Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“ DIARE ”

OLEH :

NUR AZIZAH HIDAYAH YUSUF S.Kep

14420202179

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Masdiana S.Kep.,Ns) (Akbar Asfar S.Kep., Ns,M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. DEFINISI
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta
pada kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami
diare. Diare dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam
beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi
(kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat ( Spiritia, 2018).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi
sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2019).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan
dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (USAID,
2018).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lender. Diare disebabkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di seluruh dunia
terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan
20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang
berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan
lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis) atau
kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare
akut dan kronis.
B. ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan
daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari
intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel
mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
b. Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
c. Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
d. Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
e. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah diare.
a. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti
makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut
dan cemas.
C. PATOFISIOLOGI
Akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah:
1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan.
2. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan
toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan
absorbsi intestinal.
D. PATHWAY DIARE
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Widjaja (2018), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
1. Anak menjadi cengeng atau gelisah.
2. Suhu badannya meninggi.
3. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
4. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
5. Anusnya lecet.
6. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
7. Muntah sebelum atau sesudah diare.
8. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
9. Dehidrasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang
tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula Pemeriksaan yang
perlu dilakukan pada anak dengan diare, yaitu:
1. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan
kultur
2. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan
kultur urine.
G. KOMPLIKASI
Menurut Depkes RI (2019), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit
secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Syok hipovolemik.
3. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi)
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim laktose.
5. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
6. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung lama)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan
dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih
dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
h. Pemeriksaan Fisik
1. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
4. Mata : cekung, kering, sangat cekung
5. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
8. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
9. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah
protes, putus asa, dan kemudian menerima.
i. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc
/ jamban / sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber
air minum ?
b) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan /
minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa
/ belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula,
baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek samping
obat, jumlah cairan yang masuk selama diare, makan / minum di
warung
c) Pola eleminasi
d) Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
e) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
f) Pola aktifitas dan latihan : travelling
g) Pola tidur dan istirahat
h) Pola kognitif dan perceptual
i) Pola toleransi dan koping stress
j) Pola nilai dan keyakinan
k) Pola hubungan dan peran
l) Pola persepsi diri dan konsep diri
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output yang berlebihan.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
sekunder terhadap diare.
d. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
e. Kerusakan integritan Kulit berhubungan dengan kekurangan folume
cairan pada tubuh
f. Diare berhubungan dengan hilang cairan yang berlebihan.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N DIAKNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan Setelah dilakukan 1. Kaji dan pantau 1. Penurunan
dan elektrolit tindakan tanda dan sirkulasi volume
berhubungan keperawatan selama gejala dehidrasi cairan
dengan output yang 1x24 jam masalah dan intake menyebabkan
berlebihan. dapat teratasi dengan output cairan. kekeringan
kriteria hasil: 2. Berikan cairan mukosa dan
1. Tidak terjadi oral dan pemekatan urin.
dehidrasi parenteral Deteksi dini
2. TTV dalam sesuai dengan memungkinkan
batas normal program terapi pergantian
3. Turgor kulit rehidrasi. cairan segera
kembali 3. Ajarkan untuk
elastis keluarga untuk memperbaiki
4. Kulit tidak sering deficit.
kering memberikan 2. Sebagai upaya
5. Mukosa bibir minum air mencapai
basah putih pada keseimbangan
6. Tidak pucat pasien. cairan dan
lagi 4. Kolaborasi elektrolit dan
dengan analis upaya rehidrasi
dan dokter cairan yang telah
dalam keluar akibat BAB
pemberian yang berlebihan.
obat. 3. Agar keluarga
mengetahui
memberikan air
minum yang
sering untuk
mengganti cairan
yang hilang.
4. Mengetahui
penyebab diare
dengan
pemeriksaan tinja
dan pemberian
obat yang tepat
sesuai hasil
laboratorium.

Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji dan pantau 1. Deteksi dini


kurang dari tindakan pemasukan untuk pemberian
kebutuhan tubuh keperawatan selama makanan dan terapi nutrisi yang
berhubungan 1x24 jam masalah status nutrisi tepat dan
dengan output dapat teratasi dengan pasien memperbaiki
yang berlebihan. kriteria hasil: 2. Ajarkan defisit.
a. Pasien tidak lagi keluarga untuk 2. Agar keluarga
mual muntah pelaksanaan mengetahui
b. Pasien sudah bisa pemberian program diet
makan makanan sesuai pasien untuk
c. BB pasien dengan memperbaiki
kembali normal program diet. status nutrisinya.
3. Kolaborasi 3. pemberian
dengan ahli gizi makanan yang
dalam tepat
pemberian mempercepat
makanan yang proses pemenuhan
tepat sesuai nutrisi pasien.
kondisi pasien.
Resiko peningkatan Setelah dilakukan 1. Kaji dan pantau 1. Deteksi dini
suhu tubuh tindakan suhu tubuh terjadinya
berhubungan dengan keperawatan selama pasien setiap 2 perubahan
proses infeksi 1x24 jam masalah jam. abnormal
sekunder terhadap dapat teratasi dengan 2. Berikan pasien suhutubuh untuk
diare. kriteria hasil: kompres mengetahui
1. Suhu tubuh pasien dengan adanya infeksi,
tidak meningkat kompres 2. Untuk
2) 2. Suhu tubuh hangat. merangsang pusat
dalam batas normal 3. Kolaborasi pengatur panas
(36 - 37,5’C dengan dokter tubuh menurunkan
dalam produksi panas
pemberian tubuh.
obat-obatan 3. pemberian obat-
penurun panas. obatan penurun
panas untuk
mengurangi suhu
tubuh yang
meningkat pada
pasien.

Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji kecemasan 1. mengurangi rasa


pada anak berhubung tindakan klien atau takut anak terhada
an dengan tindakan ke keperawatan selama keluarga p perawat dan ling
perawatan. 1x24 jam masalah 2. Libatkan keluar kungan rumah
dapat teratasi dengan ga dalam melak sakit.
kriteria hasil: ukan tindakan 2. Pendekatan awal p
1. Mau keperawatan. ada anak melalui i
menerima tindak 3. Kolaborasi bu atau keluarga.
an keperawatan dengan orang 3. sebagai
2. Klien tua rangsangan
tampak tenang da dengan membe sensori pada anak.
n tidak rewel rikan mainan
pada anak.

Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji dan pantau 1. Penurunan sirkulasi


Kulit berhubungan tindakan tanda dan volume cairan
dengan kekurangan keperawatan selama gejala dehidrasi menyebabkan
folume cairan pada 1x24 jam masalah dan intake kekeringan mukosa
tubuh dapat teratasi dengan output cairan. dan pemekatan urin.
kriteria hasil: 2. Berikan cairan Deteksi dini
1. Tidak terjadi oral dan memungkinkan
dehidrasi parenteral terapi pergantian
2. TTV dalam sesuai dengan cairan segera untuk
batas normal program memperbaiki
3. Turgor kulit rehidrasi. defisit.
kembali 3. Ajarkan 2. Sebagai upaya
elastis keluarga untuk mencapai
4. Kulit tidak sering keseimbangan
kering memberikan cairan dan elektrolit
5. Mukosa bibir minum air dan upaya rehidrasi
basah putih pada cairan yang telah
6. Tidak pucat pasien. keluar akibat BAB
lagi 4. Kolaborasi yang berlebihan.
dengan analis 3. Agar keluarga
dan dokter mengetahui
dalam memberikan air
pemberian minum yang sering
obat. untuk mengganti
cairan yang hilang.
4. Mengetahui
penyebab diare
dengan
pemeriksaan tinja
dan pemberian obat
yang tepat sesuai
hasil laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

(Yayasan Spiritia, 2018)Diarrhea. Diakses pada www.aidsinfonet.org


Avikar, (Juffrie, 2019).Role of Escherichia coli in acute diarrhoea in tribal
preschool children of central India. Journal Compilation Paediatric and
Perinatal Epidemiology, No. 22, 40–46.

Chakraborty, Menurut A. Aziz (2018), Concomitant Infection of


Enterotoxigenic Escherichia coli in an Outbreak of Cholera Caused
by Vibrio cholera O1 and O139 in Ahmedabad, India.JOURNAL OF
CLINICAL MICROBIOLOGY Vol. 39, No. 9 p. 3241–3246.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan. 2019. Buku


Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Menurut Suriadi (2019), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Menurut Suriadi (2020), Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.


New Jersey: Upper Saddle River

Anda mungkin juga menyukai