1;
2;
3;
4;
5;
Andre Setyawan
Aulia Rizky
Dedi Fitriadi
Evi Komalasari
Iva khoridatul H.
14.401.14.007
14.401.14.010
14.401.14.018
14.401.14.027
14.401.14.038
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wataala
yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan pasien dengan koagulasi intravaskuler disaminta
ini dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i (AKES RUSTIDA dalam memenuhi tugas
(Mata Kuliah keperawatan medical bedah Semester V). Ucapan terimakasih tidak
lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan
makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun.
DAFTAR ISI
ii
D; Manfaat..........................................................................................
1
2
2
2
3
3
3
6
6
8
9
10
10
13
26
26
27
BAB I
PENDAHULUAN
A; Latar belakang
Kasus anak yang meninggal terkait penyakit AIDS pada tahun 2012 di
seluruh dunia mencapai 260.000 (UNAID , 2010). Risiko kematian secara
umum bayi dengan HIV positif sangat besar. Hanya sejumlah kecil bayi yang
lahir dengan HIV positif bisa bertahan hidup sampai usia 6 tahun (UNICEF,
2011). Di Indonesia rata-rata meninggal sebelum usia 5 tahun (Mboi, 2011).
Tingginya resiko kematian ini karena infeksi HIV tidak diobati dan tidak
mendapatkan perawatan optimal atau penolakan dari orang yang seharusnya
menjaga dan merawatnya seperti orang tua, wali dan kerabat (Avert, 2011).
Penelitian yang dilakukan PKBI Jawa Tengah tahun 2010 menemukan anak
terdampak dan terinfeksi HIV/AIDS pada rentang usia 05 tahun menempati
prosentase tertinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia anak yang lain
yaitu 42,5% (Djati; dkk, 2011).
Fenomena peningkatan kasus HIV/AIDS pada anak Balita juga terlihat
dari laporan Komite Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Jawa Tengah
tahun 2010, bahwa kelompok usia 0-4 tahun mempunyai prosentase kasus
AIDS paling banyak dibandingkan kelompok usia anak yang lain yaitu sebesar
3,36%. Sementara usia 5-9 tahun sebesar 0,88%, 10-14 tahun sebanyak 0,44%
dan usia 15-19 tahun sebanyak 1,09%. Kasus anak balita terinfeksi HIV
terbanyak ditemukan di kabupaten Temanggung yaitu sebanyak 5 kasus.
Sedangkan klinik VCT RSUP dr.Kariadi Semarang mencatat kasus anak balita
dari kabupaten Kudus sebanyak 4 anak dalam satu tahun terakhir 2011. Data
kasus anak terinfeksi HIV/AIDS diperkirakan lebih besar lagi yang belum
terlaporkan atau terdata karena masih adanya stigma dan diskriminasi
(Muhaimin, 2009). Pengasuhan oleh keluarga paling umum dan sering diterima
penderita AIDS di banyak negara miskin, karena perawatan berbasis klinik
sering jauh dari rumah atau biayanya tidak terjangkau.
Pada bayi dan anak, transmisi dari ibu ke anak merupakan cara transmisi
utama infeksi HIV. Di Indonesia angka transmisi dari ibu ke anak diperkirakan
sebesar 0,61%.3,4Di Jakarta Utara dilaporkan adanya peningkatan persentase
ibu hamil yang telah terinfeksi HIV, dari 1,5% pada 2000 menjadi 2,7% pada
4
C; Tujuan
1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;
8;
9;
Mengetahui Klasifikasi
Mengetahui Manifestasi klinis
Mengetahui Perjalan HIV/AIDS
Mengetahui Pemeriksaan penunjang
Mengetahui Penatalaksanaan
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak HIV/AIDS
D; Manfaat
1;
2;
Teoritis
Sebagai bahan pengetahuan tentang konsep HIV/AIDS dan asuhan
keperawatan HIV/AIDS
Praktis
a; Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS
b; Sebagai bahan referensi dan informasi
c; Untuk tambahan pengetahuan bagi mahasiswa dan instansi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A; Konsep Medis
1;
Pengertian HIV/AIDS
Acquired immune deficiency cindrome (AIDS) merupakan gejala
kumpulan penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus
yang disebut HIV. Sedangkan human immunodeficiency virus (HIV)
merupakan virus yang menyerang sisitem kekebalan tubuh manusia yang
kemudian mengakibatkan AIDS. HIV system kerjanya menyerang jenis sel
6
darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk
limfosit yang disebut T4 atau sel T penolong (T helper) atau juga sel CD4.
HIV tergolong kedalam kelompok retrovirus subkelompok lentivirus.
Dikatakan kelompok retrovirus karena virus ini mempunyai kemampuan
membentuk DNA dan RNA virus, sebab mempunyai enzim transcriptase.
(Alimul A. 2008, hal : 111)
Acquired immune deficiency cindrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (human immunodeficiency virus) yang
termasuk family retrovide. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
(Amin hardi 2015, hal : 10)
HIV/AIDS adalah penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh akibat virus HIV. Dalam bahasa Indonesia AIDS disebut sindrom
cacat kekebalan tubuh atau infeksi virus yang dapat menyebabkan
kerusakan parah dan tidak dapat diobati pada system imunitas sehingga
mudah terinfeksi oportunistik (Webber 1995).
2;
Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut dengan HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang
disebut lympadenopathy Associated virus (LVA) atau human T-Cell
leukemia Virus (HTL-III yang juga disebut Humman T-Cell
Lympadenopathy virus , retrovirus). Retrovirus mengubah asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu. (Amin hardi
2015, hal : 10)
Penyebab AIDS (Acquired immune deficiency cindrome) adalah HIV
(human immunodeficiency virus), virus RNA beruntai tunggal dari
keluarga retrovirus yang menghasilkan reverse transcriptase yang
memungkinkan RNA virus untuk bertindak sebagai templet untuk
transkripsi DNA dan berintegrasi kedalam genom inang. HIV-1
menyebabkan 99% dari semua kasus pada manusia HIV-2 yang kurang
virulen menyebabkan 1% sampai 9% dari kasus dibeberapa bagian Negara.
(Karen , J, Robert dkk, 2014, hal : 444)
3;
Patofisiologi
HIV tergolong kedalam kelompok virus yang dikenal sebagai
retrovorus yang menunjukkan bahwa virus membawa materi genetiknya
dalam asam ribonukeat (RNA) dan bukan dalam deoksiribonukleat (DNA).
Virion HIV (partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung
pelindung) mengandung RNA dalam inti membentuk peluru yang
terpancung dimana p2A merupakan komponen structural yang utama.
Tombol crop yang menonjol pada dinding virus terdiri atas protein gp120
yang terkait pada protein gp41.
Sel CD4 positif mencakup monosit magkrofak dan limfosit T4 helper
(dinamakan sel-sel CD4 positif kalau dikaitkan dengan infeksi HIV).
Limfosit T helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel
diatas. Sesuadah terikat dengan mebran sel T4 helper HIV akan
menginjeksikan 2 utas benang RNA yang identik kedalam sel T4 helper,
dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase
HIV akan melakukan pemprograman ulang materi genetic dari sel T4 yang
terinfeksi untuk membuat double straded DNA (DNA atau ganda). DNA ini
Klasifikasi
Kategori system imun pada anak (labotatorium)
<12 bln
Kategori imun
1-5 thn
6-12 th
CD4+
% jumlah
CD4+
% jumlah
CD4+
% jumlah
Sel/mm3
limfosit
Sel/mm3
limfosit
Sel/mm3
limfosit
>1500
>25
>1000
>25
>500
>25
2 (supresi sedang)
750-1499
15-24
500-999
15-24
200-499
15-24
3 (supresi berat)
< 750
<15
<500
<15
<200
<15
Kategori N : Asimtomatik
b;
c;
d;
Anak yang tidak memiliki tanda atau gejala yang dianggap sebagai
akibat dari infeksi HIV atau hanya memiliki salah satu kondisi
tercantum dalam kategori A.
Kategori A : Simtomatik ringan
Anak atau dua lebih dari kondisi berikut, tapi tidak ada kondisi yang
tercantum dalam kategori B dan C.
1; Limfadenopati (pembesaran kelenjar limfe > 0,5 cm teraba di
lebih dari 2 tempat, : bilateral = 1 tempat) .
2; Hepatomegali
3; Splenomegali
4; Dermatitis parotitis
5; Infeksi saluran respiratori atas berulang atau persisten, sinusitis,
atau otitis media.
Kategori B : Simtomatik sedang
Anak yang simptomatik selain yang tercantum dalam kategori A atau
kategori C, yang berhubungan dengan infeksi HIV.
1; Anemia (<8g/dl), netropenia (<1000/mm3), atau trombositopenia
(<100,000/mm3) berlangsung >30 hari, meningitis bacterial,
pneumonia, atau sepsis (episode tunggal)
2; Kandidiasis, orofangeal (yaitu oral thrush) berlangsung >2 bulan
pada anak berusia kurang dari 6 bulan
3; Kardiomiopati
4; Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum usia 1 bulan
5; Diare berulang atau kronis
6; Stomatitis berulang (yaitu >2 episode dalam 1 tahun)
7; Bronchitis, pneumotitis, atau esofagitis dengan awitan sebulum
usia 1 bulan.
8; Herpes zozter paling tidak terjadi 2 episode, atau > dermatom
9; Nefropati nokardiosis
10; Demam > 1 bulan
11; Varicella, diseminata (missal varicella dengan penyulit)
Kategori C : simptomatik berat
Infeksi bakteri berat, multiple atau berulang (missal setidaknya terjadi
dua infeksi denagn bukti kultur dalam periode 2 tahun ). Dari jenis
10
e;
5;
Manifestasi klinis
Manifestasi oral pada anak-anak dengan AIDS menurut jumlah CD4 (Dewa
Ayu 2010).
Manifestasi oral
Total
Limfadenopati
12
Gingivitis
10
Candidiasis
Pembeng-kakan kelenjar
parotis
ulserasi
Jumlah
11
23
34
c;
d;
6;
12
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak :
a; Tes HIV pada anak dilakukan pada usia > 18 bulan (menggunakan
alat)
b; Jika ibu tidak meu menunggu anak usia >18 bulan, yaitu menggunakan
P24A antigen.
c; PCR (polymerase chain reaction). Penggunaan PCR antara lain untuk
tes HIV pada bayi, menetapkan status infeksi individu yang seronegatif
(Tjokronegoro dan Hendra 2003).
d; Mendeteksi antigen virus dengan PCR (polymerase Chain Reaction)
e; Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
f; Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blod
g; Serologis : skrining HIV dengan ELSA, tes western blod, limfosit T
h; Pemeriksaan darah rurin
i; Pemeriksaan neurologis
13
j;
4;
Penatalaksanaan
a; Pengobatan suportif
1; Pemberian nutrisi yang baik
2; Pemberian multivitamin.
b; Pengobatan simptomatik
c; Pencegahan infeksi oportunistik,
kotromoksazol.
d; Pemberian ARV (antiretrovial).
(Amin hardi 2015, hal : 13)
dapat
digunakan
antibiotic
Kriteria
<12 bulan
gejala
Rekomendasi
klinis,
status
1; AIDS
jelas
2; CD4 <25%, terlepas dari
Diobati
3; Asimtomatis
gejala
14
Dipertimbangkan
4; Asimtomatis
HIV
<
100.000
Tunda
kopi/Ml
5 tahun
jelas
2; CD4 <350 sel/mm
3; Asimtomatis atau gejala
Diobati
Dipertimbangkan
2;
Identitas Pasien
Pada anak-anak yang terkena HIV/AIDS biasanya terjadi dimasa perinatal
sekitar usia 9-17 bulan. (Alimul aziz 2008, hal : 113)
Keluhan Utama
Keluhan utama dapat berupa demam dan diare berkepanjangan takipnea,
batuk, sesak napas dan hipoksia (keadaan yang gawat). Diikuti dengan
15
3;
adanya perubahan berat badan dan tinggi badan yang tidak naik, diare lebih
dari 1 bulan. (Alimul aziz 2008, hal : 113)
Riwayat kesehatan
a; Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan HIV/AIDS adanya penurunan berat badan, bercakbercak diseluruh tbuh, adanaya lesi dan varisella diseluruh tubuh.
(Alimul aziz 2008, hal : 116)
b; Riwayat Penyakit Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat tranfusi darah (tranfusi
dari donor HIV/AIDS) pada ibu, atau hubungan seksual. (Alimul aziz
2008, hal : 113)
c; Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan adanya orang tua
yang terinfeksi HIV (50% tertular untuk anaknya), adanya penularan
dapat terjadi pada minggu kesembilan hingga minggu ke 20 dari
kehamilan, adanya penularan dari proses melahirkan, terjadi kontak
darah dan bayi, adanya penularan seelah lahir dapat melalui air susu
ibu. (Alimul aziz 2008, hal : 113)
d; Riwayat psikososial
Klien dengan HIV/AIDS biasanya malu untuk bergaul dengan
tetangganya, aktifitasnya dirumah terganggu, klien dan keluarga
berharap agar klien segera sembuh. (Alimul aziz 2008, hal : 113)
e; Riwayat imunisasi
Usia
Vaksin
2 bulan
4 bulan
6 bulan
12 bulan
Tes tuberculin
15 bulan
MMR, Hepatitis
18 bulan
24 bulan
Vaksin Pneumotorak
16
4;
4-6 tahun
14-16 tahun
DT, campak
c;
d;
e;
17
f;
g;
18
h;
Ekstremitas
Biasanya pada pasien dengan HIV/AIDS mengalami nyeri otot, nyeri
persendian, letih, gangguan gerak (ataksia). (Alimul aziz 2008, hal :
116)
B; DIAGNOSA KEPERAWATAN
1;
19
Syndrome hipoventilasi
j; Obesitas
k; Nyeri
l; Kelelahan otot pernapas
m; Cedera medulla psinalis
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
Batasan karakteristi :
Objektif :
a; Kulit merah
b; Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
c; Frekuensi napas meningkat
d; Kejang atau konvulsi
e; Kulit teraba hangat
f; Takikardi
g; Takipnea
Factor yang berhubungan
a; Dehidrasi
b; Penyakit trauma
c; Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
d; Pakaian yang tidak tepat
e; Peningkatan laju metabolism
f; Obat atau anastesia
g; Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
h; Aktivitas yang berlebih
(Judith dan Nancy 2015, hal : 390)
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak
adekuatan intake nutrisi, dipsnea
Definisi
asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhhi kebutuhan metaboik
Batasan karakteristik
Subjektif
i;
3;
4;
20
a;
b;
C; INTERVENSI KEPERAWATAN
1;
21
Aktivitas keperawatan
Pada umumnya, tindakan keprawatan untuk diagnosis ini berfokus pada
pengkajian penyebab, ketidakefektifan
pernapasan
22
alergi, membimnbing
dan
23
2;
24
3;
Aktivitas kolaborasi :
a; Regulasi suhu, pemberian obat antipiretik, gunakan matras dingin dan
mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh jika perlu.
Aktivitas lain :
a; Lepaskan pakaian yang berlebih dan tutupi dengan selimut saja
b; Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di
aksila, kenign, tengkuk, dan lipat paha
c; Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari, dengan
tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan atau aktivitas sedang
cuaca panas.
d; Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
e; Gunakan selmut dingin
f; Untuk hipertermi maligna
1; Lakukan perawatan kegawatdaruratan sesuai dengan protocol
2; Sediakan peralatan kedaruratan diarea operasi sesuai dengan
protocol.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
Tujuan
25
b;
c;
d;
Intervensi NIC :
Aktivitas keperawatan
a;
Pengkajian
1;
2;
3;
nutrisi
c; Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
d; Timbang pasien pada interval yang tepat
b;
Penyuluhan
1;
2;
3;
c;
Aktivitas kolaboratif
26
1;
2;
3;
d;
Aktivitas lain
1;
2;
3;
4;
BAB III
PENUTUP
A; Kesimpulan
27
retrovirus karena virus ini mempunyai kemampuan membentuk DNA dan RNA
virus, sebab mempunyai enzim transcriptase. (Alimul A. 2008, hal : 111)
HIV/AIDS adalah penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh
akibat virus HIV. Dalam bahasa Indonesia AIDS disebut sindrom cacat
kekebalan tubuh atau infeksi virus yang dapat menyebabkan kerusakan parah
dan tidak dapat diobati pada system imunitas sehingga mudah terinfeksi
oportunistik (Webber 1995).
B; Saran
1;
2;
3;
Bagi Penulis
a; Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
HIV/AIDS
b; Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru (inovatif)
dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada
Bagi Masyarakat
a; Meningkatkan pemahaman tentang HIV/AIDS
Bagi Instansi/ Rumah Sakit
a; Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien
HIV/AIDS
b; Meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis dalam menghadapi kasus
HIV/AIDS
28
DAFTAR PUSTAKA
Hardi amin, 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda.
Yogyakarta, Mediaction.
Wilkinson J dan Ahern N, 2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta, EGC Medical
Publisher.
Alimul Aziz, 2008. Keperawatan Anak. Jakarta, Salemba Medika.
Marcdante. K, Kliegman. R dkk, 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial.
Prabowo Eko, 2015. Buku Panduan Lab Keperawatan Medikal Bedah I .
Brunner dan suddart 2002. Jurnal Kesehatan Anak
Tjokronegoro dan Hendra 2003 dalam Evi Jayanti 2008 Jurnal Deskripsi
HIV/AIDS pada anak
Dewa Ayu 2010 Jurnal Manifestasi Oral HIV/AIDS pada anak.
Ketut dewi dan Irene 2013. Jurnal Kesehatan anak Karakteristik Penderita HIV
29
30