Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIRSCHSPRUNG

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7

Fitriyah Febriani (14.401.17.037)

Galuh Fitri Ananda (14.401.17.039)

Helmi Asyraf Alfarabi (14.401.17.040)

Imelda Arofah (14.401.17.041)

Ira Pramesti (14.401.17.043)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA KRIKILAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN – GLENMORE

BANYUWANGI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Hirschsprung”.

Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Hirschsprung. Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat memahami
asuhan keperawatan anak dengan hirschsprung dengan baik.

Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu dan
mendukung untuk menyelesaikannya.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih
banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran atau
kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini. Kami
berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Krikilan, 15 September 2019

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Batasan Masalah .......................................................................................1
D. Tujuan.........................................................................................................2
E. Manfaat.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TEORI
1. Definisi.................................................................................................3
2. Etiologi.................................................................................................4
3. Patofisiologi.........................................................................................4
4. Manifestasi Klinis...............................................................................7
5. Komplikasi..........................................................................................7
6. Klasifikasi ...........................................................................................8
7. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................8
8. Penatalaksanaan.................................................................................9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian...........................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................13
3. Intervensi.............................................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................27
B. Saran...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Aganglionik Kongenital) adalah penyakit
yang paling sering menyebabkan obstruksi usus pada bayi. Penyakit paling sering
dikarakteristikkan dengan konstipasi pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan oleh
kuangnya sel ganglion di usus, yang menyebabkan ketidakadekuatan motilitas pada
bagian usus. Sel ganglion ini mungkin saja tidak ditemukan dari kolon rektosigmoid ke
usus kecil. Penyakit hirschsprung terjadi pada 1 dari setiap 5.400 hingga 7.200 bayi baru
lahir [ CITATION Ter12 \l 1057 ]
Reseksi bedah usus aganglionik dan reanastomisis usus yang tersisa diperlukan
untuk meningkatkan ketepatan fungsi usus. Terdapat beberapa jenis prosedur bedah
untuk mengatasi penyakit ini, yang biasanya dilakukan dalam beberapa tahap. Reaksi
bedah mengharuskan anak memiliki ostomi untuk mengalihkan aliran feses melalui
stoma di abdomen. Hal ini memungkinkan area usus yang direseksi dan anastomisis pulih
sebelum digunakan. Ostomi kemudian ditutup [ CITATION Ter12 \l 1057 ].
Pada tahun 1886 Hirschsprung mengemukakan 2 kasus obstipasi sejak lahir yang
dianggapnya disebabkan oleh dilatasi kolon. Kedua pasien tersebut meninggal.
Dikatakan pula bahwa keadaan ini merupakan kesatuan klinik tersendiri dan sejak itu
disebut sebagai penyakit hischsprung atau megakolon kongenital [ CITATION Nga05 \l
1057 ].

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Hirschsprung?

C. Batasan masalah
Masalah pada studi kasus ini di batasi pada asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami hirschsprung.

1
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan hirschsprung.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan hirschsprung.
b. Menetapkan diagnose keperawatan pada anak dengan hirschsprung.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada anak dengan hirschsprung.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan hirschsprung.

E. Manfaat Penelitian
1. Penulis
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman tentang perawatan pada anak dengan
hirschsprung.
2. Instansi Pendidikan
Agar dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu
keperawatan, terutama kajian pada anak dengan hirschsprung.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa apanglionosis usus
yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai suatu kelainan
kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach
di kolon. Keadaan abnormal tersebut yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat
menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal (Hidayat, 2008).
Hischsprung merupakan kelainan bawaan berupa tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada kolon (Nugroho , 2011).
Hirschsprung (megakolon atau aganglionik kongenital) adalah anomali kongenital
yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian
usus [ CITATION Sod12 \l 1057 ].
Hirschsprung adalah kelaianan bawaan penyebab gangguan pasase usus.
Dikenalkan pertama kali oleh hirschsprung pada tahun 1886. Zuelser mengemukakan
bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis
[ CITATION Kar13 \l 1057 ].

3
2. Etiologi
1) Kegagalan sel neural chest embrional yang bermigrasi ke dalam usus atau
kegagalan pleksus mesentrikus dan submukosa untuk berkembang ke
kraniokaudal di dinding usus.
2) Riwayat keluarga mengalami hirscprung
Sedangkan menurut [ CITATION Sod12 \l 1057 ], Penyebab penyakit
hirschsprung belum diketahui, kemungkinan terdapat keterlibatan faktor genetik,
anak laki-laki lebih banyak terkena penyakit hirschsprung dibandingkan anak
perempuan (4:1).
Penyakit ini disebabkan oleh aganglionosis meissner dan aurbach dalam
lapisan dinding usus, mulai dari spinterani internus kearah proksimal, 70%
terbatas didaerah rektosigmoid, 10% sampai kolon dan sekitarnya 5% dapat
mengenai seluruh usus sampai pilorus [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
3. Patofisiologi
Hirschsprung atau istilah congenital aganglionic mega colon mengambarkan
adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada diding sub mukosa
kolon distal. Segmen anganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak
adanya gerakan tenaga pendorong (paristaltik) dan tidak adanya evaluasi usus spontan
serta normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada
saluran cerba. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada mega kolon.
Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan fases terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan terdilatsi bagian usus yang proksimal terdapat daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian colon tersebut melebar.
Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan tidak adanya ganglion
parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik (aurbach) tidak ditemukan pada
satu atau lebih bagian dari kolon menyebabkan peristaltik usus adnormal. Paristaltik
usus abnormal konstipasi dan akumulasi sisa pencernaa di kolon yang berakibat
timbulnya dilatsi usus sehingga terjadi megakolon dan pasien mengalami distensi
abdomen. Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter ani internal menjadi tidak

4
berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses, gas, dan cairan terhambat.
Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak merupakan media utama
berkembanya bakteri. Iskemia saluran cerna berhubungan dengan peristaltik yang
abnormal mempermudah infeksi kuman ke lumen usus dan terjadi enterocolitis.
Apabila tidak segera ditangani anak yang mengalami hal tersebut dapat mengalami
kematian[ CITATION Ali06 \l 1057 ].

5
PATHWAY
Aganglionik saluran
cerna

Peristaltik menurun

Perubahan pola eliminasi


(konstipasi)

Akumulasi isi usus

Dilatsi usus
Proliferasi bakteri

Pengeluaran endotoksin Feses membusuk produks gas


meningkat

Inflamsi diare

Mual & muntah Distensi abdomen

enterokolitis

anoreksia Drainase gaster


Penekanan pada
Prosedur operasi
digrama
Ketidak seimbangan Resiko
Nyeri akut nutrisi < dari hipovolemia Ekspansi paru
kebutuhan tubuh
menurun

Imunitas menurun Pola nafas tidak efektif

Perubahan tumbuh Resiko tinggi


kembang infeksi

[ CITATION Ali06 \l 1057 ]

6
4. Manifestasi Klinis
Penyakit hirschsprung harus dicurigai bila seorang bayi cukup bulan terlambat
mengeluarkan feses. Beberapa bayi akan mengeluarkan mekonium secara normal,
tetapi selanjutnya memperlihatkan riwayat konstipasi kronis. Obstipasi (sembelit)
merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala obstruksi
akut. Tiga tanda (trias) yan sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat
keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung, dan muntah berwarna hijau [ CITATION
Sod12 \l 1057 ].

Pada neonatus, kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya mekonium


selama 3 hari atau bahkan lebih. Mungkin erdapat obstruksi rektum dengan distensi
abdomen progesif dan muntah. Sementara itu, pada anak yang lebih besar kadang-
kadang ditemukan keluhan adanya diare atau enterokolitis kronik lebih menonjol
daripadatanda-tanda obstipasi (sembelit) [ CITATION Sod12 \l 1057 ].

5. Komplikasi
Komplikasi penyakit hischprung adalah
a. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya
b. Enterokolitis nekrotiokans
c. Abses peri kolon
d. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang berkurang dalam waktu lama
e. Septikemia
Disebakan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena
iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dinding usus[ CITATION don03 \l
1057 ].

6. Klasifikasi
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1996) hirschsprung dibedakan
berdasarkan panjang segmen yang terkena yaitu:

7
1) Segmen pendek
Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid merupakan 70%
kasus penyakit hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan. Pada tipe segmen ini insiden lima kali lebih besar
dari saudara laki-laki yang menderita kelainan yang sama, yaitu 1 dalam 20.
2) Segmen panjang
Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat menyerang
seluruh kolon atau sampai usus halus. Anak laki-laki dan perempuan memiliki
peluang yang sama, satu dalam 10 tanpa membedakan jenis kelamin [ CITATION
Sod12 \l 1057 ].

7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditentukan:
a) Daerah transisi
b) Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang
menyempit
c) Entrokolitis pada segmen yang melebar
d) Terdapat retensi barium setelah 24 -48 jam
Pada bayi baru lahir, berium enema tidak selalu memperlihatkan gambaran
yang jelas dari penyakit apabila seluruh kolon tidak mempunyai sel
ganglion. Hal ini terjadi meskipun pengeluaran barium terdapat 24 jam
setelah pemeriksaan dignostik.
2) Biopsi isap rektum
Hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea dentata untuk
menghindari daerah normal hipogang lionosis dipingir anus. Biopsi ini dilakukan
untuk memperlihatkan tidak adanya sel-sel ganglion di submukosa atau pleksus
saraf intermuskular.
3) Biopsi rektum
Biopsi rektum dilakukan dengan cara tusukan atau punsh atau sedotan 2 cm diatas
garis pektinatus memperlihatkan tidak adanya sel-sel ganglion di sub mukosa atau
pleksus saraf intermuskular

8
4) Biopsi otot rektum
Pengambilan otot rektum, dilakukan bersifat traumatik menunjukan aganglionosis
otot rektum
5) Manometri anorektal
Dilakukan dengan distensi balon yang diletakan di dalam ampula rektum.balon
akan mengalami penurunan tekanan di dalam sfingter ani internal pada pasien
yang normal. Sedangkan pada pasien yang megacolon akan mengalami tekanan
yang luar biasa
6) Pemeriksaan kolon anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk menetahui bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usu bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
7) Foto rontgen andomen
Didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang melebar
normal dan colon distal tersumbat dengan diameter yang lebih kecil karena usus
besar yang tampa ganglion tidak bereaksi. Pada pemeriksaan foto polos abdomen
akan ditemukan usus melebar/gambaran obstruksi usus letak rendah. [ CITATION
Ali06 \l 1057 ].

8. Penatalaksanaan
1) Terapi konservatif dengan melalui pemasangan sonde lambung dan pemasangan
pipa rectal untuk mengeluarkan mekoniumdan udara.
2) Lakukan rujukan untuk tindakan pembedahan. Terhadap beberapa prosedur
pembedahan, sebagai berikut
a) Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double-barrel sehingga tonus
dan ukuran usus yang dilatasi sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal kurang lebih 3- 4 bulan
b) Bila bayi berusia 6-12 bulan/berat badan 9-10 kg dilakukan pembedahan
dengan cara memotong usus yang berganglion dan menganastomosiskan
usus yang bergangliun ke rektum dengan jarak 1 cm dari anus

9
c) Prosedur duhamel
Dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.prosedur ini
terdiri atas penarikan kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosiskanya di belakang anus aganglionik, menciptakan
dinding ganda yang terdiri dariselubung anganglionik dan bagian proterior
kolon normal yang ditarik tersebut
d) Prosedur swenson
Bagian kolon yang aganglionik itu dibuang, kemudian dilakukan
anstomosis end to end pada kolon bergangliondengan saluran anal yang
dilatasi. Sfingterotomi dilakukan pada bagian posterior
e) Prosedur soave
Dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang
paling banyak dilakukan untuk penyakit hisprung. Diding otot dari segmen
rektum dibiarkan tetap utuh. Kolom yang bersaraf normal ditarik sampai
ke anus,tepat dilakukanya anastomisis antar kolom normal dan jaringan
otot rektosisgmoid.[ CITATION Dwi11 \l 1057 ]
9.

10
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan
kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih
sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.  Sedangkan
kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan
sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
b) Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah. Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru
lahir. Perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah
dan diare [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total
saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi
mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala
ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang di ikuti
dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan,
enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau
busuk dapat terjadi [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
3) Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Riwayat penyakit sebelumnya
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
hirschsprung [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
2) Riwayat penyakit keluarga

11
Ada atau tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada
anaknya [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
3) Riwayat imunisasi
Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit hirschsprung
[ CITATION Kar13 \l 1057 ].
4) Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran umum
a. Kesadaran
Composmentis ataupun bisa sampai latargis
b. Tanda-tanda vital
Peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
apabila disertai napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh
c. Body system
a. Pernapasan
Sesak napas dan distres pernapasan [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
b. Kardiovaskular
Pada pemeriksaan kardiovaskuler Tidak ada kelainan [ CITATION Kar13 \l
1057 ].
c. Persyarafan
Tidak ada kelainan [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
d. Pencernaan
Umumnya obstipasi, perut kembung atau perut tegang, muntah berwarna
hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik, pada colok anus
jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan
keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot [ CITATION
Kar13 \l 1057 ].
e. Integumen
Akral hangat [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
f. Muskuloskeletal
Gangguan rasa nyaman [ CITATION Kar13 \l 1057 ].

