Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN POST PARTUM DENGAN EPISIOTOMY

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Stase Maternitas

Program Profesi Ners

Disusun Oleh :

NENENG HASANAH
NIM : 20317098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) Yatsi Tangerang

TAHUN 2021
A. Definisi
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa
jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah
melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi,
2012).
Post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru.
(Mitayani, 2012).
Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi
pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2012)
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum
(Prawirahardjo, 2012). Episiotomi adalah insisi yang dibuat pada vagina dan
perineum untuk memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan
lahir. Robekan perineum atau ruptur terjadi pada hampir setiap persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Marmi, 2012).
B. Tanda Dan Gejala
a. Laserasi Perineum Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas
robekan didefinisikan berdasarkan kedalaman robekan :
1) Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
2) Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
3) Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
4) Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior)
b. Laserasi Vagina Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung
mencapai dinding lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator
ani.
c. Cedera Serviks Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar.
Laserasi serviks akibat persalinan Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada
sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal
(Bobak, 2016).

C. Etiologi
Faktor dilakukan episiotomi menurut APN Revisi 2007 adalah :
a) Persalinan yang lama karena perinium yang kaku
b) Gawat janin
c) Gawat ibu
d) Pada tindakan operatif (ekstraksi cunam, vakum)
Sedangkan menurut (Rusda, 2016), penyebab dilakukan episiotomi berasal dari faktor
ibu maupun faktor janin. Faktor ibu antara lain:
a) Primigravida
b) Perinium kaku dan riwayat robekan perinium pada persalinan lalu .
c) Terjadi peregangan perinium berlebihan misalnya persalinan sungsang,
persalinan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.
d) Arkus pubis yang sempit.
D. Patofisiologi
Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama: gawat
janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan gawat ibu
(perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit). Persalinan
dengan episiotomi mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan
menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas
sehingga takut BAB dan ini menyebabkan resti konstipasi.
Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan menyebabkan resiko
defisit volume cairan. Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi apabila tidak
dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi infeksi. Ibu
dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu berada dalam
masa nifas. Saat masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.
Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus kontraksi. Kontraksi uterus bisa
adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana
terjadi adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam bentuk
normal yang dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya mempengaruhi syaraf
pada uterus. Setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari
sisa plasenta sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman mudah
berkembang. Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus lemah akibatnya
terjadi perdarahan dan atonia uteri.
Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana setelah melahirkan
terjadi penurunan hormone progesteron dan estrogen sehingga terjadi peningkatan
hormon prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI keluar untuk
pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari ibu maka
reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif.sedangkan jika ASI tidak keluar
disebabkan kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting
lecet, suplai tidak adekuat berarti proses laktasi tidak efektif. Pada perubahan
psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting Go.Pada fase Taking In
kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan
perlindungan yang mengakibatkan defisit perawatan diri.Pada fase Taking Hold ibu
belajar tentang hal baru dan mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh
informasi lebih karena ibu kurang pengetahuan.Pada fase Letting Go ibu mampu
memnyesuaikan diri dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang mandiri, menerima
tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua
E. Pemeriksaan Penunjang
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit
abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
F. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan\
Penatalaksanaa nyeri dibagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi dan
nonfarmakologi. Penatalaksanaan nonfarmakologi terdiri dari berbagai tindakan
mencakup intervensi perilaku dan kognitif menggunakan agenagen fisik (Bernatzky,
2012). Pemberian melakukan intervensi dengan teknik nonfarmakologi merupakan
tindakan independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien
(Andarmoyo, 2013). Manageman secara non farmakologis lebih aman diterapkan
karena mempunyai risiko yang lebih kecil, tidak menimbulkan efek samping serta
menggunakan proses fisiologis (Bobak 2016).
Salah satu cara penanganan nyeri non farmakologi dengan pemberian kompres
dingin. Kompres dingin merupakan suatu prosedur menempatkan suatu benda dingin
pada tubuh bagian luar. Dampak fisiologisnya adalah vasokontriksi pada pembuluh
darah, mengurangi rasa nyeri dan menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot-otot
(Silviana, 2012).
Kompres dingin dapat dilakukan dengan menggunakan cairan NaCL 0,9 %. NaCl
0,9% merupakan cairan isotonis yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak
menimbulkan hipersensitivitas sehingga aman digunakan untuk tubuh dalam kondisi
apapun. NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan,
melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka
dan membantu luka menjalani proses penyembuhan.
G. Asuhan Keperawatan
1) Katgori : Psikologis
Subkategri : Nyeri dan Keamanan
D.0077 Nyeri Akut
2) Katgori : Lingkungan
Subkategri : Keamanan dan Proyeksi
D.0142 Risiko Infeksi
3) Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
D.0029 Menyusui Tidak Efektif
H. Pathway

Post Partum

Luka Episiotomi Kuman pathogen Perubahan status


dari luar Peran
Terputusnya
kontuinitas jaringan Reaksi jaringan
Kurang informasi
terhadap infiltrasi
kuman patogen
Pengeluaran mediator
kimia (bradikinin) Kesalahan
Kurang pengetahuan interpretasi
perawatan Luka
Reseptor nyeri
MK:
MK: RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN
Diteruskan ke thalamus INFEKSI
PEMBERIAN ASI

Korteks serebri

Nyeri di persepsikan

MK : NYERI AKUT
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E,R,Diah, W. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.


Andarmoyo, Sulistyo. 2013.Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Marmi. 2012. Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta: pustaka
pelajar.
Manuaba,IAC.,IBagus,danIBGde.2013.IlmuKebidanan,PenyakitKandungandanKBuntukPe
ndidikanBidan.Edisikedua.Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan edisi ke 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
FORMAT
PENGKAJIAN
PADA KLIEN POSTPARTUM (NORMAL/TINDAKAN)

Nama Mahasiswa : Mega Sulistyowati


Tanggal pengkajian : 27-05-2021

I. Identitas Klien
 Nama : Ny.B
 Umur : 23 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Suku bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMA
 Alamat :Tangerang
 Diagnosa medis : Post Partum dengan SC

II. Identitas Penanggung Jawab


 Nama : Tn.S
 Umur : 24 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pegawai Swasta
 Suku bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMA
 Hubungan dengan klien: Suami
 Alamat : Tangerang

III. Data Umum Kesehatan


 Status obstetrikus: G1P0A0
No Tipe persalinan BB waktu lahir Keadaan bayi Umur sekarang
waktu lahir
1

 Keluhan Utama Saat Pengkajian:


Klien mengatakan nyeri pada bagian luka jahitan,
P: Nyeri karena tindakan sc di abdomen,
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: di daerah perineum
S: skala 7
T:nyeri dirasakan saat darah keluar dari jalan lahir
 Masalah prenatal :
Tidak mengalami masalah prenatal
 Riwayat persalinan sekarang
Klien baru pertama melahirkan dengan post partum spontan dengan episiotomi
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
Klien mengatakan tidak memiliki masalah kesehatan
 Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit turunan
 Riwayat KB
Klien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi KB
 Rencana KB
Klien mengatakan setelah melahirkan kemungkinan ada keinginan untuk
melakukan Kb
IV. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit


1. Pemenuhan Klien mengatakan makan Makan hanya 3xsekali
nutrisi di rumah 3x1 hari bahkan
bisa lebih

2. Eliminasi Klien mengatakan pola Klien mengatakan belum


eliminasi di rumah lancar BAB selama di rawat di
BAB 2X1 hari, yakni pagi RS, BAK menggunakan
dan malam, BAK lebih dari selang kateter
3 kali dalam sehari

3. Istirahat dan tidur Klien mengatakan pola Klien mengatakan sulit


istirahat klien baik dengan tertidur karena menahan
durasi tidur 8 jam dan tidur nyeri di area luka jahitan
siang 2 jam
4. Ambulansi Ambulasi di rumah normal Ambulasi di rs dibantu
bisa dilakukan sendiri tanpa boleh suami klien
bantuan

5. Kebersihan diri Klien mandi 2x sehari Klien mandi hanya di lap


saja oleh suami klien

V. Pemeriksan Fisik Post Natal


 Keadaan umum : Compos metis
 Tanda vital : TD : 120/70 mmHg, N : 87x/menit, rr: 17x/menit, S : 36,3 oC
 Kepala : tidak terdapat alopesia, penyebaran rambut merata, dan tidak ada
perubahan warna rambut
 Muka : tidak terdapat luka, klien tanpak lemas, muka klien tanpak mengalami
pembengkakan
 Leher : terdapat perubahan warna menjadi lebih gelap pada bagian leher belakang
klien
 Dada (jantung bunyi jantung 1:klien normal, suara paru vaskuler , payudara
mengalami pembengkakan, putting menonjol terdapat pengeluaran colostrum
 Abdomen
- Diastasis rectus abdominis (ukuran): 11 mm diatas umbilikus
- Uterus (tinggi, posisi, kontraksi) : 2 jari dibawah prosesus xifoideus , posisi
medial, kontraksi kuat.
 Perineum
- Terdapat luka episiotomi 5 jahitan mengikuti area robekan
- REEDA sign: tidak ada kemerahan, ekimosis, terdapat darah, kerekatan jahitan, : kuat
pada area perineum
- Kebersihan : luka jahitan pada perineum tanpak bersih
Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
 Perdarahan 2 kali ganti Merah Cair - Khas,
pervagina pembalut segar bau
 Fluor albus - - - amis
 Lochea 2 kali ganti - - - Khas
pembalu Merah - -

 Luka episiotomi -1 segar -  -

 Pemasanagn - -

kateterisasi Khas Khas

 Hemoroid : tidak terdapat hemoroid


 Varises : tidak terdapat varises
 Homan’s sign : tidak terdapat nyeri pada bagian betis
 Ekstremitas atas : ektermitas atas klien terdapat infus RL 20tpm ditangan kanan
klien, kuku pendek, bersih dan tidak ada tanda radang.
 Ekstremitas bawah: ektermitas bawah klien tanpak bengkak pada kaki kanan dan
kiri klien, kuku pendek, akral teraba hangat

VI. Pemeriksaan Psikososial


 Konsep diri : klien memiliki konsep diri yang baik
 Peran diri : klien memiliki peran diri yang baik dan klien mengetahui bahwa
sekarang perannya adalah sebagai istri dan seorang ibu yang harus merawat
anaknya dengan baik
 Identitas diri : klien memahami dengan baik identitas dirinya sebagai ibu dan isteri.
 Harga diri: klien berorientasi dengan baik terhadap harga dirinya sebagai seorang
ibu
 Pengetahuan tentang perawatan diri/luka/penyakit: Klien mengatakan belum
mengerti perawatan luka pada area yang dilakukan jahitan
VII. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil
24-05-2021 laboratorium Eritrosit : 9,53
Leukosit : 3,94
Hb : 11,5 g/dL
Hemotokrit : 35,5
Plt : 280
Glukosa sewaktu : 72
mg/dL
Ureum : 23,4 mg/dL
Creatinin :0,7 mg/dL

VIII. Analisa data: data, etiologi, masalah


NO DATA FOKUS ETIOLOGI DX.KEP

1 DS : Luka Episiotomi Katgori : Psikologis


Subkategri : Nyeri dan
- Klien mengatakan Terputusnya kontuinitas
jaringan Keamanan
nyeri pada bagian
D.0077 Nyeri Akut
luka jahitan Pengeluaran mediator kimia
(bradikinin)
P: Nyeri karena tindakan
Reseptor nyeri
sc di abdomen
Diteruskan ke thalamus
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: di daerah abdomen Korteks serebri
S: skala 7
Nyeri di persepsikan
T:nyeri dirasakan saat
MK: NYERI AKUT
darah keluar dari jalan
lahir
DO:
- klien tanpak menahan
nyeri
- hasil TTV:
TD : 120/70
mmHg, N :
87x/menit, rr:
17x/menit, S : 36,3
o
C

2 DS : Kuman pathogen dari luar Katgori : Lingkungan


Subkategri :
- klien mengatakan tidak Reaksi jaringan terhadap
infiltrasi kuman patogen Keamanan dan
mengetahui cara
Proyeksi
mengobati luka
Kurangnya Pengetahuan D.0142 Risiko Infeksi
pada preunium Perawatan Luka

- klien mengatakan
MK: RISIKO INFEKSI
bingung untuk
melakukan aktivitas
dengan adanya luka
pada preunium

DO:

- perineum klien tanpak


kemerahan

- hasil TTV:

TD : 120/70 mmHg, N :
87x/menit, rr: 17x/menit,
S : 36,3 oC

3 DS : Perubahan status Peran Kategori : Fisiologis


Subkategori : Nutrisi
- Klien mengatakan tidak Kurang informasi
dan Cairan
tau bagaimana cara Kesalahan interpretasi
D.0029 Menyusui
menyusui yang benar MK : MENYUSUI TIDAK Tidak Efektif
EFEKTIF
karena baru anak
pertama

- Klien mengatakan
bingung jika anak
menangis diberi asi tapi
bayi tidak bisa ngengisap
asi

DO:

- Klien tanpak
gelisah

- Bayi klien sering


menangis

IX. Diagnosa Prioritas


1) Katgori : Psikologis
Subkategri : Nyeri dan Keamanan
D.0077 Nyeri Akut
2) Katgori : Lingkungan
Subkategri : Keamanan dan Proyeksi
D.0142 Risiko Infeksi
3) Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
D.0029 Menyusui Tidak Efektif

X. Rencana tindakan keperawatan:

Nama pasien : Ny. N


Ruangan : Anyelir
No RM : 263020
Nama Mahasiswa : Neneng Hasanah

No Tujuan Intervensi
Diagnosa
1 Setelah dilakukan Tindakan I. 08238 Manajemen Nyeri
keperawatan selama lebih dari
Observasi
1 jam kriteria hasil yang
diharapkan menurun:  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
L. 08066 Nyeri Akut
 Identifikasi skala nyeri
Keluhan Nyeri (2-4)  Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Gelisah (2-4)

Perasaan depresi (2-4)  Fasilitasi istirahat dan tidur


 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu

2 setelah dilakukan Tindakan I. 07226 Perawatan Perineum


keperawatan selama 15-30
Observasi
menit kriteria hasil yang
diharapkan :  Inspeksi insisi atau robekan perineum (mis.
Episiotomy)
L. 14137 Tingkat Infeksi
Kebersihan tangan (2-4) Terapeutik

Kebersihan badan (2-4)  Fasilitasi dalam membersihkan perineum


 Pertahankan perineum tetap kering
Nyeri (2-4)
 Berikan posisi nyaman
 Bersihkan area perineum secara teratur
 Berikan pembalut yang menyerap cairan

Edukasi

 Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi


tanda abnormal pada perineum (mis. Infeksi,
kemerahan, pengeluaran cairan yang
abnormal)

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika


perlu
 Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu

3 setelah dilakukan Tindakan I. 03093 Konseling Laktasi


keperawatan selama > 1 jam
Observasi
kriteria hasil yang diharapkan:
 Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan
L.03029 Status menyusui
dilakukan konseling menyusul
kemampuan ibu  Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
memposisikan bayi dengan  Indentifikasi permasalahan yang ibu alami
benar (2-4) selama proses menyusui

tetesan/pancaran ASI (2-4) Terapeutik

Kecemasan maternal (2-4)  Gunakan teknik mendengarkan aktif


(mis.duduk sama tinggi, dengarkan
permasalahan ibu)
 Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang
benar

Edukasi

 Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai


kebutuhan

XI. Catatan tindakan dan perkembangan keperawatan

Nama pasien : Ruangan


: No RM : Nama Mahasiswa :

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


Diagnosa (SOAP)
1 25-05-2021 Observasi S :Pasien mengatakan sakit pada Neneng
kemaluannya sakitnya seperti Hasanah
 Mengidentifikasi
tertusuk-tusuk
lokasi,
karakteristik, P: episiotomi pada prenium
durasi, frekuensi,
Q: seperti tertusuk-tusuk
kualitas, intensitas
nyeri R: di daerah premium
 Mengidentifikasi
S: skala 7
skala nyeri
 Memonitor efek T:nyeri dirasakan saat darah keluar
samping dari jalan lahir

penggunaan O:Klien tanpak menahan nyeri,


analgetik hasil TTV: TD : 120/70 mmHg,
Terapeutik N : 87x/menit, rr: 17x/menit, S :
 Memfasilitasi 36,3 oC
istirahat dan tidur
A : Masalah belum teratasi
 Mempertimbangka
n jenis dan sumber P : Lanjutkan intervensi
nyeri dalam
Observasi
pemilihan strategi
meredakan nyeri  Identifikasi lokasi,
Edukasi karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
 Menjelaskan
nyeri
penyebab, periode
 Identifikasi skala nyeri
dan pemicu nyeri
 Monitor efek samping
 Menjelaskan
penggunaan analgetik
strategi meredakan
Terapeutik
nyeri
 Mengajarkan teknik  Fasilitasi istirahat dan tidur
non farmakologis  Pertimbangkan jenis dan
untuk mengurangi sumber nyeri dalam pemilihan
rasa nyeri strategi meredakan nyeri
Kolaborasi Edukasi

 berkolaborasi  Jelaskan penyebab, periode


pemberian dan pemicu nyeri
analgetic, jika perlu  Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
2 25-05-2021 Observasi S : Klien mengatakan tidak Neneng
 Menginspeksi mengetahui cara mengobati luka Hasanah
insisi atau robekan pada preunium dan bingung untuk
perineum (mis. melakukan aktivitas dengan
Episiotomy) adanya luka pada preunium

Terapeutik O: perineum klien tanpak


kemerahan, hasil TTV: TD :
 Memfasilitasi
120/70 mmHg, N : 87x/menit, rr:
dalam
17x/menit, S : 36,3 oC
membersihkan
perineum A : Masalah belum teratasi
 Mempertahankan
P : Lanjutkan Intervensi
perineum tetap
kering Observasi

 Memberikan posisi
 Inspeksi insisi atau robekan
nyaman
perineum (mis. Episiotomy)
 Membersihkan
area perineum Terapeutik
secara teratur  Fasilitasi dalam
 Memberikan membersihkan perineum
pembalut yang  Pertahankan perineum tetap
menyerap cairan kering

Edukasi  Berikan posisi nyaman


 Bersihkan area perineum
 Mengajarkan
secara teratur
pasien dan
 Berikan pembalut yang
keluarga
menyerap cairan
mengobservasi
tanda abnormal Edukasi
pada perineum
 Ajarkan pasien dan keluarga
(mis. Infeksi,
mengobservasi tanda
kemerahan,
pengeluaran cairan abnormal pada perineum
yang abnormal) (mis. Infeksi, kemerahan,
pengeluaran cairan yang
Kolaborasi
abnormal)
 Berkolaborasi
Kolaborasi
pemberian
antiinflamasi, jika  Kolaborasi pemberian
perlu antiinflamasi, jika perlu
 Berkolaborasi  Kolaborasi pemberian
pemberian analgesic, jika perlu
analgesic, jika
perlu

3 25-05-2021 Observasi S : Klien mengatakan tidak tau Neneng


bagaimana cara menyusui yang Hasanah
 Mengidentifikasi
benar karena baru anak pertama
keadaan emosional
dan bingung jika anak menangis
ibu saat akan
diberi asi tapi bayi tidak bisa
dilakukan
ngengisap asi
konseling
menyusul O: Klien tanpak gelisah, Bayi klien
 Mengdentifikasi sering menangis
keinginan dan
A : Masalah belum teratasi
tujuan menyusui
 Mengidentifikasi P : Lanjutkan Intervensi

permasalahan yang
Observasi
ibu alami selama
proses menyusui Observasi

Terapeutik  Identifikasi keadaan


emosional ibu saat akan
 Menggunakan
dilakukan konseling
teknik
mendengarkan menyusul
aktif (mis.duduk  Identifikasi keinginan dan
sama tinggi, tujuan menyusui
dengarkan  Indentifikasi permasalahan
permasalahan ibu) yang ibu alami selama proses
 Memberikan menyusui
pujian terhadap
Terapeutik
perilaku ibu yang
benar  Gunakan teknik
mendengarkan aktif
Edukasi
(mis.duduk sama tinggi,
 Mengajarkan dengarkan permasalahan ibu)
teknik menyusui  Berikan pujian terhadap
yang tepat sesuai perilaku ibu yang benar
kebutuhan
Edukasi

 Ajarkan teknik menyusui


yang tepat sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai