Anda di halaman 1dari 14

Definisi

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai


oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium
konvalensi (Suriadi, 2001: 211).
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan
(Smeltzer, 2001: 2443)
penyakit campak merupakan penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari lebih yang disertai panas 38c
atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk,pilek,dan mata
merah(WHO)
Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring


dan darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-
bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus, Cara penularan dengan droplet infeksi.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian
menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui
plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan
akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau
III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan
bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang
kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Patofisiologi

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi melalui droplet
melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan
jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di
tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini
mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan
terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih
belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi
terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke
permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, usus.
Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-
2 lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk
kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran
napas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak
merah.
Lanjutanya….
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh,
tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik.
Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan
pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. 
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian
ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi
tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.
Manifestasi Klinik
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan
kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
1. Stadium Kataral (Prodormal)
* Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
* Panas
* Malaise
* Batuk
* Fotofobia
* Konjungtivitis
* Koriza
2. Stadium Erupsi
* Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
* Koriza dan Batuk bertambah
* Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
* Kadang terlehat bercak koplik
* Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
* Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
* Splenomegali
* Diare dan muntah
3. Stadium konvalensensi
* Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
* Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume 2,1985).
Komplikasi                                                                                                                
* Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri
yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok,
stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh
pseudomonas dan klebsiela.
* Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4%
* Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
* Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
* Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
* Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita
komplikasi. (Rampengan, 1997 : 95)
Pemeriksaan Penunjang
* Pemeriksaan laboratorium : sel darah putih cenderung turun.
* Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cells yang khas.
* Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test
dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibodi Ig M yang
spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya
pada 2-4 minggu kemudian.
* Punksi lumbal pada penderita dengan encephalitis campak biasanya
menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit.
* Pemerisaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopenia

Penatalaksanaan
* Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi
demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat.
Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk
mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
* Penatalaksanaan Teraupetik :
* Pemberian vitamin A
* Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
* Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
* Pemberian obat batuk dan sedativum
Pathway Morbili
Proses Keperawatan
PENGKAJIAN
Observasi umum
Pemeriksaan Fisik
Pola Fungsi Kesehatan
Pola nutrisi metabolik
Pola eliminasi
Pola aktivitas dan latihan
Pola tidur dan istirahat
Pola persepsi dan kognitif
Pola peran dan hubungan sosial
Diagnosa Keperawatan
* Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi.
* Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 
berhubungan dengan anoreksia
* Resiko kurang volume cairan b.d kehilangan sekunder terhadap demam.
* Gangguan pola nafas bd inflamasi saluran nafas.
* Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan proses penyakit
morbili
Diagnosa Tujuan Intervensi
INTERVENSI
Gangguan rasa Diharapkan suhu badan pasien berkurang dengan a. Monitor perubahan suhu tubuh, denyutan
nyaman Kriteria hasil : nadi.
peningkatan suhu  Suhu tubuh 36,5-37,50C. b. Memberikan kompres dingin/hangat.
tubuh bd  Bibir lembab. c. Berikan pakaian tipis dalam memudahkan
proses inflamasi.  Nadi normal. proses penguapan
   Kulit tidak terasa panas. d. Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari
 Tidak ada gangguan neurologis ( kejang ). cara menurunkan suhu dan mengevaluasi
  perubahan suhu tubuh.
e. Kolaborasi medis untuk pemberian terapi
antipiretik.

Gangguan Tujuan : Diharapakan pasien menunjukkan a. Berikan sari buah yang banyak mengandung
kebutuhan nutrisi peningkatan nafsu makan air.
kurang dari Kriteria hasil : b. Berikan susu atau makanan dalam keadaan
kebutuhan tubuh   BB meningkat hangat.
berhubungan  Mual berkurang/hilang c. Berikan nutrisi bentuk lunak untuk membantu
dengan anoreksia  Tidak ada muntah nafsu makan.
 Pasien menghabiskan makan 1 porsi d. Berikan diet TKTP atau nutrisi yang adekuat.
 Nafsu makan meningkat e. Monitor perubahan berat badan, adanya
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. bising usus, dan status gizi.
   
Resiko kurang Tujuan : Tidak terjadi a. Observasi penyebab kekurangan cairan :
volume cairan b.d kekurangan volume muntah, diare, kesulitan menelan,
kehilangan cairan tubuh kekurangan darah aktif, diuretic, depresi,
sekunder terhadap Kriteria hasil : kelelahan
demam.  Turgor baik b. Observasi tanda-tanda dehidrasi.
   Kulit lembab c. Observasi keadaan turgor kulit,
 TTV dalam batas kelembaban, membran mukosa.
normal d. Monitor pemasukan dan pengeluaran
 Mukosa mulut cairan bila kekurangan cairan terjadi
lembab secara mendadak, ukur produksi urine
 Cairan masuk dan setiap jam, berat jenis dan observasi warna
keluar seimbang urine.
  e. Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan
masuk dan keluar perparetal.
Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan
tetesan untuk mencegah edema paru,
dispneu, bila pasien terpasang infus.
f. Timbang BB setiap hari.
 
Gangguan Tujuan : Pasien menunjukkan Status a. Pantau adanya pucat dan sianosis
pola nafas bd Respirasi: Ventilasi: Pergerakan b. Pantau efek obat pada status respirasi.
inflamasi udara ke dalam dan ke luar dari c. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di
saluran nafas. paru-paru yang normal tulang dada.
  Kriteria hasil: d. Kaji kebutuhan insersi jalan napas.
 Menunjukkan pola pernapasan e. Observasi dan dokumentasikan ekspansi
efektif, dibuktikan dengan status dada bilateral pada pasien dengan
pernapasan yang tidak ventilator.
berbahaya: ventulasi dan status f. Pemantauan Pernapasan : Pantau
tanda vital. kecepatan, irama, kedalaman dan suaha
 Menunjukkan status respirasi; perhatikan pergerakan dada,
pernapasan: Ventilasi tidak amati kesimetrisan, penggunaan otot-
terganggu, ditandai dengan otot bantu, serta retraksi otot suprakla
indikator gangguan sebagai vikular dan interkostal; pantau respirasi
berikut (dengan ketentuan 1-5L yang berbunyi, seperti mendengar;
ekstrem, kuat, sedang, ringan ,  
tidak).
 
Gangguan integritas Tujuan : Integritas kulit baik a. Observasi keadaan kulit
kulit yang berhubungan Kriteria hasil : selama masa perawatan.
dengan proses penyakit  Permukaan kulit utuh. b. Kaji pola nutrisi dan
morbili.  Tidak ada kemerahan dan luka. cairan anak.
    c. Beri pakaian yang tipis
dan menyerap keringat.
d. Ganti pakaian dan alat
tenun bila basah.
e. Jaga kulit agar tetap
bersih dan kering.
f. Beri terapi sesuai program
medik.
 
Sekian,Terimakasih…

Anda mungkin juga menyukai