Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE DI RUANG AR-RAHMAN RSUD IBNU SINA

OLEH :

Winda Winarsi
14420212093

Cl Lahan Cl Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
2023
A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair, kandungan tinja lebih banyak dari pada biasanya. Defisni
lainnya yaitu, buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari, buang air besar
tersebut dapat/tanpa disertai lender dan darah (Nurarif & Kusuma, 2018).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi
sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2019).
Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita
diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan
diare dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus
(enteritis), kolon (colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya
diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis.
Dampak penyakit diare pada umumnya terutama pada balita menyebabkan
kehilangan cairan dalam tubuh (dehidrasi), buang air besar yang terjadi terus
menerus mengakibatkan pembuangan zat-zat gizi yang sangat penting bagi
tubuh, membantu pemulihan tubuh dan mempertahankan tubuh terhadap
kuman, termasuk penyebab diare itu sendiri (Mirsiyanto & Sitorus, 2020).
Penyakit diare masih menempati peringkat kedua penyebab kematian pada
anak dibawah lima tahun (WHO, 2017). Tingginya angka kejadian diare pada
anak disebabkan oleh banyak faktor, antara lain sanitasi yang buruk, fasilitas
kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi yang buruk, seperi tidak mencuci
tangan sebelum, sesudah makan dan setelah buang air. Cuci tangan
merupakan salah satu usaha untuk pencegahan dan resiko penularan penyakit
diare (Rahmawati & Juniawati, 2020).
B. ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah
permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari
intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel
mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
b. Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
c. Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
d. Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
e. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah diare.
a. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik
dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti
makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut
dan cemas.

C. PATOFISIOLOGI
Akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah:
1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan.
2. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan
toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan
absorbsi intestinal.
D. PATHWAY DIARE

Gangguan Integritas Kulit

Defisit Nutrisi

Hipovolemia
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Widjaja (2018), tanda dan gejala penyakit diare yaitu:
1. Hipetermia.
2. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
4. Anusnya lecet.
5. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
6. Muntah sebelum atau sesudah diare.
7. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
8. Dehidrasi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang
tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula Pemeriksaan yang
perlu dilakukan pada anak dengan diare, yaitu:
1. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan
kultur
2. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan
kultur urine.

G. KOMPLIKASI
Menurut Depkes RI (2019), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit
secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Syok hipovolemik.
3. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi)
4. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
5. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung
lama)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Mengetahui identitas pasien yaitu nama, umur, alamat, suku/bangsa,
pekerjaan, pendapatan, Pendidikan agama.
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-
5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14
hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang, alergi makanan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare
6. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : kulit kepala kering, tidak ada benjolan ataupun lesi pada
kulit kepala
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
7. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : personal hygiene,
sanitasi, sumber air minum
b) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan /
minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa
/ belum pernah dimakan, alergi, makan berlebihan, efek samping
obat, jumlah cairan yang masuk selama diare, makan / minum di
warung
c) Pola eleminasi
Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir , oliguria, anuria

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga, dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017)
a. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d turgor kulit menurun,
merasa lemah, membran mukosa kering.
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, nafsu makan menurun,
membran mukosa pucat
c. Gangguan integritas kulit b.d kekurangan volume cairan d.d kerusakan
jaringan dan/atau lapisan kulit
d. Diare b.d inflamasi gastrointestinal, malabsorpsi d.d defekasi lebih dari
tiga kali dalam 24 jam, frekuensi peristaltik meningkat.
C. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah direncanakan

dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

(indenpenden) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah

aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan

bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan

kolaborasi adalah tindakan yang didasarkn hasil keputusan bersama, seperti

dokter dan petugas kesehatan lain.

D. EVALUASI

Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan.

Rencana intervensi dan implementasinya.


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H. & Kusuma, Hardhi. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.Edisi Revisi Jilid 3.Jogyakarta: Media
Action.
Juffrie, Avikar. (2019). Role of Escherichia coli in acute diarrhoea in tribal preschool
children of central India. Journal Compilation Paediatric and Perinatal
Epidemiology, No. 22, 40–46.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2019. Buku
Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Rahmawati ,E. A., & Juniawati, N. (2020). Upaya Pencegahan Penyakit Diare Pada
Anak Melalui Pendidikan Kesehatan Dan Tindakan Cuci Tangan Di RW 02
Kelurahan Slipi Jakarta Barat. [Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM). P-ISSN: 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3,
NOMOR 2. HAL 316-322.
Mirsiyanto, E., & Sitorus, J. R. (2020). Analysis of Environmental Factors with
Chronic Diarrhea in Toddlers in Jambi City in 2019. Jurnal Internasional
Sains dan Masyarakat, Volume 2, Edisi 4

Anda mungkin juga menyukai