Anda di halaman 1dari 30

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KASUS HIV/AIDS

Disusun Oleh Kelompok : 4

1;
2;
3;
4;
5;

Andre Setyawan
Aulia Rizky
Dedi Fitriadi
Evi Komalasari
Iva khoridatul H.

14.401.14.007
14.401.14.010
14.401.14.018
14.401.14.027
14.401.14.038

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN GLENMORE BANYUWANGI
2016-2017

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wataala
yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan pasien dengan koagulasi intravaskuler disaminta
ini dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i (AKES RUSTIDA dalam memenuhi tugas
(Mata Kuliah keperawatan medical bedah Semester V). Ucapan terimakasih tidak
lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan
makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun.

Krikilan, 1 Oktober 2016

DAFTAR ISI

Halaman judul .............................................................................................


Kata pengantar ............................................................................................

Daftar isi ......................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................

A; Latar belakang ...............................................................................

D; Manfaat..........................................................................................

1
2
2
2

BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................

B; Rumusan masalah .........................................................................


C; Tujuan ...........................................................................................

A; Konsep Medis ...............................................................................

Pengertian HIV/AIDS ............................................................


2; Etiologi ..................................................................................
3; Patofisiologi ...........................................................................
4; Klasifikasi ..............................................................................
5; Manifestasi klinis ...................................................................
6; Perjalan HIV/AIDS ................................................................
7; Pemeriksaan penunjang .........................................................
8; Penatalaksanaan .....................................................................
B; Konsep asuhan keperawatan dengan HIV/AIDS...........................
1;

3
3
3
6
6
8
9
10
10
13

BAB IV PENUTUP ....................................................................................


A; Kesimpulan ...................................................................................
B; Saran .............................................................................................

26
26

Daftar pustaka .............................................................................................

27

BAB I
PENDAHULUAN

A; Latar belakang

Kasus anak yang meninggal terkait penyakit AIDS pada tahun 2012 di
seluruh dunia mencapai 260.000 (UNAID , 2010). Risiko kematian secara
umum bayi dengan HIV positif sangat besar. Hanya sejumlah kecil bayi yang
lahir dengan HIV positif bisa bertahan hidup sampai usia 6 tahun (UNICEF,
2011). Di Indonesia rata-rata meninggal sebelum usia 5 tahun (Mboi, 2011).
Tingginya resiko kematian ini karena infeksi HIV tidak diobati dan tidak
mendapatkan perawatan optimal atau penolakan dari orang yang seharusnya
menjaga dan merawatnya seperti orang tua, wali dan kerabat (Avert, 2011).
Penelitian yang dilakukan PKBI Jawa Tengah tahun 2010 menemukan anak
terdampak dan terinfeksi HIV/AIDS pada rentang usia 05 tahun menempati
prosentase tertinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia anak yang lain
yaitu 42,5% (Djati; dkk, 2011).
Fenomena peningkatan kasus HIV/AIDS pada anak Balita juga terlihat
dari laporan Komite Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Jawa Tengah
tahun 2010, bahwa kelompok usia 0-4 tahun mempunyai prosentase kasus
AIDS paling banyak dibandingkan kelompok usia anak yang lain yaitu sebesar
3,36%. Sementara usia 5-9 tahun sebesar 0,88%, 10-14 tahun sebanyak 0,44%
dan usia 15-19 tahun sebanyak 1,09%. Kasus anak balita terinfeksi HIV
terbanyak ditemukan di kabupaten Temanggung yaitu sebanyak 5 kasus.
Sedangkan klinik VCT RSUP dr.Kariadi Semarang mencatat kasus anak balita
dari kabupaten Kudus sebanyak 4 anak dalam satu tahun terakhir 2011. Data
kasus anak terinfeksi HIV/AIDS diperkirakan lebih besar lagi yang belum
terlaporkan atau terdata karena masih adanya stigma dan diskriminasi
(Muhaimin, 2009). Pengasuhan oleh keluarga paling umum dan sering diterima
penderita AIDS di banyak negara miskin, karena perawatan berbasis klinik
sering jauh dari rumah atau biayanya tidak terjangkau.
Pada bayi dan anak, transmisi dari ibu ke anak merupakan cara transmisi
utama infeksi HIV. Di Indonesia angka transmisi dari ibu ke anak diperkirakan
sebesar 0,61%.3,4Di Jakarta Utara dilaporkan adanya peningkatan persentase
ibu hamil yang telah terinfeksi HIV, dari 1,5% pada 2000 menjadi 2,7% pada
4

2001.5 Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan epidemi


HIV tercepat di dunia. Infeksi HIV masih jarang sampai dengan pertengahan
1990, dan pada tahun 2000 hanya setengah dari 33 provinsi di Indonesia
melaporkan adanya kasus HIV/AIDS. Pada tahun 2009, hanya satu provinsi
saja yang tidak melaporkan didapatkannya kasus HIV/AIDS. Sampai dengan
2008, UNAIDS dan WHO memperkirakan sekitar 270.000 orang di Indonesia
hidup dengan infeksi HIV, tiga kali lebih besar dari perkiraan 6 tahun yang lalu
yang hanya sebesar 93.000 orang.6,7 Diperkirakan juga sebesar 51.000 infeksi
baru terjadi setiap tahun di Indonesia (Irene dan dewi ketut 2013)
Dari sisi medis, tenaga medis dituntut secepatnya untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang infeksi HIV untuk perbaikan upaya
pencegahan, diagnosis dini, dan penanganan infeksi HIV pada bayi dan anak.
Dengan demikian, diharapkan terjadi penurunan kejadian serta penurunan
angka kematian bayi dan anak penderita infeksi HIV. Sampai saat ini belum
didapatkan laporan tentang gambaran infeksi HIV pada anak di Bali. Penelitian
ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik anak penderita infeksi HIV
beserta faktor-faktor yang berhubungan dengan luaran penderita yang dirawat
di RSUP Sanglah (Irene dan dewi ketut 2013).
B; Rumusan masalah
1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;
8;
9;

Bagaimana Pengertian HIV/AIDS ?


Bagaimana Etiologi ?
Bagaimana Patofisiologi ?
Bagaimana Klasifikasi ?
Bagaimana Manifestasi klinis ?
Bagaimana Perjalan HIV/AIDS ?
Bagaimana Pemeriksaan penunjang ?
Bagaimana Penatalaksanaan ?
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak HIV/AIDS ?

C; Tujuan
1;
2;
3;

Mengetahui Pengertian HIV/AIDS


Mengetahui Etiologi
Mengetahui Patofisiologi

4;
5;
6;
7;
8;
9;

Mengetahui Klasifikasi
Mengetahui Manifestasi klinis
Mengetahui Perjalan HIV/AIDS
Mengetahui Pemeriksaan penunjang
Mengetahui Penatalaksanaan
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak HIV/AIDS

D; Manfaat
1;

2;

Teoritis
Sebagai bahan pengetahuan tentang konsep HIV/AIDS dan asuhan
keperawatan HIV/AIDS
Praktis
a; Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS
b; Sebagai bahan referensi dan informasi
c; Untuk tambahan pengetahuan bagi mahasiswa dan instansi

BAB II
TINJAUAN TEORI
A; Konsep Medis
1;

Pengertian HIV/AIDS
Acquired immune deficiency cindrome (AIDS) merupakan gejala
kumpulan penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus
yang disebut HIV. Sedangkan human immunodeficiency virus (HIV)
merupakan virus yang menyerang sisitem kekebalan tubuh manusia yang
kemudian mengakibatkan AIDS. HIV system kerjanya menyerang jenis sel
6

darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk
limfosit yang disebut T4 atau sel T penolong (T helper) atau juga sel CD4.
HIV tergolong kedalam kelompok retrovirus subkelompok lentivirus.
Dikatakan kelompok retrovirus karena virus ini mempunyai kemampuan
membentuk DNA dan RNA virus, sebab mempunyai enzim transcriptase.
(Alimul A. 2008, hal : 111)
Acquired immune deficiency cindrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (human immunodeficiency virus) yang
termasuk family retrovide. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
(Amin hardi 2015, hal : 10)
HIV/AIDS adalah penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh akibat virus HIV. Dalam bahasa Indonesia AIDS disebut sindrom
cacat kekebalan tubuh atau infeksi virus yang dapat menyebabkan
kerusakan parah dan tidak dapat diobati pada system imunitas sehingga
mudah terinfeksi oportunistik (Webber 1995).
2;

Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut dengan HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang
disebut lympadenopathy Associated virus (LVA) atau human T-Cell
leukemia Virus (HTL-III yang juga disebut Humman T-Cell
Lympadenopathy virus , retrovirus). Retrovirus mengubah asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu. (Amin hardi
2015, hal : 10)
Penyebab AIDS (Acquired immune deficiency cindrome) adalah HIV
(human immunodeficiency virus), virus RNA beruntai tunggal dari
keluarga retrovirus yang menghasilkan reverse transcriptase yang
memungkinkan RNA virus untuk bertindak sebagai templet untuk
transkripsi DNA dan berintegrasi kedalam genom inang. HIV-1
menyebabkan 99% dari semua kasus pada manusia HIV-2 yang kurang
virulen menyebabkan 1% sampai 9% dari kasus dibeberapa bagian Negara.
(Karen , J, Robert dkk, 2014, hal : 444)

3;

Patofisiologi
HIV tergolong kedalam kelompok virus yang dikenal sebagai
retrovorus yang menunjukkan bahwa virus membawa materi genetiknya
dalam asam ribonukeat (RNA) dan bukan dalam deoksiribonukleat (DNA).
Virion HIV (partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung
pelindung) mengandung RNA dalam inti membentuk peluru yang
terpancung dimana p2A merupakan komponen structural yang utama.
Tombol crop yang menonjol pada dinding virus terdiri atas protein gp120
yang terkait pada protein gp41.
Sel CD4 positif mencakup monosit magkrofak dan limfosit T4 helper
(dinamakan sel-sel CD4 positif kalau dikaitkan dengan infeksi HIV).
Limfosit T helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel
diatas. Sesuadah terikat dengan mebran sel T4 helper HIV akan
menginjeksikan 2 utas benang RNA yang identik kedalam sel T4 helper,
dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase
HIV akan melakukan pemprograman ulang materi genetic dari sel T4 yang
terinfeksi untuk membuat double straded DNA (DNA atau ganda). DNA ini

akan disatukan kedalam nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan


kemudian infeksi yang permanen.
Siklus repitasi HIV akan dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang
terinfeksi diaktfkan. Aktivitas sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh
antigen, mitogen, sitogen (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen
virus seperti CMV, Epstein barr,herpes simplek dan hepatitis sebagai
akibatnya pada sel T4 yang terinfeksi diaktifan, replikasi serta
pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 dihancurkan. HIV yang
baru ini kemudian dilepas kedalam plasma darah dan menginfeksi CD4+
lainnya. Kalau fungsi limfosit T4 terganggu mikroorganisme yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginveksi
dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignasi yang timbul
sebagai akibat dari gangguan system imun dinamakan infeksi oportunistik.
Infeksi monosit makrofag berlangsung persisten dan tidak mengakibatkan
kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel ini menjadi reservoir bagi HIV
sehingga virus tersebut tersembunyi dari system imun dan terangkut
keseluruh tubuh lewat lewat sitem ini untuk menginfeksi bagian tubuh
lainnya (Brunner dan suddart 2002).
4;

Klasifikasi
Kategori system imun pada anak (labotatorium)
<12 bln

Kategori imun

1-5 thn

6-12 th

CD4+

% jumlah

CD4+

% jumlah

CD4+

% jumlah

Sel/mm3

limfosit

Sel/mm3

limfosit

Sel/mm3

limfosit

1 (tidak ada supresi)

>1500

>25

>1000

>25

>500

>25

2 (supresi sedang)

750-1499

15-24

500-999

15-24

200-499

15-24

3 (supresi berat)

< 750

<15

<500

<15

<200

<15

Kategori klinis HIV pada anak


a;

Kategori N : Asimtomatik

b;

c;

d;

Anak yang tidak memiliki tanda atau gejala yang dianggap sebagai
akibat dari infeksi HIV atau hanya memiliki salah satu kondisi
tercantum dalam kategori A.
Kategori A : Simtomatik ringan
Anak atau dua lebih dari kondisi berikut, tapi tidak ada kondisi yang
tercantum dalam kategori B dan C.
1; Limfadenopati (pembesaran kelenjar limfe > 0,5 cm teraba di
lebih dari 2 tempat, : bilateral = 1 tempat) .
2; Hepatomegali
3; Splenomegali
4; Dermatitis parotitis
5; Infeksi saluran respiratori atas berulang atau persisten, sinusitis,
atau otitis media.
Kategori B : Simtomatik sedang
Anak yang simptomatik selain yang tercantum dalam kategori A atau
kategori C, yang berhubungan dengan infeksi HIV.
1; Anemia (<8g/dl), netropenia (<1000/mm3), atau trombositopenia
(<100,000/mm3) berlangsung >30 hari, meningitis bacterial,
pneumonia, atau sepsis (episode tunggal)
2; Kandidiasis, orofangeal (yaitu oral thrush) berlangsung >2 bulan
pada anak berusia kurang dari 6 bulan
3; Kardiomiopati
4; Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum usia 1 bulan
5; Diare berulang atau kronis
6; Stomatitis berulang (yaitu >2 episode dalam 1 tahun)
7; Bronchitis, pneumotitis, atau esofagitis dengan awitan sebulum
usia 1 bulan.
8; Herpes zozter paling tidak terjadi 2 episode, atau > dermatom
9; Nefropati nokardiosis
10; Demam > 1 bulan
11; Varicella, diseminata (missal varicella dengan penyulit)
Kategori C : simptomatik berat
Infeksi bakteri berat, multiple atau berulang (missal setidaknya terjadi
dua infeksi denagn bukti kultur dalam periode 2 tahun ). Dari jenis

10

e;

5;

berikut septicemia, pneumonia, meningitis, infeksi tulang atau sendi,


atau abses dari organ dalam atau rongga tubuh (kecuali otitis media,
abses kulit superficial atau mukosa)
Kategori C : simptomatik berat-bersambung
Kompleks mycobacterium avium atau mycobacterium kansasi,
diseminata (selain paru, kulit, leher atau kelenjar limfe hilus)
1; Pneumonia
2; Leukoesefalopati
3; Septisemia
4; Toksoflasmotik otak dengan awitan sebelum usia 1 bulan
(Karen , J, Robert dkk, 2014, hal : 445-446)

Manifestasi klinis
Manifestasi oral pada anak-anak dengan AIDS menurut jumlah CD4 (Dewa
Ayu 2010).
Manifestasi oral

Tidak ada Supresi sedang Supresi Berat


imunosupresi
(500-999
(500-999
(1000 cell/mm) cell/mm)
cell/mm)

Total

Limfadenopati

12

Gingivitis

10

Candidiasis

Pembeng-kakan kelenjar
parotis

ulserasi

Jumlah

11

23

34

Manifestasi klini pada anak menurut Amin Hardi 2015 adalah :


a; Fase klinik 1 (tanpa gejala)
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/pembuluh limfe)
menetap dan menyeluruh.
b; Fase klinik 2 (ringan)
11

c;

d;

6;

Penurunan BB tanpa sebab, infeksi saluran pernapasan atas (sinusitis,


tonsillitis, otitis media, pharyngitis) berulang, herpes zoster, infeksi
sudut bibir, ulkus mulut berulang, popular pruritik eruption, seborrhoic
dermatitis, infeksi jamur pada kuku.
Fase klinik 3 (lanjut)
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Diare kronik tanpa sebab sampai
>1 bulan, demam menetap (intermiten atau tetap>1 bulan). Kandidiasi
oral menetap, TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi
bakteri berat misalnya : pneumonia, empyema (nanah dirongga tubuh
terutama pleura, abses pada otot skelet, infeksi sendi atau tulang),
meningitis, bakterimia, gangguan inflamasi berat pada pelvix,
stomatitis, gingivitis.
Fase klinik 4 (parah)
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumonia
(pneumonia karena pneumocytis), pneumonia bakteri berulang, infeksi
herpes simplek kronik (orolabbial, genetalia atau anorektal > 1 bulan)
Oesophangeal candidiasis, TBC ekstrapulmonal.

Perjalanan infeksi HIV/AIDS


a; Stadium I
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan
serologi ketika antibody terhadap virus tersebut dari negative menjadi
positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga HIV positif
selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan (window period)
b; Stadium II
Stadium asimptomatis menunjukkan didalam tubuh terdapat HIV
tetapi belum menunjukka gejala dan dapat berlangsung 5-10 tahun.
c; Stadium III
Pembesaran kelenjar limfe, menunjukkan adanya pembesran kelenjar
limfe secara menetap dan merata (persisten generalized
lympadenopaty) dan berlangsung lebih dari 1 bulan.
d; Stadium IV

12

Stadium AIDS merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini


disertai dengan macam-macam penyakit infeksi sekunder dengan
gelaja klinis sebagai berikut :
1; Gejala mayor
a; Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
b; Diare kronis lebih dari1 bulan berulang maupun terus
menerus
c; Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan (2 dari
gejala utama).
2; Gejala minor
a; Batuk kronis selama 1 bulan
b; Infeksi pada mulut dn tenggorkan disebabkan jamur candida
albicans.
c; Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap dieluruh
tubuh.
d; Munculnya herpes zozter berulang
e; Bercak-bercak dan gatal-gatal diseluruh tubuh.
(Alimul Aziz 2008, hal 115)
3;

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak :
a; Tes HIV pada anak dilakukan pada usia > 18 bulan (menggunakan
alat)
b; Jika ibu tidak meu menunggu anak usia >18 bulan, yaitu menggunakan
P24A antigen.
c; PCR (polymerase chain reaction). Penggunaan PCR antara lain untuk
tes HIV pada bayi, menetapkan status infeksi individu yang seronegatif
(Tjokronegoro dan Hendra 2003).
d; Mendeteksi antigen virus dengan PCR (polymerase Chain Reaction)
e; Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
f; Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blod
g; Serologis : skrining HIV dengan ELSA, tes western blod, limfosit T
h; Pemeriksaan darah rurin
i; Pemeriksaan neurologis

13

j;

4;

Tes fungsi paru, bronkoskopi


(Amin hardi 2015, dan Tjokronegoro dkk 2003)

Penatalaksanaan
a; Pengobatan suportif
1; Pemberian nutrisi yang baik
2; Pemberian multivitamin.
b; Pengobatan simptomatik
c; Pencegahan infeksi oportunistik,
kotromoksazol.
d; Pemberian ARV (antiretrovial).
(Amin hardi 2015, hal : 13)

dapat

digunakan

antibiotic

Pengobatan infeksi HIV pada anak-anak dan remaja berkembang


pesat dan semakin kompleks. Terapi antiretroviral yang diberikan saat
pasien masih asimptomatik dapat berkembangnya penyakit, tetapi memiliki
resiko efek samping dan munculnya resisten terhadap obat. (Karen dan
Robert dkk 2014, hal : 447)
Tabel indikasi untuk dimulainya terapi Antiretrovial pada anak dengan
HIV/AIDS :
Usia

Kriteria

<12 bulan

1; Terlepas dari ada tidaknyaDiobati

gejala

Rekomendasi

klinis,

status

kekebalan, atau viral loe


1 < 5 tahun

1; AIDS

gejal;a HIV yangDiobati

jelas
2; CD4 <25%, terlepas dari

Diobati

ada tidaknya gejala atau


kadar RNA HIV
atau

3; Asimtomatis

gejala

ringan dan CD4 25% dan

14

Dipertimbangkan

RNA HIV 100.000kopi/Ml


atau gejala

4; Asimtomatis

ringan dan CD4 25% dan


RNA

HIV

<

100.000
Tunda

kopi/Ml
5 tahun

1; AIDS atau gejala HIV yang Diobati

jelas
2; CD4 <350 sel/mm
3; Asimtomatis atau gejala

ringan dan CD4

Diobati
Dipertimbangkan

350sel/mm dan RNA HIV


> 100.000 ko[pi.mL
4; Asimtomatis atau gejala
rindan dan >350 sel/mm dan Tunda
RNA HIV < 100.000
kopi/mL

(Karen dan Robert dkk 2014, hal : 448)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN MASALAH HIV/AIDS
A; Pengkajian meliputi :
1;

2;

Identitas Pasien
Pada anak-anak yang terkena HIV/AIDS biasanya terjadi dimasa perinatal
sekitar usia 9-17 bulan. (Alimul aziz 2008, hal : 113)
Keluhan Utama
Keluhan utama dapat berupa demam dan diare berkepanjangan takipnea,
batuk, sesak napas dan hipoksia (keadaan yang gawat). Diikuti dengan

15

3;

adanya perubahan berat badan dan tinggi badan yang tidak naik, diare lebih
dari 1 bulan. (Alimul aziz 2008, hal : 113)
Riwayat kesehatan
a; Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan HIV/AIDS adanya penurunan berat badan, bercakbercak diseluruh tbuh, adanaya lesi dan varisella diseluruh tubuh.
(Alimul aziz 2008, hal : 116)
b; Riwayat Penyakit Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat tranfusi darah (tranfusi
dari donor HIV/AIDS) pada ibu, atau hubungan seksual. (Alimul aziz
2008, hal : 113)
c; Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan adanya orang tua
yang terinfeksi HIV (50% tertular untuk anaknya), adanya penularan
dapat terjadi pada minggu kesembilan hingga minggu ke 20 dari
kehamilan, adanya penularan dari proses melahirkan, terjadi kontak
darah dan bayi, adanya penularan seelah lahir dapat melalui air susu
ibu. (Alimul aziz 2008, hal : 113)
d; Riwayat psikososial
Klien dengan HIV/AIDS biasanya malu untuk bergaul dengan
tetangganya, aktifitasnya dirumah terganggu, klien dan keluarga
berharap agar klien segera sembuh. (Alimul aziz 2008, hal : 113)
e; Riwayat imunisasi
Usia

Vaksin

2 bulan

DPT, polio, hepatitis B

4 bulan

DPT, polio, hepatitis B

6 bulan

DPT, polio, hepatitis B

12 bulan

Tes tuberculin

15 bulan

MMR, Hepatitis

18 bulan

DPT, polio, MMR

24 bulan

Vaksin Pneumotorak

16

4;

4-6 tahun

DPT, polio, MMR

14-16 tahun

DT, campak

Pemeriksaan head toe toe


a; Keadaan umum
Pada anak dengan HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
kesadaran, samnolen, malaise, perubahan perilaku, enselofati,
delirium. (Alimul aziz 2008, hal : 116)
b; Kulit
Adanya lesi, varicella, lesi sangat luas, varisella sangat besar, timbul

c;
d;

e;

ulserasi, herpes zoster, vericell menggerombol, nyeri panas serta


malaise, dan scabies sering dijumpai. . (Alimul aziz 2008, hal : 116)
Kepala
Sakit kepala, sukar konsentrasi. (Alimul aziz 2008, hal : 116)
Muka
1; Mata
Pada pemeriksaan mata didapatkan bercak katun wool pada retina,
retinitis sitomegalovirus, dan khoroiditis toksoplasama,
perivaskulitis, pada retina, infeksi pada kelopak mata (blefaritis),
mata merah, perih, gatal, berair, banyak secret, serta berkerak.
(Alimul aziz 2008, hal : 116)
2; Hidung
Sesak napas, adanya cuping hidung, lesi pada hidung, suara napas
tambahan. (Alimul aziz 2008, hal : 116)
3; Mulut
Pada mulut adanya stomatitis gangrenosa, peridontitis, sarcoma
Kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar, kemudian
menjadi biru, sering pada palatum. (Alimul aziz 2008, hal : 116)
4; Telinga
Pada telinga adanya otitis media, nyeri, kehilangan pendengaran.
(Alimul aziz 2008, hal : 116)
Thorak
1; Paru-paru

17

f;

g;

: adanya batuk dengan atau tanpa sputum, sesak napas,


takipnea, hipokasia, napas pendek, gagal napas.
P : saat dilakukan palpasi apakan terdapat benjolan nyeri tekan,
dan taktil fremitus tidak teraba sama.
P : perkusi paru normal perkusi sonor.
A : auskultasi suara napas apak vesikuler, bronkovesikuler,
trakeal, suara napas tambahan ronchi, wheezing, crakles (Eko
Prabowo 2015).
2; Jantung
I : inspeksi apakan terdapat pulsasi, iktus kordis terlihat atau
tidak, apakah terdapat pelebaran pada iktus.
P : palpasi pada iktus apakah kuat angkat atau tidak, palpasi pada
sela iga 2 kiri untuk merasakan implus jantung pada waktu
ekspirasi. Palpasi sela iga 2 kanan untuk implus suara jantung.
P : perkusi jantung normalnya pekak dan sonor, batas jantung
kiri terletak pada sela iga 5-6 linea midklivikularis kiri. Batas
jantung kanan terletak pada linea strenalis kanan.
A :
a; auskultasi didaerah apeks kordis untuk mendengar bunyi
jantung yang berasal dari katup mitral.
b; Di daerah sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung
yang berasal dari katup polmonal.
c; Didaerah sela iga II kanan untuk mendengar bunyi jantung
berasal dari aorta.
d; Didaerah sela iga 4 dan 5 ditepi kanan dan kiri sternum
atau ujung dternum untuk mendengar suara jantung dari
katup trikuspidalis (Eko Prabowo 2015)
Abdomen
Peristaltic meningkat, mual, muntah, pembesaran hati, colitis akibat
diare kronis (Alimul aziz 2008, hal : 116)
Genetalia
Inspeksi apakah terdapat lesi pada alat kemaluan, adanya pembesaran
kelenjar parotis, anuria, proteinuria, biasanya air seni berkurang
(Alimul aziz 2008, hal : 116)

18

h;

Ekstremitas
Biasanya pada pasien dengan HIV/AIDS mengalami nyeri otot, nyeri
persendian, letih, gangguan gerak (ataksia). (Alimul aziz 2008, hal :
116)

B; DIAGNOSA KEPERAWATAN
1;

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas terganggu


akibat spasme otot pernapasan dan penurunan ekspansi paru.
Definisi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang adekuat.
(Judith dan Nancy 2015, hal : 99)
Batasan karakteristik :
a; Subjektif
1; Dipnea
2; Napas pendek
b; Objektif
1; Perubahan ekskursi dada
2; Mengambil posisi tiga titik tumpu (tripod)
3; Bradipnea
4; Penurunan tekanan inspirasi ekspirai
5; Penurunan ventilasi semenit
6; Penurunan kapasitas vital
7; Napas dalam
8; Napas cuping hidung
9; Ortopnea
10; Pernapasan bibir takipnea
11; Penggunaan otot bantu napas untuk bernapas.
Factor yang berhubungan :
c; Ansietas
d; Posisi tubuh
e; Deformitas tulang
f; Deformitas dinding dada
g; Penurunan energy dan kelelahan
h; Hiperventilasi

19

Syndrome hipoventilasi
j; Obesitas
k; Nyeri
l; Kelelahan otot pernapas
m; Cedera medulla psinalis
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
Batasan karakteristi :
Objektif :
a; Kulit merah
b; Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
c; Frekuensi napas meningkat
d; Kejang atau konvulsi
e; Kulit teraba hangat
f; Takikardi
g; Takipnea
Factor yang berhubungan
a; Dehidrasi
b; Penyakit trauma
c; Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
d; Pakaian yang tidak tepat
e; Peningkatan laju metabolism
f; Obat atau anastesia
g; Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
h; Aktivitas yang berlebih
(Judith dan Nancy 2015, hal : 390)
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak
adekuatan intake nutrisi, dipsnea
Definisi
asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhhi kebutuhan metaboik
Batasan karakteristik
Subjektif
i;

3;

4;

20

a;

b;

kram abdomen, nyeri abdomen, menolak makan, persepsi


ketidakmampuan untuk mencerna makanan, melaporkan perubahan
sensasi rasa, (melaporkan) kurangnya makanan, merasa cepat kenyang
setelah mengonsumsi makanan
Objektif : pembuluh kapiler rapuh, diare atau streatore, (adanya buktti)
kekurangan makanan, kehilangan rambut yang berlebihan, bising usus
hiperaktif, kurang informasi, informasi yang salah, kurangna minat
terhadap makanan, membran mukosa pucat, tonus otot buruk.

Faktor yang berhubungan :


a;

Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau


menyerap nutrien akibat faktor biologis, psikologis, atau ekonomis,
termasuk beberapa contoh non-NANDA berikut ini : penyakit kronis,
intoleransi makanan, hilang nafsu makan, mual dan muntah.

C; INTERVENSI KEPERAWATAN
1;

Ketidakefektifan pola napas


Tujuan :
a; Menunjukkan pernapasan optimal pada saat ventilator mekanis
b; Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
c; Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
d; Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
e; Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan dirumah
f; Mengidentifikasi factor yang memicu ketidakefektifan pola napas, dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya.
Kriteri hasil NOC :
a; Respon alergik sistemik : tingkat keparahan system imun hipersensitif
sistemik terhadap antigen tertentu dari lingkungan (eksogen)
b; Respon ventilasi mekanis, orang dewasa : pertukaran alveolar dan
perfusi jaringan yang dibantu oleh ventilasi mekanis.
c; Respon penyapihan ventilasi : mekanis : penyesuaian system
pernapasan dan fisiologis terhadap proses pelepasan dari ventilasi
mekanis secara bertahap.

21

Status pernapasan : kepatenan jalan napas : jalan napas trakeobronkial


bersih dan terbuka untuk pertukaran gas.
e; Status respirasi : ventlasi : pergerakan udara ke dalam dan keluar paru.
f; Status tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah
dalam rentang normal.
Intervensi NIC :
a; Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas
b; Persiapan jalan napas mengeluarkan secret dari jalan napas, memasang
alat bantu napas
c; Manajemen anafilaksis : meningkatkan ventilasi dan perfusi jaringan
yang adekuat untuk indifidu yang mengalami rekasi alergi berat.
d; Manajemen jalan napas buatan : memelihara selang endotrake dan
selang trakeostomi serta mencegah komplikasi yang berhubungan
dengan penggunaanya.
e; Manajemen asma : mengidentifikasi , mengobati, dan mencengah
reaksi inflamasi/konstriksi di jalan napas.
f; Ventilasi mekanis : mengunakan alat buatan untuk membantu pasien
bernapas
g; Penyampihan ventilator mekanis : membantu pasien untuk bernapas
tanpa bantuan ventilator mekanis.
h; Pemantauan pernapasan : mengupulkan dan menganalisis data pasien
untuk memastika n kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang
adekuat.
i; Bantuan ventilasi :meningkatkan pola pernapasan spontan yang
optimal sehingga memaksimalkan pertukran oksigen dan karbon
dioksida di dalam paru.
j; Pemantauan tanda vital : mengumpulkan dan kardiovaskular ,
pernpasan, dan suhu, tubuh pasien untuk menentukan dan mencegah
komplikasi.
d;

Aktivitas keperawatan
Pada umumnya, tindakan keprawatan untuk diagnosis ini berfokus pada
pengkajian penyebab, ketidakefektifan
pernapasan

pernapasan , pemantauan status

penyuluhan mengenai penantaklasaaan mandiri terhadap

22

alergi, membimnbing

pasien untuk memperlambat pernapasan

dan

mengendalikan respons dirinya,membantu pasien menjalani pengobatan


pernpasan , dan menenangkan pasien selama periode dispnea dan jalan
napas pendek.
Pengkajian
Pantau adanya pucat dan sionosis
b; Pantau efek obat pada status pernapasan
c; Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi dan sangkar iga
d; Kaji kebutuhan insersi jalan napas.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a; Informasikan pada keluarga tentang tekhnik relaksasi
b; Ajarkan tekhnik batuk efektif
c; Informasikan pada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok
didalam ruangan
d; Intruksi pada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu
perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola napas.
e; Anjurkan untuk tidak menggunakan filter elektronik agar terhindar dari
allergen
f; Anjurkan untuk tidak menggunakan karpet dilantai.
Aktivitas kolaborasi
a; Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanis.
b; Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan, nilai GDA,
sputum, dan sebagainya, jika perlu
c; Berikan obat misalnya (bronkodilator) sesuai dengan adfis dokter
d; Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang
dilembabkan sesuai adfis dokter.
e; Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernapasan.
Aktivitas lain
a; Bantu pasien untuk menggunakan spirometer insentif,
b; Tenangkan pasien selama periode gawat napas
a;

23

Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat napas,


bombing pasien menggunakan pernapasan bibir untuk memperlambat
frekuensi pernapasan.
d; Bersihkan secret
e; Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanul nasal, masker atau
sungkup
f; Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan
g; Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi.
(Judith dan Nancy 2015, hal : 102-104)
Hipertermi
Tujuan :
a; Pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan indicator
sebagai berikut, berkeringat saat panas, denyut nadi radialis, frekuensi
pernapasan.
b; Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu tubuh.
c; Menjelaskan tindakan ya ng tepat untuk mencegah atau meminimalkan
peningkatan suhu tubuh.
d; Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermi
Criteria hasil NOC :
a; Termoregulas : keseimbangan antara produksi panas, peningkatan
panas, dan kehilangan panas.
b; Termoregulasi : neonates : keseimbangan antara produksi panas,
peningkatan panas, dan kehilangan panas selama 28 hari pertama
kehidupan.
c; Tanda-tanda vital : nilai suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah dalam rentang normal.
Intervensi NIC :
a; Terapi demam : penatalaksaan pasien yang mengalami hipertensi
akibat factor selain lingkungan.
b; Kewaspadaan hipertermia maligna : pencegahan atau penurunan
respon hipermetabolik terhadap obat-obat farmakologi yang digunakan
selama pembedahan.
c; Regulasi suhu : mencapai atau mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal.
c;

2;

24

Perawatan bayi baru lahir : penatalaksaan neonates selama transisi dari


ke kehidupan diluar rahim dan periode stabilisasi selanjutnya.
e; Pemantauan tanda-tanda vital : mengumpulkan dan menganalisa data
kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menetukan serta
mencegah komplikasi.
Aktifitas keperawatan
Pengkajian
a; Pantau aktifitas kejang
b; Pantau hidrasi
c; Pantau tekanan darah
Penyuluha untuk pasien dan keluarga
a; Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah
dan mengenali secara dini hiperterm misalnya sengatan panas, dan
keletihan akibat panas.
b; Ajarkan tindakan yang dilakukan jika perlu.
d;

3;

Aktivitas kolaborasi :
a; Regulasi suhu, pemberian obat antipiretik, gunakan matras dingin dan
mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh jika perlu.
Aktivitas lain :
a; Lepaskan pakaian yang berlebih dan tutupi dengan selimut saja
b; Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di
aksila, kenign, tengkuk, dan lipat paha
c; Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari, dengan
tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan atau aktivitas sedang
cuaca panas.
d; Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
e; Gunakan selmut dingin
f; Untuk hipertermi maligna
1; Lakukan perawatan kegawatdaruratan sesuai dengan protocol
2; Sediakan peralatan kedaruratan diarea operasi sesuai dengan
protocol.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
Tujuan

25

memperlihatkan status gizi : asupan makanan dan cairan, yang di buktikan


oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 tidak adekuat, sedikit adekuat,
cukp, adekuat, sangat adekuat): asupan cairan oral atau IV
Kriteria hasil NOC :
a;

Keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang


menjalani pengobatan

b;

Tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolik

c;

Jumlah makanan dan cairan yang di konsumsi tubuh selama waktu 24


jam

d;

Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya

Intervensi NIC :
Aktivitas keperawatan
a;

Pengkajian
1;

Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan

2;

Pantau nilai laboratorium, khusunya transferin, albumin, dan


elektrolit

3;

Manajemen nutrisi (NIC) :


a; Ketahui makanan kesukaan pasien
b; Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi
c; Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
d; Timbang pasien pada interval yang tepat
b;

Penyuluhan
1;

Aturkan periode untuk perencanaan makan

2;

Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak


mahal

3;

Manajemen nutrisi (NIC) : berikan innformasi yang tepat tentang


kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya

c;

Aktivitas kolaboratif

26

1;

Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan


preotein pasien yang mengalami ketidak adekuatan asupan protein
atau kehilangan preotein

2;

Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,


makanan pelengkap

3;
d;

Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi

Aktivitas lain
1;

Buat perencanaanmakan dengan pasien yang masuk dalam jadwal


makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien,
serta suhu makanan

2;

Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan


pasien dari rumah

3;

Bantu pasien menulis tujuan minngguan yang realistis untuk


latihan fisik dan asupan makanan

4;

Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan


tinggi

BAB III
PENUTUP
A; Kesimpulan

Acquired immune deficiency cindrome (AIDS) merupakan gejala


kumpulan penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang
disebut HIV. Sedangkan human immunodeficiency virus (HIV) merupakan
virus yang menyerang sisitem kekebalan tubuh manusia yang kemudian
mengakibatkan AIDS. HIV system kerjanya menyerang jenis sel darah putih
yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang
disebut T4 atau sel T penolong (T helper) atau juga sel CD4. HIV tergolong
kedalam kelompok retrovirus subkelompok lentivirus. Dikatakan kelompok

27

retrovirus karena virus ini mempunyai kemampuan membentuk DNA dan RNA
virus, sebab mempunyai enzim transcriptase. (Alimul A. 2008, hal : 111)
HIV/AIDS adalah penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh
akibat virus HIV. Dalam bahasa Indonesia AIDS disebut sindrom cacat
kekebalan tubuh atau infeksi virus yang dapat menyebabkan kerusakan parah
dan tidak dapat diobati pada system imunitas sehingga mudah terinfeksi
oportunistik (Webber 1995).
B; Saran
1;

2;
3;

Bagi Penulis
a; Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
HIV/AIDS
b; Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru (inovatif)
dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada
Bagi Masyarakat
a; Meningkatkan pemahaman tentang HIV/AIDS
Bagi Instansi/ Rumah Sakit
a; Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien
HIV/AIDS
b; Meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis dalam menghadapi kasus
HIV/AIDS

28

DAFTAR PUSTAKA
Hardi amin, 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda.
Yogyakarta, Mediaction.
Wilkinson J dan Ahern N, 2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta, EGC Medical
Publisher.
Alimul Aziz, 2008. Keperawatan Anak. Jakarta, Salemba Medika.
Marcdante. K, Kliegman. R dkk, 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial.
Prabowo Eko, 2015. Buku Panduan Lab Keperawatan Medikal Bedah I .
Brunner dan suddart 2002. Jurnal Kesehatan Anak
Tjokronegoro dan Hendra 2003 dalam Evi Jayanti 2008 Jurnal Deskripsi
HIV/AIDS pada anak
Dewa Ayu 2010 Jurnal Manifestasi Oral HIV/AIDS pada anak.
Ketut dewi dan Irene 2013. Jurnal Kesehatan anak Karakteristik Penderita HIV

29

Webber 1995. Jurnal Keperawatan HIV/AIDS.

30

Anda mungkin juga menyukai