OLEH:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
3. Penyebab
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanyalah teori-teori yang kompleks. Teori-teori yang dikemukakan antara lain faktor-
faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan
nutrisi.
a. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen
dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim.
Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his
jika kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan
kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus Frankenhauser).
Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin,
akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus (induction of labour)
b. PASSAGE/Panggul
Panggul terdiri dari empat buah tulang :
1) Dua Os Coxae :
a) Os ischium
b) Os pubis
c) Os sacrum
d) Os illium
2) Os cossigys
Pelvis mayor dicebelah atas pelvis minor, superior dari linea
terminalis. Fungsi obstetriknya menyangga uterus yang membesar
waktu hamil.
Bagian-bagian pelvis mayor :
a) Os illium, titik penting :
(1) Spina illiaka anterior superior : tempat perlekatan ligamentum
inguinale.
(2) Spina illiaka posterior superior : setinggi vertebra sacral kedua,
dari luar tampak sebagai lekuk pada kulit.
(3) Crista illiaka yang memanjang dari spina illiaka anterior
superior ke spina illiaka posterior superior.
b) Os Ischium, terdiri atas corpus tempat bersatunya ramus inferior
dan superior
(1) Corpus membentuk acetabulum
(2) Ramus superior terletak di belakang dan bawah corpus
(3) Ramus inferior menjadi satu dengan ramus inferior osis pubis
(4) Spina isciadika memisahkan insisura isciadika mayor dengan
insisura isciadika minor.
(5) Tuber isciadikum adalah bagian terbawah iscium dan
merupakan tulang duduk pada manusia.
c) Os Pubis, terdiri dari corpus dan dua buah rami
(1) Corpus mempunyai permukaan medial yang kasar. Bagian ini
menjadi satu dengan bagian yang sama pada os pubis sisi yang
lain sehingga membentuk sympisis pubis. Muskulus lefator ani
melekat pada permukaan dalam os pubis.
(2) Crista pubis adalah tepi atas corpus
(3) Tuberculum pubicum adalah ujung lateral crista pubica
(4) Ramus superior bertemu dengan corpus osis pubis pada
tuberculum pubicum dan dengan corpus osisi illiii pada linea
illiopectinea. Ramus superior membentuk sebagian acetabulum.
(5) Ramus inferior menjadi satu dengan ramus superior ischii.
d) Os Sacrum
(1) Berbentuk segitiga, basis di atas, apek di bawah.
(2) Terdiri dari 5 os vertebra yang tumbuh menjadi satu.
(3) Diantara os coxae, melekat pada tulang tersebut melalui
articulatio sacroiliaka.
(4) Permukaan atas vertebra sacralis pertama bersendi dengan
permukaan bawah vertebra lumbal ke lima.
(5) Permukaan depan cekung, belakangnya cembung.
(6) Promontorium, adalah tepi anterior superior vertebra sacralis
pertama. Bagian ini sedikit menonjol kedalam cavum pelvis,
sehingga mengurangi diameter antero posterior aditus pelvis.
a. PAP
b. Bidang terbesar pada cavum pelvis
c. Bidang terkecil dari cavum pelvis
d. PBP
c. PASSAGER/Fetus
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari faktor
passager adalah :
1) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada jalan lahir,
seperti :
a) Presentasi kepala (Verteks, muka, dahi)
b) Presentasi bokong (bokong murni/ Frank Breech), bokong kaki
(complete breech), letak lutut atau letak kaki (incomplete
breech)
c) Presentasi bahu (letak lintang)
2) Sikap janin
Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya
(badan), misalnya fleksi, defleksi, dll.
3) Posisi janin
Hubungan bagian/point penentu dari bagian terendah janin dengan
panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur :
a) Sisi panggul ibu : kiri, kanan, dan melintang
b) Bagian terendah janin, oksiput, sacrum, dagu dan scapula
c) Bagian panggul ibu : depan belakang
4) Bentuk/ukuran kepala janin menentukan kemampuan kepala untuk
melewati jalan lahir.
a) Panjang rata-rata janin cukup bulan 50 cm
b) Berat rata-rata janin laki-laki 3400gr/perempuan 3150 gr
c) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama.
(Icesmi SK & Margareth ZH, 2013)
b. Mekanisme Persalinan
Gerakan utama kepala janin pada proses persalinan :
1) Engagement
Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan
dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan presentasi
biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar 8,5-9,5 cm)
atau 70% pada panggul ginekoid. Masuknya kepala :
a) Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan
b) Pada multi terjadi pada permulaan persalinan
Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin dapat
tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau
miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior/posterior). Masuknya kepala ke dalam PAP diikuti dengan
fleksi ringan, sutura sagitalis (SS) melintang.
Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepala tidak turun
lagi dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum ekstrasi.
Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah memutar ke
depan ke bawah simfisis :
5) Extension
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin turun
dan menyebakan perinium distensi. Pada saat ini puncak kepala berada
di simfisis dan dalam keadaan ini kontraksi uterus ibu yang kuat
menndorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vagina.
a) Defleksi dari kepala
b) Pada kepala bekerja 2 kekuatan, yaitu yang mendesak kepala ke
bawah dan tahanan dasar panggul yang menolak ke atas karena
resultantenya kekuatan ke depan atas
c) Pusat pemutaran : hipomoklion
d) Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah simpisis pubis bagian posterior.
Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6) Eksternal rotation (putaran paksi luar)
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi
pada saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang
dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong dan seluruh
tungkai.
a) Setelah kepala lahir kemudian memutar kembali ke arah punggung
untuk menghilangkan torsi pada leher (putaran resutitasi)
b) Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadikum sefinak (putaran paksi luar
sebenarnya)
c) Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior dari PAP
d) Setelah putaran paksi luar kemudian bahu depan di bawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang
e) Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak. (Icesmi
SK & Margareth ZH, 2013)
6. Fisiologi Persalinan
a. Fisiologi Persalinan Kala I
Kontraksi uterus pada persalinan merupakan kontraksi otot fisiologis
yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Kontraksi ini merupakan kontraksi
yang involunter karena berada di bawah pengaruh saraf intrinsik, wanita
tidak memiliki kendali fisiologis terhadap frekuensi dan durasi.
Perubahan-perubahan fisiologi kala I adalah :
1) Perubahan hormon
2) Perubahan pada vagina dan dasar panggul :
a) Kala I : ketuban meregang vagina bagian atas
b) Setelah ketuban pecah : perubahan vagina dan dasar panggul
karena bagian depan anak
3) Perubahan serviks : pendataran dan permukaan
4) Perubahan uterus
Segmen atas dan bawah rahim :
a) Segmen atas rahim : aktif, berkontraksi, dinding bertambah tebal
b) Segmen bawah rahim : pasif, makin tipis
c) Sifat khas kontraksi rahim : setelah kontraksi tidak relaksasi
kembali (retraksi), kekuatan kontraksi tidak sama kuat, paling kuat
di fundus
d) Karena segmen atas makin tebal dan bawah makin tipis terjadi
lingkaran retraksi fisiologis
e) Jika segmen bawah rahim sangat diregang mengakibatkan
lingkaran retraksi patologis (lingkaran Bandl)
f) Lingkaran Bandl merupakan ancaman robekan rahim.
Bentuk rahim :
a) Kontraksi menyebabkan sumbu panjang bertambah ukuran
melintang dan muka belakang berkurang
b) Lengkung punggung anak berkurang menyebabkan kutub atas anak
ditekan oleh fundus, kutub bawah ditekan masuk PAP
c) Bentuk rahim bertambah panjang menyebabkan otot-otot
memanjang diregang, menarik segmen bawah rahim dan serviks
menyebabkan pembukaan
5) Penurunan janin
Tanda-tanda Inpartu
Proses persalinan
Kerja jantung
Risiko
Nyeri
perdarahan luka episiotomi
Keletihan
Nyeri
Perubahan psikologis
(O2 )
Kekurangan volume
cairan Risiko infeksi
Ansietas/
kecemasa Ketidakefektifan
n pola nafas
8. Penatalaksanaan/Penanganan
a. Kala I
Pekerjaan penolong (dokter, bidan, penolong lainnya) dalam kala I
adalah mengawasi ibu inpartu sebaik-baiknya serta menanamkan semangat
kepada ibu tersebut bahwa proses persalinan adalah fisiologis. Tanamkan rasa
percaya diri dan percaya pada penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya
dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, ibu
inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan. Jika berbaring sebaiknya kesisi
terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, ibu tersebut dilarang
berjalan-jalan, harus berbaring. Periksa dalam per vaginam dilarang, kecuali
ada indikasi, karena setiap pemeriksaan akan membawa risiko infeksi, apalagi
jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas (asepsis). Pada kala pembukaan
dilarang mengedan karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan
tenaga ibu. Biasanya kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai
10 cm.
b. Kala II
Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk dalam
ruang panggul. Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila
belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lenih sering dan lebih
kuat, lalu timbullah his mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin
persalinan.
c. Kala III
1) Manajemen aktif kala III
a) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
b) Memberikan injeksi oksitosin (IM)
c) Lakukan PTT
d) Masase fundus
Segera setelah bayi lahir, bayi diurus dan tali pusat diklem. Biasanya
rahim yang telah menyelesaikan tugas berat, yaitu mengeluarkan bayi, akan
beristirahat beberapa menit. Dalam masa istirahat ini tugas kita adalah :
1) Memeriksa keadaan ibu tentang
a) Status lokasi obstetrik dengan cara palpasi fundus uteri dan
konsistensinya.
b) Memerikasa keadaan vital ibu : tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
2) Mengawasi perdarahan
3) Mencari tanda-tanda pelepasan plasenta, kalau sudah lepas segera
melahirkannya. Kalau tidak ada perdarahan dan konsistensi uterus baik
(keras), kita hanya menunggu dan mengawasi , jangan buru-buru
melahirkan plasenta. Jika rahim memerlukan stimulasi setelah beberapa
menit lakukanlah pemijatan pelan-pelan. Apabila kita sabar menunggu,
biasanya plasenta akan lahir spontan, dan jika sudah ada tanda-tanda
lepasnya plasenta, plasenta segera dilahirkan dengan menyuruh ibu
mengedan dan memberi tekanan pada fundus uteri.
Dorongan pada fundus hanya boleh dikerjakan pada rahim yang
kontraksinya baik sebab pada rahim yang kontraksinya lembek dapat
menimbulkan inversio uteri. Jangan mendorong sampai serviks melewati
introitus vagina karena akan menimbulkan bahaya infeksi.
d. Kala IV
Pada kala IV, kita melakukan pengawasan selama 1-2 jam setelah
plasenta lahir. Darah yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan
darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada pelepasan plasenta
dan robekan pada serviks dan perineum. Jumlah perdarahan rata-rata yang
dianggap normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Apabila perdarahan
lebih dari 500 cc, hal tersebut sudah dianggap tidak normal dan harus dicari
sebab-sebabnya. Penting untuk diingat : jangan meninggalkan ibu bersalin 1
jam setelah bayi dan plasenta lahir. Sebelum meninggalkan ibu yang baru
melahirkan, periksa ulang dahulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut :
1) Kontraksi rahim : baik atau tidaknya dapat diketahui dengan palpasi. Jika
perlu, lakukanlah pemijatan dan berikan uterotonika : methergin,
ergometrin, dan pitosin.
2) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa
3) Kandung kemih : harus kosong. Kalau penuh ibu disuruh berkemih, jika
tidak bisa, pasang kateter.
4) Luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
5) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.
6) Keadaan umum ibu : tensi, nadi, pernapasan, dan nyeri.
7) Bayi dalam keadaan baik.
b. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai 02
plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
2) Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
3) Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
4) Defisiensi pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya informasi yang dimiliki ibu
5) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional akibat proses persalinan
c. Perencanaan
1) Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai O2
plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak
terjadi fetal distress dengan KE : DJJ 120-160x/menit
Intervensi:
a) Kaji DJJ tiap 30 menit
Rasional: untuk mengetahui DJJ sehingga dapat dilakukan tindakan
dengan segera apabila terjadi peningkatan atau perlambatan.
b) Sarankan ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit
Rasional: jika terlentang maka berat janin, uterus, air ketuban akan
menekan vena cava inferior, hal ini dapat mengakibatkan turunnya
sirkulasi darah dari ibu ke plasenta
c) Catat kemajuan persalinan
Rasional: persalinan lama/disfungsional dengan perpanjangan fase laten
dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stres berat, infeksi dan
hemoragi karena atonia/ruptur uterus
d) Catat DJJ bila ketuban pecah, periksa lagi 5 menit kemudian dan
observasi perineum terhadap prolaps tali pusat
Rasional: perubahan pada tekanan cairan amniotik dengan ruptur dan
prolaps tali pusat dapat menurunkan transfer oksigen ke janin
e) Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional: meningkatkan oksigen ibu yang tersedia untuk ambilan fetal
Intervensi:
Intervensi:
a) Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah
Rasional: nadi dan tekanan darah dapat menjadi indicator terhadap status
hidrasi dan energi ibu.
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan yang telah dimiliki ibu serta kesiapan ibu menerima
informasi
Rasional: untuk mengefektifkan penjelasan yang akan diberikan
b) Jelaskan tentang proses persalinan serta apa yang mesti dilakukan oleh ibu
Rasional: untuk memberikan informasi kepada ibu dengan harapan terjadi
perubahan tingkat pengetahuan dan psikomotor dari ibu sehingga ibu
kooperatif
c) Jelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan
Rasional: memberikan gambaran pada ibu tentang persalinan yang sedang
dijalani, mengurangi cemas dengan harapan keadaan psikologis ibu tenang
yang dapat mempengaruhi intensitas his
2. KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas /istirahat
a) Adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/
relaksasi.
b) Letargi.
c) Lingkaran hitam di bawah mata.
2) Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.
3) Integritas Ego
a) Respon emosional dapat meningkat.
b) Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini
klien terlibat mengejan secara aktif.
4) Eliminasi
a) Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan
uterus.
b) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
c) Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan
selama upaya mendorong.
5) Nyeri/ Ketidaknyamanan
a) Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
b) Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
c) Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
d) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
e) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir
60-90 dtk.
f) Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi dalam
kelas kelahiran anak.
6) Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
7) Keamanan
a) Diaforesis sering terjadi.
b) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8) Seksualitas
a) Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
b) Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
c) Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
d) Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
e) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
f) Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada
presentasi vertex
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi ,
dilatasi/ peregangan jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin
intense
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik
vena, perubahan pada tahanan vaskuler sistemik.
3) Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan
pencetusan persalinan, pola kotraksi hipertonik, janin besar.
4) Risiko terhadap kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta, persalinan
yang lama, hiperventilasi maternal.
5) Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan aktif, penurunan masukan , perpindahan cairan.
6) Risiko infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasive berulang,
trauma jaringan, pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah
ketuban.
c. Intervensi Keperawatan
Kriteria evaluasi :
a) Nyeri berkurang
Intervensi :
a) Observasi TTV
Rasional: Agar mengetahui keadaan umum pasien
b) Kaji Tingkat Karakteristik Nyeri dengan teknik PQRST
RasionaL: Agar mengetahui sejauh mana nyeri yang dialami pasien
c) Ajarkan teknik distraksi dan teknik napas dalam
Rasional: Agar pandangan pasien tidak tertuju pada nyeri yang
dirasakan dan pasien menjadi lebih relax
d) Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan persalinan.
Rasional: Informasi tentang perkiraan kelahiran menguatkan upaya
yang telah dilakukan berarti.
e) Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan
Rasional: Posisi yang tepat dengan relaksasi memudahkan kemajuan
persalinan
f) Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin,
menurunkan risiko trauma kantung kencing.
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik
vena, perubahan pada tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi
perubahan curah jantung dan perubahan tahanan vaskuler
sistemik
Kriteria evaluasi
a. Tanda- tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a) Pantau TD dan nadi setiap 5-15 mnt, perhatikan jumlah dan
konsentrasi haluaran urine, tes terhadap albuminuria.
Rasional: Peningkatan curah jantung 30-50% mempengaruhi kontraksi
uterus
b) Anjurkan klien untuk inhalahi dan ekshalasi selama upaya mengejan
menggunakan tehnik glottis terbukaan.
Rasional: Valsava manuver yang lama dan berulang terjadi bila pasien
menahan nafas saat mendorong terhadap glottis yang tertutup.yang
dapat mengganggu aliran balik vena.
c) Pantau DJJ setelah setiap kontraksi atau upaya mengejan.
Rasional: Mendeteksi bradikardi pada janin dan hipoksia .
d) Anjurkan klien memilih posisi persalinan yang mengoptimalkan
sirkulasi.
Rasional: Posisi persalinan yang baik mempertahankan aliran balik
vena dan mencegah hipotensi.
e) Pantau TD dan nadi segara setelah pemberian anastesi sampai klien
stabil.
Rasional: Hipotensi adalah reaksi merugikan paling umum pada blok
epidural lumbal atau subaraknoid memperlambat aliran balik vena dan
menurunkan curah jantung
f) Atur infus intra vena sesuai indikasi, pantau pembrian oksitosin dan
turunkan kecepatan bila perlu.
Rasional: Jalur IV harus tersedia pada kasus perlunya memperbaiki
hipotensi atau menaikkan obat kedaruratan
3) Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan
pencetusan persalinan, pola kotraksi hipertonik, janin besar.
Tujuan : setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi
kerusakan kulit/ jaringan
Kriteria evaluasi :
a) Otot-otot perineal rileks selama upaya mengedan
b) Bebas dari laserasi yang dapat dicegah
Intervensi :
a) Bantu klien dengan posisi tepat, pernapasan, dan upaya untuk rileks.
Rasional: dengan posisi yang tepat, pernafasan yang baik membantu
meningkatkan peregangan bertahap dari perineal dan jaringan vagina
dan mencegah terjadinya trauma atau laserasi serviks
b) Tempatkan klien pada posisi Sim lateral kiri untuk melahirkan bila
nyaman.
Rasional: Posisi Sim lateral kiri menurunkan ketegangan perineal
,meningkatkan peregangan bertahap, dan menurunkan perlunya
episiotomy
c) Bantu klien mengangkat kaki secara simultan, hindari tekanan pada
poplitea,sokong telapak kaki.
Rasional: Menurunkan regangan otot mencegah tekanan pada betis,dan
ruang poplitea yang dapat menyebabkan tromboplebitis pasca partum.
d) Bantu sesuai kebutuhan dengan manufer tangan , berikan tekanan pada
dagu janin melalui perineum ibu saat tekanan pengeluaran pada
oksiputdengan tangan lain.
Rasional: Memungkinkan melahirkan lambat saat kepala bayi telah
distensidi perineum 5cm sehingga menurunkan trauma pada jaringan
ibu.
e) Bantu dengan episiotomy garis tengan atau mediolateral k/p.
Rasional: Episiotomy dapat mencegah robekan perineum pada kasus
bayi besar, persalinan cepat,dan ketidak cukupan relaksasi perineal.
4) Risiko terhadap kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta, persalinan
yang lama, hiperventilasi maternal.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi
gangguan pertukaran gas,pada janin
Kriteria evaluasi :
a) Bebas dari variable atau deselerasi lanjut dengan DJJ dalam batas
normal.
b) Pada klien mempertahankan control pola pernafasan.
c) Menggunakan posisi yang meningkatkan aliran balik vena/
sirkulasi plasenta.
Intervensi :
a) Kaji stasion janin , presentasi, dan posisi.
Rasional: Selama persalinan tahap II , janin palin rentan bradikardia
dan hipoksia yang dihubungkan dengan stimulasi vegal selama
kompresi kepala.
b) Posisikan klien pada rekumben lateral atau posisi tegak, atau miring
dari sisi ke sisi sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta, mencegah sindroma
hipotensi supine , meningkatkan oksigenasi janin dan memperbaiki
pola DJJ.
c) Hindari menempatkan klien pada posisi dorsal rekumben.
Rasional: Menimbulkan hipoksia dan asidosis janin, menurunkan
variabilitas dan sirkulasi plasenta.
d) Kaji pola pernafasan klien
Rasional: Mengindentifikasi pola pernafasan yang tidak efektif yang
dapat menyebabkan asidosis.
e) Kaji DJJ dengan fetoskop atau monitor janin selama atau setiap
kontrasi.
Rasional: Deselerasi dini karena stimulasi vegal dari kompresi kepala
harus kembali pada pola dasar diantara kontraksi
f) Lakukan pemeriksaan vagina steril ,rasakan prolaps.
Rasional: Peninggian verteks membantu membebaskan tali pusat, yang
dapat ditekan diantara bagian presentasi jalan lahir.
g) Siapkan untuk intervensi bedah bila kelahiran pervaginam atau forcep
rendah tidak memungkinkan dengan segera setelah kira-kira 30 mnt
dan pH janin <7,20
Rasional: Cara kelahiran yang paling cepat harus diimplementasikan
bila janin mengalami hipoksia atau asidosis berat.
5). Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif, penurunan
masukan , perpindahan cairan.
Intervensi
Mandiri :
- Ukur masukan dan haluaran , dan berat jenis urine.
R/ Pada dehidrasi haluaran urine menurun, beratjenis urine menurun.
6). Risiko infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasive berulang, trauma
jaringan, pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
Intervensi :
Mandiri :
-Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam.
R/ Membantu meningkatkan kebersihan , mencegah terjadinya infeksi uterus
asenden dan kemungkinan sepsis.ah kliendan janin rentan pada infeksi saluran
asenden dan kemungkinan sepsis.
Kolaborasi :
-Berikan antibiotik sesuai indikasi
R/ Digunakan dengan kewaspadaan karena pemakaian antibiotic dapat
merangsang pertumbuhan yang berlebih dari organisme resisten
4. Implementasi
5. Evaluasi
3. KALA III
1. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulasi
4) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan
adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
5) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat
memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
2. Diagnosa keperawatan
1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya masukan oral,
muntah, diaforesis, peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia
uterus, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
4) Nyeri Akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah
melahirkan.
5) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan.
3. Perencanaan
1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya masukan oral,
muntah, diaforesis, peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uterus,
laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
Tujuan :
Intervensi :
Mandiri
-Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi. Bantu mengarahkan
perhatiannya untuk mengejan.
R/ Perhatikan klien secara alami pada bayi baru lahir, selain itu keletihan dapat
mempengaruhi upaya individu dan ia memerlukan bantuan dalam mengarahkan
pelepasan plasenta. Mengejan membantu pelepasan dan pengeluaran,
menurunkan kehilangan darah, dan meningkatkan kontraksi uterus.
-Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syok. Misal
perhatikan tanda vital, perabaan kulit.
R/ Hemoragi dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml
dapat dimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan tekanan darah, sianosis,
disorientasi, peka rangsang dan penurunan kesadaran.
-Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin. Perhatikan ukuran, insersi tali
pusat, keutuhan, perubahan vaskular berkenaan dengan penuaan dan kalsifikasi
(yang mungkin meninggalkan abrupsi).
R/ Membantu mendeteksi abnormalitas yang mungkin berdampak pada keadaan
ibu atau bayi baru lahir, jaringan plasenta yang tertahanmenimbulkan infeksi
pasca partum dan hemoragi segera atau lambat.
Kolaborasi
-Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi jalan lahir
terhadap laserasi. Bantu dengan perbaikan serviks, vagina, dan luasnya
episiotomi.
R/ Laserasi menimbulkan kehilangan darah; dapat menimbulkan hemoragi.
Intervensi :
Mandiri
-Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.
R/ Memudahkan pelepasan plasenta.
-Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik, berikan pembalut
perineal steril.
R/ Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infesi
saluran asenden selama periode pasca partum.
Kolaborasi
-Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan.
R/ Kegagalan pernapasan dapat terjadi mengikuti emboli amnion atau pulmoner.
-Berikan oksitosin IV, posisikan kembali uterus di bawah pengaruh anastesi dan
berikan ergonovin maleat (ergotrat) setelah penemapatan uterus kembali. Bantu
dengan tampon sesuai dengan indikasi.
R/ Meningkatkan kontraktilitas miometrium uterus.
Intervensi :
Mandiri
-Fasilitasi interaksi antara klien dan bayi baru lahir sesegera mungkin setelah
melahirkan.
R/ Membantu mengembangkan ikatan emosi sepanjang hidup di antara anggota-
anggota keluarga ibu dan bayi mempunyai periode yang sangat sensitive pada
waktu dimana kemampuan interaksi ditingkatkan.
-Berikan klien dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera
setelah kelahiran bila kondisi bayi stabil.
R/ Kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan. Ayah juga lebih
mungkin untuk berpartisipasi dalam aktivitas merawat bayi dan merasa ikatan
emosi lebih kuat bila mereka secara aktif terlibat dengan bayi.
-Tunda penetesan salep profilaksis mata sampai klien/pasangan dan bayi telah
berinteraksi.
R/ Memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan orang tua dan secara
aktif berpartisipasi dalam interaksi, bebas dari penglihatan kabur yang disebabkan
oleh obat.
Intervensi :
Mandiri
-Kaji TTV pasien
R/ Agar mengetahui keadaan umum pasien
Kolaborasi
-Bantu dalam perbaikan episiotomi bila perlu.
R/ Penyambungan tepi-tepi memudahkan penyembuhan.
5) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan.
Intervensi :
Mandiri
-Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam. Ganti linen/pembalut sesuai
kebutuhan.
R/ Membantu meningkatkan kebersihan, mencegah kontaminasi bakteri,
mencegah infeksi.
Kolaborasi
-Berikan antibiotik sesuai indikasi.
R/ Penanganan terhadap infeksi.
4. Implementasi
Sesuai dengan rencana intervensi
5. Evaluasi
Sesuai dengan respon masing-masing klien terhadap intervensi keperawatan yang
diberikan dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteria evaluasi.
4. KALA IV
1. Pengkajian
1) Aktivitas / Istirahat
2) Sirkulasi
-TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia / anastesia,
atau meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin atau hipertensi
karena kehamilan
-Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah), atau
dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi
pada kehamilan)
-Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml untuk
kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
4) Eleminasi
- Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius
mungkin dipasang
6) Neurosensori
8) Keamanan
9) Seksualitas
- Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus
- Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya
beberapa bekuan kecil
- Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
2. Diagnosa keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan / kegagalan miometri
dari mekanisme homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut,
vasokontriksi tidak komplet, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek – efek
hipertensi saat kehamilan)
2) Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologis, ansietas
3. Perencanaan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan / kegagalan miometri
dari mekanisme homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut, vasokontriksi
tidak komplet, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek-efek hipertensi saat
kehamilan)
- Kontraksi uterus kuat, aliran lokhea sedang, tidak ada bekuan
- Menunjukkan perbaikan episiotomi, luka kering, dan utuh
Intervensi :
-Tempatkan pasien pada posisi rekumben
Rasional : Mengoptimalkan aliran darah serebral dan memudahkan pematauan fundus
dan aliran vaginal
- Kaji jenis persalinan dan anastesia, kehilangan darah pada persalinan dan lama
persalinan tahap II
Rasional : Kaji manipulasi uterus atau masalah-masalah dengan pelepasan plasenta
dapat menimbulkan kehilangan darah
-Observasi jumlah, warna darah yang keluar dari uterus setiap 15 menit
Rasional : Membantu mengidentifikasi laserasi yang potensial terjadi pada vagina dan
servik yang dapat mengakibatkan aliran berlebihan dan merah terang. Atonia uteri
dapat meningkatkan aliran lokhea.
Kolaborasi :
-Cek jumlah trombosit, kadar fibrinogen, dan produk fibrin split, masa protrombin, dan
masa tromboplastin
Rasional : perubahan dapat menunjukkan terjadinya kelainan koagulasi
-Gantikan kehilangan cairan dengan plasma atau darah lengkap sesuai indikasi
Rasional : Penggantian cairan yang hilang diperlukan untuk meningkatkan volume
sirkulasi dan mencegah syok
-Bantu dalam persiapan dilatasi dan kuretase, laparotomi, evakuasi hematoma, perbaiki
laserasi jalan lahir, histerektomi
Rasional : Bila perdarahan tidak berespon terhadap tindakan konservatif / pemberian
oksitosin, pembedahan dapat diindikasikan
2) Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan pasien dapat
mengontrol nyeri, nyeri berkurang
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
-Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan membantu dalam
perawatan bayi, sesuai kondisi
Rasional : Membantu memfasilitasi ikatan / kedekatan di antara ayah dan bayi. Ayah
yang secara aktif berpartisipasi dalam proses kelahiran dan aktivitas interaksi pertama
dari bayi, secara umum menyatakan perasaan ikatan khusus pada bayi
-Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk menunjukkan
ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus
Rasional : Kontak mata dengan mata, penggunaan posisi menghadap wajah, berbicara
dengan suara tinggi dan menggendong bayi dihubungkan dengan kedekatan antara ibu
dan bayi
-Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode pemulihan bila
diinginkan oleh pasien dan dimungkinkan oleh kondisi ibu / neonatus dan lingkungan
Rasional : Meningkatkan unit keluarga, dan membantu sibling untuk memulai proses
adaptasi positif pada peran baru dan masuknya anggota baru dalam struktur keluarga.
-Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan pasien dan keyakinan /
praktik budaya
Rasional : Kontak awal mempunyai efek positif pada durasi pemberian ASI, kontak
kulit dengan kulit, dan mulainya tugas ibu meningkatkan ikatan
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2012. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. Jakarta : Buku
Kesehatan
Sofian, Amru. 2013. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta :
EGC
Sukarni K, Icesmi & Margareth ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta :
Nuha Medika
Wilkinson, Judith M.. Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC
Mengetahui Denpasar, September 2015
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
NIP: 197202191994012001