomy dan rendahnya kadar CD4
pada ibu. Ketuban yang pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan
meningkatkan risiko transmisi antepartum sampai dua kali lipat
dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum persalinan.
4) Bayi tertular melalui pemberian ASI.
Transmisi pascapersalinan sering terjadi melalui ASI. ASI diketahui
banyak mengandung HIV dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi
median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang menderita HIV adalah 1 per
10 4 sel, partikel virus ini dapat ditemukan pada komponen sel dan nonsel
ASI. Berbagai faktor yang dapat memengaruhi risiko transmisi HIV
melalui ASI antara lain mastitis atau luka di putting, lesi di mukosa mulut
bayi, prematuritas dan respons imun bayi. Penularan HIV melalui ASI
diketahui merupakan faktor penting penularan pascapersalinan dan
meningkatkan risik transmisi dua kali lipat [ CITATION Bar131 \p 295-296 \l
1033 ].
3. Tanda dan Gejala
Berdasarkan gambaran klinik pada (WHO 2006) yaitu
Tanpa gejala : Fase klinik 1
Ringan : Fase klinik 2
Lanjut : Fase klinik 3
Parah : Fase klinik 4
Fase klinik HIV
Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadneopati (gangguan kelenjar atau pembuluh limfe) menetap
dan menyeluruh pada tubuh.
Fase klinik 2
Penurunan berat badan hingga (<10%) tanpa disertai sebab. Infeksi saluran
pernafasan bagian atas (sinusitis, tonsillitis, otitis media, pharyngitis) berulang.
Herpes zoster, infeksi pada sudut bibir, ulkus mulut berulang-ulang, papular
pruritic eruptions, seborrhoic dermatitis, infeksi jamur kuku.
Fase klinik 3
Penurunan berat badan hingga (>10%) tanpa disertai sebab. Diare kronik tanpa
disertai sebab hingga >1 bulan. Demam intermiten >1 bulan. Kandidiasis oral
menetap/intermiten. TB pulmonal (baru), plak putih yang terdapat pada mulut,
infeksi akibat bakteri berat misalnya: pneumonia, empyema (nanah pada rongga
tubuh terutama pleura, abses otot skelet, infeksi pada sendi atau tulang),
meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvic, acute necrotizing
ulcerative stomatitis, gingivitis atau periodontitis anemia yang penyebabnya tidak
diketahui secara pasti (<8g/dl), neutropenia (<0,5 x 10 9/l) & atau trombositopenia
kronik (<50 x 108/l).
Fase klinik 4
Gejala (symptom) menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocytis
pneumonia (pneumonia disebabkan karena pneumocytis carinii), pneumonia
bakteri berulang, infeksi herpes simplek kronik (orolabial, genital atau anorektal
>1 bulan) Oesophangeal candidiasis, TBC ekstrapulmonal, Cytomegalovirus,
Toksoplasma si sistem saraf pusat, HIV ensefalopati, meningitis, infection
progressive multivocal, lymphoma, invasive cervical carcinoma,
leukoencephalopathy [ CITATION Nur15 \p 10 \l 1033 ].
4. Patofisiologi
Etiologi dari penyakit HIV/AIDS kontak melalui darah, kontak seks, maupun
ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS, HIV masuk ke dalam tubuh dan berikatan
limfosit T, monosit, makrofag yang menyebabkan HIV berdifusi dengan CD4+
serta penurununan netrofil sehingga terjadi netropenia. Setelah berdifusi dengan
CD4+, intivirus masuk sitoplasma. Tunas virus terbentuk menjadi virion HIV.
Gejala AIDS mulai muncul dan timbul masalah keperawatan seperti defisiensi
pengetahuan, intoleransi aktivitas, penurunan sistem kekebalan yang
menyebabkan kerentanan sel menjadi sel kanker. Masalah lain yang nampak
antara lain gangguan harga diri, infeksi oportunistik, ketidakefektifan
termoregulasi. Resiko infeksi oportunistik contohnya infeksi paru-paru dan
saluran pencernaan yang menyebabkan gangguan jalan nafas dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehingga menimbukan
kelemahan dan intoleransi aktivitas [ CITATION Nur15 \p 12-13 \l 1033 ].
Pathway
HIV berikatan,
- Kontak dengan darah HIV masuk tubuh
limfosit T, monosit,
- Kontak seks makrofag
- Kontak ibu bayi
Integrasi DNA
RNA virus→DNA Inti virus masuk
virus+prot. pada
kedalam sitoplasma
14(provirus)
Tunas virus
Humoral Seluler
Tidak
Lawan CD4+ yg Pengaruh ikatan mengintensifkan
terinfeksi pada tes ELISA sistem imun
CD 4+ ↓
Pembelahan sel
berlebhan Peningkatan sitokinin
Resiko infeksi
(oportuniti)
Picu sel kanker Pirogenindogen
Mukosa teriritasi
Eksudat
Peristaltic ↑
Sesak nafas Intoleransi aktivitas