Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Kasus ( Masalah Utama )


Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai diri
sendiri dan individu lain yang tidak menginginkan tingkah laku tersebut yang disertai
dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi (Kusumawati & Hartono, 2011).
Perilaku kekerasan adalah merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan (fitria, 2009).
B. Proses Terjadinya masalah
1. Faktor Predisposisi
Psikologis. Kegagalan, masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan: perasaan ditolak,
dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan. Perilaku. Reinforcement yang diterima pada
saat melakukan kekerasan (misal:"Bagus, pukul lagi, kamu kan anak laki!"), sering
mengobservasi kekerasan di rumah / di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu untuk mengadopsi perilaku kekerasan Sosial budaya. Budaya tertutup dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima. Bioneurologis. Banyak pendapat bahwa kerusakan otak
pada system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak-seimbangan
neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
2. Stressor Presipitasi Stressor berasal dari diri sendiri : kelemahan/penyakit fisik, keputus-
asaan, kegagalan meraih sesuatu yang diinginkan, harga diri rendah Situasi lingkungan:
lingkungan yang ribut, padat Interaksi dengan orang lain : kritikan yang mengarah pada
hinaan, kehilangan orang/barang yang dicintai, perasaan ditolak/diabaikkan, dizalimi,
dsb.
3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain
a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah
b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
Tinggi 1. RENTANG RESPON
Memperlihatkan MARAH
permusuhan rendah
Rendah 2. Keras menuntut
3. Mendekati orang lain dengan ancaman
4. Memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
c.5. Menyentuh
Represi orang lain
: Mencegah dengan
pikiran caramenyakitkan
yang yang menakutkan
atau membahayakan masuk ke alam
6. Memberi
sadar. kata-kata
Misalnya ancamananak
seseorang dengan
yangrencana
sangat benci pada orang tuanya yang tidak
melukai
7. disukainya. Akan
Melukai dalam tetapiringan
tingkat menurut
tanpaajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
membutuhkan
bahwa membenci
perawatan medis orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
8. sehingga
Melukai perasaan
dalam tingkat
benciserius dan memerlukan
itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
perawatan medis
d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
4. Rentang Respons

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat
Pasif : Respon lanjutan dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaannya
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol
5. Hierarki Agresif

Skema Proses/ Mekanisme Penyesuaian Klien Marah


C. Tindakan komunikasi
1. Bicara dengan lembut
2. Nada rendah
3. Tidak membalas suara keras
4. Gunakan kalimat pendek dan simpel
5. Hindarkan tertawa dan senyum tidak pada tempatnya
6. Katakan anda siap membantu
7. Beri kesempatan untuk ventilasi
8. Sikap rilek dan terapeutik
9. Gerakan tidak tergesa-gesa
10. Jaga jarak 1-3 langkah dari klien (personal space violence people 4 kali orang normal)

D. Asuhan Keperawatan
1. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekrasan

Perilaku Kekerasan Core Problem

Harga Diri Rendah

2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Risiko Perilaku Kekerasan
DS :
- Ungkapan kekesalan, ketidakpuasan, kemarahan, memaki-maki
- Ungkapan mendominasi orang lain, argumentasi keras
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit atau berteriak
- Mengancam secara verbal
DO :
- Jalan mondar-mandir, gelisah
- ekspresi wajah: pandangan mata tajam, tegang, muka merah, mengatupkan
rahang dengan kuat
- tangan mengepal sewaktu menceritakan marahnya
- emosi labil, berusaha melakukan perilaku destruksi pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan, melempar atau memukul benda/orang lain

3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan


4. Rencana Tindakan Keperawatan (terlampir)

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC.
Keliat, B. A., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Kusumawati F dan Hartono Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Salemba


Medika.

Fitria N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan. Jakarta:Salemba Medika.

Riyadi S dan Purwanto T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim Penyusun. (2008). Modul II Standar Asuhan Keperawatan. FIK UI: Depok

Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Dialihbahasakan Oleh Kapoh
R.P dan Yuda E.K. Jakarta: EGC.

Mahasiswa

Asep dadi

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke :1
Hari/Tanggal :
Nama Klien :
SP Ke : 1. Resiko Prilaku Kekerasan
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Ungkapan kekesalan, ketidakpuasan, kemarahan, memaki-maki
Ungkapan mendominasi orang lain, argumentasi keras
Bicara kasar
Suara tinggi, menjerit atau berteriak
Mengancam secara verbal
DO : Jalan mondar-mandir, gelisah
Ekspresi wajah: pandangan mata tajam, tegang, muka merah, mengatupkan
rahang dengan kuat
Tangan mengepal sewaktu menceritakan marahnya
Riwayat emosi labil, berusaha melakukan perilaku destruksi pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan, melempar atau memukul benda/orang lain

2. Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan


3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

4. Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi penyebab PK
b. Identifikasi tanda dan gejala PK
c. Identifikasi PK yang dilakukan
d. Identifikasi akibat PK
e. Jelaskan cara mengontrol PK
f. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
g. Anjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum, Selamat pagi bu, sedang apa ? ”, perkenalkan nama saya?, biasa
dipanggil ?, saya perawat yang dinas pagi ini ini . Saya dinas dari pk 07.00-14.00
nanti, saya ingin mengobrol dengan ibu pagi ini apakah ibu bersedia?, saya yang akan
merawat ibu hari ini. Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” Saya mahasiswi
profesi profesi STIkes Yatsi Tangerang. Saya berada disini selama 3 minggu disini
saya akan menemani dan membantu merawat ibu dari pukul 08.00-14.00 WIB. Jadi
ibu dapat bercerita dengan saya masalah yang sedang ibu rasakan.
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
c. Kontrak
Topik : “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
bapak/ibu”
Waktu : “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10
menit?
Tempat : “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bapak/ibu?
Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Tujuan : “ Supaya Bapak/ibu tidak melakukan perilaku kekerasan

2. KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak/ibu marah?, Apakah sebelumnya bapak/ibu pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab
marah bapak/ibu”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak/ibu pulang ke rumah dan istri/suami
belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak/ibu
rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak/ibu merasakan kesal kemudian dada bapak/ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak/ibu dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa
kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri/suami jadi sakit dan takut, piring-piring
pecah. Menurut bapak/ibu adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak/ibu belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak/bu. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak/ibu rasakan maka bapak/ibu berdiri,
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan,
dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak/ibu sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak/ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak/ibu sudah terbiasa melakukannya”
3. TERMINASI
a. Evaluasi
Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak/ibu?”
Obyektif : ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak/ibu marah ........ (sebutkan) dan yang
bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan .......
(sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
b. Rencana Tindak Lanjut
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak/ibu yang lalu,
apa yang bapak/ibu lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa
latihan napas dalamnya ya pak/bu. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak,
berapa kali sehari bapak/ibu mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak/bu?”
c. Kontrak
Topik : ”Baik, bagaimana kalau selanjutnya kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah
Waktu : ”Bagaimana jika 2 jam lagi?”
Tempat : ”Tempatnya disini saja ya pak/bu, assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai