Anda di halaman 1dari 30

A.

KONSEP MEDIS
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif
dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Aboagye, 2018).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa
komplikasi baik bagi ibu maupun janin (Dwi, 2019)
2. Klasifikasi atau Jenis Persalinan
Ada 3 klasifikasi persalinan berdasarkan cara dan usia kehamilan.
a. Persalinan Normal (Spontan) Adalah proses lahirnya bayi pada Letak
Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam.
b. Persalinan Buatan Adalah persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksiforceps, ekstraksi vakum dan sectiosesaria.
c. Persalinan Anjuran Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan (Dwi, 2019)
3. Mulainya Persalinan
a. Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan kerentanan otot Rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesterone san estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan progesterone menurun
sehingga timbul his.
b. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
c. Keregangan Otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan Rahim,
maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot- otot Rahim
makin rentan.
d. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anenchepalus kehamilan sering
lebih lama dari biasa.
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua disangka menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan.Hasil dari percobaan menunjukkan
bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra
adan extramnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap
umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer
pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan
(Barbara, 2017)
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a. Faktor Power Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong
Janis keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut,
1) His (kontraksi uterus) adalah kekuatan kontraksi uterus karena
otot- otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his
yang baik adalah kontraksi simetris, fundus dominan, terkoordinasi
dan relaksasi.
a) Pembagian his dan sifat-sifatnya:
(1) His pembukaan (kala I): menimbulkan pembukaan
serviks, semakin kuat, teratur dan sakit.
(2) His pengeluaran (kala II): untuk mengeluarkan janin,
sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi.
(3) His pelepasan uri (kala III): kontraksi sedang untuk
mengeluarkan plasenta.
(4) His pengiring (kala IV): kontraksi lemah, masih sedikit,
nyeri, terjadi pengecilan rahim, dalam beberapa jam atau
hari.
b) Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang
harus diperhatikan dari his adalah:
(1) Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya
per menit atau per 10 menit.
(2) Intensitas his: kekuatan his (adekuat atau lemah)
(3) Durasi (lama his): lamanya his setiap his berlangsung dan
ditentukan dengan detik, misal 50 detik.
(4) Interval his: jarak antar his satu dengan his berikutnya,
misal datangnya his tiap 2-3 menit.
(5) Datangnya his: apakah sering, teratur, atau tidak.
c) Perubahan-perubahan akibat his
(1) Pada uterus dan serviks: uterus teraba keras karena
kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot yang
banyak, sehingga setiap muncul his, terjadi pendataran
(effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.
(2) Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi
rahim, terdapat pula kenaikan denyut nadi dan tekanan
darah.
(3) Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi
uteroplasenter kurang, sehingga timbul hipoksia janin.
Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar
karena adanya iskemia fisiologis.
2) Tenaga Mengejan tenaga mengejan pada persalinan adalah:
a) Kontraski otot-otot dinding perut
b) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan
c) Paling efektif saat kontraksi/his
b. Faktor Passanger
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala
janin.Posisi dan besar kepala dapat memengaruhi jalan
persalinan.Kepala janin banyak mengalami cedera pada saat persalinan
sehingga dapat membahayakan kehidupan janin. Pada persalinan,
karena tulang-tulang masih dibatasi fontanel dan sutura yang belum
keras, maka pinggir tulang dapat menyisip antara tulang satu dengan
tulang yang lain (molase) , sehingga kepala bayi bertambah kecil.
Biasanya jika kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian lain janin
akan dengan mudah menyusul.
1) Kepala Janin dan Ukurannya.
Ukuran dan sifat kepala janin relatif kaku sehingga sangat
memengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri atas dua
tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal dan satu
tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura
membranosa. Saat persalinan dan setelah selaput ketuban pecah,
fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi,
dan sikap janin. Sutura dan fontanel menjadikan tengkorak bersifat
fleksibel, sehingga dapat menyesuaian diri terhadap otak bayi.
Kemampuan tulang untuk saling menggeser memungkinkan kepala
bayi beradaptasi terhadap berbagai diameter panggul ibu.
a) Bagian muka dan tulang dasar tengkorak
(1) Os nasalis (tulang hidung)
(2) Os maksilaris (tulang rahang atas)
(3) Os mandibularis (tulang rahang bawah)
(4) Os zigomatik (tulang pipi)
b) Bagian tengkorak
(1) Os frontalis (tulang dahi)
(2) Os parietalis (tualang ubun-ubun)
(3) Os temporalis (tulang pelepis)
(4) OS occipitalis (tulang belakang kepala)
c) Sutura
(1) Sutura sagitalis (sela panah)
(2) Sutura koronalia (sela mahkota)
(3) Sutura lamboidea (sela lamda)
(4) Sutura frontalis ( sela dahi)
d) Ubun-ubun (fontanel)
(1) Ubun-ubun besar (UUB/ fontanel major/bregma)
(2) Ubun-ubun kecil (UUK/ fontanel minor)
e) Daerah-daerah
(1) Sinciput depan kepala)
(2) Vertex (puncak kepala)
(3) Occiput (belakang kepala)
f) Ukuran diameter
(1) D. occipito-frontalis 12 cm (letak puncak kepala)
(2) D. mento-occipitalis 13,5 cm (letak dahi)
(3) D. suboccipito-bregmatika 9,5 cm (LBK)
(4) D. biparietalis 9,25 cm
(5) D. bitemporalis 8 cm
g) Ukuran sirkumferensia
(1) Circ. Fronto-occipitalis 34 cm
(2) Circ. Mento-occipitals 35 cm
(3) Circ. Suboccipitobregmatika 32 cm
h) Planium
(1) Plan. Fronta-occipitalis 34 cm
(2) Plan. Maxilo-parietalis 35 cm
(3) Plan. Trachea-parietalis 34 cm
2) Postur Janin Dalam Rahim Istilah-istilah yang digunakan untuk
kedudukan janin dalam rahim yaitu:
a) Sikap (attitude/ habitus)
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu
dengan bagian yang lain. Sikap menunjukkan bagian-bagian
janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
puggungnya.Janin biasanya dalam sikap fleksi dimana kepala,
tulang puggung dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan
bersilang di dada.
b) Letak (lie/ situs)
Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap
sumbu ibu.Misalnya, letak lintang dimana sumbu janin tegak
lurus pada sumbu ibu, letak membujur dimana sumbu janin
sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak
sungsang.
c) Presentasi (presentation)
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang
ada di bagian bawah rahim, rahim dijumpai pada palpasi atau
pada pemeriksaan dalam.Misalnya presentasi kepala, bokong,
bahu, dan lain-lain.
d) Bagian terbawah (presenting part)
Sama dengan presentasi, hanya lebih diperjelas lagi
istilahnya.Presentasi adalah bagian janin yang pertamakali
memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat
persalinan mencapai aterm.
e) Posisi (position)
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian
terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau
belakang terhadap sumbu ibu. Misalnya pada letak belakang
kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan
belakang. Apabila seseorang ingin menentukan presentasi dan
posisi janin, perlu dijawab pertanyaan bagian janin apa yang
terbawah, dimana bagian terbawah tersebut, dan apa
indikatornya.
3) Letak Janin Dalam Rahim
a) Letak membujur (Longitudinal)
(1) Letak Kepala
(a) Letak Fleksi (letak belakang kepala
(b) Letak Defleksi (letak puncak kepala, letak dahi, letak
muka)
(2) Letak Sungsang
(a) Letak bokong sempurna (clompete breech)
(b) Letak bokong (frank breech)
(c) Letak bokong tidak sempurna (incomplete Breech)
b) Letak Lintang (transverse lie)
c) Letak Miring (oblique lie)
1) Letak kepala mengolak
2) Letak bokong mengolak
c. Faktor Passage . Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Bagian keras panggul
a) Tulang panggul
(1) Os coxae: os illium, os ischium, os pubis.
(2) Os Sacrum: promontorium
(3) Os coccygis
b) Artikulasi
(1) Simfisis pubis, di depan pertemuan os pubis
(2) Artikulasi sakro-illiaka, yang menghubungkan os sacrum
dan os ilium
(3) Artikulasi sakro-koksigium yang menghubungkan os
sacrum dan os illium
c) Ruang panggul
(1) Pelvis mayor (False pelvis)
(2) Pelvis minor (True pelvis)
d) Pintu panggul
(1) Pintu atas panggul Inlet, batas-batasnya adalah
promontorium, lineaterminalis (lineainominata), sayap
sakrum, ramus superior ossispubis dan pinggir atas
simpisis.
(2) Bidang luas panggul.
Bidang terluas panggul perempuan membentang
antara pertengahan simfisis menuju pertemuan tulang
belakang (os sacrum) kedua dan ketiga, ukuran muka
belakangnya 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm.
Karena tidak ada ukuran yang kecil, bidang ini tidak
menimbulkan kesulitan dalam persalinan.
(3) Bidang sempit panggul.
Bidang sempit panggul mempunyai ukuran terkecil
jalan lahir, membentang setinggi tepi bawah simfisis,
spinaisciadika, dan memotong tulang belakang (os sacrum)
setinggi 1-2 cm di atas ujungnya.
(4) Pintu bawah panggul (PBP)
Pintu Bawah Panggul (PBP) bukan berupa satu
bidang, tetapi berdiri sendiri dari dua segitiga dengan dasar
yang sama yaitu garis yang menghubungkan kedua
tuberischidicum kiri dan kanan. Puncak dari segitiga bagian
belakang adalah ujung os sacrum, sisinya adalah
ligamentum sacrotuberosum kiri dan kanan. Segitiga depan
dibatasi oleh arcuspubis.
(5) Sumbu panggul
Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan
titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan
(sumbu carus).
(6) Bidang-bidang
(a) Bidang Hodge I Jarak antara promontorium dan pinggir
atas simfisis, sejajar dengan PAP.
(b) Bidang Hodge II Sejajar dengan PAP, melewati pinggir
bawah simfisis.
(c) Bidang Hodge III Sejajar dengan PAP, melewati spina
ischiadika.Bidang Hodge IV Sejajar dengan PAP,
melewati ujung coccygeus.
(7) Ukuran-ukuran panggul
(a) Ukuran panggul
Distansia Spinarum, Distansia Cristarum, Conjugata
Eksterna, Lingkar panggul, Distansia Tuberum,
Distansia intertrokanterika.
(b) Inklinasi pelvis (miring panggul) Adalah penyulit yang
dibentuk dengan horizon bila perempuan berdiri tegak
dengan inlet 55-60 derajat.
(c) Jenis panggul
Ginekoid Paling ideal, bentuk hampir bulat. Panjang
diameterantero-posterior kira-kira sama dengan
diameter transversal. Jenis ini ditemukan pada 45%
wanita.
Android, bentuk hampir segitiga.Umumnya laki-laki
mempunyai jenis panggul ini. Panjang diameter
anteroposterior hampir sama dengan diameter
transversal, akan tetapi yang terakhir jauh lebih
mendekati sacrum. Jenis ini ditemukan pada 15%
wanita.
Antropoid, bentuknya agak lonjong seperti
telur.Panjang diameter anteroposterior lebih besar dari
pada diameter transversal. Jenis ini ditemukan pada 35
% wanita.
Platipeloid Jenis ginekoid yang menyempit pada
arah muka belakang.Ukuran melintang jauh lebih besar
daripada ukuran muka belakang.Jenis ini ditemukan
pada 5% wanita.
2) Jalan lahir lunak
Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen
bawah rahim, servikuteri dan vagina. Di samping itu, otot-otot,
jaringan ikat, dan ligamen yang repository.unimus.ac.id
menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada
persalinan.
a) Diafragma pelvis
(1) Pars mucularis
(2) Pars membranacea
b) Perineum
(1) Regio analis di sebelah belakang
(2) Regio urogenital
d. Faktor Psikologi Ibu
Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu
bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar
dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami atau
orang-orang yang dicintainya. Ini menunjukkan bahwa dukungan
mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh
pada kelancaran proses persalinan.
e. Faktor Penolong
Kompetensi yang dimiliki oleh penolong persalinan sangat
bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah
kematian maternal neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi
yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan
asuhan tidak terjadi (Barbara, 2017).
5. Tahapan Persalinan
a. Kala I
Kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang
dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks
menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I
dibagi atas 2 fase, yaitu :
1) Fase laten : fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0
sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.
2) Fase aktif : fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi
menjadi :
3) Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4
cm yang dicapai dalam 2 jam.
4) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
5) Fase decelerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm selama 2 jam.
b. Kala II
Kala II atau Kala Pengeluaran adalah periode persalinan yang
dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
c. Kala III
Kala III atau Kala Uri adalah periode persalinan yang dimulai dari
lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta.
d. Kala IV
Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah placenta lahir.Dalam
klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya
Kala IV persalinan meskipun masa setelah placenta lahir adalah masa
dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering
timbul perdarahan (Sarwono, 2017).
6. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya pertolongan persalinan yang
bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan bayi
(Sarwono, 2017)
7. Tanda-tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan sudah dekat
a. Lightening Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan oleh :
1) Kontraksi Braxton Hicks
2) Ketegangan otot perut
3) Ketegangan ligamentumrotundum
4) Gaya berat janin kepala ke arah bawah
b. Terjadinya His Permulaan Dengan makin tua pada usia kehamilan,
pengeluaran esterogen dan progesteron semakin berkurang sehingga
oksitosin dapat menimbulkan his, yang lebih sering disebut his palsu.
Sifat His Palsu:
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah jika beraktifitas
c. Tanda-tanda Persalinan
1) Terjadinya his persalinan His persalinan mempunyai sifat :
Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan, Sifatnya
teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar ,
Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus, Makin
beraktifitas, kekuatan semakin bertambah.
2) Bloody Show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan; lendir yang terdapat
pada kanalisservikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan perdarahan sedikit.
3) Pengeluaan cairan Keluar banyak cairan dari jalan lahir.Ini terjadi
akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek (APN, 2017).
8. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
a. Dukungan fisik dan psikologis
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diikuti
perasaan takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara.
Perasaan takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan
ibu menjadi cepat lelah, yang pada akhirnya akan menghambat proses
persalinan. Bidan harus mampu memberikan kehadiran dengan kondisi
berikut:
1) Selama bersama pasien, bidan harus berkonsentrasi penuh untuk
mendengarkan dan melakukan observasi.
2) Membuat kontak fisik, misalnya mencuci muka pasien, menggosok
punggung, memegang tangan pasien dan sebagainya,
3) Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan bersikap tenang
dan bisa menenangkan pasien. Ada lima kebutuhan dasar bagi
perempuan dalam Asuhan fisik dan psikologis
a) Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus
b) Pengurangan rasa sakit
c) Penerimaan atas sikap dan perilakunya
d) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.
Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus selama
persalinan dan kelahiran akan menghasilkan :
(1) Kelahiran dengan tindakan (forceps, vacuum maupun
seksio caesaria) menjadi berkurang.
(2) APGAR skor < 7 lebih sedikit
(3) Lamanya persalinan menjadi semakin pendek
(4) Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman
melahirkan mereka. Metode mengurangi rasa sakit yang
diberikan secara terus-menerus dalam bentuk dukungan
mempunyaii keuntungan-keuntungan :
(a) Sederhana
(b) Efektif
(c) Biayanya murah
(d) Resikonya rendah
(e) Membantu kemajuan persalinan
(f) Hasil kelahiran tambah baik
(g) Bersifat sayang ibu.
b. Kebutuhan makanan dan cairan
Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif,
karena dapat lebih lama tinggal dalam lambung dari pada makanan
cair, sehingga proses pencernaan berjalan lebih lambat selama
persalinan. Bila ada pemberian obat, dapat juga merangsang terjadinya
mual/muntah, yang bisa mengakibatkan terjadinya aspirasi ke dalam
paru-paru. Untuk mencegah dehidrasi, pasien boleh diberi minum
segar (jus buah, sup, dll) selama proses persalinan, namun bila mual
atau muntah, dapat diberikan cairan IV (RL).
c. Kebutuhan eliminasi
Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses
persalinan. Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga
harus dicatat. Bila pasien tidak mampu berkemih sendiri, dapat
dilakukan katerisasi, karena kandung kencing yang penuh akan
menghambat penurunan bagian terbawah janin. Selain itu juga akan
meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali pasien, karena
bersamaan dengan munculnya kontraksi uterus. Rectum yang penuh
akan mengganggu penurunan bagian terbawah janin, namun bila
pasien mengatakan BAB, bidan harus memastikan kemungkinan
adanya tanda dan gejala masuk pada kala II. Bila diperlukan dengan
indikasi, bisa dilakukan tindakan lavement, meskipun tindakan ini
bukan merupakan tindakan rutin selama persalinan.
d. Posisioning dan aktivitas
Posisi meneran adalah posisi yang nyaman bagi ibu bersalin.Ibu
bersalin dapat berganti posisi secara teratur selama persalinan kala II,
karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan dan ibu
mungkin merasa dapat meneran secara efektif pada posisi tertentu yang
dianggap nyaman bagi ibu.
1) Tujuan
a) Memberikan kenyamanan pada proses persalinan.
b) Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan
kelahiran bayi.
c) Mempercepat kemajuan persalinan.
2) Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin
(1) Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
(2) Lama kala II lebih pendek.
(3) Laserasi perineum lebih sedikit.
(4) Menghindari persalinan yang harus ditilong dengan tindakan.
e. Pengurangan rasa nyeri
1) Etimologi nyeri persalinan
Ada studi-studi yang mendukung teori bahwa nyeri pada kala I
persalinan adalah akibat adanya dilatasi serviks, segmen bawah
rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta perlukaan
pada jaringan otot maupun ligament-ligament yang menopang
struktur diatasnya. Teori tersebut dapat dijelaskan dengan pendapat
bonica dan Mc. Donald melalui faktor-faktor berikut :
a) Regangan dari otot-otot halus memberikan rangsangan pada
nyeri servical.
b) Intensitas dan lamanya nyeri berhubungan dengan munculnya
tekanan intra uterin, yang berpengaruh pada dilatasi dari
struktur tersebut.
c) Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang tidak
bersalin, misalnya pada saat dilakukan tindakan digital atau
kuret, mereka mengalami nyeri seperti yang dialami oleh ibu
bersalin. Meskipun rangsangan mekanis dari reseptor lebih
besar dalam menghasilkan impuls-impuls nyeri, mediator
chemis (obat-obatan) seperti bradykinin, prostaglandin,
serotonin, dan asam lactad juga berpengaruh.
2) Mekanisme nyeri persalinan
Rasa nyeri persalinan disebabkan oleh kombinasi
peregangan segmen bawah rahim dan iskemia otot-otot rahim.
Dengan peningkatan kekuatan kontraksi, serviks akan tertarik.
Kontraksi yang kuat ini juga membatasi pengaliran oksigen pada
otot-otot rahim sehingga terjadi nyeri iskemik. Keadaan ini
diakibatkan oleh kelelahan ditambah lagi dengan kecemasan yang
selanjutnya akan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi
bagian tubuh lainnya dan mungkin pula menyebabkan exhaustion
(kelemahan yang sangat).
3) Pendekatan-pendekatan nonfarmakologik dalam mengurangi nyeri
persalinan
a) Posisi ibu dan perubahan posisi ketika para peneliti
mengobservasi perempuan dalam persalinan, yang
berhubungan dengan pengaturan terhadap posisi, mereka
mencatat sering terjadi perubahan posisi, dimana
kecenderungan perempuan memilih posisi torso vertical.
Perubahan posisi, termasuk ambulasi, telah diteliti
hubungannya dengan pemakaian medikasi minimal untuk
mengurangi nyeri persalinan, kontraksi uterus menjadi lebih
efektif dan meningkatkan kesadaran ibu terhadap pengaturan
kelahiran.
b) Pijatan digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan
nyeri melalui peningkatan aliran darah pada daerah-daerah
yang terpengaruh, merangsang reseptor-reseptor raba kulit
sehingga merilekskan otot-otot, mengubah suhu kulit dan
secara umum memberikan perasaan nyaman yang berhubungan
dengan keeratan hubungan manusia.
c) Tekanan dan tekanan yang kuat
d) Distraksi
e) Teknik deep relaxation pada proses persalinan (Barbara, 2016)
9. Mekanisme persalinan
Dalam proses persalinan normal, kepala bayi akan melakukan gerakan-
gerakan utama meliputi:
a. Engagement
Masuknya kepala ke dalam PAP pada primi terjadi pada bulan
akhir kehamilan sedangkan pada multipara terjadi pada permulaan
persalinan.Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala
janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul atau
miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior/posterior).Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
dengan fleksi ringan, Sutura Sagitalis/SS melintang. Apabila sutura
sagitalis ditengah-tengah jalan lahir disebut synklitismus.Dan apabila
sutura sagitalis tidak ditengah-tengah jalan lahir disebut asynklitismus.
Asynklitismus posterior adalah bila sutura sagitalis mendekati simfisis
dan dari parietale belakang lebih rendah dari pada parietale depan, atau
apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang dengan
PAP. Asynclitismus Anterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga parietale depan lebih rendah dari pada
parietale belakang atau apabila arah sumbu kepala membuat sudut
lancip ke depan dengan PAP.
b. Decent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis
dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga
penurunan kepala berlangsung lambat. Kepala turun ke dalam rongga
panggul, akibat : tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah
daerah bokong, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding
perut dan diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan
menegang.
c. Flexion
Dengan majunya kepala, biasanya terjadi flexi penuh atau
sempurna sehingga sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul
sehingga membantu penurunan kepala selanjutnya.Flexi : kepala janin
flexi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala). Dengan majunya kepala maka flexi
bertambah dan ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil
(diameter suboksipitobregmantika menggantikan suboksipitofrontalis).
Fleksi terjadi karena anak didorong maju, sebaliknya juga mendapat
tahanan dari PAP, serviks, dinding panggul/dasar panggul).
d. Internal Rotation
Yaitu pemutaran bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah simfisis.
Rotasi interna (putaran paksi dalam) selalu disertai turunya kepala,
putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis),
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis. Perputaran kepala dari samping ke depan disebabkan his
selaku tenaga pemutar, ada dasar panggul beserta otot-otot dasar
panggul selaku tahanan. Bila tidak terjadi putaran paksi dalam
umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan diakhiri dengan
tindakan vakum ekstraksi. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian
terendah
2) Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit yaitu di bagian atas
(terdapat hiatusgenitalis)
3) Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul adalah diameter
anteroposterior.
e. Extention
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin
turun dan menyebabkan perineumdistensi.Pada saat ini puncak kepala
berada di simfisis dan dalam keadaan seperti ini kontraksi perut ibu
yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vagina.
1) Defleksi dari kepala
2) Pada kepala bekerja 2 kekuatan yaitu yang mendesak kepala ke
bawah dan tahanan dasar panggul yang menolak ke atas sehingga
resultantnya kekuatan ke depan atas.
3) Pusat pemutaran : hipomoklion
4) kstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior.
Lahir berturut-turut oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu.
f. External Rotation (Resituation)
Setelah kepala lahir, kepala bayi memutar kembali ke arah
punggung untuk menghilangkan torsi pada leher (putaran resusitasi).
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir,
diikuti seluruh badan anak (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul
depan dan belakang, tungkai, dan kaki (Dwi, 2018).
10. Pathway
Kehamilan (37-
42 minggu)

Tanda-tanda
inpartu

Proses
persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Pelepasan
Proses kala 1 lama Partus Post partum
uterus partum plasenta

Bagian bawah Kerja


Khawatir pada Rupture Luka bekas Cadangan energi Risiko
janin menurun jantung
kondisi bayi perineum implantasi berkurang Infeksi

Peregangan Kelelahan O2 Terputusnya nutrisi ke


Risiko
otot jalan lahir Ansietas kontinuitas jaringan
perdarahan
jaringan berkurang

Pelepasan zat
Pola Napas bradikinin,
Dilatasi serviks Kelemahan fisik
tidak Efektif histamin,
prostaglandin
Kurang mampu
Peransangan
Hipotalamus melakukan
saraf sensorik
aktivitas
 
Proses
transmisi,
transdukasi, Corteks cerebri Keletihan
modulasi,
persepsi

Nyeri
Nyeri
Persalinan
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien
Langkah-langkah pertolongan persalinan sesuai dengan Asuhan
Persalinan Normal (APN) meliputi:
a. Melihat Tanda Gejala Kala II
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan .
c. Memastikan Pembukaan lengkap dan Keadaan Janin Baik
d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan
Meneran.
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
f. Menolong Kelahiran bayi Lahirnya Kepala
g. Penanganan Bayi Baru Lahir.
h. Penatalaksanaan Aktif Kala III
i. Menilai perdarahan.
j. Melakukan prosedur pasca persalinan
k. Evaluasi
l. Memastikan kebersihan dan keamanan ibu
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi berbagai masalah yang
dapat ditemukan dari hasil pengkajian atau pengumpulan data. Masalah
atau diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri Persalinan b/d Dilatasi serviks
b. Pola napas tidak efektif b/d Penurunan Energi
c. Keletihan b/d kondisi fisiologis
d. Ansietas b/d kurang terpapar informasi
e. Resiko perdarahan d/d komplikasi pasca partum
f. Resiko Infeksi d/d efek prosedur invasif
(PPNI Pokja, 2017).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan rencana asuhan keperawatan atau perencanaan ini ditulis sesuai dengan masalah
keperawatan yang didapat oleh pasien
DIAGNOSIS TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
Nyeri Melahirkan b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Observasi
pengeluaran janin ditandai tindakan Observasi 1. Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi
dengan : keperawatan selama 1. Identifikasi Lokasi, dan juga tanda-tanda perkembangan penyakit
Gejala & tanda mayor …. jam diharapkan karakteristik, durasi, (perubahan dalam lokasi/intensitas tidak
Subjektif : status intrapartum frekuensi, kualitas, umum namun dapat menunjukkan adanya
1. Mengeluh nyeri membaik dengan intensitas, nyeri. komplikasi)
2. Perineum terasa tertekan kriteria hasil : 2. Identifikasi respons non 2. Agar dapat memberikan intervensi sesuai
Objektif : 1. Perdarahan verbal. kebutuhan
1. Eksspresi wajah Vagina Terapeutik Terapeutik
meringis Menurun. 3. Berikan teknik 3. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
2. Berposisi meringankan 2. Frekuensi nonfarmakologis untuk ketegangan otot, dapat menurunkan nyeri
nyeri kontraksi uterus mengurangi rasa nyeri secara alami
3. Uterus teraba membulat Membaik. Edukasi Edukasi
3. Dilatasi serviks 4. Jelaskan strategi meredakan 4. Pasien bisa mandiri dalam hal penurunan
meningkat nyeri nyeri
Kolaborasi Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian 5. Analgetik berfungsi untuk
analgetik, jika perlu. menurunkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman
Pola napas tidak efektif b/d Setelah dilakukan Dukungan Ventilasi Observasi
Penurunan energi ditandai intervensi selama …. Observasi 1. Mengetahui adanya peningkatan otot bantu
dengan: maka diharapkan 1. Identifikasi adanya napas sehingga mengakibatkan kelelahan
Gejala & tanda mayor Pola nafas kelelahan otot bantu napas pada pasien
Subjektif : Dispnea membaik, dengan 2. Monitor status respirasi 2. Agar mengetahui ada atau tidaknya
Objektif : kriteria hasil: dan oksigenasi peningkatan ekspansi paru sehingga
1. Penggunaan otot bantu 1. Dispnea Terapeutik memudahkan pemeriksa untuk melakukan
pernapasan menurun 3. Fasilitasi mengubah posisi tindak lanjut terhadap pasien
2. Fase ekspirasi 2. Penggunaan otot senyaman mungkin Terapeutik
memanjang bantu napas Edukasi 3. Agar pasien bisa merasa nyaman
3. Pola napas abnormal menurun 4. Ajarkan mengubah posisi Edukasi
3. Pemanjangan secara mandiri 4. Agar ekspansi paru yang menurun dapat
fase ekspirasi Kolaborasi stabil
4. Frekuensi napas 5. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
membaik bronkhodilator, jika perlu 5. Agar pola napas pasien dapat stabil
Keletihan b/d Kondisi Setelah dilakukan Manajemen energy Observasi
Fisiologi intervensi selama …. Observasi 1. Mengetahui penyebab kelelahan
Gejala dan Tanda Mayor maka diharapkan 1. Observasi ganggan 2. Memberikan informasi adanya kelelahan
Subjektif Tingkat keletihan fungsi tubuh yang fisikdan emosional
1. Merasa energi tidak menurun, dengan mengakibatkan kelelahan Terapeutik
pulih walaupun telah kriteria hasil: 2. Monitor pola dan jam 3. Memberikan rasa nyaman pada klien
tidur 1. Gelisah tidur Edukasi
2. Merasa kurang tenaga menurun Terapeutik 4. Krena pasien yang baru saja melalui proses
3. Mengeluh lelah 2. Frekuensi nafas 3. Sediakan lingkungan persalinan tidak boleh langsung beraktivitas
Objektif menurun nyaman dan rendah stimulus berat
1. Tidak mampu 3. Pola nafas Edukasi
mempertahankan membaik 4. Anjurkan melkukan
aktivitas rutin 4. Pola istirahat aktivitas secara bertahap
2. Tampak lesu
Ansietas b/d kurang Setelah dilakukan Reduksi Ansietas Observasi
terpapar informasi intervensi selama …. Observasi 1. Reaksi verbal dan nonverbal dapat
Gejala dan tanda mayor maka diharapkan 1. Monitor tanda-tanda menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah
Subjektif Tingkat Ansietas ansietas (verbal dan Terapeutik
1. Merasa bingung menurun, dengan nonverbal) 2. Rasa kepercayaan yang mulai terbangun
2. Merasa khawatir dengan kriteria hasil: Terapeutik dapat meningkatkan berhasilan dalam
akibat kondisi yang 1. Perilaku gelisah 2. Ciptakan suasana mengelola perasaan klien
dihadapi menurun terapeutik untuk Edukasi
3. sulit berkonsentrasi 2. Frekuensi menumbuhkan 3. Memberikan informasikan yang aktual
Objektif pernapasan kepercayaan kepada klien dan keluarga sehingga klien
1. Tampak gelisah menurun Edukasi dapat memahami mengenai kondisinya dan
2. Tampak tegang 3. Pola tidur 3. Informasikan secara dapat menurunkan kecemasan
3. Sulit tidur membaik faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan
prognosis
Resiko perdarahan ditandai Setelah dilakukan Pecegahan perdarahan Observasi
dengan intervensi selama …. Observasi 1. Mengetahui tanda dan gejala adanya
Faktor Risiko : maka diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
1. Komplikasi kehamilan Tingkat perdarahan 2. Mengetahui nilai infeksi/resiko pasien
(mis. Ketuban pecah Perdarahan 2. Monitor nilai Terapeutik
sebelum waktunya) menurun, dengan hematocrit/hb sebelum 3. Mencegah terjadinya perdarahan
2. Komplikasi pasca kriteria hasil: dan setelah kehilangan Edukasi
partum (mis. Atoni 1. Perdarahan darah 4. Mengetahui tanda dan gejala perdarahan
uterus, retensi plasenta) vagina menurun Terapeutik
2. Hemoglobin 3. Pertahankan bed rest
membaik Edukasi
3. Tekanan darah 4. Jelaskan tanda dan gejala
membaik perdarahan
Resiko Infeksi dibuktikan Setelah dilakukan Pencegahan infeksi Observasi
dengan intervensi selama …. Observasi 1. Adanya peningkatan suhu
Faktor Risiko maka diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala menunjukkan adanya tanda- tanda infeksi
1. Penyakit kronis Tingkat Infeksi infeksi local dan sistemik Terapeutik
2. Efek prosedur invasive menurun, dengan Terapeutik 2. Agar tidak terjadi peningkatan resiko infeksi
3. Malnutrisi kriteria hasil: 2. Batasi jumlah pengunjung 3. Untuk mencegah kontaminasi kuman masuk
4. Peningkatan paparan 1. Kebersihan 3. Cuci tangan sesudah dan ke luka sehingga menurunkan resiko infeksi
organism pathogen tangan sebelum kontak dengan Edukasi
lingkungan meningkat pasien dan lingkungan 4. Mampu mencegah terjadinya infeksi
5. Ketidakadekutan 2. Demam pasien 5. Peningkatan nafsu makan dapat membuat
pertahanan tubuh primer menurun Edukasi stamina pasien membaik
6. Ketidakadekuatan 3. Nyeri menurun 4. Jelaskan tanda dan gejala Kolaborasi
pertahan tubuh sekunder infeksi 6. Pemberian obat dapat mempercepat
: 5. Anjurkan meningkatkan penyembuhan pasien
1) Penurunan asupan nutrisi
hemoglobin Kolaborasi
2) Imununosupre si 6. Kolaborasi pemberian
3) Leucopenia obat, jika perlu
4) Supresi respon
inflamasi
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses
perawatan, dimulai secara formal setelah Anda mengembangkan rencana
asuhan keperawatan. Dengan rencana asuhan berdasar pada diagnosis
keperawatan yang jelas dan relevan, dimana intervensi yang didesain
untuk membantu pasien mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan yang
dibutuhkan untuk mendukung atau meningkatkan status kesehatan pasien
(Noviestari et al., 2020).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan
yang yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang telah diamati
dan atau kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap intervensi. Evaluasi
dilakukan secara terus-menerus dan melibatkan klien serta tenaga
kesehatan lainnya. Apabila tujuan dan kriteria hasil tercapai pada
evaluasi, maka klien proses keperawatan dihentikan, jika sebaliknya
maka klien dikaji dan ulang dan harus tetap melewati proses keperawatan
(Irman et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Aboagye. (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi 4). Jakarta: Bina
Medika.
APN. (2017). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.
Barbara. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : EGC.
Dwi, A. (2018). Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb dan Patologi
Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Irman, O., Nalista, Y., & Keytimu, Y. M. H. (2020). Buku Ajar: Asuhan
Kepeawatan Pada Pasien Sindrom Koroner Akut (Pertama). CV.Penerbit
Qiara Media.
Noviestari, E., Ibrahim, K., Deswani, & Ramadaniati, S. (2020). Dasar-Dasar
Keperawatan: Edisi 9 (9th ed.). ELSEVIER.
PPNI Pokja, T. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI Pokja, T. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI Pokja, T. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (II). Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Sarwono, P. (2017). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai