Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACUAN PENYULUHAN (SAP)

Defisit Perawatan Diri


Pokok pembahasan : Defisit perawatan diri
Hari / Tanggal :
Tempat : Rumah Pasien
Sasaran : Pasien Dan Keluarga
Waktu :

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentan deficit perawatan diri, diharapkan
sasaran mamu memahami dan menyadari bahaya defisit perawatan diri.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan, diharapkan sasaran mampu :
 Menelaskan pengertian deficit perawatan diri.
 Menjelaskan tanda dan gejala deficit perawatan diri.
 Menjelaskan penyebab deficit perawatan diri.
 Menjelaskan akibat deficit perawatan diri.

B. MATERI
1. Pengertian defisit perawatan diri
2. Tanda dan gejala deficit perawatan diri
3. Penyebab deficit perawatan diri
4. Akibat deficit perwatan diri

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. MEDIA
Leaflet

E. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi diadakan diakhir sesi penyuluhan degan cara penyuluh mengajukan
pertanyaansebagai berikt kepada sasaran.
 Apaah pernah mengenal istilah deficit perawatan diri?
 Bagaimana tanda dan gejala deficit perawatan diri?
 Apakah penyebab deficit perawatan diri?
 Apa saja akibat deficit perawatan diri?
F. KEGIATAN PENYULUHAN
No FASE KEGIATAN KEGIAAN SASARAN
1 Pembukaan 1. Memberi salam pembukaan Sasaran diharapkan menjawab
(5 menit) 2. Memprkenalkan diri salam,
3. Menjelaskan kontrak mendengarkandanmemperhatikan
waktu,pokok bahasan dan
tujuan penyuluhan.
2 Pelaksanaan  Enjelaskan pengertian deficit Sasaran diharapkan
(15 menit) perawatan diri. memperhatkan materi
 Menjelaskan tanda dan gejala penyuluhan dengan baaik
deficit erawatan diri
 Menjelaskan penyebab deficit
perawatan diri
 Menjelaskan akibat deficit
perawatan diri
3 Tanya  Mempersilahkan sasaran untuk Diharapkan sasaran dapat
jawab bertanya mengenai materi mengajukan pertanyaan kepeda
(5 menit) penyuluhan penyuluh
4 Evaluasi  Menganjurkan pertanyaan  Sasaran diharapkan dapat
dan penutup kepada sasaran tentang materi menjawab pertanyaan yang
(10 menit) penyuluhan dengan soal yang diajukan oleh penyuluh
sudah disiapkan
 Mengucapkan terimakasih dan  Sasaran diharapkan
salam penutup mendengar, memperhatikan
dan menjawab salam

G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
 Pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan dan antusias
 Penyuluhan dilaksanakan dirumah pasien
2. Evaluasi Proses
 Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
 Pasien dan keluarga tidak meninggalkan tempat selama acara berlangsung
 Pasien dan keluarga menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Akhir
 Pasien dan keluarga mengetahui definisi deficit perawatan diri
 Pasie dan keluarga mengetahui tanda dan gejala deficit peawatan diri
 Pasien dn keluarga mengetahui penyebab deficit perawatan diri
 Pasien dan keluarga mengetahui akibat dari deficit perawatan diri
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan kesejahteraannya
sesuai dengan kondisi kesehatannya . Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya ika
tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012:147).
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan dir, makan,
berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri (toileting)
(Keliat B. A, dkk, 2011).
B. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai
berikut:
1. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian, meggunakan
alat tambahan, emngguakan kancig tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos
kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskkan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, meggunakan alat tambahan,
mendapat makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil (Mukhripah & Iskandar, 2012:149-150).
C. PENYEBAB
1. Faktor presdiposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun


Klien dengan gangguan jiw dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. (Mukhripah
& Iskandar, 2012:147 - 148).
2. Faktor presipitasi
Merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) didalam buku (Mukhripah &Iskandar, 2012:148) faktor –
faktor yang mempengaruhi personl higiene adalah:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik social
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi peruabahan personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misanya, pada pasien penderita diabetes mellitus
ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan orang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
D. JENIS-JENISPERAWATAN DIRI
1. Defisit perawatan diri: Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri: Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri (Nurjannah, 2004:79
E. AKIBAT
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri,
dan gangguan interaksi sosial.

Daftar Pustaka
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course). Yogyakarta: EGC.

Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:


Momedia.

Anda mungkin juga menyukai