12
g. Endokrin
Tidak ada kelainan [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
h. Pengindraan
Tidak ada kelainan [ CITATION Kar13 \l 1057 ].

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa Diagnosa keperawatan yang akan muncul menurut [ CITATION PPN17 \l
1057 ] :
1) Gangguan eliminasi BAB : konstipasi/obstipasi berhubungan dengan tidak adanya
peristaltik usus, akumulasi feses.
Definisi : penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan
tidak tuntas serta feses kering dan banyak.
Kondisi klinis terkait : a. penyakit hircsprung
b. cedera pada medulasi spinal
c. tumor
d. hemoroid
2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya distensi abdomen

Definisi : pengalam sensoroik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung selama kurang dari 3 bulan.

Kondisi klinis terkait : a. kondisi pembedahan

b. cedera traumatis

c. infeksi

d. sindrom coroner akut

e. glaukoma

3) Resiko hipovolemia berhubungan dengan mual muntah

13
Definisi : beresiko mengalami penurunan volume cairan inrta faskuler, intertisial,
atau intra seluler.
Kondisi klinis terkait : a. kehilangan cairan secara aktif
b. gangguan absorsi cairan
c. kegagalan mekanisme regulasi
d. status hipermetabolik
e. kekurangan intek cairan

3. Intervensi Keperawatan
Mwnurut [ CITATION Jud11 \l 1057 ]
1) Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan tidak adanya peristaltik usus,
akumulasi feses

Tujuan NOC :
Setelah dilakukan tidakan keperawatan pola eliminsi kembali normal
Kriteria Hasil :
1.    Pola eliminasi dalam batas normal
2.    Warna feses dalam batas normal
3.    Bau feses tidak menyengat
4.    Konstipasi tidak terjadi
5.    Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik

Intervensi NIC :

1. Kaji pola eliminasi


2. Jelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
3. Monitor efek samping dari tindakan pengobatan
4. Catat perkembangan baik maupun buruk

14
5. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
6. Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
7. Instruksikan kepada keluarga pasien tentang konsekuensi penggunaan laksatif jangka
panjang
8. Kolaborasikan dengan dokter untuk program diet bantuan eliminasi seperti pelunak
feses dan diet tinggi serat
9. Konsultasi dengan ahli gisi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet
10. Konsultasikan dengan dokter rencana pembedahan

2) Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan NOC :
Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak
mengalami gangguan pola tidur.
Krieteria hasil:
1. Pasien dapat mengontrol nyeri
2. Pasien menjadi lebih tenang
3. Ttv dalam batas normal

Intervensi NIC :

1. Kaji tingkat nyeri


2. Observasi reaksi nonverbal atau ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
4. Anjurkan keluarga untuk melakukan distraksi pada pada pasien
5. Tingkatkan istirahat
6. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgesik
3) Resiko hipovolemia berhubungan dengan mual muntah
Tujuan NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan cairan tubuh pasien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Mual muntah berkurang
2. Ttv dalam batas normal

15
3. Mempertahankan intake output
4. Tidak ada tanda dehidrasi

Intervensi NIC :

1. Kaji adanya dehidrasi


2. Monitor status hidrasi
3. Monitor ttv
4. Monitor intake dan output
5. Kolaborasika dengan dokter untuk pemberin terapi dan cairan melalui iv
6. Anjurkan keluarga untuk mendorong pemasukan oral

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik
masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua
yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan
menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai
penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis
maupun keluarga.

B. Saran
Untuk tercapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang
baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam
mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2006). Pengatar Ilmu Keperawatan Anak . Jakarta : Salemba Medika.

Kartika Sari Wijayaningsih, S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

Kyle, T., & Carman, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Volume 3. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Maryanti, D. (2011). Buku Ajar Neonatus, bayi, dan balita. jakarta: cv.Trans Info Media.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diaknosis Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Sodikin, M. (2012). Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M. (2011). Diagnosis Keperawatan edisi 9. Jakarta: EGC.

Wong, d. L. (2003). Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik. Jakarta: EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai